Anda di halaman 1dari 3

1| Edy Ervianto

PENGENDALIAN MOTOR DC

Ada 5 pengendalian pada motor DC, yaitu :


[1]. Kendali Starting
Adalah Kendali untuk proses starting, yaitu “menghidupkan” motor dari keadaan diam sampai
berputar dengan kecepatan steady state
[2]. Kendali Kecepatan Putar
Adalah kendali untuk pengaturan kecepatan putar motor secara elektrik, baik set “awal” maupun
set “berjalan”, baik per-step, maupun varibel
[3]. Kendali Arah Putaran
Adalah kendali untuk mengatur/merubah arah putaran motor secara elektrik, baik pada saat start
maupun pada saat motor sedang berputar dalam arah tertentu
[4]. Kendali Pengereman
Adalah kendali untuk menghentikan putaran motor secara elektrik

KENDALI STARTING
Pada motor-motor DC berukuran daya kecil maka untuk “menghidupkannya” cukup sederhana yaitu
dengan cara menghubungkan langsung terminal tegangan motor ke sumber tegangan searah atau
lewat Saklar Daya. Dengan cara ini maka ukuran KHA (Kemampuan Hantar Arus) dari Saklar daya tsb
haruslah minimum sebesar i N

Saklar Daya

i IN GBR 1 . Contoh cara menghidupkan


motor DC Shunt lewat
M VDC Saklar Daya

Tetapi untuk motor-motor DC daya besar, maka bila “dihidupkan” dengan cara diatas kemungkinan
dapat berakibat fatal yang bisa merusak motor, sehingga dibutuhkan suatu mekanisme kendali starting
agar motor dapat di start dengan aman. Mengapa demikian ??? ….
Pada motor-motor berdaya besar maka belitannya memiliki nilai induktansi yang besar. Besarnya nilai
induktansi ini akan memperbesar efek dari fenomena in rush current yang memang ada pada setiap
belitan. Fenomena in rush current adalah fenomena dimana suatu belitan akan mengalami transient
arus yang besar ketika pertama kali dilalui arus listrik artinya belitan akan menyedot arus yang besar
melebihi yang seharusnya. Semakin besar KHA dari belitan maka tarikan pertama arus-nya juga akan
semakin besar. Inilah yang dikuatirkan terjadi pada belitan jangkar saat motor DC dihidupkan, bila ini
terjadi maka belitan jangkar-nya “dapat rusak terbakar”. Kondisi tersebut dapat diillustrasikan seperti
terlihat pada GBR 2 berikut :
2| Edy Ervianto

i ST

A A

C
iN
B
t t
t ST t ST

Kurva A adalah besarnya arus jangkar Kurva B adalah kenaikan arus jangkar
yang ditarik motor saat dihidupkan yang diharapkan pada saat start.
(start). Besarnya bisa beberapa kali Kondisi ini tercapai bila mekanisme
arus normal. Butuh waktu beberapa start-nya terkendali.
saat untuk menuju kondisi normal
[b]
[a]

A KETERANGAN :
i ST = Arus start maksimum
C i N = Arus Normal (steady state)
iN t ST = Lamanya transisi Start
D Kurva C = Kurva arus steady state
t
t ST
Kurva D adalah kenaikan arus jangkar
yang diharapkan dan lebih cepat pada
saat start. Kondisi ini bisa diperoleh
melalui rancangan & perhitungan
pengendalian start yang tepat.

[c]
GBR 2 . Gambaran transient arus
start pada saat motor DC
dihidupkan
3| Edy Ervianto

Secara matematis, besarnya arus start pada jangkar (Arus Jangkar) pada saat motor dihidupkan dapat
dihitung berdasarkan pada pers. Motor, tergantung dari jenis motor yang ditinjau. Misalkan untuk
Motor Penguatan Shunt maka :

ia Start
𝑉𝑉𝑇𝑇 = 𝐸𝐸 + 𝐼𝐼𝑎𝑎 𝑅𝑅𝑎𝑎 → Dimana : 𝐸𝐸 = 𝐶𝐶𝐶𝐶∅
Ra 𝑉𝑉𝑇𝑇 = 𝐶𝐶𝐶𝐶∅ + 𝐼𝐼𝑎𝑎 𝑅𝑅𝑎𝑎
M RF VT
E 𝑉𝑉𝑇𝑇 − 𝐶𝐶𝐶𝐶∅
𝐼𝐼𝑎𝑎 = →| 01
𝑅𝑅𝑎𝑎

Karena motor masih dalam keadaan


diam maka pada saat start,
putaran motor = 0 → n = 0
sehingga akhirnya :

𝑉𝑉𝑇𝑇
𝐼𝐼𝑎𝑎 = →| 02
𝑅𝑅𝑎𝑎

Dari pers |02 diatas terlihat bahwa besarnya arus start


(arus jangkar) pada saat motor dihidupkan hanya
dibatasi oleh tahanan jangkar saja. Sedangkan pers |1
menunjukkan besarnya arus steady state ketika nanti
motor sudah berjalan normal.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Secara matematis Khusus Motor Shunt maka untuk
mengurangi besarnya arus jangkar pada saat start
dilakukan dengan memperbesar tahanan jangkar
( Lihat pers |02 ).

Anda mungkin juga menyukai