Es TAFT
Jari-jari (rv)
Berat molekul (M)
Volume molar
Refraksi molar (MR)
Parakor (P)
1. Es
2. Jari-jari
Berikut adalah perhitungan untuk jari-jari efektif:
3. Berat molekul, volume molar, refraksi molar (MR), dan parakor (P)
Berat molekul menunjukkan bulk relatif gugus ganti. Sementara volume molar, refraksi
molar, dan parakor juga memiliki level yang sama dengan berat molekul, yaitu bersifat
aditif sesuai dengan penyusun strukturnya.
Refraksi molar dapat diperoleh dengan rumus berikut:
Indeks bias ;
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam hampa udara (c)
terhadap cepat rambat cahaya dalam zat tersebut (v), atau perbandingan sinus sudut datang
terhadap sinus sudut bias. Harga indeks bias berubah-ubah tergantung pada panjang
gelombang cahaya dan suhu.
d. Densitas
Densitas(Massa jenis) adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa
jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah
benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang
lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah
(misalnya air).
(Chang, Raymond,2005)
6. Tabel nilai MR dan densitas dari bahan-bahan pada praktikum MR
Pengaruh temperatur terhadap indeks bias gelas adalah sangat kecil, tetapi
cukup besar terhadap cairan dan terhadap kebanyakan bahan plastik yang
perlu diketahui indeksnya.
Karena pada suhu tinggi kerapatan optik suatu zat itu berkurang, indeks
biasnya akan berkurang. Perubahan per oC berkisar antara 5.10-5 sampai 5.104
. Pengukuran yang seksama sampai desimal yang ke-4 hanya berarti apabila
suhu diketahui dengan seksama pula.
PEMBAHASAN
Pada praktikum penentuan parameter sterik yaitu refraksi molaar bertujuan untuk menentukan bilangan
yang menunjukan kedudukan atom atom pada suatu molekul atau senyawa secara teoritis. Dengan
refraksi molar suatu zat dapat diketahui apabila indeks bias dan densitas zat sudah diketahui
(Siswandono dan Bambang, S. 2000).
Pada praktikum kali ini data yang harus didapatkan adalah indeks bias dan densitas suatu senyawa.
Indeks bias adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam hampa udara (c) terhadap cepat rambat
cahaya dalam zat tersebut (v), atau perbandingan sinus sudut datang terhadap sinus sudut bias. Harga
indeks bias berubah-ubah tergantung pada panjang gelombang cahaya dan suhu. (Chang, Raymond,
2005). Nilai Indeks bias senyawa yang digunakan sudah diketahui dan ditentukan. Praktikan tidak lagi
mencari indeks bias. Namun indeks bias bisa dicari menggunakan refraktometer. Dimana refraktometer
adalah alat untuk mengukur bermacam-macam indeks bias suatu larutan (Siswandono dan Bambang, S.
2000). Sedangkan densitas larutan bisa didapatkan dari percobaan yang telah dilakukan. Yaitu dengan
menggunakan piknometer. Dimana Piknometer suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur nilai
massa jenis atau densitas fluida (Siswandono dan Bambang, S. 2000).
Dalam menentukan densitas suatu larutan, yang pertama dilakukan adalah menyiapkan senyawa yang
akan di tentukan refraksi molarnya. Senyawa yang digunakan adalah asam benzoat dan asam salisilat.
Kemudian asam benzoat dan asam salisilat masing masing ditimbang 0.5 gram untuk dilarutkan dengan
menggunakan pelarut etanol pada suhu 250C di masing-masing labu ukur berukuran 50 ml. sehingga
didapatkan larutan asam benzoat dalam etanol 50 ml dan aslam salisilat dalam etanol 50 ml.
Penggunaan pelarut etanol supaya asam benzoat dan asam salisilat cepat melarut karena sifat asam
benzoat dan asam salisilat yang sukar larut dalam air dana mudah larut dalam etanol (Anonim, 1979.
FI. Edisi 3 ). Etanol seharusnya digunakan pada suhu 20 0C karena kalibrasi piknometer pada keadaan
suhu 200C. keadaan ini tidak dilakukan karena etanol yang digunakan bersuhu 25 0C. hubungan tentang
pengaruh suhu terhadap indeks bias dan densitas adalah pada temperatur tertentu terhadap
indeks bias gelas adalah sangat kecil, tetapi cukup besar terhadap cairan dan
terhadap kebanyakan bahan plastik yang perlu diketahui indeksnya. Karena pada
suhu tinggi kerapatan optik suatu zat itu berkurang, indeks biasnya akan berkurang.
Perubahan per oC berkisar antara 5.10-5 sampai 5.10-4. Pengukuran yang seksama
sampai desimal yang ke-4 hanya berarti apabila suhu diketahui dengan seksama
pula. Dan hubungan temperatur dengan densitas adalah xxxxxxxxxxxxx (Nugroho,
Suryo.2014).
Kemudian piknometer disiapkan. Sebelumnya piknometer di bersihkan, dan dibilas dengan etanol
kemudian dikeringkan. Setelahitu di timbang sebagai data piknometer kosong. Kemudian piknometer tadi
di isi dengan etanol sampai saat ditutu etanolnya tumpah, agar piknometer terisi penuh dengan etanol.
Kemudian ditimbang sebagai data piknometer + etanol. Kemudian piknometre berisi etanol dibuang dan
diganti dengan larutan asam benzoat dan dilakukan seperti piknometr + etanol dilakukan juga pada asam
salisilat. Dan didapatkan data piknometer + asam benzoat dan piknometer asam salisilat.
Dari data tersebut, didapatkan berat piknometer masing-masing, yaitu 21.69 g, 43.71 g, 43.78g, dan
43.79 g yang kemudian data tersebut digunakan untuk mencari densitas masing-masing larutan. Densitas
etanol 0.8808 g/cm3, asam benzoat 0.8836 g/cm3, dan asam salisilat 0.889 g/cm3. Dari nilai densitas
masing-masing larutan bisa didapatkan nilai MR atau refraksi molar menggunakan rumus MR zat cair
etanol (n2-1)/(n2+2)xM/d didapatkan 11.526 . dimana n adalah indeks bias dari etanol yaitu 1.36. untuk
MR larutan asam benzoat dan asam salisilat menggunakan rumus Mr larutan yaitu R12= (n2-1)/
(n2+2)x(N1M1)+ (N2M2)/d. dimana n (indek bias) asam benzoat dalah 1.56. Sehingga didapatkan R12
as.benzoat 17.064 dan R12 as.salisilat 52.568. untuk memperoleh Mr sampel atau fraksi mol didapatkan
dari MRlarutan (as.benzoat atau as.salisilat)-MRzat cair(etanol). Masing-masing diperoleh asam benzoat
5.538 dan as. Salisilat 41.135. Dari hasil fraksi mol asam benzoat dan asam salisiat didapatkan
perbandingan (5.538:41.135) atau (1:8). Sehingga hasil dari penentuan parameter sterik menggunakan
rumas refraksi molar sudah sesuai dengan teori dimana nilai Mr asam salisilat lebih besar dari Mr asam
benzoat. Ini dikarenakan perbedaan struktur dari kedua senyawa tersebut. Dimana, struktur asam salisilat
mengikat 2 gugus OH dan memiliki rumus molekul C7H6O3, sedangkan asam benzoat hanya mengikat 1
gugus OH dan memiliki rumus molekul C6H5COOH (Chang, Raymond. 2007).
Chang, Raymond,2005,Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti,Erlangga:Jakarta
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Press: Surabaya.