PEMBAHASAN
minggu, dana Anda sudah cair. Karena dalam penyaluran kredit kepada
masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat
Sasaran. Proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan
sangat mengerti akan kebutuhan Nasabah. Sehingga dianggap wajar oleh BPR
tersebut untuk menetapkan tingkat bunga kredit yang tinggi. Sejauh ini tingkat
bunga kredit yang ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk sektor Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih dinilai tinggi. Rata-rata BPR
membanderol bunga kredit UMKM di kisaran 30% ke atas.
Alasan mengapa tingkat suku bunga BPR yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bank umum adalah karena tingkat suku bunga kredit BPR yang lebih tinggi
dibanding bank umum diakibatkan struktur biaya dana (cost of fund) yang juga
lebih tinggi. Cost of fund didapatkan dari tabungan, deposito dan linkage yang
masih memiliki rata-rata di atas 10%. Sehingga biaya dana BPR lebih tinggi
dibanding bank umum, yang mengakibatkan harga pokoknya lebih tinggi. Untuk
juga
berlomba-lomba
mendapatkan
dana
masyarakat.
Hal ini sedikit mempersulit posisi BPR yang notabene tidak mempunyai dana
promosi yang besar dalam usaha penghimpunan dana. Promosi dan pengenalan
profil BPR hanya dapat dilakukan di lingkungan yang terbatas.
Hal ini
tersebut.
Terlebih lagi faktor resiko juga menjadi dasar penetapan suku bunga tinggi. Salah
satu karakteristik dari BPR adalah pelayanan pemberian kredit yang cepat. Proses
yang cepat kadang memang sedikit mengabaikan prinsip kehati-hatian, bahkan
banyak BPR yang dalam menyalurkan kredit hanya berpatokan pada nilai jaminan
yang diserahkan saja. Tentunya BPR akan berhitung untuk mengurangi resiko
kerugian akibat kredit bermasalah yang mungkin timbul atau kredit macet. Salah
satunya adalah dengan cara menaikkan suku bunga. Dengan perhitungan bahwa
pada saat kredit tersebut bermasalah, kerugian yang akan ditanggung dapat
diminimalisir karena pendapatan bunga yang telah diperoleh juga relatif besar.
Kebijakan suku bunga tinggi pun akan berdampak terhadap loyalitas nasabah dari
BPR yang bersangkutan. Tingginya tingkat persaingan antar lembaga keuangan
mikro (BPR, BMT, KSP, dan lainnya) terlebih dengan hadirnya unit layanan
mikro dari Bank Umum (BRI, Bank Mandiri, CIMB Niaga, Danamon, dan
lainnya)
tentu
membuka
kesempatan
masyarakat
untuk
memilih
dan
kemampuan
BPR
dalam
meyakinkan
masyarakat
untuk
bersedia
dikenal oleh masyarakat luas. Hal itu dibuktikan dengan hasil penelitian kami
yang terjun langsung ke kalangan masyarakat di beberapa kawasan di Lampung
sebagai sample kami banyak masyarakat yang berada dalam kategori menengah
kebawah dan memiliki usaha mikro mendapatkan pinjaman dari bank umum
bukan BPR. Bahkan beberapa dari mereka bahkan tidak mengetahui BPR itu apa
dan fungsi nya apa. Hal ini membuktikan tingkat eksistensi BPR masih sangat
rendah dikalangan masyarakat luas khusus nya lagi masyarakat desa sebagai
tujuan dari BPR.
Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Mendidik
dan
mempercepat
pemahaman
masyarakat
terhadap