Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-5

Manajemen Risiko Proyek Publik yang Dibiayai Swasta


(Studi Kasus : Proyek Penyediaan Air Minum di Wilayah X)
Heidy Anggraini Putri, Nugroho Priyo Negoro, Yudha Andrian S.
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: nugroho@ie.its.ac.id
Abstrak Jumlah penduduk daerah X dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan yang signifikan sehingga
kebutuhan akan air bersih pun turut meningkat. Hal ini
mendorong pihak Pemerintah Daerah X melalui PDAM X
untuk memperbaiki kualitas layanan di bidang penyediaan air.
Namun, berdasarkan data dari PDAM X tahun 2000, PDAM X
hanya memiliki kapasitas produksi sebesar 720 liter/detik
(Tjahyono, 2002). Kapasitas tersebut hanya mampu melayani
17,17% dari total kebutuhan air minum yang dibutuhkan
masyarakat. Guna mengatasi kekurangan pasokan air
tersebut, pihak PDAM X harus menambah jumlah instalasi
pengolahan air (IPA) ataupun menambah kapasitas produksi
dari IPA yang telah ada. Namun, melaksanakan proyek
pembangunan IPA membutuhkan pembiayaan yang tidak
sedikit. Karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh pihak
PDAM X, maka pihak PDAM X mengadakan proyek publik
yang dibiayai swasta berupa proyek penyediaan air minum.
Adanya kerjasama dengan pihak lain, tentu saja akan
memperbesar risiko yang mungkin muncul selama proyek
penyediaan air minum. Oleh karena itu, penelitian ini akan
melakukan proses manajemen risiko proyek mulai dari
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi risiko-risiko
yang muncul pada proyek RUOT di proyek air minum PDAM
X menggunakan severity index dan probability impact grid.
Kemudian mengalokasikan risiko-risiko tersebut kepada
pihak-pihak yang terkait dalam kerjasama tersebut
menggunakan analisis statistika deskriptif, lalu memberikan
rekomendasi mitigasi risiko yang harus dilakukan oleh kedua
pihak, baik pihak PDAM X maupun pihak swasta.
Kata Kunci : Manajemen Risiko Proyek, Proyek Kerjasama
Pemerintah Swasta, Severity Index, Probability Impact Grid,
Analisis Statistika Deskriptif

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk daerah X dari tahun ke tahun


mengalami
peningkatan
yang
cukup
signifikan.
Bertambahnya penduduk di daerah X juga diikuti dengan
semakin meningkatnya konsumsi air dimana air merupakan
kebutuhan pokok manusia. Peningkatan kebutuhan air bersih
mendorong pihak Pemerintah Daerah X melalui PDAM X
untuk memperbaiki kualitas layanan infrastruktur di bidang
penyediaan air. Namun, berdasarkan data dari PDAM X
tahun 2000, PDAM X hanya kapasitas produksi sebesar 720
liter/detik [1]. Hal ini didukung dengan adanya deklarasi
Millenium Development Goals yang merupakan sebuah
kesepakatan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat di tahun 2015. Berdasarkan status
pencapaian MDGs Indonesia, dapat diketahui bahwa akses
air minum perkotaan baru mencapai 30,8% sedangkan target
yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 67,7%. Akses air
minum pedesaan baru mencapai 9%, sedangkan target yang
harus dicapai sebesar 52,8%. [2]
Guna mengatasi kekurangan pasokan air tersebut, pihak
PDAM X harus menambah jumlah instalasi pengolahan air
(IPA) ataupun menambah kapasitas produksi dari IPA yang

telah ada. Namun, melaksanakan proyek pembangunan IPA


membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Adanya
keterbatasan pendanaan yang dimiliki PDAM X, sementara
di sisi lain memiliki kewajiban untuk memenuhi pelayanan
akan barang publik, maka PDAM X mengadakan proyek
penyediaan air minum di wilayah X dengan pembiayaan
dari sektor swasta. Proyek publik yang dibiayai swasta
tersebut direalisasikan dalam bentuk proyek uprating
operate transfer (RUOT) [2] dengan perusahaan swasta.
Kerjasama tersebut diharapkan dapat membantu pihak
PDAM X dalam hal pembiayaan proyek penyediaan air
minum di daerah X sehingga permasalahan mengenai
kekurangan pasokan air bersih dapat diatasi. Istilah project
financing biasanya merujuk pada penyusunan hutang dan
ekuitas untuk pembangunan fasilitas spesifik yang
menghasilkan revenue pada perusahaan [4]. Pembiayaan
proyek tersebut dapat diwujudkan melalui kerjasama pihak
pemerintah dengan pihak swasta. Rehabilitation Uprating
Operate Transfer (RUOT) atau hanya biasa dikenal dengan
Rehabilitation Operate Transfer (ROT) merupakan variasi
bentuk dari skema build operate transfer (BOT) yang
banyak digunakan dalam proyek-proyek KPS lainnya [5].
Pada proyek RUOT, pihak swasta akan mendanai proses
rehabilitasi (perbaikan/perawatan) terhadap fasilitas instalasi
yang ada termasuk juga bangunan penunjangnya, menjamin
pasokan air dengan meningkatkan kapasitas produksi dari
IPA (uprating), serta mengoperasikan fasilitas IPA sampai
batas waktu tertentu sebelum diserahkan kembali kepada
pihak pemerintah. Salah satu hal yang paling penting
dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam kerjasama
pemerintah dan swasta adalah melakukan manajemen risiko
yang efektif yang berhubungan dengan kompleksitas dalam
hal finansial, hukum, dan peraturan, organisasi sosio-politik,
dan alokasi risiko yang proporsional dari pihak-pihak yang
terlibat yang masing-masing mempunyai persepsi dan
aspirasi yang berbeda [6]. Penelitian tugas akhir ini akan
melakukan proses manajemen risiko proyek kerjasama
pemerintah dan swasta penyediaan air minum berdasarkan
kasus di daerah X. Metode yang digunakan pada penelitian
tugas akhir ini adalah severity index dan probability impact
grid untuk tahap asesmen risiko, serta analisis statistika
deskriptif untuk tahap alokasi risiko.
Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan
gambaran mengenai risiko-risiko yang mungkin akan terjadi
selama masa kerjasama proyek penyediaan air minum antara
PDAM X dengan pihak swasta, bagaimana alokasi risiko
yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak serta
rekomendasi mitigasi risiko yang dapat diberikan kepada
masing-masing pihak. Selain itu, hasil penelitian ini akan
dapat dipergunakan pula sebagai bahan bagi masing-masing
pihak untuk mempersiapkan diri, guna meletakkan dasar
yang lebih baik dalam mengestimasi dan merencanakan
kerjasama antara pemerintah dan swasta selanjutnya, maka
penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5


2

METODE PENELITIAN

2.1

Tahap Identifikasi Masalah


Tahap ini bertujuan untuk memahami permasalahan
yang akan diteliti yaitu proyek KPS (kerjasama pemerintah
swasta) penyediaan air minum di daerah X, penetapan
tujuan dan manfaat dari penelitian ini, serta konsep yang
berkaitan dengan project financing, public private
partnership, dan manajemen risiko proyek. Gambaran
mengenai proyek penyediaan air minum di wilayah X juga
dibutuhkan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhankebutuhan dalam melakukan manajemen risiko proyek KPS
penyediaan air minum di wilayah X.
2.2

Tahap Pengumpulan Data


Dalam tahap ini akan dilakukan proses pengumpulan
data yang menunjang dalam penelitian. Tahapan ini terdiri
dari identifikasi risiko, desain sampling, penyusunan
kuesioner, uji validitas dan reliabilitas, pengumpulan dan
rekapitulasi data.
2.2.1

Identifikasi Risiko

Tahapan ini terdiri dari identifikasi risiko-risiko yang


berhubungan dengan proyek air minum yang diperoleh
melalui studi literatur pada penelitian terdahulu. Risiko yang
digunakan pada penelitian mengadopsi variabel-variabel
risiko pada proyek kerjasama pemerintah-swasta di bidang
distribusi air bersih di Indonesia yang digunakan oleh
Pribadi dan Pangeran [7] dan Wibowo dan Mohammed [8].
Variabel-variabel tersebut digunakan kembali pada
penelitian ini dengan diverifikasi terlebih dahulu. Berikut
adalah 41 variabel risiko yang digunakan pada penelitian
ini:
Kode
Variabel Risiko
Risiko
Risiko Politik
R1
Perubahan Undang-Undang yang berlaku Umum
R2
Diskriminasi pada perubahan undang-undang
R3
Perubahan spesifik pada undang-undang
R4
Nasionalisasi/Pengambilalihan
R5
Ketidaktersediaan valuta asing
R6
Larangan transfer-ability pada valuta asing
R7
Larangan exchange-ability pada valuta asing
R8
Pelanggaran kontrak oleh pemerintah
R9
Pemutusan hubungan dini oleh pemerintah
Risiko Makroekonomi
R10
Fluktuasi Inflasi
R11
Fluktuasi valuta asing
R12
Fluktuasi tingkat bunga
Risiko Operasional
R13
Kenaikan biaya operasi dan maintenance
R14
Peralatan cacat karena gangguan
R15
Ketidaktersediaan bahan baku air
R16
Kebocoran teknis selama distribusi
R17
Pemadaman listrik
R18
Protes lingkungan akibat gangguan
R19
Manipulasi meteran air
R20
Rendahnya Kualitas bahan baku air
R21
Jaminan/Insurance
Risiko Bisnis
R22
Pengaturan tarif bersifat tidak pasti
R23
Pelanggaran kontrak oleh operator/pihak swasta
R24
Pemutusan hubungan dini oleh operator/pihak

2
Kode
Risiko

Variabel Risiko

swasta
R25
Penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah
R26
Kegagalan pada penutupan keuangan
R27
Kegagalan dalam pembiayaan kembali
R28
Permintaan bersifat tidak pasti
R29
Masuknya kompetitor baru
R30
Tunggakan tagihan oleh konsumen
Risiko Konstruksi
R31
Eskalasi/Kenaikan Biaya Konstruksi
R32
Kenaikan harga tanah
R33
Penundaan waktu konstruksi
R34
Negosiasi harga tanah yang berlarut-larut
R35
Desain/Pengembangan
Risiko yang Tidak Dapat Dihindari (Force Major)
R36
Bencana alam
R37
Bencana karena ulah manusia
R38
Pernyataan perang
R39
Kerusuhan
R40
Serangan Teroris
R41
Pemogokan karyawan

Proses verifikasi terhadap variabel-variabel risiko proyek


ini dilakukan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner.
Setelah memperoleh data hasil wawancara dan penyebaran
kuesioner, variabel-variabel risiko proyek yang relevan
diperoleh melalui konsep pareto.
2.2.2

Desain Sampling

Pada tahap ini dilakukan penyusunan kuesioner risiko


berdsarkan hasil identifikasi risiko yang telah dilakukan
pada tahap sebelumnya. Kuesioner disusun berdasarkan data
yang ingin diperoleh. Ada tiga macam kuesioner yang
dibuat untuk penelitian ini, pertama merupakan kuesioner
untuk melakukan verifikasi risiko, kedua untuk melakukan
asesmen risiko, dan ketiga merupakan kuesioner untuk
melakukan alokasi risiko.
2.2.3

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu


alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur [9]. Uji
validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan software excell dengan formulasi Pearson.
Sedangkan uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan/menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam mengukur gejala yang sama [9]. Uji reliabilitas ini
dilakukan menggunakan software statistika.
2.2.4

Pengumpulan dan Rekapitulasi Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan


rekapitulasi data risiko. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengadaptasi metode delphi dengan alat bantu berupa
kuesioner. Tujuan pengumpulan data ini adalah untuk
memperoleh data mengenai probabilitas terjadinya risiko
dan dampak yang dihasilkan bila risiko yang relevan terjadi
pada proyek KPS air minum di daerah X. Setelah dilakukan
pengumpulan data, selanjutnya dilakukan rekapitulasi hasil
pengumpulan data.
2.3

Tahap Manajemen Risiko Proyek


Data-data yang sudah dikumpulkan akan diolah dalam
kerangka manajemen risiko proyek. Berikut adalah langkahlangkah dalam manajemen risiko proyek:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5


1.
2.

Identifikasi risiko.
Asesmen risiko. Proses asesmen dilakukan secara
kualitatif. Pertama, memberi nilai pada probabilitas
dan dampak dengan menggunakan severity index.
Kemudian dipetakan dalam probability impact grid.
Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk
menentukan severity index (SI) [10]:
SI =

=0 a i x i
4 4=0

(100%)

Keterangan:
ai = konstanta penilaian
xi = probabilitas responden
i = 0, 1, 2, 3, 4,..., n
Probability Impact Grid (PIG) digunakan untuk
mengukur tingkat risiko. Tingkat risiko merupakan
perkalian dari skor probability dan skor impact yang didapat
dari responden. Untuk mengukur risiko menggunakan rumus
[11]
R=PxI
Keterangan:
R
= Tingkat Risiko
P
= Kemungkinan (probability) risiko yang terjadi
I
= Tingkat dampak (impact) risiko yang terjadi
Setelah mengetahui tingkat risiko, selanjutnya
risiko tersebut dapat diplotkan dalam matriks probability
dan impact untuk mengetahui risiko mana yang
kemungkinan terjadinya besar dan berdampak besar bagi
proyek. Berikut adalah contoh matriks probability-impact:

3
3

HASIL DAN DISKUSI

3.1

Identifikasi Risiko
Pada penelitian ini digunakan 41 variabel risiko yang
diperoleh dari penelitian terdahulu, yaitu variabel risiko
yang digunakan oleh Pribadi dan Pangeran [7] dan Wibowo
dan Mohammed [8]. Namun, untuk mengetahui apakah
variabel risiko tersebut relevan dengan proyek kerjasama
pemerintah (KPS) penyediaan air minum di wilayah X,
dilakukan verifikasi terlebih dahulu dengan menggunakan
konsep pareto. Hasilnya diperoleh terdapat 27 variabel
risiko yang dinyatakan relevan dan 14 variabel sisanya
dianggap tidak relevan. 27 variabel yang dianggap relevan
kemudian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas,
sehingga diperoleh 20 variabel risiko yang dianggap valid
dan reliabel untuk dapat digunakan pada proses pengolahan
data selanjutnya.
Risiko-risiko tersebut antara lain: perubahan spesifik
pada undang-undang (R3), fluktuasi inflasi (R10), fluktuasi
valuta asing (R11), fluktuasi tingkat bunga (R12), kenaikan
biaya operasi dan maintenance (R13), peralatan cacat karena
gangguan (R14), ketidaktersediaan bahan baku air (R15),
kebocoran teknis selama distribusi (R16), pemadaman listrik
(R17), rendahnya kualitas bahan baku air (R20), pengaturan
tarif bersifat tidak pasti (R22), pelanggaran kontrak oleh
operator/pihak swasta (R23), pemutusan hubungan dini oleh
operator/pihak swasta (R24), penyalahgunaan wewenang
oleh pejabat pemerintah (R25), desain/pengembangan
(R35), bencana alam (R36), dan bencana karena ulah
manusia (R37).
3.2

Asesmen Risiko
Tahap asesmen risiko terdiri dari dua tahap, pertama
adalah tahap analisis risiko, kedua adalah tahap pemetaan
risiko.
3.2.1 Analisis Risiko

2.4

Tahap Analisis dan Interpretasi Data


Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini
setelah melakukan pengumpulan dan pengolahanan data.
Hasil dari pengolahanan data dianalisis dan diinterpretasikan
secara lebih mendalam.
2.5

Tahap Kesimpulan dan Saran


Setelah
semua
langkah-langkah
pengumpulan,
pengolahanan, analisis, dan interpretasi data dilakukan,
maka ditarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan
alokasi risiko yang harus ditanggung serta langkah mitigasi
yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak, dalam hal
ini pihak-pihak tersebut adalah PDAM X dan pihak swasta.
Selain itu akan ada saran untuk rekomendasi penelitian
kedepannya yang bertujuan untuk menyempurnakan proses
manajemen risiko proyek publik yang dibiayai swasta pada
proyek air minum.

Pada tahap analisis risiko ini, dilakukan penilaian


terhadap masing-masing variabel risiko. Nilai risiko
diperoleh melalui penyebaran kuesioner asesmen risiko dan
wawancara. Setelah memperoleh penilaian risiko
berdasarkan persepsi responden, selanjutnya data tersebut
dihitung dengan menggunakan severity index (SI).

Klasifikasi dari skala penilaian nilai probabilitas dan


dampak adalah sebagai berikut [12]:
Very Low
: 0,00 SI 12,5 %
Low
: 12,5% SI 37,5%
Medium
: 37,5% SI 62,5%
High
: 62,5% SI 87,5%
Very High
: 87,5% SI 100%
3.2.2 Pemetaan Risiko
Setelah melakukan analisis risiko dan diperoleh nilai
probabilitas dan dampak masing-masing risiko, dilakukan
pemetaan risiko. Pada tahap ini, setiap variabel risiko
dipetakan berdasarkan nilai probabilitas dan dampak dengan
menggunakan Probability Impact Grid (PIG). Berikut
adalah hasil pemetakan variabel risiko berdasarkan nilai
probabilitas dan dampak:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5

4
Kode
Risiko

R12

R13

Keterangan:
: Risiko Tinggi
: Risiko Medium
: Riko Rendah

R15

3.3

Risk Response
Pada bagian ini akan dilakukan usulan tindakan respon
terhadap risiko yang terdiri dari pengalokasian risiko kepada
pihak yang paling tepat dalam menangani risiko dan
penanganan atau mitigasi risiko.

R17

R20

3.3.1 Alokasi Risiko


Tujuan dari tahap ini adalah melakukan alokasi risiko
terhadap masing-masing variabel risiko kepada pihak
pemerintah dan swasta. Risiko-risiko yang digunakan adalah
risiko yang telah dianggap valid pada proses pengolahan
data sebelumnya. Pengalokasian risiko dilakukan
berdasarkan lima kriteria, yaitu mengontrol sumber
terjadinya risiko, menangani terjadinya risiko, menanggung
risiko bila risiko tidak dapat dikendalikan, mengelola risiko
dengan biaya yang paling murah, dan menanggung
konsekuensi bila risiko terjadi [13]. Dari hasil pengalokasian
risiko dapat diketahui bahwa setiap pihak, pemerintah dan
swasta memperoleh alokasi risiko masing-masing sebanyak
10 risiko. Salah satu contoh risiko yang dialokasikan ke
pemerintah adalah risiko perubahan spesifik pada undangundang, sedangkan risiko yang dialokasikan kepada pihak
swasta salah satunya adalah risiko fluktuasi inflasi.

Bagian ini berisi proses mitigasi risiko atau biasa dikenal


dengan penanganan risiko, dimana risiko-risiko yang akan
dimitigasi adalah risiko-risiko yang dianggap valid. Pada
penelitian ini, mitigasi risiko yang dilakukan adalah sebatas
rekomendasi mitigasi, tidak sampai pada implementasi
mitigasi risiko. Proses mitigasi risiko dilakukan melalui
wawancara dan studi literatur pada penelitian-penelitian
terdahulu. Pada penelitian ini, variabel-variabel risiko akan
diklasifikasikan terlebih dahulu ke dalam dua jenis risiko,
yaitu risiko internal dan risiko ekternal. Berikut adalah
usulan mitigasi risiko untuk risiko eksternal:
Variabel
Risiko

Klasifikasi
Mitigasi
Risiko

R3

Perubaha
n spesifik
pada
undangundang

Menerima
risiko

R10

Fluktuasi
Inflasi

Menerima
risiko

R11

Fluktuasi
valuta

Mencegah
risiko

R28

R29

R36

3.3.2 Mitigasi Risiko

Kode
Risiko

R25

Usulan Mitigasi Risiko

Melakukan manajemen
persediaan bahan baku
berbasis perubahan inflasi
Menetapkan nilai hedging
yang optimal

Variabel
Risiko

Klasifikasi
Mitigasi
Risiko

Usulan Mitigasi Risiko

asing
Fluktuasi
tingkat
bunga
Kenaikan
biaya
operasi
dan
maintena
nce
Ketidakte
rsediaan
bahan
baku air

Menerima
risiko

Memonitor perkembangan
tingkat suku

Mengurangi
dampak
terjadinya
risiko

Membuat skenario
anggaran biaya operasi dan
maintenance (kondisi
pesimis, moderat, dan
optimis)

Mentransfer
risiko

Koordinasi dengan Perum


Jasa Tirta terkait
penyediaan bahan baku air

Pemadam
an listrik

Mengurangi
dampak
terjadinya
risiko

Penyediaan gen set untuk


supply listrik cadangan

Mentransfer
risiko

Koordinasi dengan Perum


Jasa Tirta terkait kualitas
bahan baku air

Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko

Peningkatan kualitas proses


produksi

Rendahny
a Kualitas
bahan
baku air
Penyalah
gunaan
wewenan
g oleh
pejabat
pemerinta
h
Permintaa
n bersifat
tidak
pasti
Masukny
a
kompetito
r baru
Bencana
alam

Menerima
risiko

Mengurangi
dampak
terjadinya
risiko
Mengurangi
dampak
terjadinya
risiko
Menerima
risiko

Membuat proyeksi
permintaan konsumsi air

Mempertahankan kualitas
air yang diproduksi
_

Sedangkan usulan mitigasi untuk risiko internal


adalah sebagai berikut:
Kode
Risiko

R8

R14

R16

R23

Variabel
Risiko
Pelanggara
n kontrak
oleh
pemerintah
Peralatan
cacat
karena
gangguan
Kebocoran
teknis
selama
distribusi
Pelanggara
n kontrak
oleh
operator/pi
hak swasta

Klasifikasi
Mitigasi
Risiko
Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko
Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko
Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko
Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko

Usulan Mitigasi Risiko


Komunikasi secara
berkala antara pihak
PDAM X dan
Perusahaan A.
Preventive maintenance
peralatan secara berkala
Preventive maintenance
pipa distribusi secara
berkala
Komunikasi secara
berkala antara pihak
PDAM X dan
Perusahaan A.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5

Kode
Risiko

R22

R24

Variabel
Risiko
Pengaturan
tarif
bersifat
tidak pasti
Pemutusan
hubungan
dini oleh
operator/pi
hak swasta

Klasifikasi
Mitigasi
Risiko
Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko

Komunikasi secara
berkala antara pihak
PDAM X dan
Perusahaan A.

[9]

Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko

Komunikasi secara
berkala antara pihak
PDAM X dan
Perusahaan A.

[11]

Konsultasi dengan
kontraktor terkait desain
instalasi pengolahan air
yang sesuai
Memberikan peringatan
kepada operator dan
penekanan kepatuhan
terhadap SOP (Standard
Operation Procedure)

R35

Desain/Pen
gembangan

Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko

R37

Bencana
karena ulah
manusia/hu
man error

Mengurangi
probabilitas
terjadinya
risiko

Usulan Mitigasi Risiko

KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari 41 variabel risiko yang digunakan pada penelitian


ini, terdapat 27 variabel risiko yang dianggap relevan
dengan proyek KPS penyediaan air minum di wilayah X.
Namun, hanya 20 variabel yang dianggap valid dan reliabel
yang dapat digunakan untuk proses pengolahan data
selanjutnya. Pada tahap asesmen risiko, terdapat 7 risiko
yang tergolong risiko tinggi, 7 risiko tergolong risiko
medium, dan 6 risiko tergolong risiko rendah. Selanjutnya,
pada tahap alokasi diperoleh hasil berupa 10 risiko
dialokasikan ke pihak pemerintah dan 10 risiko sisanya
dialokasikan ke pihak swasta. Kemudian pada tahap mitigasi
risiko, diperoleh usulan mitigasi risiko untuk variabel risiko
eksternal dan internal.Risiko
5

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih


kepada seluruh pihak karyawan PDAM X dan Perusahaan A
yang telah memberi dukungan dan membantu kelancaran
terselesaikannya penelitian. Serta kepada dosen pembimbing
dan ko-pembimbing yang telah banyak membantu dalam
proses penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]
[3]

[4]

[5]

[6]

[7]

Tjahyono, Agoes Boedi. 2002. Peningkatan Kualitas Pelayanan


Perusahaan Air Minum dengan Menggunakan Metode Quality
Function Deployment (Studi Kasus: Perusahaan Daerah Air Minum
X). Laporan Thesis Program Studi Teknik Industri. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Stalker, P. 2008.Millenium Development Goals.Diakses pada 20
Maret 2012. <http://www.undp.or.id/pubs/docs>
Perpamsi. Kepmendagri No. 43/2000/Kerjasama PDAM, diakses pada
tanggal 12 Maret 2012,
<http://perpamsi.or.id/online_document_detail.php?id=53>
Tiong, Robert L.K., Yeo, K.T. 1993. Project Financing as A
Competitive Strategy in Winning Overseas Job. International Journal
of Project Management, vol 11, No. 2. Butterworth Heinemann Ltd.
Negoro, Nugroho P. 2011. Model Masa Konsesi Kerjasama
Pemerintah Swasta pada Proyek Penyediaan Air Minum (Studi Kasus:
IPA Krikilan, Gresik). Laporan Thesis. Jurusan Teknik Sipil ITS.
Ozdoganm, Irem Dikmen., Birgonul, M. Taldad. 2000. A Decision
Support Framework for Project Sponsors In The Planning Stage of
Build-Operate-Transfer (BOT) Project, Construction Management
and Economic.
Pribadi, Krishna S., Pangeran, M. Husnullah. 2007. Important Risks
on Public-Private Partnership Scheme in Water Supply Investment in

[8]

[10]

[12]

[13]

Indonesia. The 1st International Conference of European Asian Civil


Engineering Forum. Universitas Pelita Harapan, Indonesia.
Wibowo, Andreas dan Mohamed, Sherif. 2010. Risk Criticality and
Allocation in Privatised Water Supply Projects in Indonesia.
International Journal of Project Management, vol 28, hal. 504-513.
Kusrini, D. E. 2006. Diktat Metode Riset Sosial. Surabaya: Jurusan
Statistika FMIPA ITS.
Al Hammad, A.M. 2000. Common Interface Problems Among
Various Construction Parties. Journal of Performance of Constructed
Facilitates, Vol. 14, No. 2, Hal 71-74.
Majid, M.Z.A., Caffer, R.M. 1997. Discussion Assessment of Work
Performance of Maintenance Contractors in Saudi Arabia. Journal of
Management in Engineering, ASCE.
Hillson, D. 2002. Extending The Risk Process to Manage
Opportunities. International Journal of Project Management, Vol. 20,
Hal 235-240.
Wardani, Retno,D.K. 2006. Analisis Risiko dalam Sistem Kerjasama
Build Operate Transfer pada Pembangunan Terminal Terpadu Merak
Kota Cilegon. Laporan Thesis. Jurusan Teknik Sipil ITS

Anda mungkin juga menyukai