Anda di halaman 1dari 16

MOTOR 1 FASA DAN 3 FASA

Motor dalam dunia kelistrikan ialah mesin yang digunakan untuk


mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Salah satu motor
listrik yang umum digunakan dalam banyak aplikasi ialah motor
induksi. Motor induksi merupakan salah satu mesin asinkronous
(asynchronous motor) karena mesin ini beroperasi pada kecepatan
dibawah kecepatan sinkron. Kecepatan sinkron sendiri ialah kecepatan
rotasi medan magnetik pada mesin. Kecepatan sinkron ini dipengaruhi
oleh frekuensi mesin dan banyaknya kutub pada mesin. Motor induksi
selalu berputar dibawah kecepatan sinkron karena medan magnet
yang dibangkitkan stator akan menghasilkan fluks pada rotor sehingga

rotor tersebut dapat berputar. Namun fluks yang terbangkitkan oleh


rotor mengalami lagging dibandingkan fluks yang terbangkitkan pada
stator sehingga kecepatan rotor tidak akan secepat kecepatan putaran
medan magnet. Berdasarkan suplai input yang digunakan, motor
induksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motor: induksi 1 fasa dan motor
induksi 3 fasa. Dalam artikel ini hanya akan dijelaskan mengenai motor
induksi 1 fasa, namun untuk prinsip kerjanya sendiri kedua jenis motor
induksi tersebut memiliki prinsip kerja yang sama. Yang membedakan
dari kedua motor induksi ini ialah motor induksi 1 fasa tidak dapat
berputar tanpa bantuan gaya dari luar sedangkan motor induksi 3 fasa
dapat berputar sendiri tanpa bantuan gaya dari luar.
Konstruksi Motor Induksi Satu Fasa

Terdapat 2 bagian penting pada motor induksi 1 fasa, yaitu: rotor


dan stator. Rotor merupakan bagian yang berputar dari motor dan
stator merupakan bagian yang diam dari motor. Rotor umumnya
berbentuk slinder dan bergerigi sedangkan stator berbentuk silinder
yang melingkari seluruh badan rotor. Stator harus dilengkapi dengan
kutub-kutub magnet dimana kutub utara dan selatan pada stator harus
sama dan dipasang melingkari rotor sebagai suplai medan magnet dan
kumparan stator untuk menginduksi kutub sehingga menciptakan
medan magnet. Stator umumnya dilengkapi dengan stator winding
yang bertujuan membantu putaran rotor, dimana stator winding
dilengkapi dengan konduktor berupa kumparan. Selain itu, stator juga
dilapisi dengan lamina berbahan dasar silikon dan besi yang bertujuan
untuk mengurangi tegangan yang terinduksi pada sumbu stator dan
mengurangi dampak kerugian akibat munculnya arus eddy (eddy
current) pada stator. Rotor umumnya dibuat dari alumunium dan

dibuat bergerigi untuk menciptakan celah yang akan diisi konduktor


berupa kumparan. Selain itu, rotor juga dilapisi dengan lamina untuk
menambah kinerja dari rotor yang digunakan. Masing-masing
komponen dipasang pada besi yang ditunjukkan seperti pada gambar
berikut:

Prinsip Kerja Motor Induksi 1 Fasa


Misalkan kita memiliki sebuah motor induksi 1 fasa dimana
motor ini disuplai oleh sebuah sumber AC 1 fasa. Ketika sumber AC
diberikan pada stator winding dari motor, maka arus dapat mengalir
pada stator winding. Fluks yang dihasilkan oleh sumber AC pada stator
winding tersebut disebut sebagai fluks utama. Karena munculnya fluks
utama ini maka fluks medan magnet dapat dihasilkan oleh stator.

Misalkan lagi rotor dari motor tersebut sudah diputar sedikit.


Karena rotor berputar maka dapat dikatakan bahwa konduktor pada
rotor akan bergerak melewati stator winding. Karena konduktor pada
rotor bergerak relatif terhadap fluks pada stator winding, akibatnya
muncul tegangan ggl (gaya gerak listrik) pada konduktor rotor sesuai
dengan hukum faraday. Anggap lagi motor terhubung dengan beban
yang akan dioperasikan. Karena motor terhubung dengan beban maka
arus dapat mengalir pada kumparan rotor akibat adanya tegangan ggl
pada rotor dan terhubungnya rotor dengan beban. Arus yang mengalir
pada rotor ini disebut arus rotor. Arus rotor ini juga menghasilkan fluks
yang dinamakan fluks rotor. Interaksi antara kedua fluks inilah yang
menyebabkan rotor didalam motor dapat berputar sendiri. Perlu diingat
bahwa pada kondisi awal diasumsikan rotor sudah diberi gaya luar
untuk menggerakkan konduktor pada rotor, karena jika tidak maka
rotor akan diam terhadap fluks pada kumparan stator sehingga tidak
terjadi tegangan ggl pada kumparan rotor, sesuai dengan hukum
faraday.

Sebelumnya telah dibahas mengenai adanya arus stator yang


mengakibatkan munculnya arus pada rotor karena hukum faraday.
Masing-masing arus menghasilkan fluks yang mempengaruhi rotor.
Bagaimana fluks tersebut mempengaruhi kecepatan putaran rotor
akan dibahas pada paragraf ini. Arus stator akan menghasilkan fluks
utama, sedangkan arus pada rotor menghasilkan fluks pada rotor.
Masing-masing fluks ini akan mempengaruhi arah putaran rotor, hanya
saja arah keduanya berlawanan. Sesuai hukum lorentz, apabila kita
memiliki sebuah kabel yang dialiri arus dan terdapat fluks medan
magnet disekitar kabel tersebut maka akan terjadi gaya pada kabel
tersebut. Karena besarnya fluks pada stator dan rotor relatif sama
maka gaya yang dihasilkan juga sama. Namun karena arah gaya yang
berbeda mengakibatkan rotor tidak berputar akibat kedua gaya yang
saling menghilangkan. Hal ini juga yang mengakibatkan motor induksi
perlu diputar sedikit, agar salah satu gaya yang dihasilkan oleh fluks
lebih besar daripada yang lainnya sehingga rotor dapat berputar.

Jenis-Jenis Motor Induksi Satu Fasa


Motor induksi satu fasa ini memiliki 4 jenis berdasarkan
bagaimana motor ini diaktifkan sendiri (self-starting).
Motor Induksi Split-Phase
Motor Jenis ini menggunakan kapasitor di salah satu stator
windingnya, dimana besarnya kapasitas dari kapasitor sebisa mungkin
dibuat kecil. Misalkan kita memiliki sumber arus 2 fasa dan sumber ini
disambungkan pada motor jenis ini, maka arus yang mengalir pada
salah satu winding akan membesar dan mengalami pergeseran fase.
Akibat 2 hal tersebut, motor akan dapat berputar karena perbedaan
fluks dari masing-masing winding. Torsi yang dihasilkan umumnya
dapat mencapai kecepatan maksimum dari motornya. Motor jenis ini
sering dipakai pada beban 200W. Peletakan kapasitor sangat
berpengaruh pada rangkaian ini karena dapat mengubah aras fluks
yang dihasilkan dan sebagai akibatnya mengubah arah putaran rotor.

Motor Induksi Capasitor-Start


Motor jenis ini kurang lebih sama dengan motor induksi tipe
split-phase. Perbedaannya ialah adanya switch yang dipasang antara
salah satu stator winding dan kapasitor. Kondisi dari switch akan
menjadi close saat motor mulai berputar dan menjadi open ketika
motor mulai mencapai kecepatan yang diinginkan. Umumnya belitan
pada winding yang diserikan dengan kapasitor dibuat lebih banyak
untuk mencegah panas berlebihan pada winding tersebut. Motor jenis
ini dipakai pada alat elektronik yang memakan daya tinggi seperti AC.

Motor Induksi Capacitor-Run


Perbedaan motor tipe ini dengan motor sebelumnya ialah
adanya kapasitor yang besar yang di-paralel dengan switch dan
kapasitor lainnya (yang kecil). Umumnya motor induksi tipe ini bekerja
pada torsi yang lebih tinggi sama seperti motor sebelumnya, hanya
saja arus yang mengaliri motor cukup kecil.
Motor Induksi Shaded Pole
Motor ini memiliki nama Shaded Pole karena 1/3 dari kutub pada
stator ditutup dengan tembaga untuk menghasilkan perbedaan sudut

fluks yang lebih besar. Akibat perbedaan ini, rotor pada motor dapat
berputar dengan mudah. Kedua winding pada motor tipe ini
tersambung paralel secara langsung (tanpa ada komponen lain),
namun pada salah satu winding diberikan coil tap untuk mengatur
kecepatan motor. Motor tipe ini memiliki torsi starting yang sangat
rendah sehingga sering digunakan pada alat-alat elektronik disekitar
kita, seperti kipas angin.

Mengapa Motor Induksi 1 Fasa Tidak Bisa DiStart Sendiri?


Seperti yang dijelaskan sedikit di atas, motor induksi 1 fasa tidak
bisa di-start sendiri karena fluks yang dihasilkan dari arus pada stator
dan pada rotor besarnya sama namun berlawanan arah, sehingga total
fluks yang dialami oleh rotor adalah 0. Untuk mengatasi hal ini, motor
dapat dirangkai mengikuti salah satu dari 4 rangkaian yang telah
dijelaskan.

Referensi:
http://www.insinyoer.com/prinsip-kerja-motor-induksi-1-fasa/
www.learnengineering.org
www.electrical4u.com
www.allaboutcircuits.com
www.britannica.com
en.wikipedia.org

www.allaboutcircuits.com

Konstruksi Motor 3 Fasa

Sama seperti mesin-mesin listrik pada umumnya, motor 3 fasa


memiliki 2 komponen penting, yaitu: stator dan rotor.
1. Stator merupakan komponen yang tidak berputar pada mesin.
Pada komponen ini dipasang stator winding berupa kumparan.
Stator ini dihubungkan dengan suplai 3 fasa untuk memutar
rotor. Stator sendiri memiliki 3 bagian penting:
Frame

Frame merupakan bagian terluar dari stator. Berfungsi sebagai


tempat untuk memasang inti stator (stator core) dan juga melindungi
keseluruhan komponen dari gangguan benda benda dari luar (seperti
batu yang dilemparkan ke motor atau semacamnya). Umumnya frame
dibuat dari besi agar frame menjadi kuat. Dalam konstruksinya, air gap
(celah udara) pada motor haruslah sangat kecil agar rotor dan stator
konsentris dan mencegah induksi yang tidak merata. Air gap yang
dimaksud disini ialah celah yang mungkin terbentuk pada permukaan
frame bukan lingkaran besar seperti pada gambar, karena lingkaran
tersebut akan diisi oleh inti stator dan rotor.

Inti

Inti stator merupakan tempat dimana stator winding dipasang.


Inti stator bertugas untuk menghasilkan fluks. Fluks ini dihasilkan oleh
kumparan pada stator winding dan dialiri oleh arus 3 fasa dari suplai 3
fasa. Untuk mencegah arus eddy yang besar pada stator winding
umumnya inti stator dilapisi oleh lamina. Lamina sendiri terbuat oleh
campuran besi silikon untuk mencegah rugi-rugi histerisis. Pada inti
stator juga dipasang kutub-kutub magnet untuk menghasilkan fluks

Winding

Stator winding merupakan kumparan yang masing-masing


kumparannya dihubungkan menjadi rangkaian star atau delta,
tergantung dari bagaimana metode untuk memutar mesin yang

digunakan dan jenis rotor yang digunakan. Untuk rotor jenis sarang
tupai umumnya menggunakan rangkaian delta sedangkan rotor jenis
slip ring bisa menggunakan salah satu dari keduanya. Stator winding
dipasang pada sela-sela inti stator dan berfungsi untuk menghasilkan
fluks. Stator winding juga dikenal sebagai kumparan medan.
2. Rotor merupakan bagian yang dapat berputar dari motor. Rotor
dihubungkan dengan beban yang akan diputar dengan sebuah
shaft yang terpasang pada pusat rotor. Berdasarkan
konstruksinya, rotor dibagi menjadi 2 macam:
Sarang Tupai Atau Squirrel Cage

Rotor tipe ini memiliki bentuk seperti roda gear, berbentuk


tabung dan diberi beberapa slot dipermukaannya. Slot ini tidak dibuat
lurus namun sedikit miring untuk memperhalus kerja motor dan
membuat konduktor pada rotor. Dikedua ujung rotor dipasang cincin
alumunium. Umumnya rotor jenis ini terbuat dari alumunium atau
tembaga. Rotor jenis ini sangat sering digunakan karena mudah dibuat
dan dapat digunakan berapapun kutub pada stator. Rotor jenis ini
dapat ditemui pada kipas angin dan blower pada printer.

Slip Ring

Rotor tipe ini memiliki rangkaian kumparan pada ujungnya dan


memiliki sejumlah slip ring di belakangnya. Tiap kumparan terhubung
dengan salah satu slip ring dimana masing-masing slip ring juga
terhubung dengan rangkaian yang sama dengan rangkaian
kumparannya. Semisal rangkaian kumparannya berbentuk star maka
rangkaian slip ring juga berbentuk star. Umumnya ditiap slip ring
dipasang rheostat sehingga kecepatan putaran motor dapat diatur
dengan mudah. Umumnya rotor jenis ini digunakan untuk beban-beban
besar seperti untuk menggerakkan elevator atau lift.
Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa
Motor Induksi 3 Fasa bekerja sebagai berikut. Misalkan kita
memiliki sumber AC 3 fasa yang terhubung dengan stator pada motor.
Karena stator terhubung dengan sumber AC maka arus dapat masuk
ke stator melalui kumparan stator. Sekarang kita hanya melihat 1
kumparan stator saja. Sesuai hukum faraday bahwa apabila terdapat
arus yang mengalir pada suatu kabel maka arus itu dapat
menghasilkan fluks magnet pada kabel tersebut, dimana arahnya
mengikuti kaidah tangan kanan.

Setiap fasa dalam kumparan stator akan mengalami hal yang


sama karena setiap fasa dialiri arus, namun besarnya fluks yang
dihasilkan tidak sama di setiap waktu. Hal ini disebabkan besarnya
arus yang berbeda-beda pada tiap fasa di tiap waktunya. Misalkan
fasa-fasa ini diberi nama a, b, dan c. Ada kalanya arus pada fasa a
maksimum sehingga menghasilkan fluks maksimum dan arus fasa b
tidak mencapai makismum, dan ada kalanya arus pada fasa b
maksimal sehingga menghasilkan fluks maksimum dan arus pada fasa
a tidak mencapai maksimum. Hal ini mengakibatkan fluks yang
dibangkitkan lebih cenderung pada fasa mana yang mengalami kondisi
arus paling tinggi. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa
medan magnet yang dibangkitkan juga ikut berputar seiring waktu.
Kecepatan putaran medan magnet ini disebut kecepatan sinkron.

Sekarang ditinjau kasus rotor sudah dipasang dan kumparan


stator sudah dialiri arus. Akibat adanya fluks pada kumparan stator
maka arus akan terinduksi pada rotor. Anggap rotor dibuat sedemikian
sehingga arus dapat mengalir pada rotor (seperti rotor tipe squirrel
cage). Akibat munculnya arus pada rotor dan adanya medan magnet

pada stator maka rotor akan berputar mengikuti hukum lorentz. Hal
yang menarik disini ialah kecepatan putaran rotor tidak akan pernah
mencapai kecepatan sinkron atau lebih. Hal ini disebabkan karena
apabila kecepatan sinkron dan rotor sama, maka tidak ada arus yang
terinduksi pada rotor sehingga tidak ada gaya yang terjadi pada rotor
sesuai dengan hukum lorentz. Akibat tidak adanya gaya pada rotor
maka rotor jadi melambat akibat gaya-gaya kecil (seperti gaya gesek
dengan sumbu rotor atau pengaruh udara). Namun saat rotor
melambat kecepatan sinkron dan kecepatan rotor jadi berbeda.
Akibatnya pada rotor akan terinduksi arus sehingga rotor mendapatkan
gaya berdasarkan hukum lorentz. Dari gaya itulah motor dapat
menambah kecepatannya kembali. Fenomena perbedaan kecepatan ini
dikenal sebagai slip.

Mengapa Motor Induksi 3 Fasa Dapat Start Sendiri?


Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa motor ini memiliki 3
fasa pada masing-masing kumparan statornya. Karena besarnya arus
yang dibangkitkan dari masing-masing fasa berbeda tiap waktunya,
maka fluks yang dihasilkan juga berbeda-beda, seolah-olah medan
magnet yang dihasilkan juga ikut berputar seiring waktu. Sehingga
jika ada rotor yang diam dipasang diantara medan magnet ini maka
rotor akan mengalami gaya karena terjadi perbedaan kecepatan antara
rotor dan medan magnet ini. Berbeda dengan motor induksi 1 fasa

yang medan magnetnya juga diam. Karena rotor dan medan magnet
sama-sama diam maka rotor tidak mengalami gaya, atau lebih tepat
dikatakan resultan gayanya nol karena gaya yang dihasilkan fluks
sama dengan gaya yang dihasilkan arus induksi pada rotor

Referensi:

http://www.insinyoer.com/prinsip-kerja-motor-induksi-3-fasa/
www.electrical4u.com/induction-motor-types-of-induction-motor/
www.electrical4u.com/construction-of-three-phase-induction-motor/
www.electrical4u.com/working-principle-of-three-phase-inductionmotor/
www.learnengineering.org/2013/08/three-phase-induction-motorworking-squirrel-cage.html

Anda mungkin juga menyukai