Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SWOT

KONDISI PROGRAM STBM KABUPATEN WONOGIRI TRIMESTER 3 TAHUN 2016

EKSTERN
AL
-

INTERN
AL

OPPORTUNITY
Program STBM mulai merintis kemitraan dngan TP PKK Kabupaten.
Belum dimanfaatkan peluang dana bagi/kompensasi cukai rokok.
Kedekatan politis, Kepala Daerah (Bupati) memiliki haluan politik yang
sama dengan Gubernur dan Presiden
Terdapat beberapa Natural Leader
Terdapat CSS (Asosiasi Wirausaha Sanitasi)
Alat bantu monitoring akses sanitasi berupa aplikasi SMART STBM

THREAT
Wilayah cakupan geografis yang luas dan berbukit membuat nilai sarana
sanitasi lebih tinggi dan membutuhkan opsi teknologi yang lebih
kompleks.
Daya dukung diseminasi informasi/ promosi STBM rendah
Proses akreditasi Puskesmas telah menyita banyak sumberdaya
(terutama Sanitarian yang punya peranan dalam panitia akreditasi)
Frekuensi kunjungan BPKP menuju Dinkes dan Puskesmas meningkat
sehingga konsentrasi Puskesmas tersita
Perubahan kebijakan pendanaan kegiatan terutama mekanisme
perencanaan dan pertanggungjawaban.

STRENGTH
Regulasi pendukung STBM sudah lengkap (Instruksi)
Sebagian besar Sanitarian memiliki kualitas yang baik
dalam pemahaman dan praktik STBM
Di setiap Puskesmas sudah ada sanitarian (34 orang)
Terselenggaranya rapat rutin Sanitarian di Dinkes
setiap bulannya (Tanggal 4)

S-O
- Koordinasi dan penguatan kapasitas TP-PKK
Kabupaten hingga Desa oleh Dinas Kesehatan
(terutama terkait verifikasi)
- Berkoordinasi dengan Bappeda terkait mekanisme dan
peluang penggunaan dana kompensasi cukai untuk
sanitasi
- Pemetaan dan peningkatan kapasitas Natural Leader
- Peningkattan frekuensi Monev oleh Propinsi dan Intrnal
Kabupaten
- Sanitarian ditugaskan memberikan informasi kepada
kepala Desa dan perangkat terkait pilihan sarana
sanitasi terjangkau.
- Dinkes menugaskan Sanitarian untuk menginstallkan
aplikasi SMART STBM kepada Kepala Puskesmas dan
Camat (bukti disertai dengan berita acara sudah
menginstall).
S-T
- Peningkatan kapasitas sanitarian terkait ruang lingkup
perencanaan dan pengelolaan dana desa. Sehingga
mdia promosi dan esensi STBM bisa masuk RKP
Desa.
- Dinkes menjalin kerjasama dengan Dishubkominfo
untuk radio spot dan upaya media promosi lainnya.

WEAKNESS
Kepala Dinkes belum definitif dan PLT saat
ini tidak memiliki latar belakang pendidikan
kesehatan
Alokasi pendanaan program STBM rendah
dan cenderung menurun
Bagian perencanaan dan keuangan Dinkes
kinerjanya belum optimal (dari beberapa
sumbr internal dan eksternal)
Koordinasi lintas program cenderung lemah

W-O
- Dinas Kesehatan melakukan sinkronisasi
kegiatan STBM dengan Pokja 4 PKK di
Kabupaten dan Provinsi
- Koordinasi lintas program dan Kapusk di
Kabupaten Wonogiri dengan Dinkesprov
sebagai fasilitator.
- Hearing dengan Bupati

W-T
- Penguatan branding STBM dengan
pengiriman delegasi pada setiap kompetisi
yang trkait STBM dan Terutama menjadi
juara agar menjadi Role Model.
- Sinkronisasi perencanaan kegiatan seksi PL,
Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan

Data STBM Wonogiri

NO

VARIABEL

1.

Angka kejadian diare

2.

Progres akses sanitasi

3.

4.

5.

HASIL PEMETAAN
Diare tahun 2013 = 9.649
Diare tahun 2014 = 9.716
Diare tahun 2015= 9.335
Tahun 2013 = 95,12% (JSP = 57,17%)
Tahun 2014 = 96,74% (JSP = 57,22%)
Tahun 2015 = 97,02% (JSP= 58,81%)
Tahun 2016 = 98,65% (JSP= 61,18%)
ODF 2013 = 51 Desa dan 1 Kec
ODF 2014 = 69 Desa dan 1 Kec
ODF 2015 = 100 Desa dan 2 Kec
ODF 2016 = 114 Desa dan 2 Kec

Progres ODF wilayah

Sumberdaya yang dimiliki


Kabupaten

Kegiatan Strategis (yang


sudah dilakukan)

Man:
- Sebagian besar Sanitarian memiliki kualitas yang baik dalam pemahaman dan praktik
STBM
- Di setiap Puskesmas sudah ada sanitarian (34 orang)
- Jumlah staf Seksi PL cukup represntatif bila dibandingkan lainnya dan sangat baik
kerjasama dan kekompakannya.
Machine:
- PC dan akses internet
- Buku referensi kegiatan sudah ada
- Sudah ada kendaraan (mobil) untuk kunjungan lapangan, tapi kondisinya
memprihatinkan.
Methode:
- Sudah ada meekanisme penghargaan bagi desa ODF
- Rapat rutin bulanan sanitarian (setiap tanggal 4) sudah terlaksana
Money:
- Sudah ada anggaran STBM setiap tahunnya baik bersumber APBD (Dinkes) dan BOK
(Puskesmas). Namun nilai anggaran Dinkes cukup minim, hampir sama dengan nilai
anggaran STBM di beberapa Puskesmas .
Penguatan regulasi pelaksanaan STBM (SE, Perbup dan Instruksi Bupati)
Perluasan mitra kerjasama STBM di tingkat Kecamatan hingga Kabupaten dengan swasta
(Yamaha, BKK Eromoko, CSS, HAKLI), lintas program (Promkes, UK, PPSP, Pamsimas), lintas
sektor (KLH, PKK, Bappermas, MUI, TNI, Bidang Pemdes Setda )
Advokasi, melalui pertemuan kombinasi learning review dan pemicuan di tingkat
Kecamatan.
Peningkatan kapasitas melalui pelatihan kader STBM, coahing sanitarian, duplikasi Wusan
(platihan marsan)
Lomba desa ODF terbaik tingkat Kabupaten setiap tahunnya.

KETERANGAN
Tahun 2013-2015
Per bulan September berdasarkan
web STBM
Per bulan September .
Tahun 2013, 21Desa baseline.
Tahun 2014, 17 Desa baseline.
Tahun 2015, 9 Desa baseline
Tahun 2016, 9 Desa baseline

6.

Target ODF Kabupaten

7.

Tantangan

8.

Potensi

- Mendorong terciptanya role model STBM di tingkat individu (Lomba Natural Leader) dan
organisasi (Lomba Lingkungan Brsih dan Sehat/ LBS)
Tahun 2017
- Belum ada Kepala Dinas kesehatan definitif.
- Pendanaan BOK di Puskesmas tahun 2016 tidak ada.
- Wilayah cakupan geografis yang luas dan berbukit membuat nilai sarana sanitasi lbih tinggi
dan membutuhkan opsi teknologi yang lebih kompleks.
- Program STBM belum optimal bersinergi dengan Promkes
- Sumberdaya Puskesmas sedang terporsir pada proses Akreditasi.
- Pada musim kemarau, masyarakat Kec. Pracimantoro dan Paranggupito memiliki
keterbatasan akses air minum
- Kec. Kismantoro memiliki Sanitarian baru dengan latar belakang pendidikan Perawat dan
masyarakatnya dominan ekonomi lemah.
- Akses internet untuk Monev STBM sudah ada, namun sering tidak stabil.
- KLH dan TP PKK Kabupaten sudah mulai mengenal STBM.
- Kepala Daerah (Bupati) memiliki haluan yang sama dengan Gubernur dan Presiden.
- Aplikasi SMART STBM sebagai alat bantu monitoring masih dapat lebih didesiminasikan
kepada parapihak.
- Merintis kerjasama dengan para pendamping desa, selama ini belum bisa terealisasi
- Pemanfaatan dana kompensasi cukai rokok bagi sanitasi, Bappeda sudah buka kesempatan
namun belum ada ada SKPD yang tertarik dan berani mengelola termasuk Dinas
Kesehatan. Faktor risiko keuangan dan kejelasan mekanisme pertanggung jawaban jadi
penyebab utama.
- Pemetaan sanitasi sebagai alat bantu monitoring di wilayah desa dan Kecamatan masih lbih
dioptimalkan/ didorong lagi.
- Nilai hadiah dan pnghargaan Lomba desa ODF terbaik tingkat Kabupaten setiap tahunnya
ditingkatkan.

DATA KONDISI AKSES SANITASI

TELAAH STRATEGI PERCEPATAN ODF PROVINSI

Akses Jamban : 80, 73%


JSP : 5.707.538 KK (57,24%)
JSSP :1.468.660 KK
Sharing : 942.425 KK

BABS : 1.851.841 KK
Jumlah DESA ODF : 1.247 desa (14,54%) dari
4.661 desa dipicu dari 8.577 Desa
Angka Kejadian Diare Tingkat Prov selama 3
tahun Terakhir
2013:
2014:
2015:
DEMAND:
- RESHOURCE/SUMBER
537 Sanitarian terlatihDAYA
pemicuan
perubahan
YANG
perilaku (CLTS) dari 864 sanitarian total
- 90% sanitarian yang terlatih, aktif
ENABLING:
- Regulasi terkait pelaksanaan STBM sudah
diterbitkan oleh masing-masing kabupaten
(terlampir)
- Dukungan anggaran dari BOK, DAK, Dana
Desa (Belum semua kabupaten menu
anggarannya prioritas untuk percepatan
ODF)
- Terbentuk TIM STBM di setiap tingkatan
(masih beberapa kabupaten yang
menerapkan)
- Mekanisme Replikasi Metode STBM untuk
scalling up (perluasan) (Belum semua
kabupaten)
SUPPLY:
Wirausaha sanitasi terlatih, sanitarian terlatih
dalam produksi jamban (Sanitarian sebagai quality
control), pengadaan alat cetak produksi jamban,
peran lembaga microfinance (Contoh Bank BKK

DEMAND:
PROSES KEGIATAN UNTUK PERUBAHAN PERILAKU
- Pelatihan Pemicuan, monitoring, desain promosi
para pelaku perubahan perilaku di 35 kab/kota
- Pemicuan CLTS, Pleno pemicuan di semua desa
- Penerapan promosi STBM Kampanye STBM baik
di masyarakat maupun sekolah melalui berbagai
media dan event
ENABLING:
- Share learning antar wilayah tentang strategi
percepatan ODF (Puskesmas, kecamatan,
kabupaten, provinsi)
- Penerapan Regulasi pelaksanaan STBM
- Workshop STBM untuk para pelaku STBM
- Penciptaan lingkungan kompetitif untuk
pencapaian target Perubahan perilaku yang
terukur (ada target waktu kapan ODF?)
- Monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan
untuk memicu pelaksanaan STBM di kabupaten
(pertemuan rutin)
- Mekanisme monitoring berkala dan berkelanjutan
dengan menggunakan pemanfaatan alat bantu
website, SMS dan STBM Smart berbasis android
(memudahkan para pelaku mengakses
perkembangan akses sanitasi secara up to date
dan real time)
- Berkoordinasi dengan lintas sector, lintas
program (ada wadah/TIM STBM) sehingga STBM
menjadi program bersama.
SUPPLY:
- Pelatihan wirausaha sanitasi
- Pertemuan evaluasi Wirausaha sanitasi
/Workshop STBM komponen supply (share
learning strategi perkembangan wusan dalam
berkontribusi peningkatan akses sanitasi di
wilayahnya, strategi pengembangan link
lembaga microfinance mendukung wusan dalam

KABUPATEN POTENSI ODF 20162019


Kabupaten yang memiliki komitmen
kuat ODF Kabupaten:
1. Wonogiri (memiliki Perbup
STBM, sisa akses 1,35%)
2. Rembang (memiliki RAD Stop
BABS, Target ODF 100% Tahun
2017) akhir 2016 ditargetkan
100% semua desa ODF, awal
2017 proses verifikasi
3. Boyolali, memiliki komitmen
ODF 2017
4. Karanganyar, komitmen ODF
2017/2018
5. Sukoharjo, progress akses
93,88%
Grafik potensi ODF terlampir

TANTANGAN
MENUJU
Tantangan
Menuju
ODF :
ODF
- Komitmen pelaku STBM (dinkes
kabupaten sebagai fasilitator
utama lemah)
- Komitmen Kepala daerah
- Anggaran daerah terbatas untuk
STBM
- STBM belum menjadi prioritas
program sehingga belum ada tim
koordinasi bersama linsek,
linprog,belum ada kerangka
kegiatan yang terukur di kabupaten
hingga puskesmas
- Masih banyak subsidi tanpa
dampingan sehingga pelaksanaan
di komunitas tidak maksimal dan
justru menimbulkan dampak
sulitnya perubahan perilaku karena

Anda mungkin juga menyukai