Analisis Struktur III (Bag 1)
Analisis Struktur III (Bag 1)
Nama Lengkap
HP
: 085100142171
Alamat Email
: francis.sugianto@yahoo.com
Istri
Anak
: Maria Fransiska
Riwayat Pendidikan
Strata
Pendidikan
Tahun
Instansi Pendidikan
Lulus
Strata-1 (Ir.)
1986
Strata-2 (M.Eng.)
1990
Strata-3 (Ph.D.)
1999
Riwayat Pekerjaan
Tahun
:
Pekerjaan
1986 - 2004
2002 - 2005
2004 - 2006
2006 - 2009
2006 - 2012
2011 - 2014
2005 - 2015
2015 -
2015 - ...
2016 - ....
4
5
6
7
8
Materi Bahasan
I. Analisis Struktur: dahulu, sekarang dan yang akan datang.
1. Analisis Struktur Zaman Kuna
2. Awal Analisis Struktur Mederen
3. Perkembangan Pesat Analisis Struktur Moderen
4. Ledakan Analisis Struktur Moderen
II. Metode Fleksibilitas vs Metode Kekakuan
1. Derajad kebebasan statik vs Derajad kebebasan kinematik struktur
2. Metoda Fleksibilitas (Metoda Gaya)
3. Metoda Kekakuan (Metoda Lendutan)
4. Hitungan Skalar vs Hitungan Matriks
III. Struktur Rangka Batang (Truss)
1. Definisi
2. Anggapan Dasar
3. Matriks Kekakuan Elemen pada Koordinat Lokal
4. Matriks Tranformasi Koordinat
5. Matriks Kekakuan Elemen pada Koordinat Global.
6. Menggabungkan Kekakuan Semua Elemen pada Koordinat Global
7. Hubungan Gaya Luar dan Lendutan Global
8. Menghitung Gaya Batang Setiap Elemen
9. Menghitung Reaksi Perletakan
Latihan soal: Struktur Rangka Batang (Truss)
IV. Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame):
1. Definisi
2. Anggapan Dasar
3. Matriks Kekakuan Elemen pada Koordinat Lokal
4. Matriks Tranformasi Koordinat
5. Matriks Kekakuan Elemen pada Koordinat Global.
6. Menggabungkan Kekakuan Semua Elemen pada Koordinat Global
7. Hubungan Gaya Luar dan Lendutan Global
8. Menghitung Gaya Batang Setiap Elemen
9. Menghitung Reaksi Perletakan
Latihan soal: Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame)
Ujian Tengah Semester
V. Struktur dengan batang terkekang (Structures with Constraints)
1. Contoh kasus
2. Prosedur analisis
3. Contoh soal
VI. Struktur dengan tumpuan pegas (Structure with Elastic Support)
1. Contoh kasus
10
11
12
13
14
2. Prosedur analisis
3. Contoh soal
VII. Struktur dengan deformasi geser yang signifikan ( Structures with Significant
Shear Deformation)
1. Contoh kasus
2. Prosedur analisis
3. Contoh soal
VIII.Struktur dengan sendi di dalam (Structures with internal Hinges)
1. Contoh kasus
2. Prosedur analisis
3. Contoh soal
IX.Struktur dengan memperhatikan daerah kaku ( Structures with rigid zones)
1. Contoh kasus
2. Prosedur analisis
3. Contoh soal
X. Menghadapi volume analisis yang besar
1. Penomoran buhul yang efisien
2. Analisis separo struktur karena simetri
3. Pemanfaatan sifat simetri dan anti-simetri
4. Kondensasi
5. Substructuring
Presentasi Tugas Mahasiswa
Ujian Akhir Semester
ilmu pengetahuan mulai digandrungi, banyak karya bangunan dan jembatan yang dihasilkan
sebagai karya seni dengan sentuhan teori dan matematika yang sangat minim. Maestro
Leonardo Da Vinci adalah salah satu tokoh Rennaissance yang banyak menghasilkan karya
design struktur berdasarkan pengamatan yang rinci dan pengalaman.
I.2. Awal Analisis Struktur Moderen.
Penjelasan secara ilmiah baru dimulai sejak abad ke-17 M oleh Galileo Galilei dalam
Dialoques Relating to Two New Sciences pada tahun 1638 yang menguraikan tentang kekuatan
bahan dan gerakan suatu obyek. Pada 1676 Robert Hooke menjelaskan teorinya tentang
elastisitas bahan dan tingkah lakunya ketika menanggung beban. Sir Issac Newton menjelaskan
Hukum Geraknya dalam Philosophiae Naturalis Principia Matematica pada tahun 1687.
Pada abad yang sama, Sir Issac Newton dan Gottfried Leibniz meletakkan dasar-dasar
kalkulus yang sangat penting dalam analisis struktur. Pada tahun 1717, Jean Bernoulli
menjelaskan prinsip kerja mayanya (virtual work) kepada sejawatnya Pierre Varignon.
Selanjutnya bersama Leonard Euler, Daniel Bernoulli juga mempersembahkan persamaan balok
Euler-Bernoulli (Euler-Bernoulli Beam Equation) untuk pertama kalinya pada tahun 1750. Dan
pada tahun 1757 Leonard Euler berhasil memperkenalkan rumus tekuknya yang kelak
dinamakan Euler buckling load.
Untuk penyelesaian suatu persoalan, para ahli mendasarkan usahanya pada penyelesaian
analitik. Banyak para pakar saling berkunjung untuk bertukar pikiran tentang sesuatu
penyelesaian masalah tertentu. Tidak jarang pula, mereka saling berkompetisi, saling menantang
untuk penyelesaian suatu masalah-masalah aktual pada waktu itu. Masing-masing pakar rupanya
memliki pengikutnya masing-masing.
I.3. Perkembangan Pesat Analisis Struktur Moderen
Semenjak ditemukan teknologi berbagai material menjelang pada abad ke-19 analisis
struktur mengalami perkembangan yang pesat. Pada tahun 1821 Claude Louis Navier
mengokohkan teori elastisitas yang sudah dikenal lebih dari seabad sebelumnya, dan pada tahun
1826 memperkenalkan modulus elastik bahan.
Pada tahun 1824, semen Portland dipatenkan oleh Joseph Apsdin. Semenjak itu, banyak
struktur berintikan semen Portland berkembang; diantaranya ferrocement yang dipatenkan oleh
Joseph Louis Lambot pada tahun 1855, penggunaan tulangan tarik dalam beton oleh Joseph
Monier pada tahun 1867.
Dengan ditemukannya proses pemurnian baja yang dipatenkan Henry Bessemer pada
tahun 1855 dan 1856, konstruksi baja mulai digunakan dimana mana menggantikan besi tuang
dan besi tempa sebagai bahan konstruksi.
Untuk mendukung hitungan aritmatik (+,-,x,/), goneometrik (sin,cos,dst.) dan logaritmik
(log, ln) para ahli masih bertumpu kepada kemampuan penyelesaian analitik yang terkadang
dibantu dengan mistar geser (slide rule) yang sesungguhnya sudah diperkenalkan oleh William
Oughtred pada abad ke-17 untuk membantu masalah logaritma yang diperkenalkan oleh John
Napier. Terkadang, penyelesaian secara grafis juga dilakukan dalam bentuk pembacaan grafik
(masalah dua dimensi) atau nomographs (biasanya terbatas pada masalah yang melibatkan
sebanyak-banyaknya tiga dimensi).
aritmatik, maka cabang matematika yang dinamakan Analisis Numerik berkembang dengan
pesat. Persoalan-persoalan analitik struktur yang semula rumit penyelesaiannya, sekarang dapat
dilakukan dengan lebih mudah dengan hanya mengandalkan hitungan tambah/kurang/kali/bagi
saja. Walaupun mudah, tetapi penyelesaian semacam ini membosankan; maka dari itu komputer
sangat sesuai digunakan.
Ledakan teknik analisis struktur diperhebat dengan diperkenalkannya nama Metoda
Elemen Hingga (Finite Element Method) oleh Prof. Ray W Clough dari University of California
di Berkeley. Pada dasarnya, struktur yang kompleks dapat dibagi-bagi menjadi banyak stuktur
yang sederhana yang mudah penyelesaiannya. Semakin banyak elemen yang terlibat, semakin
banyak punya besaran yang harus dihitung. Oleh karenanya, pendekatan matriks digunakan
untuk mempresentasikan hitungan dan selanjutnya analisis numerik diterapkan.
Dengan dikembangkannya teknik grafis komputer pada milenium ini, keunggulan
Metoda Elemen Hingga diperhebat dengan memasukkan animasi dan memungkinkan what-if
analysis dilakukan pada sebarang tahap dalam waktu yang singkat.
DKTstatis=(3m+3f+2h+r)-3j
(2.1)
(2.2)
m: cacah batang/elemen
f: cacah tumpuan jepit
h: cacah tumpuan sendi
r: cacah tumpuan roller
j: cacah buhul
Apabila DKTstatis=0, struktur termasuk katagori Statis Tertentu; DKTstatis>0 berarti Struktur
Statis Tak Tentu. Namun, apabila DKTstatis<0 dikatakan Struktur Tidak Stabil artinya struktur
tidak bisa berdiri tegak. Jadi dalam setiap design haruslah DKTstatis0. Semakin tinggi DKTstatis
semakin tinggi cadangan kekuatan struktur terhadap batas mekanisme runtuhnya; tentu saja
hal ini harus dibayar mahal dengan komplikasi hitungannya yang memerlukan data hubungan
antara tegangan-regangan E,G, luas tampang A dan kekuatan inersia tampang I.
Perlu dicatat bahwa DKTstatis yang disebut di atas adalah DKTstatis total. Sesungguhnya
DKTstatis total harus dibedakan atas DKTstatis luar dan DKTstatis dalam. Apabila tumpuan struktur
memiliki komponen reaksi lebih dari tiga, maka kelebihannya disebut DKTstatis luar; adapun
DKTstatis dalam= DKTstatis total- DKTstatis luar.
Pada kebalikannya, Metoda Kekakuan menggunakan struktur dasar Struktur Kinematis
Tertentu, yang tidak lain adalah Struktur Jepit-Jepit. Di luar itu, struktur dinamakan Kinematis
Tak Tentu. Derajad Ketidak-tentuan Kinematis (=DKTkinematis) atau terkadang disebut Derajad
Kebebasan Struktur (=Degree of Freedom) cacah lendutan bebas yang mungkin terdapat pada
seluruh buhul struktur yang ada. Struktur dasar Jepit-Jepit tidak memiliki lendutan bebas pada
kedua buhulnya; oleh karenanya disebut Struktur Kinematis Tertentu.
DKTstatis
DKTkinematis
1.
2.
3.
DKTstatis=(3.1+3.0+2.1+1)-3.2=0
Statis Tertentu
DKTstatis=(3.2+3.0+2.1+2)-3.3= 1
Statis Tak Tentu Berderajad-1
(DKTstatis luar=1 , DKTstatis dalam=0)
DKTstatis=(3.1+3.2+2.0+0)-3.2=3
Statis Tak Tentu Berderajad-3
(DKTstatis luar=3 , DKTstatis dalam=0)
DKTkinematis=3
Carilah!
DKTkinematis=5
Carilah!
DKTkinematis=0
Kinematis Tertentu
4.
DKTstatis=(3.3+3.2+2.0+0)-3.4=3
Statis Tak Tentu Berderajad-3
(DKTstatis luar=3 , DKTstatis dalam=0)
DKTkinematis=6
Carilah!
DKTstatis=(3.49+3.4+2.0+0)-3.32=63
Statis Tak Tentu Berderajad-63
(DKTstatis luar=12 , DKTstatis dalam=51)
DKTkinematis=35
Carilah!
5.
(2.3)
Dimana {u}: vektor lendutan yang bersesuaian berdasarkan Struktur Statis Tertentu
[f]: matriks fleksibilitas
{s}: vektor gaya redundant yang akan dicari.
Contoh-1: Metoda Fleksibilitas pada Struktur Statis Tak Tentu di Luar
Problem:
DKTstatis=(3.1+3.1+2.0+1)-3.2= 1
q,EI,l
Struktur Dasar:
=
Struktur Dasar dengan Gaya Redundant (dalam contoh ini, reaksi perletakan)
Syarat kompatibilitas:
=
atau
EI,l
EI,l
EI,l
Gambar(a) Problem Statis Tak Tentu berderajad satu, (b) Struktur Statis Tertentu dengan
menghilangkan batang redundant L1-U2 dan (c) Struktur Statis Tertentu dengan gaya X
bekerja pada arah L1-U2.
Dengan dasar Struktur Statis Tertentu yang sama, apabila pada arah batang redundant
dikenakan beban satuan, maka Pergerakan relatif antara buhul-L1 dan buhul- U2 terhitung
sebagai . Apabila pada arah batang redundant itu diperkirakan ada beban sebesar X maka
Pergerakan relatif antara buhul-L1 dan buhul- U2 haruslah sebesar X..
Syarat Kompatibilitas:
Penjumlahan ( . ) haruslah sama dengan deformasi yang terjadi dalam batang L1U2, yaitu sebesar
atau = ( +
)X
(2.4)
Karena , dan AEL diketahui lebih dulu, maka besarnya gaya redundant X dapat dihitung.
Hasil analisa lengkap penyelesaian adalah superposisi Gbr.(b) dan Gbr.(c)
Apabila DKTstatis>1, maka persamaan (2.4) menjadi persamaan matriks (2.5)
{} = [ ]{ } atau { } = [ ]{ }
(2.5)
Problem:
DKTkinematis= 1
q,EI,l
Struktur Dasar:
S0
Struktur Dasar dengan Lendutan Redundant (dalam contoh ini, rotasi jepit kanan)
u, s
bentuk lenturan)
Syarat kesetimbangan:
=
atau didapat
q, EI, l
EI,l
=5
b) Hitungan Matriks
Notasi { } = [ ]{ } atau [ ]{ } = { }
Apabila matriks [ ] dan vektor { }diketahui, maka vektor { } = [ ] {S} didapat.
Dimana [ }
adalah invers [ ]
Persamaan matriks (2.6) terkadang disajikan dalam bentuk Persamaan Simultan (2.7)
11
21
12
22
1
2
1
2 =
1
2
(2.6)
(2.7)
Contoh:
1 2
2 2
3 2
3
2
1
1
14
2 = 12
3
10
atau
1. 1 + 2. 2 + 3. 3 = 14
2. 1 + 2. 2 + 2. 3 = 12
3. 1 + 2. 2 + 1. 3 = 10
.
+ .
+ .
: deformasi aksial yang dialami
batang i-j (bisa perpanjangan, bisa pula perpendekan)
uyj
syj
uxj
d
AE
l
uxi
sxj
d
AE
l
sxi
H
uyi
(a) Lendutan vs deformasi
syi
(b) Gaya luar vs gaya dalam
u4,s4
AE,L
u1,s1
u3,s3
(3.1)
1
0
1
0
0 1 0
0 0 0
0 1 0
0 0 0
(3.2)
koordinat global agar semua elemen dapat digabungkan/dirangkai menjadi satu koordinat.
Untuk itu diperlukan matriks tranformasi koordinat
Y
y
x
U2
u2
u1
X
U1
(3.3)
(3.4)
Ketika dua titik koordinat pada kedua ujung batang harus ditransformasi, maka
=
0
0
0
0
0
0
0
0
{ } = [ ]{ }
(3.5)
(3.6)
S2
s2
s1
S1
+ .
= .
+ .
(3.7)
(3.8)
Ketika ada dua gaya luar bekerja pada kedua ujung batang, maka
=
0
0
0
0
0
0
0
0
(3.9)
{ } = [ ]{ }
(3.10)
{ } = [ ] [ ][ ] { }
{ } = [ ]{ }
Atau
Dimana
(3.11)
[ ] = [ ] [ ][ ]
(3.12)
Catatan:
[ ]: matriks transformasi koordinat ini bersifat orthogonal, artinya [ ]
=[ ]
U3
3
U2
3
2
U1
Vektor tujuan harus sesuai dengan penetapan ujung-I dan ujung-j setiap elemen. Apabila tidak
ada DOF, vektor tujuan haruslah diisi dengan angka 0.
Elemen
Ujung-i
Ujung-j
{ID}
{0 0 1 0}
{0 0 2 3}
{1 0 2 3}
Secara diagram, matriks kekakuan global setiap elemen dapat dituliskan seperti berikut
0 0 1
[ ] =
0 0
2 3
[ ] =
@
1 0 2 3
[ ] =
#
#
#
#
(3.13)
Akhirnya, matriks kekakuan seluruh struktur dapat di perlihatkan seperti di bawah ini.
1
2
3
@+
1
[ ]=
#+ #+ 2
#+ #+ 3
(3.14)
(3.15)
Atau
= ..
..
.. ..
(3.16)
(3.17)
u2
u4
u1
u3, U1
Elemen-1:
u4
=[ ]
U3
u3
u2
U2
Elemen-2:
u1
0
0
=[ ]
u3, U3
0
0
U2
u4
=[ ]
Elemen-3:
U1
u2
u1
(3.18)
13.75
2
3
6.25
13.75
-{ }
(3.19)
Dimana m: cacah batang yang ujung-i nya bertumpu pada tumpuan yang dimaksud
n: cacah batang yang ujung-j nya bertumpu pada tumpuan yang dimaksud
{ }: vektor beban yang bekerja pada tumpuan yang dimaksud.
Contoh:
Dengan menggunakan contoh soal di atas, didapat:
Tumpuan-1: Batang yang ujung-I nya bertumpu di sana adalah elemen-1 dan elemen-2; sedang
batang yang ujung-j nya bertumpu di sana tidak ada. Jadi, m=2 dan n=0.
Sementara itu, tidak ada beban yang bekerja pada tumpuan itu, Jadi, { } = {0}
{ }=
=
0
0
0
0
5
+
0
(3.20)
6.25
0
1 0 5
0.8 0.6 6.25
+
0 1 0
0.6 0.8
0
10
5
5
+
=
3.75
0
3.75
0
0
0
0
{ }
5
+
0
90
90
1 0 5
0
+
0 1 0
1
0
0
5
5
+
=
13.75
13.75
0
0
(3.21)
90 13.75
5
90
0
0
1 13.75
5
0
0
0
(a) 6 DOF
(b) 5 DOF
(c) 3 DOF
(d) 1 DOF
Catatan:
(a) Deformasi aksial dan lentur semua elemen diperhitungkan.
(b) Deformasi aksial balok tidak diperhitungkan.
(c) Deformasi aksial balok dan kolom tidak diperhitungkan.
(d) Deformasi aksial balok dan kolom serta deformasi lentur balok diabaikan.
u5
u3
u6
A,E,I,L
u4
u1
s2
Gaya luar:
s1
1. Hukum Hooke:
Gaya luar dan
s3
s5
s6
A,E,I,L
s4
dan
(4.1.a)
(4.1.b)
2. Persamaan Slope-Deflection.
Gaya luar , , dan
dipengaruhi oleh lendutan
persamaan slope deflection.
=
dan
dan
dan
menurut
(4.1.c)
u2
=
U5
=
u3
dan
dan
dan
dan
(4.1.d)
.
.
.
(4.1.e)
(4.1.f)
(4.1.g)
(4.1.h)
u6
dan
dan
.
.
(4.1.i)
(4.1.j)
Bila digabungkan, maka matriks kekakuan lokal dapat dituliskan dalam hubungannya
dengan gaya luar dan lendutannya sebagai
0
0
=
0
0
0
0
(4.2)
Catatan: Matriks {s} didisi dengan beban titik ekivalen yang bekerja pada kedua ujung elemen.
(lihat Tabel 4.3, hal 169)
IV.4. Matriks Tranformasi Koordinat
Apabila setiap titik buhul memiliki 3 DOF, maka matriks transformasi koordinatnya adalah
0
0
[ ]=
[0]
[0]
0
1
0
0
0
1
= [ ]
(4.3)
=[ ] .
= [ ]
(4.4)
{ } = [ ] [ ][ ] { }
Atau
{ }
=[ ]
{ }
(4.5)
Dimana
{ }
=[ ]
{ }
(4.6)
[ ]
=[ ]
[ ]
[ ]
{ }
[ ]
{ }
(4.7)
=[ ]
{ }
(4.8)
Jadi,
{ }
{ID}
{ }
[ ]
{ID}
[ ]
{ }
DOF
{ }
=[ ]
{ }
(4.9)
{ }
(4.10)
=[ ]
{ }=
0
0
0
1
{ }
+
0
0
0
0
1
(4.11)
{ }
Dimana { } adalah vektor beban yang bekerja pada tumpuan yang dimaksud.
(4.12)