Anda di halaman 1dari 14

Studi Islam I

Nama Dosen: Dr. Aminuddin


Pembuat Resume: Yasyri Dini Lubis
NIM: 2013-31-024
Fakultas: Ilmu-Ilmu Kesehatan
Jurusan: Kesehatan Masyarakat
Kelas: Reguler

Makna Penelitian Ilmiah


Ilmu pengetahuan merupakan produk dari penelitian baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu
pengetahuan sosial. Penelitian ilmiah merupakan bagian tak terpisahkan dari ilmu pengetahuan. Citra
orang tentang ilmu pengetahuan sangat tergantung pada bagian penting yang merupakan
wajahnya yaitu kegiatan penelitian ilmiah.
Penelitian ilmiah adalah penelitian yang mengandung unsurunsur ilmiah atau keilmuan di dalam
aktivitasnya. Nazir1). (1999), menyatakan penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah, mengandung dua unsur penting
yakni; unsur pengamatan (observation) dan unsur nalar (reasoning). Kerlinger2) menyatakan penelitian
ilmiah juga berarti penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomena
fenomena alami, dengan dipandu oleh teoriteori dan hipotesis tentang hubungan yang dikira
terdapat diantara fenomenafenomena itu.
Ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciriciri keilmuan Sugiyono3),diantaranya:
1. Rasional: penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran
manusia. Polisi

menyelidiki kasus pencurian dan menemukan pencuri

adalah contoh yang masuk akal,tetapi paranormal menemukan dalam menemukan pencuri atau
barang yang hilang adalah tindakan yang tidak masuk akal manusia.
2. Empiris: menggunakan caracara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan
menggunakan panca indera mereka.Paranormal berusaha menemukan pesawat yang jatuh di
Sibolangit bukan merupakan cara empiris, karena tidak kita dapat mengamati bagaimana
proses paranormal tersebut dalam menemukan pesawat tersebut.
3. Sistematis: menggunakan proses dengan langkahlangkah logis. Proses yang dilakukan dalam penelitian
ilmiah berawal dari penemuan masalah, merujuk teori, mengemukakan hipotesis, mengumpulkan
data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

1.
2.
3.

Nazir, http://ekm_2405_handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitian.pdf (1999)


Kerlinger, ibid, (2000)
Sugiyono, ibid (1999)

Beberapa karakteristik umum yang dimiliki Metode Ilmiah :

Kritis dan Analitis : Mendorong suatu kepastian dan proses penyelidikaan untuk megidentifikasi
masalah dan solusinya.
Logis : Merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah dan kesimpulan rasional dari buktibukti yang ada.
Objektif : Bahwa yang diperoleh ilmu lain akan sama apabila studi yang sama dilakukan pada kondisi
yang sama.
Konseptual dan teoritis : Menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
Tahapan Dalam Penelitian Ilmiah
Tahapantahapan dalam penelitian ilmiah merupakan pedoman peneliti untuk melakukan penelitian
dengan cara yang benar. Peneliti tidak dapat melakukan penelitian hanya dengan cara mengumpulkan
data dan menganalisisnya, tetapi penelitian harus berawal dari penemuan permasalahan dan berlanjut
kepada tahaptahap selanjutnya.
Proses dalam penelitian bisnis mempunyai enam tahapan yang saling berkaitan yaitu:
1. Penemuan dan identifikasi masalah
2. Desain riset
3. Sampling
4. Pengumpulan data
5. Pemrosesan dan analisis data
6. Kesimpulan dan laporan.
Indriantoro dan Supomo1) (1999) mengatakan proses penelitian ilmiah secara umum harus memenuhi
langkahlangkah antara lain:
1). Masalah/pertanyaan penelitian,
2). Telaah teoritis,
3). Pengujian fakta, dan
4). Kesimpulan.
1. indrianto dan supomo, ibid (1999)

Klasifikasi Penelitian menurut Tujuan.

Penelitian Dasar : Penelitian yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini

digunakan untuk menguji teori tertentu, atau mengetahui konsep tertentu secara lebih mendalam.
Penelitian Terapan: Peenelitian yang menyangkut applikasi teori untuk memecahkan
permasaalahan tertentu.

Penelitian terapan ada 3 macam:

Penelitian Evaluasi: Penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung

pengambilan keputusan tentang nilai reelatif dari 2 atau lebih alternatif tindakan.
Penelitian dan Pengembangan: bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk

tersebut mempunyai kualitas yang lebih tinggi.


Penelitian Tindakan: Yang dilakukan untuk segera dipergunakan sebagai dasar tindakan
pemecahan masalah yang ada.

Penelitian terapan dilakukan untuk menerapkan ilmu pengetahuan atau uji teori untuk kepentingan
pemecahan permasalahan bisnis. Penelitian murni sematamata untuk pengembangan dan perbaikan
teori yang sudah ada, bukan bertujuan untuk penerapaan teori.
Penelitian Evaluasi dalam hubungannya dengan penelitian terapan merupakan proses pengumpulan dan
analisis sistematis yang bertujuan untuk membuat keputusan tertentu

Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, menurut
Suriasumantri1). Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode itu
sendiri merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang terdiri dari langkah-langkah
sistematis. Soewardi2) menjelaskan bahwa langkah-langkah tersebut adalah:
(1) identifikasi masalah
(2) kerangka berfikir
(3) hipotesis
(4) disain pengujian hipotesis
(5) disain pengumpulan data
(6) penarikan
Langkah-langkah dalam metode ilmiah sebenarnya menunjukkan cara berfikir ilmiah yang mencakup
penalaran deduksi dan induksi sehingga metode ilmiah dikatakan sebagai langkah deducto-hipotetikoverifikatif atau logico-hypothetico-verifikasi. Tahap-tahap metode ilmiah sampai ke penyusunan hipotesis
merupakan proses deducto hipotetiko, yaitu bagaimana kita menyusun hipotesis secara deduktif dari teoriteori sebelumnya, yang disusun dalam kerangka pemikiran. Teori-teori tersebut adalah sebagai premis
(alasan) kita membuat pernyataan khusus dalam bentuk hipotesis. Proses hipotetiko-verifikatif menunjukkan
langkah-langkah pembuktian hipotesis (verifikasi) dengan mengumpulkan fakta-fakta dan menarik
kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta empiris tersebut. Jadi proses kedua ini merupakan proses berfikir
induktif.

1. Suriasumantri,

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/risetbisnis_pdf/04_bab_2_penelitian.pdf

2. Soewardi, ibid(1996)

Proses Penelitian Ilmiah

(1991)

Emory dan Cooper1) menjelaskan bahwa proses penelitian dimulai dengan kebutuhan yang mendorong
dilaksanakannya penelitian dan diakhiri dengan pelaporan hasil penelitiannya kedalam langkah-langkah
penelitian yang lebih lengkap. Beberapa tahap awal akan dijelaskan secara umum disini, yaitu kebutuhan
untuk meneliti, masalah penelitian,dan rancangan penelitian; sedangkan tahap-tahap selanjutnya yang
dititikberatkan pada analisis statistika, akan dijelaskan secara lengkap pada bab-bab selanjutnya, yaitu
mengenai penarikan contoh, pengumpulan, pengukuran dan penyajian data, teknik-teknik analisis data,
serta pelaporan dan presentasi hasil penelitian.

1.

Emory dan Cooper, ibid (1991)

Hipotesis

1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang, misalnya secara etimologis, teknis, statistik, dst.
a. Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti kurang dari dan thesis yang
berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang
harus diuji kebenarannya. Djarwanto1).
b. Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk memecahkan suatu masalah,
atau untuk menerangkan suatu gejala. Donald Ary2)
c. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap Masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara
empiris. Moh.Nazir3)
d. Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Sumadi Suryabrata 4)
e. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui
statistik sample
f. Ditinjau dalam hubungannya dengan variabel, hipotesis merupakan pernyataan tentang keterkaitan
antara variabel-variabel (hubugan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih).
g. Ditinjau dalam hubungannya dengan teori ilmiah, hipotesis merupakan deduksi dari teori ilmiah (pada
penelitian kuantitatif) dan kesimpulan sementara sebagai hasil observasi untuk menghasilkan teori
baru (pada penelitian kualitatif).

1. Djarwanto, Sumber: http://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf (1994).


2. Donald Ary, ibid (1992).
3. Moh.Nazir,ibid (1998).
4. Sumadi Suryabrata,ibid (1991).

Dasar Pemikiran Pembuatan Hipotesis

Dalam penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai komponen penting dalam penelitian.
Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan hendaknya peneliti telah merumuskan hipotesis
penelitiannya. Pentingnya hipotesis dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup
pengetahuan untuk melakukan penelitian pada bidang tersebut.
b. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data.
c. Hipotesis merupakan petunjuk tentang prosedur apa saja yang harus diikuti dan jenis data apa saja yang
harus dikumpulkan.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penelitian.
3. Ciri-ciri Rumusan Hipotesis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti dalam merumuskan hipotesis Sumadi Suryabrata 1)
yaitu:
a. Hipotesis harus menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih (dalam satu rumusan hipotesis
minimal terdapat dua variabel).
b. Hipotesis hendaknya dinyatakan secara deklaratif (kalimat pernyataan).
c. Hipotesis hendaknya dirumuskan dengan jelas.
d. Hipotesis harus dapat diuji kebenarannya.

1.

Sumadi Suryabrata,ibid (2000)

Jenis-jenis Hipotesis

Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam mempelajari, hipotesis dapat diklasifikasikan
berdasarkan rumusannya dan proses pemerolehannya.
a. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi :
1) Hipoteis kerja, yaitu hipotesis yang sebenarnya yang merupakan sintesis dari hasil kajian teoritis,
Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.
2) Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis kerjadan sering disingkat Ho. Ada
kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1dan Ho untuk satu permasalahan penelitian.
Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho sengaja dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan H1
dipersiapkan untuk diterima
b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi:
1) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan untuk menghasikan teori
baru (pada penelitian kualitatif)
2) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori ilmiah yang telah ada
(pada penelitian kuantitatif). Hubungan antara hipotesis dengan observasi dan teori ilmiah pada
hipotesis induktif dan deduktif dapat divisualisasikan (Trochim, 2005).

1.

Trochim,ibid (2005).

LOGICO-HYPOTHETICO-VERIFIKASI

Penelitian dengan logika verifikasi hipotesis umumnya penelitian yang menggunakan paradigma
positivisme, dan kebanyakan digunakan dalam penelitian-penelitian kuantitatif.Dalam penelitian dengan logika
verifikasi hipotesis, sudah pasti melibatkan logika atau cara berfikir yang sahih baik logika dedukatif maupun logika
induktif, keduanya digunakan secara silih-berganti, iteratif, dalam kerangka berfikir ilmiah (berfikir dengan
menggunakan metode ilmiah).
Dalam penelitian kuantitatif, setidaknya dikenal 4 logika yaitu: logika induktif probabilistik, logika
deduktif probabilistik, logika paradigmatik uji inferensi, dan inferensi logik kuantitatif. Logika induktif probabilistik
digunakan dalam logika matematik paradigma positivisme. Dalam kaitan ini untuk menguji validitas teori atas data
empirik digunakan uji verifikasi. Inferensi yang valid adalah inferensi yang didasarkan pada relasi transitif.
Proposisi dalam logika matematik disusun berdasarkan proiposisi yang menyatakan adanya relasi antar jenis.
Logika deduktif probabilistik merupakan ragam kedua dari penelitian yang menggunakan paradigma
kuantitatif. Logika ini digunakan oleh Realisme Baru. Realisme menuntut pembuktian kebenaran yang didukung
oleh teori dan empiri, knowing dan being. Eksistensi keduanya harus saling mendukung. Realisme Baru menuntut
adanya "teori terkonstruk" dan "empiri terkonstruk".
Ragam ketiga dari logika penelitian adalah logika paradigmatik: uji inferensi logik kuantitatif. Untuk dapat
menggunakan logika ini sebagai alat membuat inferensi dapat dilakukan dengan cara: Kita membangun
konseptualisasi teoretik yang open ended(memberi peluang koreksi atau pengembangan) yang ditata atas skema atau
paradigma pemikiran kita. Bangunan konseptualisasi itu sebagian bisa menggunakan tata berfikir linier-inferensial,
thermostatik, holografik, dan sebagainya.
Logika penelitian yang keempat adalah inferensi logik kuantitatif. dalam kerangka ini, untuk analisis
parametrik dituntut pemenuhan beberapa asumsi atau persyaratan misalnya sampel harus diambil secara random,
distribusi data harus normal, linier, homogen. Ini berlaku misalnya dalam analisis regresi, korelasi ganda, analisis
varian. Dalam kaitan itu, instrumen pengumpul datanya harus memiliki validitas (terutama validitas konstrak) dan
reliabilitas yang memadai. Model uji inferensi dengan logika kuantitatif tepat digunakan jika peneliti menggunakan
paradigma positivistik, lebih jauh lagi jika menggunakan paradigma lainnya seperti postpositivistik rasionalistik,
realisme baru, atau logika quantum.

Kembali kepada hakikat penelitian sebagai kegiatan ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dengan
logika iteratif, di mana antara deduktif dana induktif digunakan silih berganti, maka sesungguhnya logika verifikasi
hipoetsis itu juga menggunakan logikaiteratif. Ketika menurunkan hipotesis untuk diuji, konstruk teori harus

dibangun kuat sehingga turunan ke rumusan hipotesis benar-benar siap uji secara verifikatif dengan harapan hasil uji
hipotesis dapat memperkuat bangunan konstruk teori. Untuk ini, ketika proses uji hipotesis maka diperlukan
konstruk empirik yang kuat dalam arti diperlukan data-data yang objektif, valid dan reliabel sehingga mendukung
proses pengujian hipotesis. Kerja penelitian dengan cara membangun konstruk teori hingga penurunan hipotesis
merupakan cara kerja deduktif (meski dalam membangun tata berfikir teoretik bisa saja menggunakan logika
deduktif-induktif), sedangkan cara kerja membangun konstruk empirik yang kemudian digunakan untuk uji hipotesis
merupakan cara kerja induktif verifikatif. Dengan demikian, logika hipotesis verifikasi adalah logika keilmuan
(ilmiah) yang iteratif yakni melibatkan logika deduktif-induktif. Dalam konteks uji hipotesis tentu paradigma
kuantitatif yang dipilih. Untuk ini analisis data selalu melibatkan analisis statistik guna uji hipotesis. Karena itu
penelitian yang melibatkan hipotesis adalah penelitian kuantitatif dengan melibatkan statistik. Uji hipotesis itu
sendiri sering disebut uji statistik. Hipotesisnya bisa berupa hipotesis deskriptif (univariat), hipotesis korelasional,
atau hipotesis komparasional.
Uji hipotesis adalah uji statistik artinya hipotesis diuji dengan teknik analsisis statistik (statistik itu sendiri
adalah ukuran sampel atau menurut Djemari Mardapi disebut deskripsi numerik tentang sampel, karena itu uji
statistik hanya ada dalam penelitian sampel yang hendak menguji ukuran populasi yang namanya parameter). Hasil
ujinya, jika hipotesis nol (yang diuji dalam uji statistik) ditolak secara signifikan kesimpulan dan pemaknaan
kemudian adalah generalisasi dari sampel ke populasi dan verifikasi teori dengan pernyataan bahwa konstruk teori
yang dibangun benar adanya dan terdukung oleh konstruk empirik. Kekuatan hasil uji hipotesis ini sangat tergantung
pada penggunaan alat uji statistiknya. Jika alat uji statistiknya parametrik, maka hasil inferensinya (generalisasinya)
kuat dan kokoh. Tetapi jika alat uji statistiknya nonparametrik, hasil inferensinya masih lemah. Mengapa, sebab alat
uji statistik nonparametrik memiliki beberapa kelonggaran asumsi atau persyaratan uji di antaranya tidak
menggunakan bentuk distribusi peluang (free distribution). Karena itu, hasil-hasil penelitian (hasil-hasil uji
hipotesis) yang menggunakan alat uji statistik nonparametrik kurang begitu diyakini adanya.
Uji hipotesis adalah uji statistik, dan uji statistik itu bersifat probabilistik. Karena itu dalam logika inferensi
untuk uji hipotesis selalu bersifat probabilistik (dengan syarat data yang diambil harus dilakukan secara random,
probabilistik). Dalam kaitan ini, hasil inferensi atau kesimpulan untuk generalisasinya sifatnya probabilistik,
kemungkinan yang disertai dengan keyakinan tertentu atau derajat kepercayaan tertentu. ketika melakukan uji
statistik umumnya peneliti dituntut untuk menentukan terlebih dahulu berapa derajat keyakinan yang dipakai,
misalnya 95% (dalam penelitian behavioral) atau 99% atau kurang dari itu (dalam penelitian kealaman). Derajat
keyakinan yang demikian dalam ilmu statistik disebut sebagai level of significance.

Logico Hypotetico Verifikasi

Logico Hypotetico Verifikasi adalah pendekatan yang menggabungkan cara berpikir berdasarkan empiris dan
rasio, sehingga ilmu bersifat rasional dan teruji secara empiris. Rangkaian langkah-langkah logico Hypotetico
Verifikasi terdiri atas :
1.

Pengajuan masalah

2.

Penyusunan kerangka teori

3.

Perumusan hipotesis

4.

Pengujian hipotesis

5.

Penarikan kesimpulan.

Langkah-langkah dalam logico hypotetico verifikasi merupakan gabungan pendekatan rasio dan empiris. Kombinasi
penggunaan rasio dan empiris menyebabkan pengetahuan yang didapat bersifat rasional namun tidak subyektif dan
solipsistik karena dapat diuji dengan fakta empiris.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan atau antara kondisi yang diinginkan (das sollen)
dengan kondisi yang sekarang dialami (das sein). Masalah adalah pertanyaan tentang obyek empiris dengan
mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait.
Masalah adalah perbedaan antara kondisi yang diinginkan (das sollen) dengan kondisi yang dialami (das sein).
Pengajuan masalah dilakukan dengan memaparkan teori, prinsip, hukum, peraturan perundangan dan standar lainnya
atau melakukan. Paparan teori tersebut kemudian dibandingkan dengan keadaan riil, hasil penelitian, fenomena dan
fakta lain atau melakukan induksi.
Menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara mengamati sesuatu keadaan riil, kemudian ada perhatian tertentu
terhadap obyek. Timbul pertanyaan terhadap sesuatu dan ketika ada kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut
timbulah masalah. Untuk mayakinkan bahwa hal tersebut suatu masalah, maka keadaan riil dapat dibandingkan
dengan standar yang dapat diperoleh dari teori, peraturan perundangan, dan sebagainya. Keadaan riil dapat pula
dibandingkan dengan kondisi yang lebih dari standar, misalnya lebih efektif, lebih baik dan sebagainya.
Untuk dapat menemukan masalah dengan mudah, maka perlu memiliki sifat yang peka yakni dapat menangkap
fenomena yang problematic dan siap artinya tahu teori dan hasil penelitian terdahulu. Diperlukan pula sifat tekun
yakni selalu mengikuti perkembangan ilmu yang terkait dan tahu Sumber, misalnya dari kepustakaan, pertemuan
ilmiah dan pengalaman

Cara menentukan masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.

Formulasikan situasi problem

2.

Identifikasikan kesenjangannya

3.

Pelajari sumber informasi

4.

Pilih inti masalah

5.

Konsultasikan dengan ahlinya

Daftar pustaka

http://ekm_2405_handout_bab_1_-_konsep_dasar_penelitian.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/risetbisnis_pdf/04_bab_2_penelitian.pdf
http://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf
Blogspot.2009.http://ahmadrohani.blogspot.com/2009/05/penelitian-dengan-logico-hypothetico.html.
(diakses 04 Mei 2009)
Blog.2014.http://blog.sman59.sch.id/tag/logico-hypotetico-verifikasi/. (diakses 5 februari 2014)

Anda mungkin juga menyukai