Makalah Efusi Pleura PDF
Makalah Efusi Pleura PDF
Gambar 1.1 Gambaran Anatomi Pleura (dikutip dari Poslal medicina, 2007:
www.google.com)
pleura, cairannya adalah eksudat, berisi sel limfosit yang banyak dan sering
hemoragik.
b.
Bila efusi terjadi akibat obstruksi aliran getah bening, cairannya bisa
Bila efusi terjadi karena infeksi pleura pada pasien limfoma maligna
Transudat
Transudat Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu
adalah transudat. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan
kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga
terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura
lainnya. Biasanya hal ini terdapat pada:
a)
b)
c)
d)
a)
b)
Sindrom nefrotik
c)
Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau
masuk melalui saluran getah bening)
2.
Eksudat
Infeksi
koksidioidomikosis,
aspergillus,
kriptokokus,
2.
Non infeksi
Sedangkan penyakit non infeksi yang dapat menyebabkan efusi pleura antara
lain: Ca paru, Ca pleura (primer dan sekunder), Ca mediastinum, tumor
ovarium, bendungan jantung (gagal jantung), perikarditis konstruktifa, gagal
hati, gagal ginjal.
Adapun penyakit non infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura antara
lain:
a.
Gangguan Kardiovaskuler
efusi
pleura.
Penyebab
lainnya
dalah
perikarditis
Emboli Pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal.
Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark. Emboli
menyebabkan turunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi
iskemia
maupun
kerusakan
parenkim
paru
dan
memberikan
3.
Hipoalbuminemia
Adanya
massa
tumor
mengakibatkan
tersumbatnya
aliran
pembuluh darah vena dan getah bening, sehingga rongga pleura gagal
memindahkan cairan dan protein
-
c.
laserasi, luka tusuk pada dada, rupture esophagus karena muntah hebat
atau karena pemakaian alat waktu tindakan esofagoskopi.
2. Uremia
Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang terdiri
dari efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal (asites). Mekanisme
penumpukan cairan ini belum diketahui betul, tetapi diketahui dengan
timbulnya
perikard atau peritoneum. Sebagian besar efusi pleura karena uremia tidak
memberikan gejala yang jelas seperti sesak nafas, sakit dada, atau batuk.
3.
Miksedema
Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagai bagian miksedema.
Efusi dapat terjadi tersendiri maupun secara bersama-sama. Cairan bersifat
eksudat dan mengandung protein dengan konsentrasi tinggi.
4.
Limfedema
Limfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka, tangan dan
efusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Pada beberapa
pasien terdapat juga kuku jari yang berwarna kekuning-kuningan.
5.
6.
1.
Sirosis Hati
Efusi pleura dapat terjadi pada pasien sirosis hati. Kebanyakan efusi
pleura timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan
antara cairan asites dengan cairan pleura, karena terdapat hubungnan
fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran
getah bening atau celah jaringan otot diafragma.
2.
Sindrom Meig
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium
(jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis
terjadinya efusi pleura masih belum diketahui betul. Bila tumor
ovarium tersebut dioperasi, efusi pleura dan asitesnya pun segera
hilang. Adanya massa di rongga pelvis disertai asites dan eksudat
cairan pleura sering dikira sebagai neoplasma dan metastasisnya.
3.
Dialisis Peritoneal
Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialysis
peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral.
Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura
terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya
komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.
1.4
Manifestasi Klinis
hidrostatis di pembuluh
pulmonalis ( kegagalan
jantung
darah
kiri ), tekanan
ke jantung / v.
negatif
intrapleura
(atelektasis ).
Ada tiga faktor yang mempertahankan tekanan negatif paru yang normal ini.
Pertama, jaringan elastis paru memberikan kontinu yang cenderung menarik
paru-paru menjauh dari rangka thoraks. Tetapi, permukaan pleura viseralis dan
pleura parietalis yang saling menempel itu tidak dapat dipisahkan, sehingga
tetap ada kekuatan kontinyu yang cenderung memisahkannya. Kekuatan ini
dikenal sebagai kekuatan negatif dari ruang pleura.
11
selama
bernafas. Sedikitnya
cairan
serous
menyebabkan
dapat
menyebabkan
efusi
pleura karena
13
1.6 WOC
Infeksi (TB)
tuberculosis, pnemonitis,
abses paru
Reaksi Ag -Ab
Merangsang mediator
inflamasi
Massa tumor
Tersumbatnya
pembuluh darah vena
dan getah bening
Bradikinin, prostaglandin,
histamine, serotonin
Vaso aktif
Akumulasi cairan di
rongga pleura
Gangguan keseimbangan
tekanan Hidrostatik dan
Onkotik
Meningkatkan permeabilitas
membran
Perpindahan cairan
Peningkatan
cairan Pleura
Menekan pleura
Rangsangan
serabut saraf
sensoris parietalis
Ekspansi paru
inadekuat
MK: Nyeri
Sesak nafas
(Dispnea)
EFUSI PLEURA
PK: Atelektasis
Indikasi Tindakan
Nafsu makan
Nafas pendek
dengan usaha kuat
Torakosintesis
Kelelahan
MK:
Ketidakefektifan
Pola Napas
MK: Perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Pemasangan
WSD
Terputusnya
Kontinuitas jaringan
Kesulitan tidur
MK: Gangguan
Pola Tidur
Perlukaan
MK: Nyeri
14
MK: Rsiko
Tinggi terhadap
Infeksi
Pemeriksaan fisik
3.
4.
Diagnostik
15
2. Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk
diagnostic maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada
penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di
sela iga IX garis aksilaris posterioar dengan memakai jarum Abbocath nomor
14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1.000-1.500 cc
16
pada setiap kali aspirasi. Adalah lebih baik mengerjakan aspirasi berulangulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural
shock (hipotensi) atau edema paru. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru
menggembang terlalu cepat.
Komplikasi lain torakosentesis adalah pneumotoraks, ini yang paling sering,
udara masuk melalui jarum), hemotoraks (karena trauma pada pembuluh darah
interkostalis), emboli udara (ini agak jarang terjadi). Dapat juga terjadi laserasi
pleura viseralis, tapi biasanya ini akan sembuh sendiri dengan cepat. Bila
laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara dari alveoli masuk ke
vena pulmonalis sehingga terjadi emboli udara. Untuk mencegah emboli udara
ini menjadi emboli pulmoner atau emboli sistemik, penderita dibaringkan pada
sisi kiri di bagian bawah, posisi kepala lebih rendah daripada leher, sehingga
udara tersebut dapat terperangkap di atrium kanan.
Untuk diagnostic caiaran pleura dilakukan pemeriksaan:
1) Warna cairan
Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan (serous-xanthochrome). Bila agak kemerah-merahan,ini dapat terjadi pada trauma, infark
paru, keganasan, adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning
kehijauan dan agak perulen, ini menunjukan adanya empiema. Bila
merahtengguli, ini menunjukan adanya abses karena amoeba.
2) Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
17
Kadar protein
dalam
transudat
<3
Eksudat
>3
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1, 016
> 1, 016
negatif
Positif
efusi
efusi (g/dl)
Kadar protein
dalam serum
per
kadar
protein dalam
serum
Kadar
LDH
dalam
efusi
(I.U.)
Kadar
LDH
dalam
efusi
pe
Kadar
LDH
dalam
serum
Berat
jenis
cairan efusi
Rivalta
(dikutip dari Asril Bahar: 2001)
metastasis adenokarsinoma.
3) Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostic
penyakit pleura, terutama bila ditemukan patologis atau dominasi sel sel
tertentu.
a) Sel neutrofil: menunjukan adanya infeksi akut
18
mesotel:
bila
jumlahnya
meningkat
adanya
infark
19
20
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1
1)
Pengkajian Keperawatan
Efusi Pleura
kaji adanya penyakit yang
b. B1 (Breathing)
1.
pola nafas
nafas pendek
21
3.
ketidaksimetri
egofoni diatas
area efusi
frekuensi nafas meningkat
6.
bunyi nafas
pleura
7.
perkusi pekak
ekspansi paru
inadekuat
d. B3 (Brain)
1.
tekanan darah
2.
nyeri dada
perkusi
3.
peningkatan
suhu tubuh
tidak ada masalah
Tidak ada masalah
g. B6
(Bone/musculoskeletal/inte
gumen)
kehilan
gan nafsu makan
penurun
an masukan makanan
penurun
an masukan makanan
22
h. Aktivitas/istirahat
ketidak
distres pernapasan
dan diagnostic
1.
turgor kulit
sekitar abdomen buruk
2.
bentuk dada
(barrel chest)
kesulitan
tidur
keletihan meningkat
-
Torasentesis
Biopsi pleura
putih
-
Pemeriksaan kimiawi
23
Efusi Pleura
1. kaji keluhan utama yang paling
dirasakan menggangu klien
selama dan setelah tindakan
2. kaji pengetahuan/pendidikan
tentang prosedur tindakan
3. emosi yang meningkat akibat
tindakan
4. kaji pola makan klien selama dan
setelah tindakan
5. kaji koping (kecemasan) klien
selama dan sesudah tindakan
6. kaji mobilitas yang menurun
selama tindakan
7. kaji kondisi klien selama tindakan
b. B1 (breating)
c. B2 (Blood)
24
e.
B4 (Bladder)
f. B5 (Bowel)
1.
peningkatan
nafsu makan
2.
peningkatan
badan
(Bone/musculoskeletal/integ
umen)
1.
adanya tanda
berwarna merah)
2.
peradangan/in
25
pemasangan WSD
2.
2.
3.
2.
26
3.
Rencana Tindakan
No
Rencana Tindakan
1
Posisikan fowler.
Rasional
Duduk tinggi memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan
Dapat meningkatkan banyaknya
27
WSD
Gelembung berkelanjutan
menandakan kebocoran
sistem
Gelembung berkelanjutan
menandakan bahwa
penghubung
28
ke dalam atmosfir
- Meningkatkan drainase
dada tersebut
7. Pastikan posisi botol WSD terletak
klien
Melakukan pelatihan pernafasan
peningkatan tekanan.pleura,
ekspirasi
jam
- Memberikan spirometer insentif
10
11
4 jam
Berikan obat-obatan sesuai pesanan
meminumnya
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,
penyembuhan
Mengurangi intoleransi aktivitas
pernafasan
Untuk mengetahui perkembangan
klien setiap 4 jam
2.
30
2.
tidak ada pada saat pra, pasca, dan waktu tindakan medis dilakukan
4.
Rencana Tindakan
Sebelum melakukan tindakan
Rasional
Penjelasan lebih awal dapat
dilakukan
tersebut dilakukan
diharapkan
-Resiko yang akan terjadi
Jenis anesthesia
Perkiraan lama tindakan,
pemasangan, pencabutan, dan
pemulihan
Kebutuhan partisipasi dalam
kegiatan, peralatan, lingkungan,
2
31
mengatasinya
Jika terjadi ansietas berat, beri
tahu dokter
kolaboratif diperlukan
Informasi dapat membantu klien
tindakan
Penyuluhan, demonstrasi
demonstrasi
32
33
No
Rencana Tindakan
1
Bantu klien untuk menetukan
Rasional
Tindakan yang dapat dilakukan jika
diketahui
nobat lain
Kurangi ayau turunkan efek
mulut kering
Kolaborasi dengan klien untuk
nyeri noninvasive :
34
Rasional
Kebisingan dan stimulus dapat
mengganggu istirahat atau tidur klien
pleura
Relaksasi mempermudah untuk tidur
tidur
Lakukan ritual sebelum tidur (bagi
yang terbiasa) :
menit)
Tingkatkan aktivitas sehari-hari jika
tertidur
seperti berpindah
Kurangi potensi terhadap cedera
ketika tidur :
klien
perlu
- tempatkan tempat tidur pada posisi
yang rendah
- Berikan pengawasan yang cukup
- tempatkan bel pada tempat yang
8
rendah
Berikan sedative atau hipnotik
pemasangan WSD
36
Tindakan/Intervensi
Rasional
Mandiri
1.
Perubahan frekuensi
jantung atau TD
menunjukkan bahwa
pasien mengalami nyeri
khususnya bila alasan lain
untuk perubahan tanda
2.
lembut dapat
napas
menghilangkan
ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi
analgesik
Kolaborasi
1.
2.
37
Tindakan/Intervensi
Rasional
Mandiri
1.
2.
3.
Awasi suhu.
infeksi.
Aktivitas ini meningkatkan
cairan adekuat.
Observasi warna.
4.
infeksi paru.
Menurunkan konsumsi/kebutuhan
dan istirahat.
5.
penyembuhan.
Malnutrisi dapat mempengaruhi
adekuat.
Kolaborasi
1.
2.
antimikrobial.
Dapat diberikan untuk organisme
khusus yang teridentifikasi
dengan kultur dan sensitivitas,
atau diberikan secara profilaktik
karana resiko tinggi.
38
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press
Anonim. Paru-paru dan Saluran Pernapasan. www.medicastore.com. Diakses
tanggal 10 Maret 2008, jam 13.00 WIB
Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta:
EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1995 Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
39
Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.
Rofiqahmad. 2008. Thorax. http://www.efusi pleura/080308/thorax/weblog.htm.
diakses tanggal 13 Maret 2008 jam 13.20 WIB
40