Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Maternitas
di Puskesmas Singosari Kabupaten Malang

Oleh:
KELOMPOK 4

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal. Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal
terjadi. Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada
penderita pre-eklampsia, yang juga dapat disertai koma.

Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama
kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 % kehamilan. Hipertensi pada
kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia,
perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam

paru), gagal ginjal akut, dan

penggumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin


(termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim,
solusio plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran
prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama
penyebab kematian pada ibu (Prawihardjo, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) Berdasarkan data resmi Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, terus mengalami penurunan. Pada tahun 2004 yaitu 270 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006
yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2010), walaupun sudah terjadi penurunan AKI di
Indonesia, namun angka tersebut masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18
negara ASEAN dan SEARO (South East Asia Region, yaitu: Bangladesh, Bhutan, Korea
Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain).
Salah satu kasus dari komplikasi kehamilan sebagai penyumbang AKI di Indonesia
adalah hipertensi dalam kehamilan. Dalam Profil Kesehatan Indonesia (2008) diketahui
bahwa eklampsia (24%) adalah persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu setelah
perdarahan (28%). Kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi)
yang tidak terkontrol saat persalinan.
Berdasarkan data data diatas, maka kami tertarik untuk memberikan pendidikan
kesehatan mengenai hipertensi dalam kehamilan agar tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang hipertensi dalam kehamilan meningkat sehingga bisa mengurangi Angka Kematian
Ibu (AKI) akibat hipertensi dalam kehamilan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan, peserta dapat mengerti dan
memahami tentang hipertensi dalam kehamilan
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan, peserta dapat:

a. Menjelaskan definisi hipertensi dalam kehamilan


b. Menyebutkan faktor resiko hipertensi dalam kehamilan
c. Menyebutkan klasifikasi dan tanda gejala hipertensi dalam kehamilan
d. Menjelaskan penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan

e. Menyebutkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan


C. RENCANA KEGIATAN
1. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
2. Media dan alat bantu
Leaflet dan lembar balik
3. Waktu dan tempat
Waktu

: Februari 2015

Pukul

Tempat

4. Materi
Hipertensi dalam kehamilan
5. Peserta
Ibu Hamil di Singosari
6. Kegiatan Belajar Mengajar
HASIL

WAKTU

Pendahuluan 5 menit

KEGIATAN

KEGIATAN

METODE

MEDIA

PENGAJAR
1. Salam pembuka

PESERTA DIDIK
1. Menjawab

Ceramah

Ceramah

- Lembar

2. Memperkenalkan
diri

2. Mendengarkan

3. Menjelaskan
maksud
Penyajian

10
menit

keterangan
dan

tujuan
1. Menjelaskan

penjelasan peyaji

hipertensi dalam
kehamilan
resiko

hipertensi dalam
kehamilan
3. Menyebutkan
tanda

dan
gejala

hipertensi dalam
kehamilan

balik
-

Leafle
t

2. Menyebutkan

klasifikasi

penyaji
Mendengarkan

definisi

faktor

salam

4. Menjelaskan
penatalaksanaan

hipertensi

dalam
kehamilan
5. Menyebutkan
komplikasi
hipertensi dalam
Evaluasi

kehamilan
1. Memberikan

10
menit

1. Bertanya

Tanya

kesempatan pada

kepada penyaji Jawab

ibu hamil untuk

tentang

materi

bertanya

yang

belum

2. Menanyakan

paham

kembali pada ibu 2. Menjawab


hamil

tentang

materi
Penutup

5 menit

pertanyaan

yang

disampaikan
1. Menyimpulkan

penyaji
1. Mendengarkan

Ceramah,

materi

2. Menjawab

Tanya

2. Menutup

salam

Jawab

pertemuan
3. Salam penutup

D. EVALUASI
1. Struktur
a) Persiapan media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan, yaitu leaflet dan lembar balik.
b) Persiapan materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan dibuatkan leaflet dan lembar
balik

yang ringkas, menarik, lengkap, dan mudah dimengerti oleh

peserta.
c) Perijinan
Sebelum melakukan penyuluhan, dilakukan perijinan kepada pihak
Puskesmas Singosari Malang.
2. Proses
a. Klien mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dengan baik

b. Klien terlibat aktif selama pendidikan kesehatan


c. Klien aktif bertanya
3. Hasil
a. 70% klien dapat menjelaskan materi yang disampaikan dengan baik
b. Klien mampu menjelaskan definisi hipertensi dalam kehamilan
c. Klien mampu menyebutkan faktor apa saja yang menjadi resiko Hipertensi
dalam kehamilan
d. Klien mampu menyebutkan klasifikasi dan tanda gejala hipertensi dalam
kehamilan
e. Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan
f. Klien mampu menyebutkan komplikasi dari hipertensi dalam kehamilan

E. LAMPIRAN
(Materi terlampir)

F. DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG dkk. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan dalam: William Manual of
Obstetrics, 21st Edition Boston, McGraw Hill. Edisi 21. Vol 1. 2006. Jakarta: EGC. H
625-673
Martaadisoebrata, D dkk. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC;2005.h.68-82
Rachimhadhi, T. hipertensi dalam kehamilan, Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi 4, cetakan
pertama, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. H 530-550
Satrawinata. S., Martaadisoerbrata, D., dan Wirahkusuma, F.F. 2003. Ilmu Kesehatan
Reproduksi:

Obstetri

Patologi

Edisi

2.

Jakarta:

EGC.

(link:

https://books.google.co.id/books?
id=5SXtVDOPciIC&pg=PA68&dq=hipertensi+pada+kehamilan&hl=id&sa=X&ei
=d2zGVO_GBIPr8AW9k4KADA&redir_esc=y#v=onepage&q=hipertensi
%20pada%20kehamilan&f=false )
World Health Organization. 2014. Hipertensi Dalam Kehamilan, Preeklampsia, Dan
Eklampsia.

Kantor

WHO

untuk

Indonesia

http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-8-hipertensi-dalam-kehamilanpreeklampsia-dan-eklampsia/)

(link:

LAMPIRAN MATERI
A. DEFINISI
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vascular yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Golongan penyakit ini
ditandai dengan hipertensi dan sering di sertai proteinuri, edema, kejang, koma, atau gejalagejala lain.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa
lebih awal terjadi. Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang
pada penderita pre-eklampsia, yang juga dapat disertai koma. Pre-eklampsia adalah salah
satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini
terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu
dan bayi.
B. FAKTOR RESIKO
1.

Kehamilan kembar

2.

Kehamilan pertama

3.

Usia < 18 tahun atau > 35 tahun

4.

Riwayat preeklamsi

5.

Riwayat preeklamsi dalam keluarga

6.

Ras kulit hitam

7.

Obesitas (BMI 30)

8.

Interval antar kehamilan < 2 tahun atau > 10 tahun.

9.

Hidramnion

10. Diabetes melitus


11. Gangguan vaskuler plasenta
12. Faktor herediter
13. Mempunyai riwayat penyakit vaskular
C. KLASIFIKASI DAN TANDA GEJALA
1.

Hipertensi Kronik
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah
persalinan

Diagnosis

Tekanan darah 140/90 mmHg

Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada
usia kehamilan <20 minggu

2.

Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)

Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal

Hipertensi Gestasional
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang
setelah persalinan
Diagnosis

Tekanan darah 140/90 mmHg

Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia kehamilan
<12 minggu

Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)

Dapat disertai tanda dan gejala

preeklampsia,

seperti nyeri ulu hati di

trombositopenia

3.

Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan

Preeklamsia
Penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang
akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas tanpa disertai adanya kejang. Pada
preeklamsi tanda yang mungkin muncul adalah hipertensi, edema, dan proteinuria.
Gejala:

Hipertensi

: hipertensi yang terjadi secra tiba-tiba, dengan batas atas sistolik

140mmHg dan diatolik 90mmHg atau juga dengan kenaikan sistolik lebih dari
30mmHg dan diatolik 15mmHg dari TD biasanya.

Edema

: didahului dengan penambahan BB 1kg/minggu dan 3kg/bulan,

penambahan BB ini dikarenakan adanya retensi cairan di dalam tubuh

Proteinuria
Gejala Subjektif yang mungkin dirasakan:
1)

Sakit kepala hebat

2)

Sakit uluh hati

3)

Gangguan pengelihatan (kabur/ buta)

Preeklampsia Ringan

Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu

Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif


menunjukkan hasil >300 mg/24 jam

Preeklampsia Berat

Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu

Tes celup urin menunjukkan proteinuria 2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif


menunjukkan hasil >5 g/24 jam

Atau disertai keterlibatan organ lain:


1)

Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati

2)

Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas

3)

Sakit kepala , skotoma penglihatan

4)

Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion

5)

Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif

6)

Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl

Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik

Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu)

Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000 sel/uL pada
usia kehamilan > 20 minggu

4.

Eklamsia
Kejang pada wanita hamil, dalam persalinan, atau masa nifas disertai gejala-gejala
preeklamsi (hipertensi, edema, dan/atau proteinuria) Menurut saat terjadinya eklamsi
dapat dibedakan atas:

Eklamsia Antepartum, sebelum proses melahirkan

Eklamsia Intrapartum, pada saat proses melahirkan

Eklamsia Pascapersalinan, setelah proses melahirkan

D. PENANGANAN
1) Hipertensi kronis
Penanganan :
-

Bed rest

Pengawasan pertumbuhan janin

Anti hipertensi

Pencegahan kenaikan BB yang berlebihan

Terminasi kehamilan

2) Pre-eklamsia ringan
Penanganan :
Rawat Jalan
o

Banyak istirahat (berbaring/tidur miring)

Diet sedapat mungkin tinggi protein, rendah karbohidrat

Dilakukan pemeriksaan penilaian kesejahteraan janin pada


kehamilan 30-32 minggu, dan diulangi sekurang kurangnya
dalam 2 minggu.
a. USG (Ultrasonografi)
b. NST (Non Stress Test)

Pemeriksaan laboratorium
a. PCV, Hb
b. Asam urat rendah
c. Trombosit

Obat obat yang diberikan


a. Roboransia, vitamin kombinasi.
b. Aspirin dosis rendah sehari 1 kali (87,5 mg)

Kunjungan ulang 1 minggu

Rawat Tinggal
o

Kriteria untuk rawat tinggal bagi penderita preeclampsia ringan.


a. Hasil penilaian kesejahteraan janin ragu ragu atau jelek
(pemeriksaan pada kehamilan 30-32 minggu).
b. Kecenderungan menuju gejala preeclampsia berat (timbul
salah satu atau lebih gejala preeclampsia berat)

Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal.


a. Penderita tirah baring total
b. Obat obatan :
-

Roboransia, vitamin kombinasi

Aspirin dosis rendah sehari 1 kali

c. Pemeriksaan laboratorium
-

Hb, PCV

Asam urat rendah

Trombosit

Fungsi ginjal / hepar

Urine lengkap

d. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin


3) Pre-eklamsia Berat
Penanganan :
a. Di kamar bersalin (selama 24 jam)
-

Tirah baring

Infus RL (Ringer Lactate) yang mengandung 5% dextrose 60125cc/jam.

10gr MgSO4 50% i.m setiap 6 jam, s/d 24 jam pasca persalinan (kalau
tidak ada kontra indikasi pemberian MgSO4).

Diberikan anti hipertensi, yang diberikan :

Nifedipin 5-10 mg setiap 8 jam, dapat diberikan bersama sama


Methyldopa 250-500mg setiap 8jam. Nifedipin dapat diberikan ulang
sublingual 5-10mg dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan
sistolik 180 mmHg atau diastolik 110 mmHg. (cukup 1 kali saja).

Dilakukan pemeriksaan lab. tertentu (fungsi hepar dan ginjal) dan


produksi urine 24 jam.

Konsultasi dengan bagian lain :


Bagian Mata, Bagian Jantung, Bagian lain sesuai indikasi.

b. Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di Ruang Bersalin (setalah


24 jam masuk ruang bersalin).

Tirah baring.

Obat obatan
-

Roboransia : multivitamin

Aspirin dosis rendah 87,5mg sehari 1 kali.

Antihipertensi (Nifedipine 5-10mg setiap 8 jam Methyldopa atau


250 mg tiap 8 jam)

Penggunaan atenolol dan blocker (dosis regimen) dapat


dipertimbangkan pada pemberian kombinasi.

Pemeriksaan lab.
-

Hb, PCV dan hapusan darah tepi.

Asam urat rendah.

Trombosit.

Fungsi hepar/ginjal.

Urine lengkap.

Produksi urine per 24 jam (Esbach), penimbangan BB setiap hari.


Pemeriksaan lab dapat diulang sesuai dengan keperluan.

Diet tinggi protein, rendah karbohidrat.

Dilakukan penilaian kesejahteraan janin termasuk biometri, jumlah


cairan ketuban, gerakan, respirasi dan ekstensi janin, velosimetri
(resistensi), umbilikalis,dan rasio panjang femur terhadap lingkar
abdomen.

4) Eklamsia
Pencegahan
Usaha usaha untuk menurunkan frekwensi atau mencegah terjadinya
eclampsia terdiri atas :

Meningkatkan perawatan antenatal.

Mencari pada setiap pemeriksaan tanda tanda pre-eclampsia dan


mengobatinya segera apabila diketemukan

Mengakhiri kehamilan sedapat dapatnya pada. kehamilan 37 minggu


atau lebih apabila setelah dirawat tanda tanda pre-eclampsia tidak juga
dapat dihilangkan.

Terapi
Tujuan pengobatan eklampsia adalah :

Sedasi untuk mencegah kejang selanjutnya.


Kejang sangat merugikan karena waktu kejang terjadi hypoxia, acidosis
respiratoris dan metabolis, dan kenaikan tensi.

Menurunkan tensi dengan menghasilkan vasodilatasi penurunan tensi


harus berangsur angsur dan tidak boleh terlalu banyak. (tekanan darah
tidak boleh turun lebih dari 20% dalam 1 jam).

Mengoreksi hemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis, karena air keluar


dari pembuluh darah dan menimbulkan oedema maka terjadi hipovolemi
oliguria

anuri

shock. Keadaan ini diperbaiki dengan pemberian

cairan glucose 5-10%. Pemberian cairan harus hati hati Karen dapat
menimbulkan hyperhidrasi dan oedema paru paru, karena itu produksi
urine dan tekanan vena central menjadi pegangan (produksi urine tidak
boleh kurang dari 30cc/jam, CVP tidak boleh melebihi 6-8cm H20.

Pemberian oksigen dan mempertahankan air way.

Bentuk terapi dibagi : secara konservatif dan secara aktif. Seperti pada preeclampsia berat dengan prinsip mengatasi kejang lebih dahulu.
Obat obat untuk antikejang :
MgSO4 (Magnesium Sulfat)
Dosis awal : 4 gr 20% i.v. pelan pelan selama 3 menit atau lebih, disusul
10 gr 50% i.m. (selanjutnya lihat prosedur pada preeclampsia berat)

Sebagai obat antikejang pada preeclampsia post partum dapat dipikirkan


pemberian Phenylhydantoin 100mg parenteral (diencerkan dalam 25cc
dan diberikan dalam waktu 5 menit) diulang tiap 6jam.
Setelah pemberian kurang lebih 4-5 jam berikutnya (terutama pada
preeclampsia krusial) dilakukan penilaian tanda vital bila lebih 10
dilakukan terminasi kehamilan. Pada eklampsia klasik diutamakan
persalinan pervaginam dengan induksi.

50 mikrogram prostalglandin pada fornik posterior sebanyak 2 kali


bila Pelvic Score (PS) <5

Drip oksitosin bila Pelvic Score (PS) 5 Skor dari Vital Sign.

E. KOMPLIKASI
1. Gagal ginjal
2. Gagal jantung
3. Edema paru
4. Kelaianan pembekuan darah
5. Perdarahan otak
6. Kematian janin

Anda mungkin juga menyukai