Reservoir Adalah Suatu Tempat Terakumulasinya Minyak Dan Gas Bumi
Reservoir Adalah Suatu Tempat Terakumulasinya Minyak Dan Gas Bumi
1.1. Porositas ()
Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total ruang yang tersedia untuk
ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang jika dirumuskan :
Dimana :
= Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume batuan total yang
dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :
2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap
volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.
Dimana :
e = Porositas efektif, fraksi (%)
g = Densitas butiran, gr/cc
b = Densitas total, gr/cc
f = Densitas formasi, gr/cc
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan proses
pengendapan berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut
kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk pegangan dilapangan, ukuran porositas
dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :
1.2. Permeabilitas ( k )
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk meloloskan/melewatkan fluida. Apabila
media berporinya tidak saling berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh
karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran air yang melewati
suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan kedalam hukum aliran fluida dan diberi
nama Hukum Darcy. Dapat dilihat pada gambar 2 dibawah :
Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
= viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang melewatkan fluida dengan
viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2
dengan penurunan tekanan 1 atm/cm. Persamaan 4 Darcy berlaku pada kondisi :
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Kondisi aliran isothermal
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6. Fluidanya incompressible
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
Permeabilitas absolute (Kabs)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir melalui media berpori
tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya hanya minyak atau gas saja.
Permeabilitas efektif (Keff)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir lebih dari satu fasa,
misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas
efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas dan air.
Permeabilitas relatif (Krel)
Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu terhadap permeabilitas
absolute. Harga permeabilitas relative antara 0 1 darcy. Dapat juga dituliskan sebagai beikut :
Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga didalam reservoir akan
terdapat Permeabilitas relatif air (Krw), Permeabilitas relatif minyak (Kro), Permeabilitas relatif gas (Krg)
dimana persamaannya adalah :
Dimana :
Krw = permeabilitas relatif air
Kro = permeabilitas relaitf minyak
Krg = permeabilitas relatif gas
1.3. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi tertentu terhadap
total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per
satuan volume pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi
menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana secara matematis
dapat ditulis :
Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swirr = saturasi air tersisa (iireducible)
Sgirr = saturasi gas tersisa (iireducible)
Soirr = saturasi minyak tersisa (iireducible)
1.4. Resistiviti
Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-pori. Padatan-padatan
mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan
reservoir tergantung pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan gas
bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat menghantarkan arus listrik apabila air
melarutkan garam.
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik. Untuk menentukan
apakah material didalam reservoir bersifat menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter
resistiviti. Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus
listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
= resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan konsep faktor formasi
dari Archie yang didefinisikan :
Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti batuan yang terisi air
1.5. Wettabiliti
Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa fluida atau
kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairan
fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari pada
gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan permukaan
setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik menarik)
antara batuan dengan fasa fluidanya.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang terletak diantara matrik
batuan.
Gambar 3 memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda padat, dengan sudut kontak
sebesar . Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang
berharga 0o 180o, yaitu antara air dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan
dengan persamaan :
Dimana :
AT = tegangan adhesi, dyne/cm
so = tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm
sw = tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm
wo = tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm
= sudut kontak air-minyak
1.5.1. Wetting-Phase Fluid dan Non-Wetting Phase Fluid
A. Wetting-Phase Fluid
Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan batuan. Akan tetapi karena
adanya gaya tarik menarik antara batuan dan fluida, maka fasa pembasah akan mengisi ke pori-pori yang
lebih kecil dahulu dari batuan berpori. Fasa fluida pembasah umumnya sangat sukar bergerak ke
reservoir hidrokarbon.
B. Non-Wetting Phase Fluid
Non-wetting phase fluid sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adanya gaya repulsive (tolak)
antara batuan dan fluida menyebabkan non-weting phase fluid umumnya sangat mudah bergerak.
1.5.2. Batuan Reservoir Water Wet
Batuan reservoir umumnya water wet dimana air akan membasahi permukaan batuan. Kondisi batuan
yang water wet adalah :
Tegangan adhesinya bernilai positif
sw so, AT > 0
Sudut kontaknya (0< <90)
Apabila = 0, maka batuannya dianggap sebagai strongly water wet.
1.5.3. Batuan Reservoir Oil Wet
Batuan reservoir disebut sebagai oil wet apabila fasa minyak membasahi permukaan batuan. Kondisi
batuan oil wet adalah :
Tegangan adhesinya bernilai negatif
so sw, AT < 0
Sudut kontaknya (90< <180)
Apabila = 180, maka batuanya dianggap sebagai strongly oil wet.
1.5.4. Imbibisi dan Drainage
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water) meningkat sedangkan
saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa pembasah meningkat seiring dengan
meningkatnya saturasi fasa pembasah. Misalnya pada proses pendesakan pada reservoir minyak dimana
batuan reservoir sebagai water wet.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah menurun dan saturasi
non-wetting phase meningkat.
Adapun skema proses imbibisi dan drainage dapat dilihat pada gambar 4 berikut :
Dimana :
Pa = tekanan udara, dyne/cm2
Pw = tekanan air, dyne/cm2
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
w = densitas air, gr/cc
o = densitas minyak, gr/cc
g = percepatan gravitasi, m/det2
h = tinggi kolom, m
2. Karakteristik Minyak Bumi
Setiap reservoir yang ditemukan, akan diperoleh sekelompok molekul yang terdiri dari elemen kimia
Hidrogen (H) dan Karbon (C). Minyak dan gas bumi terdiri dari kedua elemen ini, yang mempunyai
proporsi yang beraneka ragam. Apabila ditemukan deposit hidrokarbon disuatu tempat, akan sangat
jarang dapat ditemukan di tempat lain dengan komposisi yang sama, karena daerah pembentukkannya
berbeda.
Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon sendiri terdiri dari fasa cair
(minyak bumi) maupun fasa gas, tergantung pada kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir yang
ditempati. Perubahan kondisi reservoir akan mengakibatkan perubahan fasa serta sifat fisik fluida
reservoir.
Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan sifat cairan pada umumnya.
Pada fasa cair, jarak antara molekul-molekulnya relatif lebih kecil daripada gas. Sifat-sifat minyak bumi
yang akan dibahas adalah densitas dan spesifik grafiti, viskositas, faktor volume formasi, kelarutan gas,
kompressibilitas dan tekanan bubble point.
Dimana :
o = densitas minyak, lb/ft3
m = massa minyak, lb
V = volume minyak, ft3
Sedangkan spesifik grafiti merupakan perbandingan dari densitas suatu fluida (minyak) terhadap
densitas air. Baik densitas air maupun fluida tersebut diukur pada kondisi yang sama (60 F dan 14.7
Psia).
Dimana :
o = spesifik grafiti minyak
o = densitas minyak mentah, lb/ft3
w = densitas air, lb/ft3
Meskipun densitas dan spesifik grafiti dipergunakan secara meluas dalam industri perminyakan, namun
API grafiti merupakan skala yang lebih sering dipakai. Grafiti ini merupakan spesifik grafiti yang
dinyatakan dengan rumus :
API grafiti dari minyak mentah pada umumnya memiliki nilai antara 47 API untuk minyak ringan
sampai 10 API untuk minyak berat.
2.2. Viskositas Minyak ( o )
Viskositas fluida merupakan sifat fisik suatu fluida yang sangat penting yang mengendalikan dan
mempengaruhi aliran fluida didalam media berpori maupun didalam pipa. Viskositas didefinisikan
sebagai ketahanan internal suatu fluida untuk mengalir.
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah gas yang terlarut dalam minyak
tersebut. Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas minyak dan dengan bertambahnya gas yang
terlarut dalam minyak maka viskositas minyak juga akan turun. Hubungan antara viskositas minyak
dengan tekanan ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6 menunjukkan bahwa tekanan mula-mula berada di atas tekanan gelembung (Pb), dengan
penurunan tekanan sampai (Pb), mengakibatkan viskositas minyak berkurang, hal ini akibat adanya
pengembangan volume minyak. Kemudian bila tekanan turun dari Pb sampai pada harga tekanan
tertentu, maka akan menaikkan viskositas minyak, karena pada kondisi tersebut terjadi pembebasan gas
dari larutan minyak.
2.3. Faktor Volume Formasi Minyak ( Bo )
Faktor volume formasi minyak didefinisikan sebagai volume minyak pada tekanan dan temperatur
reservoir yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak dan gas dalam larutan. Harga ini selalu lebih
besar atau sama dengan satu. Untuk minyak tersaturasi, Standing membuat korelasi berdasarkan
persamaan :
Dimana :
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STBO
T = temperature, F
Rs = kelarutan gas, SCF/STBO
C = faktor tambahan seperti perhitungan Rs
Faktor volume formasi minyak merupakan fungsi dari tekanan. Gambar 7 memperlihatkan faktor volume
formasi minyak.
Terdapat dua hal penting dari gambar 7 diatas, yaitu :
1. Jika kondisi tekanan reservoir berada diatas Pb, maka Bo akan naik dengan berkurangnya tekanan
sampai mencapai Pb, sehingga volume sistem cairan bertambah sebagai akibat terjadinya pengembangan
minyak.
2. Setelah Pb dicapai, maka harga Bo akan turun dengan berkurangnya tekanan, disebabkan karena
semakin banyak gas yang dibebaskan.
2.4. Kelarutan Gas ( Rs )
Kelarutan gas bumi didefinisikan sebagai cuft gas yang diukur pada keadaan standar (14.7 Psi ; 60 F)
didalam larutan minyak sebanyak satu barrel stock tank minyak pada saat minyak dan gas berada pada
tekanan dan temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan komposisi minyak dan gas.
Pada temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas tertentu akan bertambah pada setiap penambahan
tekanan. Pada tekanan yang tetap kelarutan gas akan berkurang terhadap kenaikan temperatur.
2.5. Kompressibilitas Minyak ( Co )
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak akibat adanya perubahan
tekanan. Secara matematis didefinisikan sebagai berikut:
Dengan menggunakan grafik korelasi, maka harga kompressibilitas minyak dapat diperoleh dengan
persamaan :
Kompressibilitas minyak pada kondisi dibawah bubble point akan cenderung membesar bila
dibandingkan dengan harga ketika diatas bubble point karena dengan turunnya tekanan, gas
membebaskan diri dari larutan. Volume total minyak yang tertinggal sebenarnya berkurang dengan
turunnya tekanan terebut, akibatnya volume fluida total yang terdiri dari minyak dan gas makin lama
menjadi besar seiring dengan turunnya tekanan.
2.6. Tekanan Bubble Point (Pb)
Tekanan bubble point (titik gelembung) suatu sistem hidrokarbon didefinisikan sebagai tekanan tertinggi
dimana gelembung gas mulai pertama kali terbebaskan dari minyak. Harga ini ditentukan secara
eksperimen terhadap minyak mentah dengan melakukan test ekspansi constant-composition (test flash
liberation).
Apabila pengukuran laboratorium tidak tersedia untuk menentukan tekanan bubble point, maka dapat
digunakan korelasi Standing. Secara matematis, tekanan bubble point dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan :
fluida (minyak) dari reservoir tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 8 yang memperlihatkan
pengaruh kompaksi batuan terhadap fluida yang berada didalamnya.
Reservoir jenis pendorong solution gas drive mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Tekanan reservoir turun secara cepat dan kontinu
2. Perbandingan komulatif produksi gas (Gp) dengan komulatif produksi minyak (Np) meningkat dengan
4. Jenis-Jenis Reservoir
Jika terjadi suatu retakan atau perekahan pada batuan induk (source rock) maka minyak dan gas akan
mengalami migrasi keluar yang biasa disebut dengan migrasi primer. Setelah itu minyak dan gas bumi
akan bermigrasi terus sampai terjebak didalam suatu wadah yang tidak bisa dilalui oleh minyak dan gas,
yang biasa disebut dengan reservoir.
Reservoir adalah suatu tempat berkumpulnya minyak dan gas bumi. Dalam hal ini akan dibahas jenis
reservoir jenuh dan reservoir tidak jenuh.
4.1. Reservoir Jenuh
Reservoir jenuh (saturated) biasanya mengandung hidrokarbon dalam bentuk minyak yang dijenuhi oleh
gas terlarut dan dalam bentuk gas bebas yang terakumulasi membentuk gas cap. Bila minyak dan gas
diproduksikan, kemungkinan akan ada air yang ikut terproduksi, tekanan reservoir akan turun. Dengan
turunnya tekanan reservoir, maka volume gas yang membentuk gas cap akan mengembang dan
merupakan pendorong keluarnya fluida dari dalam reservoir. Selain pengembangan volume gas cap dan
pembebasan gas terlarut, mungkin juga terjadi perembesan air kedalam reservoir.
4.2. Reservoir Tidak Jenuh
Reservoir tidak jenuh (under saturated) pada keadaan mula-mula tidak terdapat gas bebas yang
terakumulasi membentuk gas cap. Apabila reservoir diproduksikan, maka gas akan mengalamai
pengembangan yang menyebabkan bertambahnya volume minyak. Pada saat tekanan reservoir mencapai
tekanan bubble point maka gas akan keluar dari minyak.