Anda di halaman 1dari 10

KINERJA DC CHOPPER TIPE SEPIC DENGAN TRANSISTOR DALAM MODE CCM

DAN DCM
Dennis Hasnan Zulfialda1, Mochammad Facta, S.T., M.T., Ph.D2, Agung Nugroho, Ir., Mkom3
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email: dzulfialda@gmail.com

ABSTRAK
DC chopper merupakan peralatan elektronika daya yang berfungsi untuk mengubah nilai tegangan DC menjadi lebih kecil
atau lebih besar dari nilai input. Pada kegiatan sehari-hari, DC chopper dimanfaatkan sebagai regulator untuk bermacam aplikasi
pada alat elektronik. DC Chopper memiliki beberapa konfigurasi, salah satunya adalah sepic converter.
Sepic converter telah dibuat untuk berbagai aplikasi. Namun pada umumnya, switch yang digunakan pada penelitian
sebelumnya dan karakteristik dari DC chopper tipe sepic tidak dibahas secara detil. Pada tugas akhir ini, dibuat modul konverter dcdc tipe sepic dengan mode DCM-CCM dan sebuah transistor SC2555 yang diaplikasikan sebagai switch elektronik.
Berdasarkan dari hasil pengujian, sepic converter dengan transistor SC2555 dapat bekerja pada mode operasi DCM dan
CCM. Mode CCM memiliki efisiensi yang lebih baik daripada mode DCM. Pada mode CCM saat duty cycle 50%, frekuensi 15 kHz
dengan beban resistif, didapatkan nilai IC sebesar 0,29A, VCE sebesar 21,88V, dan nilai efisisensi sebesar 98,97%. Pada mode CCM
saat duty cycle 50%, frekuensi 15 kHz dengan beban induktif, didapatkan nilai IC sebesar 0,3A, VCE sebesar 21,51 dan efisiensi sebesar
98.68%. Sepic converter dengan switching transistor SC2555 bekerja optimal dan lebih baik pada mode operasi CCM.
Kata Kunci: DC Chopper, sepic converter, CCM, DCM.
.

ABSTRACT
DC chopper is a power electronic device that is used to convert a DC voltage that is less or greater than the input voltage. In
daily activities, DC chopper is used as a regulator for many application of electrical devices.
Power supply sepic converter has been made for various applications. However, commonly, the switch used in the previous
references and characteristics of sepic type DC choppe are not discussed in detail. In this final assignment, sepic type dc-dc converter
module with DCM-CCM mode was proposed and a SC2555 transistor was applied as an electronic switch.
Based on results of experimental work, sepic converter with SC2555 transistor worked on the DCM and CCM operating mode.
The CCM mode has better efficiency than the DCM mode. At 50% duty cycle, frequency 15 kHz with resistive load, the result showed
that the value of IC is 0,29A, VCE is 21,88V, and efficiency values of 98,97% at CCM mode. At 50% duty cycle, frequency at 15 kHz with
inductive loads the result showed that value of IC is 0,3A, VCE is 21,51 and efficiency values is 98.68% at CCM mode. Sepic converter
of transistor switching SC2555 worked optimally and better on the CCM operating mode.
Keywords: DC Chopper, sepic converter, CCM, DCM.
1

Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro


Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro

2,3

DC Chopper mempunyai 2 mode operasi kerja,


yaitu mode DCM (Discontinuous Conduction Mode) dan
mode CCM (Continuous Conduction Mode). Mode DCM
adalah mode dimana arus induktor pada konverter mencapai
nilai nol, atau tidak continue. Mode CCM adalah mode
operasi dimana arus induktor pada konverter mengalir
secara kontinyu, dalam artian tidak pernah mencapai nilai
nol.[8]
DC Chopper tipe sepic sudah dibuat dalam
beberapa penelitian sebelumnya. Pada referensi [16] dibuat
perancangan sepic converter dengan MOSFET sebagai
piranti pensaklaran. Pada referensi [17] dibuat penelitian
yang membahas mengenai sepic converter yang digunakan
pada sistem photovoltaic charger. Dalam penelitian ini
dibuat kontroler MPPT (Maximum Power Point Tracking)
yang dikombinasikan dengan sepic conveter yang bertujuan
untuk mengatur keseimbangan aliran daya pada
photovoltaic. Rangkaian kontrol dalam penelitian ini [16]
menggunakan mikroprosesor. Pada penelitian terakhir [18]
membahas mengenai sepic converter yang digunakan
sebagai salah satu tahap untuk memperbaiki PFC (Power
Factor Correction) sebuah motor DC magnet permanen
tanpa sikat.

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dari berbagai macam peralatan elektronik yang
kita jumpai saat ini, akan kita dapati bahwa hampir semua
bagian-bagiannya dijalankan oleh sumber tegangan searah
(DC). Sudah ada beberapa teknologi penyediaan tegangan
DC, dari menggunakan baterai yang mempunyai ukuran
kecil dan daya yang terbatas sehingga tidak dapat bertahan
lama dalam penggunaannya, sampai metode penyediaan
yang memanfaatkan tenaga sinar matahari yaitu sel surya
yang berukuran lebih besar dan berkapasitas tenaga yang
lebih besar sehingga relatif lebih efesiensi dan sesuai
kebutuhan untuk beban yang lebih besar. Namun demikian,
kemajuan yang dialami dibidang elektronika daya masih
terus menerus diharapkan untuk dapat menjawab tantangan
yang berupa kompleksitas sistem elektronika modern yang
semakin tinggi. Sebagai bagian dari jawaban terhadap
tantangan tersebut adalah dengan digunakannya DC-DC
converter atau disebut DC chopper pada pengubah daya
dengan pensaklaran, yang tujuan untuk menciptakan sistem
pengubah daya DC yang jauh lebih efisien, variabel dan
lebih handal dari metoda konvensional.[2]

Catu daya sepic converter telah dibuat untuk


berbagai aplikasi sebagaimana tertulis dalam referensi
[16,17,18].Namun dalam penelitian tersebut tidak dibahas
karakteristik DC chopper sepic yang digunakan. Dalam
penelitian sebelumnya ketika DC chopper telah
menghasilkan tegangan yang diharapkan maka dianggap
masalah DC chopper telah selesai. Permasalahan tegangan
dan arus DC tidak dibahas lebih lanjut dan tidak diteliti
mode arus yang digunakan. Penambahan peralatan
tambahan pada DC chopper berupa PFC (Power Factor
Correction) dilakukan pada referensi [18], namun tidak
diketahui pula mode arus yang digunakan. Penggunaan
MOSFET sebagai saklar paling umum dipakai pada
referensi sebelumnya [16,17,18] karena tidak diketahui pula
mode arus yang dipakai. Pemakaian saklar elektronik yang
lebih sederhana yakni transistor juga jarang dibahas.
Berdasarkan pada hal tersebut, penelitian tugas
akhir ini akan merancang sebuah modul berupa DC Chopper
tipe cuk dengan sistem pensaklaran transistor. Pensaklaran
transistor ini beroperasi dengan picuan arus melalui tahanan
basis pada kaki Transistor. Rangkaian cuk converter dengan
pensaklaran transistor ini akan membandingkan 2 mode
operasi yang berbeda yaitu DCM dan CCM dengan nilai titik
kerja maksimum dan besar penguatan pada transistor
sebagai sistem pensaklaran.

SEPIC
CONVERTER

IN4007

AC

220F/
25V

LED

Gambar 2 Penyearah Gelombang Penuh Satu Fasa CT

Rangkaian ini merupakan sumber tegangan DC 12


Volt. Tegangan 12 VDC berfungsi sebagai suplai untuk
rangkaian kontrol PWM, totempol dan kipas.
Tegangan DC didapatkan dari hasil penyearahan
tegangan AC jala-jala yang sebelumnya diturunkan
menggunakan trafo stepdown. Tegangan DC selanjutnya
diteruskan ke IC Regulator LM7812. LED pada penyearah
digunakan untuk indikator rangkaian penyearah bekerja.
2.1.2 Perancangan Penyearah Gelombang Penuh Satu
Fasa
Rangkaian penyearah gelombang penuh terdiri dari
dioda bridge MDA5010, transistor 2N3055, regulator
tegangan, kapasitor, resistor dan LED seperti yang tertera
pada Gambar 3.
+18

6A4MIC
CT

220 VAC

6A4MIC
-18

2200F/ 2200F/ 2200F/ 2200F/


50V
50V
50V
50V

Gambar 4 Penyearah Gelombang Penuh Satu Fasa

Rangkaian ini merupakan sumber DC 25 Volt yang


digunakan untuk mensuplai sepic converter. Tegangan DC
25 Volt didapatkan dari tegangan AC jala-jala yang
sebelumnya diturunkan menggunakan trafo stepdown.
Tegangan DC selanjutnya diteruskan ke 5 buah kaspasitor
yang masing-masing bernilai 2200F/50V. % buah
kapasitor dipasang karena sudah cukup meminimalisir
ripple tegangan.
2.2 Sepic Converter
DC Chopper yang digunakan pada tugas akhir ini
adalah DC Chopper tipe sepic yang mempunyai
karakteristik nilai tegangan keluaran lebih besar atau lebih
kecil dari nilai tegangan masukan. Sepic converter terdiri
dari beberapa komponen penyusun yaitu kapasitor, induktor,
Transistor dan dioda yang tersusun seperti pada Gambar 4.
L1

BEBAN
DC

DC

1k/0,5 watt
2200F/
25V

-12

2. Metode
Modul DC chopper tipe cuk pada tugas akhir ini
terdiri dari beberapa blok yang memiliki fungsi masing
masing pada modul. Blok yang dibuat pada modul DC
chopper tipe cuk tersebut adalah blok rangkaian daya, blok
rangkaian kontrol, blok Cuk Converter dan blok beban.
Gambar 1 adalah diagram blok perancangan perangkat
keras:
PENYEARAH

LM7812
CT

220VAC

1.2 Tujuan Penelitian


1. Perancangan modul cuk konverter dengan transistor
sebagai bagian utama sistem pensaklaran.
2. Mengetahui mode operasi CCM dan DCM pada cuk
converter dengan dengan pensaklaran transistor.
3. Mengetahui karakteristik cuk konverter variasi jenis
beban terhadap arus keluaran, tegangan keluaran dan
efisiensi DC Chopper tipe Cuk

SUPLAI AC 1
FASA

IN4007

+12

VDC

C1
L2

C1

DC

RANGKAIAN
KONTROL

SINYAL
KONTROL

Aliran Daya

Gambar 5 Skema DC chopper tipe sepic

Aliran Sinyal

Komponen penyusun perlu dihitung nilai minimalnya


agar cuk converter dapat bekerja sesuai yang diinginkan.
Penentuan spesifikasi awal juga dilakukan berdasarkan
ketersediaan komponen yang mudah didapat dan
kemampuan komponen berdasarkan datasheet. Spesifikasi
Cuk Converter yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
Tegangan masukan
: 25 Vdc
Frekuensi Switching : 25 kHz

Gambar 1 Blok diagram perancangan alat

2.1 Perancangan Penyearah


2.1.1 Perancangan Penyearah Gelombang Penuh Satu
Fasa dengan Center Tap
Pada rangkaian ini terdapat penyearah satu fasa
dengan CT, dioda, regulator tegangan, kapasitor, resistor
dan LED seperti yang tertera pada Gambar 2.

C1
Kapasitor C1 merupakan media untuk memindahkan
daya ke beban. Nilai C1 minimal:
D
C1min>
R(VC1 /V0 )f
0,8
C1min>
100(0,02/25)25000
C1min>=400 F
C2
Kapasitor C2 berfungsi sebagai penekan riak tegangan
pada sisi output DC chopper tipe cuk.
V0 D
VC0 =VC2
RC2 f
0,8.25
0,02=
100.C2 .25000
C2 =400 F

Pada Gambar 6 menunjukkan tegangan keluaran


penyearah center tap dengan besar tegangan yaitu 12,1V
(1,21div x 1V/div x 10 = 12,1)
3.1.2 Penyearah Untuk Rangkaian Daya

Gambar 7 Gelombang tegangan keluaran penyearah center tap tanpa


beban

Namun untuk mengurangi ripple, nilai kapasitansi


kapasitor yang dipasang diperbesar menjadi C1 =
470F/450V dan C2 = 940F /450V.
L1 dan L2
Nilai L1 dan L2 merupakan penentu apakah DC chopper
tersebut beroperasi pada mode CCM atau DCM. Batas
minimum untuk mode operasi CCM adalah:
(1-D)2 .R
L1min =
2.D.f
(1-0,3)2 .100
L1min =
=3,2 mH
2.0,3.25000
(1-D).R
L2min =
2.f
(1-0,3).100
L2min =
=1,4 mH
2.25000
Jadi, dari perhitungan batas minimum L1min dan L2min di
atas, maka nilai masing masing induktor yang digunakan
adalah [9]:
Mode CCM dan DCM
L1 = 3,8 mH
L2 = 1,82 mH
Pemilihan nilai induktor di atas agar sistem Sepic
Converter bekerja pada Continuous Current Mode (CCM)
karena tidak terpaut jauh dari batas minimum perhitungan.
3. Hasil dan Analisa
3.1 Pengujian Penyearah Tegangan
Terdapat 2 buah penyearah, yaitu untuk suplai daya
untuk rangkaian DC Chopper dan suplai daya rangkaian
kontrol.

Pada Gambar 5 menunjukkan tegangan keluaran


penyearah dengan besar tegangan yaitu 25,6V (2,56div x
1V/div x 10 = 25,6V)
3.2 Pengujian Rangkaian Kontrol PWM

Gambar 8 Gelombang keluaran rangkaian control PWM

Dari gambar 7 dapat diketahui bahwa nilai tegangan


peak to peak (Vpp) adalah
Vpp = 1,13 div x 10 V/dic x 1
= 11,3 Volt
3.3 Pengujian Rangkaian Sepic Converter
Pengujian Sepic Converter meliputi pengujian tegangan
keluaran, pengujian variasi jenis beban perhitungan
efisiensi, pengujian arus, dan pengujian daerah kerja
transistor.
3.4.1 Pengujian Tegangan Keluaran

3.1.1 Penyearah Untuk Rangkaian Kontrol

Gambar 9 Tegangan keluaran Sepic Converter


Dari Gambar 8 diatas, dapat diketahui bahwa tegangan keluaran
sebesar 3,18 div, sehingga nilainya dapat diihitung:
Vout = 3,18 div x 1 V/div x 10
= 31,8 V

Gambar 6 Gelombang tegangan keluaran penyearah pada blok daya tanpa


beban

Pada tabel 1 berikut dapat dilihat hasil pengukuran tegangan


keluaran Sepic Converter frekuensi 15 kHz dan 25 kHz
Tabel 1 Pengujian tegangan keluaran rangkaian DC Chopper beban
resistif pada frekuensi 15 kHz

Duty
cycle
(%)

Vin
(V)

Ukur

Hitung

10

23,28

21,01

2,59

20

22,69

31,96

5,67

30

22,57

40,8

9,67

40

22,4

50,1

14,93

50

22

57,4

22

60

21,8

61,1

32,7

70

21,2

74,7

49,47

80

20,5

92,4

82

Vout (V)
GROUND

(b)
Gambar 10 Gelombang arus sepic converter mode DCM
(a) Duty cycle 20% frekuensi 15 kHz
(b) Duty cycle 20% frekuensi 25 kHz

Tabel 2 Pengujian tegangan keluaran rangkaian DC Chopper beban


resistif pada frekuensi 25 kHz

Duty
cycle
(%)

Vin
(V)

Ukur

Hitung

10

23,2

25,11

2,59

20

22,44

35,2

5,67

30

22,36

45,41

9,67

40

22,23

54,83

14,93

50

21,7

66,8

22

60

21,1

75,4

32,7

70

20,8

84,7

49,47

80

19,7

92,2

82

GROUND

Vout (V)
(a)

GROUND

(b)
Gambar 11 Gelombang arus sepic converter mode CCM
(a) Duty cycle 30% frekuensi 25 kHz
(b) Duty cycle 30% frekuensi 25 kHz

3.4.2 Pengujian Mode Operasai CCM dan DCM


Pengujian mode CCM dan DCM menggunakan beban
resistif dengan induktor yang memiliki nilai induktansi L1 =
3,8 mH dan L2 = 1,82 Mh. Variasi duty cycle yang dipilih
pada pengujian adalah 20% dan 30% dan frekuensi 15 kHz
dan 25 kHz. Berikut adalah gambar gelombang arus
induktor mode CCM dan DCM

Arus Induktor (A)

Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa arus


mencapai titik nol atau ground pada saat duty cycle 20% dan
pada Gambar 10 terlihat arus mulai menjauhi titik nol atau
ground. Kenaikan arus terjadai karena semakin duty cycle
dinaikkan, maka daya yang disalurkan melalui induktor
semakin besar, sehingga arus pun naik. Dengan demikian,
maka sepic converter sudah bekerja pada mode CCM dan
CCM.

GROUND

(a)

0.8

BATAS MODE
DCM dan CCM

0.6

CCM

0.4

DCM

15 kHz

0.2

25 kHz

0
0

50

100

Duty Cycle (%)


Gambar 12 Batas mode CCm dann DCM untuk frekuensi 15 kHz dan 25
kHz pada beban resistif

Pada pengujian mode kerja sepic converter dengan


variasi frekuensi 15 kHz dan 25 kHz menunjukkan bahwa

sepic converter berhasil bekerja pada 2 mode operasi, yakni


Continuous Conduction Mode dan Discontinuous
Conduction Mode seperti yang terlihat pada Gambar 11 dan
12.

3.5.1 Perhitungan Efisiensi Sepic Converter saat


frekuensi 15 kHz dan 25 kHz pada Beban Resistif
Tabel 5 Data pengukuran sepic converter beban resistif saat frekuensi 15
kHz

3.4.3 Pengujian Sepic Converter dengan Beban Induktif


Pengujian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
Vin, Vout, Iin, dan Iout dari sepic converter pada saat
dibebani beban induktif.
Tabel 3 Data Pengukuran sepic converter beban induktif pada frekuensi
15 kHz

Duty
Cycle
(%)
10

Vin
(V)

Vout
(V)

Iin
(A)

Iout
(A)

23,11

8,5

0,08

0,15

20

22,6

15,2

0,14

0,16

30

22,4

20,6

0,19

0,18

40

22

25,46

0,23

0,19

50

21,64

32,03

0,3

0,2

60

21,1

37,2

0,45

0,24

70

20,24

41,5

0,64

0,26

Vin
(V)

Vout
(V)

Iin
(A)

Iout
(A)

23

9,8

0,09

0,15

20

22,5

18,92

0,17

0,16

30

22,1

24,3

0,22

0,18

40

21,7

32,17

0,29

0,19

50

21,3

35,78

0,35

0,2

60

20,64

38,11

0,49

0,25

70

19,93

42,3

0,66

0,27

Vout
(V)

Iin
(A)

Iout
(A)

10

23,28

21,01

0,08

0,06

20

22,69

31,96

0,14

0,08

30

22,57

40,8

0,18

0,09

40

22,4

50,1

0,23

0,1

50

22

57,4

0,29

0,11

60

21,8

61,1

0,34

0,12

70

21,2

74,7

0,48

0,13

80

20,5

92,4

0,67

0,14

Duty
cycle
(%)

Vin
(V)

Vout
(V)

Iin
(A)

Iout
(A)

10

23,2

25,11

0,1

0,08

20

22,44

35,2

0,16

0,09

30

22,36

45,41

0,21

0,1

40

22,23

54,83

0,3

0,12

50

21,7

66,8

0,41

0,13

60

21,1

75,4

0,52

0,14

70

20,8

84,7

0,65

0,15

80
19,7
92,2
0,75 0,15
Dengan menggunakan Tabel 5 dan Tabel 6, daya dan
efisiensi sepic converter dapat dihitung dengan cara
menggunakan perhitungan efisiensi. Berikut data
perhitungan daya dan efisiensi sepic converter beban
resistif.

Dari Tabel 3 dan Tabel 4, menunjukkan bahwa


tegangan keluaran dan arus keluaran sepic converter akan
naik seiriing dengan naiknya duty cycle. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil pengujian sudah sesuai dengan
teori, dimana semakin duty cycle naik maka tegangan dan
arus keluaran juga akan semakin naik pula. Dari hasil
pengujian juga diketahui bahwa semakin besar tegangan
yang diberikan pada beban induktif, maka semakin besar
pula arus yang mengalir pada beban.

Tabel 7 Data pengukuran efisiensi sepic converter beban resistif saat


frekuensi 15 kHz

3.5 Perhitungan Efisiensi Sepic Converter


Efisiensi sepic converter dapat dicari dengan cara
menghitung daya input (Pin) dan daya output (Pout) pada
sepic converter pada masing masing percobaan, dengan
menggunakan persamaan berikut:

Vin
(V)

Tabel 6 Data pengukuran sepic converter beban resistif saat frekuensi 25


kHz

Tabel 4 Data Pengukuran sepic converter beban induktif pada frekuensi


25 kHz

Duty
Cycle
(%)
10

Duty
cycle
(%)

Pout
x100%
Pin

Dimana:
Pin = Vin x Iin
Pout = Vout x Iout

Duty
cycle (%)

Pin
(W)

Pout
(W)

Efisiensi
(%)

10

1,86

1,26

67,69

20

3,18

2,56

80,49

30

3,67

90,39

40

4,06
5,15

5,01

97,24

50

6,38

6,31

98,97

60

7,41

7,33

98,92

70
80

10,18

9,71

95,43

13,74

12,94

94,18

Tabel 8 Data pengukuran efisiensi sepic converter beban resistif saat


frekuensi 25 kHz

Duty
cycle
(%)
10
20
30
40
50
60
70

Pin
(W)

Pout
(W)

Efisiensi
(%)

2,32
3,59
4,70
6,67
8,90
10,97
13,52
14,78

2,01
3,17
4,54
6,58
8,68
10,56
12,71
13,83

75,73
88,24
96,71
98,66
97,61
96,21
93,97
93,60

Dengan menggunakan Tabel 9 dan Tabel 10, daya dan


efisiensi sepic converter dapat dihitung dengan cara
perhitungan yang sama menggunakan perhitungan efisiensi.
Berikut data perhitungan daya dan efisiensi sepic converter
beban induktif.
Tabel 11 Data pengukuran efisiensi sepic converter beban induktif saat
frekuensi 15 kHz

Duty
cycle
(%)
10
20
30
40

80
Dari Tabel 7 dan Tabel 8 dapat disajikan grafik
perbandingan duty cycle efisiensi

50
60

120

70

Pout
(W)

Efisiensi
(%)

1,85
3,16
4,26
5,06
6,49
9,50
12,95

1,28
2,43
3,71
4,84
6,41
8,93
10,79

68,96
76,86
87,12
95,60
98,68
94,03
82,02

Tabel 12 Data pengukuran efisiensi sepic converter beban induktif saat


frekuensi 25 kHz

100

Efisiensi (%)

Pin (W)

80
60

15 kH

40

25 kH

20

Duty
cycle
(%)
10
20

0
0

20

40

60

80

30

100

Duty Cycle (%)

40
50

Gambar 13 Grafik perbandingan duty cycle efisiensi sepic converter


beban resistif saat frekuensi 15 kHz dan 25 kHz

60

Gambar 13 menunjukkan bahwa pada saat


frekuensi 15 KHz dan 25 KHz seiring naiknya nilai duty
cycle, maka nilai efisiensi sepic converter akan semakin naik
dan kemudian turun saat mencapai efisiensi puncaknya. Hal
ini ditandai dengan garis grafik efisiensi yang selalu pada
semua variasi nilai duty cycle dan turun setelah mencapai
efisiensi puncaknya.
Nilai efisiensi pada saat frekuensi 25 kHz lebih baik
daripada saat frekuensi 15 kHz karena semakin tinggi nilai
frekuensi akan mempengaruhi nilai tegangan keluaran yang
mengakibatkan daya keluaran akan semakin besar. Efisiensi
tertinggi yang dihasilkan sepic converter beban resistif
frekuensi 15 KHz terjadi pada saat nilai duty cycle sebesar
50%, nilai efisiensi yang dihasilkan sebesar 98,97 %,
sedangkan nilai efisiensi dengan frekuensi 25 KHz terjadi
pada saat nilai duty cycle 40 % sebesar 98,66%.
Nilai efisiensi yang tidak mencapai 100%
mengindikasikan bahwa pada sepic converter terdapat rugi
daya. Rugi daya tersebut dapat disebabkan oleh rugi rugi
jumper dan rugi rugi akibat adanya resistansi dalam pada
komponen elektronika yang digunakan.

Pin
(W)

Pout
(W)

Efisiensi
(%)

2,07
3,83
4,86
6,29
7,46
10,11
13,15

1,47
3,03
4,37
6,11
7,16
9,53
11,42

71,01
79,14
89,96
97,13
95,99
94,20
86,83

70
Dari Tabel 11 dan Tabel 12 dapat disajikan grafik
perbandingan duty cycle efisiensi dalam Gambar 13
120

Efisiensi (%)

100
80
60

15 kHz

40

25 kHz

20
0
0

20

40

60

80

Duty Cycle (%)


Gambar 14 Grafik perbandingan duty cycle efisiensi sepic converter
beban induktif saat frekuensi 15 kHz dan 25 kHz

Gambar 4.40 menunjukkan bahwa pada


saat frekuensi 15 KHz dan 25 KHz seiring naiknya nilai duty
cycle, maka nilai efisiensi sepic converter akan semakin naik
dan akan turun saat sudah mencapai nilai puncak
efisiensinya. Hal ini ditandai dengan garis grafik efisiensi
yang selalu naik dan kemudian turun saat mencapai puncak
nilai efisiensinya pada semua variasi nilai duty cycle.
Nilai efisiensi saat frekuensi 25 KHz lebih tinggi
daripada frekuensi 15 KHz karena semakin tinggi nilai

3.5.2 Perhitungan Efisiensi Sepic Converter saat


Frekuensu 15 kHz dan 25 kHz pada Beban Induktif
Tabel 9 Data Pengukuran sepic converter beban induktif pada frekuensi
15 kHz
Tabel 10 Data Pengukuran sepic converter beban induktif pada frekuensi
25 kHz

Tabel 14 Data perhitungan kerja transistor dengan beban resistif saat


frekuensi 25 kHz

frekuensi akan mempengaruhi nilai tegangan keluaran yang


mengakibatkan daya keluaran akan semakin besar. Efisiensi
tertinggi yang dihasilkan sepic converter beban induktif
frekuensi 15 KHz terjadi pada saat nilai duty cycle sebesar
50%, nilai efisiensi yang dihasilkan sebesar 98,68 %,
sedangkan nilai efisiensi dengan frekuensi 25 KHz terjadi
pada saat nilai duty cycle 40% sebesar 97,13 %.
Arus masukan sepic converter saat beban induktif yang
melonjak tinggi dibandingkan saat sepic converter beban
resistif disebabkan karena nilai arus yang dibutuhkan sepic
converter untuk menggerakkan motor lebih besar
dibandingkan saat jenis beban resistif diujikan.
Nilai efisiensi yang tidak mencapai 100%
mengindikasikan bahwa pada sepic converter terdapat rugi
daya. Rugi daya tersebut dapat disebabkan oleh rugi rugi
jumper dan rugi rugi akibat adanya resistansi dalam pada
komponen elektronika yang digunakan.

Duty
Cycle
(%)
10

Vcc
(V)

VBB
(V)

Ic
(A)

IB (A)

Rc
()

VCE
(V)

(%)

23,3

1,23

0,1

0,0062

0,42

23,24

75,73

20

23,04

1,86

0,16

0,0093

0,42

22,97

88,24

30

22,76

2,4

0,21

0,0120

0,42

22,67

96,71

40

22,23

0,3

0,0150

0,42

22,10

98,66

50

21,7

3,6

0,41

0,0180

0,42

21,53

97,61

60

21,1

4,2

0,52

0,0210

0,42

20,88

96,21

70

20,8

4,7

0,65

0,0235

0,42

20,53

93,97

19,7
5,3 0,75 0,0265 0,42 19,39
Dari Tabel 13 dan Tabel 14 dapat disajikan grafik
antara IC-VCE dalam suatu grafik dalam Gambar 14 dan
Gambar 15.

93,60

80

3.5 Daerah Kerja Transistor


Pada rangkaian sepic converter, pensaklaran transistor
memiliki titik kerja maksimal di mana IC memiliki titik
jenuh dalam beroperasi dan nilai efisiensi terbik saat
transistor bekerja dengan data dan parameter IC, IB, VCE di
bawah ini. Maka dapat dilihat daerah kerja transistor sebagai
sistem pensaklaran (saturasi) di mana IB konstan. Dengan
perhitungan, maka didapat nilai IB dan VCE. VBE = 0,6
(silikon), untuk transistor berbahan silikon

0.8

Ic (A)

0.6

0
19

21

22

23

24

Gambar 15 Grafik IC-VCE dan titik kerja transistor tahanan basis 120
saat frekuensi 15 kHz

0.8

Tabel 13 Data perhitungan kerja transistor dengan beban resistif saat


frekuensi 15 kHz

23,28

1,11

0,08

0,0056

0,42

23,24

67,69

20

22,69

1,78

0,14

0,0089

0,42

22,63

80,49

30

22,57

2,3

0,18

0,0115

0,42

22,49

90,39

40

22,4

2,9

0,23

0,0145

0,42

22,30

97,24

50

22

3,6

0,29

0,0180

0,42

21,88

98,97

60

21,8

4,1

0,34

0,0205

0,42

21,66

98,92

70

21,2

4,8

0,48

0,0240

0,42

20,99

95,43

80

20,5

5,4

0,67

0,0270

0,42

20,22

94,18

Rc
()

VCE
(V)

(%)

Ic (A)

IB (A)

Daerah
Titik Kerja

Daerah
Saturasi

0.6

Duty
Cycle
(%)
10

Ic
(A)

20

Vce(V)

3.5.1 Daerah Kerja Transistor pada Beban Resistif


dengan Tahanan Basis 120

VBB
(V)

IB

0.2

VBB VBE
IB =
RB
VCE = Vcc (Ic x RC)

Vcc
(V)

0.4

Daerah
Titik Kerja

Daerah
Saturasi

0.4

IB

0.2
0
15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

Vce(V)
Gambar 16 Grafik IC-VCE dan titik kerja transistor tahanan basis 120
saat frekuensi 25 kHz

Dari gambar 4.41 dan 4.42 menunjukan pada duty cycle


50 % untuk frekuensi 15kHz, transistor bekerja dalam
daerah saturasi dimana Ic mengalami titik jenuh dengan nilai
pada Ic= 0,29 A ,Vce = 21,88 V dengan nilai efesiensi 98,97
%. Dan untuk frekuensi 25 kHz, duty cycle 40 %, transistor
bekerja dalam daerah saturasi dimana Ic mengalami titik
jenuh dengan nilai pada Ic= 0,3 A ,Vce = 22,10 V dengan
nilai efesiensi 98,66 %.

3.5.2 Daerah Kerja Transistor pada Beban Induktif


dengan Tahanan Basis 120
Tabel 15 Data perhitungan kerja transistor dengan beban induktif saat
frekuensi 15 kHz

Duty
Cycle
(%)
10

Vcc
(V)

VBB
(V)

23,11

20

22,6

30

Rc
()

(%)

Ic
(A)

IB (A)

VCE
(V)

1,21

0,08

0,0061

0,42

23,08

68,96

1,8

0,14

0,0090

0,42

22,54

76,86

22,4

2,4

0,19

0,0120

0,42

22,32

87,12

40

22

2,9

0,23

0,0145

0,42

21,90

95,60

50

21,64

3,63

0,3

0,0182

0,42

21,51

98,68

60

21,1

4,25

0,45

0,0213

0,42

20,91

94,03

70

20,24

4,7

0,64

0,0235

0,42

19,97

82,02

Tabel 16 Data perhitungan kerja transistor dengan beban induktif saat


frekuensi 25 kHz

Duty
Cycle
(%)
10

Vcc
(V)

VBB
(V)

Ic
(A)

IB (A)

Rc
()

VCE
(V)

(%)

23

1,15

0,09

0,0058

0,42

22,96

71,01

20

22,5

1,79

0,17

0,0090

0,42

22,43

79,14

30

22,1

2,37

0,22

0,0119

0,42

22,01

89,96

40

21,7

3,01

0,29

0,0151

0,42

21,58

97,13

50

21,3

3,59

0,35

0,0180

0,42

21,15

95,99

60

20,64

4,2

0,49

0,0210

0,42

20,43

94,20

19,93 4,8 0,66 0,0240 0,42 19,65 86,83


Dari Tabel 15 dan Tabel 16 dapat disajikan grafik
antara IC-VCE dalam suatu grafik dalam Gambar 16 dan
Gambar 17.

Ic (A)

70

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

Daerah
Titik Kerja

Daerah
Saturasi

IB

18

20

22

24

Vce(V)

Ic (A)

Gambar 17 Grafik IC-VCE dan titik kerja transistor tahanan basis 120
saat frekuensi 15 kHz

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

Daerah
Saturasi

Daerah
Titik
Kerja
IB

15

17

19

21

23

25

Vce(V)
Gambar 18 Grafik IC-VCE dan titik kerja transistor tahanan basis 120
saat frekuensi 25 kHz

Gambar 4.43 menunjukan pada duty cycle 50 %


untuk frekuensi 15 kHz, transistor bekerja dalam daerah
saturasi, dimana Ic mengalami titik jenuh dengan nilai pada
IC= 0,3A ,VCE = 21,51V dengan nilai efesiensi 98,68 %.
Gambar 4.44 menunujukkan saat frekuensi 25 kHz, duty
cycle 40 %, transistor bekerja dalam daerah saturasi, dimana
Ic mengalami titik jenuh dengan nilai pada Ic= 0,29 A ,Vce
= 21,58V dengan nilai efisiensi 97,13 %.
4. Kesimpulan
Berdasarkan pada perancangan, pengujian dan analisa
yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sepic converter dengan sistem pensaklaran transistor
SC2555 dapat beroperasi pada mode DCM dan DCM.
2. Sepic converter dengan sistem pensaklaran transistor
SC2555 dapat beroperasi pada tahanan basis transistor
120 .
3. Perbedaan mode operasi CCM dan DCM dengan
menggunakan induktor dengan nilai induktansi L1= 3,8
mH dan L2 = 1,82 mH pada modul sepic converter yang
diuji terletak pada nilai duty cycle.
4. Pengujian arus induktor menunjukan bahwa pada beban
resistif, duty cycle 10% - 20% sepic converter bekerja
pada mode DCM , dan pada duty cycle 21% - 80%
beralih pada mode CCM.
5. Pengujian arus induktor menunjukan bahwa pada beban
induktif, duty cycle 10% - 20% sepic converter bekerja
pada mode DCM , dan pada duty cycle 21% - 70%
beralih pada mode CCM.
6. Beban resistif dan induktif dengan tahanan basis
transistor 120 , sepic converter memiliki batas titik
kerja maksimal yang pada duty cycle 80% untuk beban
resistif dan pada duty cycle 70% untuk beban induktif.
7. Nilai tegangan dan arus keluaran maksimum sepic
converter dengan beban resistif saat frekuensi 15 kHz
menghasilkan tegangan dan arus keluaran sebesar
92,4V dan 0,14A, saat frekuensi 25 kHz menghasilkan
tegangan dan arus keluaran 92,2V dan 0,15A.
8. Nilai tegangan dan arus keluaran maksimum sepic
converter dengan beban induktif saat frekuensi 15 kHz
menghasilkan tegangan dan arus keluaran sebesar
41,5V dan 0,26A, saat frekuensi 25 kHz menghasilkan
tegangan dan arus keluaran 42,3V dan 0,27A.
9. Pengujian sepic converter dengan tahanan basis
transistor 120 dengan beban resistif saat frekuensi
15kHz memiliki nilai efesiensi titik kerja yang lebih
baik dari beban resistif saat frekuensi 25kHz. Pada
frekuensi 15kHz tahanan basis 120 beban resistif
menghasilkan Ic = 0,29A ,Vce = 21,88V dengan nilai
efesiensi 98,97%, pada frekuensi 25kHz dengan
tahanan basis yang sama diperoleh nilai Ic = 0,3 A ,Vce
= 22,10V dan nilai efisiensi 98,66%
10. Pengujian sepic converter dengan tahanan basis
transistor 120 dengan beban induktif saat frekuensi
15kHz memiliki nilai efesiensi titik kerja yang lebih
baik dari beban induktif saat frekuensi 25kHz. Pada
frekuensi 15kHz tahanan basis 120 beban induktif
menghasilkan Ic = 0,3 ,Vce = 21,51V dengan nilai
efesiensi 98,68%, pada frekuensi 15kHz dengan

tahanan basis yang sama diperoleh nilai Ic = 0,29A ,Vce


= 21,58V dan nilai efisiensi 97,13%
11. Efisiensi rata-rata sepic converter dengan tahanan basis
120 dengan mode CCM lebih baik dari mode DCM,
pada beban resistif dan beban induktif.

[14] Kurniawan. Singgih.2012. Maximum Power


Point Tracking (Mppt) Dengan Konverter Dc-Dc
Tipe Cuk Menggunakan Metode Logika Fuzzy
Pada Fotovoltaik. Ft Elektro Universitas
Diponegoro.
[15] Ervan Kurniawan, Dody. Analisa Power Induktor
Bentuk E dengan Kawat Enamel pada Boost
Converter. Depok, Universitas Indonesia.
[16] Tae-Yeong Lee, Eun-Ju Yoo, Won-Yeong Choi, and
Young-Woo Park, Member, IEEE.2010. Design and
Control of DC-DC Converter for the Military
Application Fuel Cell. World Academy of Science,
Engineering and Technology.
[17] S. J. Chiang, Hsin-Jang Shieh, Member, IEEE, and
Ming-Chieh Chen.2009. Modeling and Control of PV
Charger System with Sepic Converter, IEEE
TRANSACTIONS
ON
INDUSTRIAL
ELECTRONICS, VOL. 56, NO. 11.
[18] R. Balahemalatha.2014. A Permanent Magnet
Brushless DC Motor Drive Based Voltage Controlled
Power Factor Correction SEPIC Converter.
International Journal of Scientific & Engineering
Research, Volume 5, Issue 4.
[19] ______.
2014.
Datasheet
LM7812.

5. Saran
1. Penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan
menggunakan DC Chopper dengan topologi lainnya
sebagai regulator tegangan, seperti Buck, Boost, Buckboost dan Cuk.
2. Dapat digunakan perangkat switching lain seperti
IGBT.
3. Mikroprosesor dapat digunakan sebagai perangkat
pemicuan agar pemicuan yang didapatkkan lebih bagus.
4. Suplai daya DC pada penelitian ini dapat
disederhanakan dengan menggunakan baterai atau aki.
Referensi
[1]
Daniel W. Hart.1997. Introduction to Power
Electronics. Prentice-Hall International, International
Edition.
[2]
Rashid, M.2011 Power Electronics Circuit, Device,
and Aplication 3rd, Prentice-Hall International Inc.
[3]
Kim, Yong-Jun dan Mark G. Allen.1998. Integrated
Solenoid-Type Inductors for High Frequency
Applications and Their Characteristics, Samsung
Electronics CO.,Ltd,. Suwon City, Korea.
[4]
Tumbur, Francisco. Analisis Pengaruh Penggunaan
DC Chopper terhadap Harmonik dan Faktor Daya
Komponen Penyearah. Semarang, Universitas
Diponegoro.
[5]
Mahfudz Safarudin, Yanuar. 2013. Perancangan
Modul Praktikum Inverter Sinusoidal Pulse Width
Modulation (SPWM) 2 Level, 3 Level dan Sinusoidal.
Semarang.
[6]
S, Wasitio.2004. Vademekum Elektronika Edisi
Kedua. Jakarta: PT. Gramedia.
[7]
Texas Instrument.2015. TL494 Pulse-WidthModulation Control Circuits. Texas, USA.
[8]
Reungsark, Manasoontorn dan Howimanporn
Suppachai.2010
Comparison
of
Continues
Conduction Mode (CCM) and Discontinues
Conduction Mode (DCM) in Omni Robot Power
Supply, University of Tecnology Phra Nakon 10300,
Bangkok, Thailand.
[9]
Mahartoto
Pratama,
Gigih.2014.
Analisis
Perbandingan Hasil Operasi CCM dan DCM pada
DC Chopper Tipe Cuk. Semarang.
[10] Simon Ang, Alejandro Oliva.2005 Power Switching
Converter 2nd. Taylor & Francis Group.
[11] Santoso, Joko (Penterjemah).2004. Prinsip prinsip
Elektronika. Jakarta : Salemba Teknika.
[12] Mohamed Noor Azman Bin Bidin.2014. Voltage
Tracking of a DC-DC Cuk Converter Using Neural
Network Control. Malaysia.

http://www.fairchildsemi.com, diakses pada Juni


2014.
[20]

______.

1997.

Datasheet

2SC2555.

http://www.datasheet4u.com, diakses pada Maret


2014.
[21]

______.1997.

Datasheet

Dioda

MUR460.

http://uk.farnell.com/multicomp/mur460/diode-fast4a-600v/dp/1625177, diakses pada Juni 2014.


[22]

______.

Lampu

DC,

http://radelyrachemistry.blogspot.com/2012/12/wolf
arm.html?m=1
[23]

______.

Motor

DC,

https://wama201141.files.wordpress.com/2011/07/m
akalahmotordc.docx

[13] Mazhar, Supriono.2008. Studi Kinerja


Sistem Fotovoltaik Untuk Penerangan
Menggunakan Led. Universitas Mataram.
9

Biodata Penulis
Penulis bernama Dennis Hasnan
Zulfialda (21060110141084)
lahir di Banjarnegara 18 Juli
1992. Penulis telah menempuh
pendidikan di TK Aisiyah
Banjarnegara,
SD
Muhammadiyah
IV
Banjarnegara, SMP Negeri 1
Banjarnegara, SMA Negeri 1
Banjarnegara dan saat ini
sedang menempuh pendidikan
S1
di
Teknik
Elektro
Universitas Diponegoro.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I

Mochammad Facta, S.T., M.T., Ph.D.


NIP 197106161999031003

Dosen Pembimbing II

Ir. Agung Nugroho, M.Kom.


NIP 195901051987031002

10

Anda mungkin juga menyukai