Anda di halaman 1dari 2

DASAR TEORI

merupakan suatu senyawa yang umum dalam bidang biologi sebagai suatu pertanda
kehidupan. Unsur yang umum untuk adanya protein yaitu adanya unsur N, disamping unsur
lainnya, seperti C, H, dan O. (Panil, 2008) Protein merupakan suatu makromolekul yang tersusun
atas molekul-molekul asam amino yang berhubungan satu dengan yang yang lainnya melalui
ikatan yang dinamakan ikatan peptide. Secara umum protein berfungsi dalam sistem komplemen,
sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan intra dan
ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibody, hormone, enzim, factor
koagulasi, dan transport substansi khusus. (Anonim, 2009).
Dalam darah, total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Untuk
pemeriksaan kadar protein darah, bahan yang digunakan adalah serum. Bila menggunakan
plasma sebagai bahan pemeriksaan, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3-5% karena
pengaruh fibrinogen dalam plasma (Anoim, 2009).
Penetepan protein dalam serum biasanya mengukur protein total, dan albumin atau
globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein, yaitu berdasarkan pembiaasan
cahaya oleh protein yang larut dalam serum (Anonim, 2009)
Tujuan pemeriksaan protein antara lain untuk melihat defisiensi protein, adanya penyakit
hati, kelainan ginjal, gangguan gastrointestinal, dan keganasan suatu penyakit. (Wande, 2013)
Masalah Klinis:

Penurunan Kadar : malnutrisi berkepajagan, kelaparan, diet rendah protein, sindrom


malabsobsi, kanker gastrointestinal, colitis ulseratif, penyakit
Hodkin, penyakit hati yang berat, luka bakar yang parah, intoksitasi

air.
Peningkatan kadar : dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, myeloma multiple,
sindrom gawat pernafasan, sarkoidosis (Anonim, 2009)
Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer kimiawi otomatis.

Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbansi) molekul zat warna. Protein
total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan dipantau secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 546 nm (Anonim, 2009)
Metode Biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menentukan kadar protein
suatu larutan. Prinsip dari metode biuret ini adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa

kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette,
2005).
Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan)
dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih
ikatan peptida (Harrow, 1954). Dalam larutan basa, Cu2+ akan membentuk kompleks dengan
ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat didentifikasi dengan
spektrofotometer. Absorbansi ini berbanding langsung dengan kosentrasi protein dan tidak
tergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida
yang sama persatuan berat. Hal-hal yang mengganggu percobaan ini adalahadanya urea
(mengandung gugus -CO-NH-) dan gula preduksi yang bereaksi dengan CU2+ (Midiyanto, ___)
Penyerapan cahaya oleh protein disebabkan oleh ikatan peptida residu ritosil, triptofonil,
dan fenilalanin. Juga turut dipengaruhi oleh gugus-gugus non-protein yang mempunyai sifat
menyerap cahaya. Spektrum absorbansi suatu larutan protein berfariasi tergantung pada pH dan
sesuai denagn ionisasi residu sama amino (Montgomery, 1993).
Kerugian dari metode ini adalah hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar
protein, melainkan bisa saja kadar senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus
sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu penetapan yang dipergunakan juga lama,
sehingga sering kali kurang effektif (Lehninger, 1982).

https://id.scribd.com/doc/216470101/dasar-teori-protein-darah-docx

Anda mungkin juga menyukai