Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya layak ditujukan kepada Allah Tuhan penyeru semua ciptaan
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya,

sehingga

kami

dapat

menyelesaikan

makalah

dengan

judul

MASALAH INFLASI
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Moneter di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam program studi Akuntansi di UIN Sunan
Ampel Surabaya. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Mohammad Wahed, SE, ME. selaku dosen pengampu
mata kuliah Ekonomi Moneter dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Namun, atas keterbatasan penulis baik dalam hal waktu dan informasi
yang didapatkan sehingga penulis merasa bahwa makalah ini belumlah sempurna.
Oleh karena itu, penulis juga berharap agar para pembaca dapat memberikan
feedback kepada penulis berupa komentar atau kritik yang membangun sehingga
dapat memperbaiki kualitas penulis dalam menulis dan juga dalam memperdalam
pemahaman penulis menyangkut bab yang membahas tentang Masalah Inflasi.

Surabaya,25 Mei 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1..............................................................................................

Latar

Belakang

.....................................................................................................................1
1.2......................................................................................... Rumusan Masalah
.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.

Definisi Inflasi ...........................................................................................3


Jenis-jenis Inflasi ........................................................................................5
Sebab-sebab Terjadinya Inflasi...................................................................8
Dampak Terjadinya Inflasi .......................................................................12
Cara Mengatasi Inflasi .............................................................................14

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang
dihadapi setiap negara. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan
beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Untuk
menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin timbul, berbagai
kebijakan ekonomi perlu dijalankan.
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang
senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya
suku bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas
uang yang dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga. Seperti
halnya harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal ini pasar
uang dan pasar modal. Sebagaimana harga, suku bunga dapat dipandang
sebagai sebuah mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya dan
perekonomian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari inflasi?
2. Apa saja sebab-sebab timbulnya inflasi?
3. Apa saja jenis-jenis inflasi?
4. Apa dampak inflasi terhadap perekonomian?
5. Bagaimana cara mengatasi inflasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari inflasi
2. Mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi
3. Mengetahui jenis-jenis inflasi
4. Mengetahui dampak inflasi
5. Mengetahui cara mengatasi inflasi

BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi inflasi
2

Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa


secara umum dan terus menerus. Dalam pengertian lain inflasi merupakan
presentasi kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum di
konsumsi rumah tangga. Ada barang atau jasa yang harganya naik dan ada
barang atau jasa yang harganya turun. Namun ada juga barang atau jasa
yang harganya tetap (Ensiklopedia Indikator Sosial Ekonomi Edisi I 2011).
Sementara itu, Nopirin (1990:17) mengatakan bahwa inflasi adalah proses
kenaikan harga harga umum secara terus menerus, jadi inflasi tidak berarti
bahwa harga harga barang dan jasa meningkat dalam presentasi yang
sama. Menurut boediono (2001) mengatakan inflasi adalah kenaikan harga
barang secara umum dan kenaikannya secara terus menerus. Dan definisi
ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh suseno dan astiyah
(2009:3) inflasi adalah suatu kecenderungan meningkatnya harga harga
barang dan jasa secara umum dan terus menerus.
Berdasarkan beberapa definisi inflasi tersebut, ada tiga aspek yang
perlu mendapat perhatian khusus, yaitu:
1. Kecenderungan kenaikan harga harga
Inflasi memiliki makna adanya kecenderungan kenaikan tingkat
harga dibandingkan dengan tingkat harga sebelumnya, tingkat
harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik
dibandingkan dengan periode sebelumnya, tetapi tetap dalam
kecenderungan yang meningkat.
2. bersifat umum
jika kenaikan harga hanya berlaku pada satu komoditidan kenaikan
itu tidak akan mendorong naiknya harga harga komoditi lainnya,
maka gejala ini tidak dapat disebut sebagai inflasi karena kenaikan
harga tersebut tidak bersifat umum. Tetapi jika pemerintah
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), maka hamper bisa
dipastikan bahwa harga harga komodits lainnya akan ikut naik.
Artinya, dengan naiknya harga bbm maka tariff angkutan akan naik
yang pada gilirannya akan mendorong naiknya biaya produksi yang

pada akhirnya akan mendorong kenaikan harga harga barang / jasa


lainnya.
3. Berlangsung secara terus menerus
kenaikan harga yang bersifat umumbelum bisa dikatakan sebagai
gejala inflasi. Jika hanya terjadi sesaat, misalnya hari ini terjadi
kenaikan harga dibandingkan hari sebelumnya maka keesokan
harinya harga kembali turun pada tingkat semula. Untuk alas an itu
maka perhitungan inflasi biasanya dalam rentang waktu satu bulan,
triwulan, semester, dan tahunan (Al Arif, 2010:85).
Bank sentral (Bank Indonesia) memandang penting terciptanya
kestabilan harga, karena inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan
dampak negative kepada kondisi social ekonomi masyarakat, antara lain:
1. Inflasi yang tinggi menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus
turun dan akhirnya semua orang, khususnya orang miskin akan
bertambah miskin.
2. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidak pastian (uncertainty)
bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman
empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan
keputusan masyarakat dalam konsumsi, investasi dan produksi yang
pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhn ekonomi.
3. Tingkat inflasi dan domestic yang tinggi dibandingkan tingkat inflasi
di manca Negara (Negara tetangga) akan menyebabkan tingkat bunga
riil domestic menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan
tekana pada nilai rupiah.

2. Jenis jenis inflasi


Karakteristik inflasi dapat digambarkan melalui penjelasan
mengenai factor factor utama yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat
disebabkan baik dari sisi permintaan, sisi penawaran maupun ekspektasi.
Factor factor tersebut berpengaruh terhadap inflasi baik secara parsial
maupun secara bersama sama atau gabungan dari ketiga factor tersebut.
4

1. Inflasi karena tarikan permintaan (demand full inflation)


Analisi ilmu ekonomi umumnya menggunakan dua variable yaitu
permintaan dan penawaran agregat. Permintaan agregat merupakan
jumlah seluruh kebutuhan konsumsi dan investasi dalam suatu
perekonomian. Sementara itu, penawaran agregat adalah seluruh
potensi yang dimiliki oleh suatu perekonomian untuk menghasilkan
suatu barang dan jasa yang diperlukan oleh perekonomian yang
bersangkutan.

Pada

tingkat

keseimbangan

ekonomi

besarnya

permintaan dan penawaran agregat tersebut akan sama (suseno dan


astiyah,2009:12).
2. Inflasi karena dorongan biaya (cost push inflation)
Factor kedua yang menyebabkan inflasi adalah factor penawaran dan
kenaikan harga harga yang ditimbulkan dinamakan sebagai cosh push
inflation atau supply shock inflation. Inflasi ini disebabkan oleh
kenaikan biaya biaya produksi atau biaya pengadaan barang dan jasa
akibatnya, produsen harus menaikan harga

supaya mendapat

keuntungan dan kegiatan produksi bisa berlanjut terus dalam jangka


panjang.
3. Inflasi karena ekspektasi
Selain factor permintaan dan penawaran, inflasi juga dapat disebabkan
oleh

ekspektasi

yang

sering

dinamakan

ekspektasi

inflasi

(Gordon,2007). Ekspektasi inflasi sangat berperan dalam pembentukan


harga dan upah tenaga kerja. Jika para pelaku ekonomi, baik individu,
dunia usaha berfikir bahwa laju inflasi pada periode lalu masih akan
terjadi dimasa yang akan datang, maka para pelaku ekonomi akan
melakukn antisipasi untuk meminimalkan kerugian yang mungkin
timbul. Para pelaku usaha akan memperhitungkan biaya produksi
dengan kenaikan tingkat harga seperti pada waktu yang lalu (suseno
dan astiyah, 2009).
Disamping itu,inflasi juga dapat dikelompokkan menurut jenisnya
yang mencakup inflasi secara umum, inflasi berdasarkan asalnya, inflasi

berdasarkan cakupan pengaruhnya, inflasi berdasarkan sifat dan inflasi


berdasarkan tingkat keparahannya serta inflasi berdasarkan periode.
Inflasi secara umum terdiri dari:
1. Inflasi IHK atau inflasi umum adalah inflasi seluruh barang dan jasa
yang dimonitor harganya secara periodic. Inflasi IHK merupakan
gabungan dari inflasi inti, inflasi harga administrasi dan inflasi
gejolak barang.
2. Inflasi inti adalah inflasi barang dan jasa yang perkembangan
harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum
(factor factor fundamental misalnya, ekspektasi inflas nilai tukar dan
keseimbangan permintaan dan penawaran) yang akan berdampak
pada perubahan harga harga secara umum yang sifatnya cenderung
permanen.
3. Inflasi harga administrasi adalah inflasi yang harganya diatur oleh
pemerintah terjadi oleh campur tangan (diatur) pemerintah, misalnya
kenaikan angkutan dalam kota dan tarif tol.
4. Inflasi gejolak barang barang adalah inflasi kelompok komoditas
(barang dan jasa) yang perkembangan harganya sangat bergejolak.
Misalnya, inflasi bahan makanan yang bergejolak terjadi pada
kelompok bahan makanan yang dipengaruhi factor factor teknis,
misalnya gagal panen, gangguan alam dan kendala transportasi.
Inflasi berdasarkan asalnya, terdiri dari:
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi barang dan jasa
secara umum di dalam negeri.
2. Inflasi yang berasal dari manca Negara adalah inflasi barang dan jasa
(barang dan jasa yang diimpor)secara umum diluar negeri.
Inflasi berdasarkan pengaruhnya, terdiri dari:
1. Inflasi tertutup adalah inflasi yang terdiri hanya berkaitan dengan satu
atau beberapa barang tertentu.

2. Inflasi terbuka adalah inflasi yang terjadi pada semua barang dan jasa
secara umum.
Inflasi berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan menjadi:
1.

Inflasi merayap adalah inflasi yang rendah dan berjalan lambat


dengan presentasi yang relatif kecil serta dalam waktu yang relatif

lama.
2. Inflasi menengah adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga
yang cukup besar dan sering kali berlangsung dalam periode waktu
yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.
3. Inflasi tinggi adalah inflasi yang paling parah yang ditandai dengan
kenaikan harga mencapai 5 atau 6 kali, pada saat ini nilai uang
merosot tajam.
Inflasi berdasarkan tingkat keparahannya:
1.
2.
3.
4.

Inflasi ringan adalah inflasi yang besarna <10% pertahun.


Inflasi sedabg adalah inflasi yang besarnya antara 10%-30% pertahun
Inflasi berat adalah inflasi yang besarnya antara 30%-100% pertahun
Inflasi hipper adalah inflasi yang besarnya >100% pertahun.

Inflasi berdasarkan periode, terbagi menjadi tiga, antara lain:


1. Inflasi tahunan yaitu mengukur IHK periode bulan ini terhadap IHK
di periode bulan yang sama di tahun sebelumnya, misalnya inflasi
pada desember 2011 terhadap inflasi pada desember 2010.
2. Inflasi bulanan, mengukur IHK bulan ini terhadap IHK bulan
sebelumnya, misalnya IHK bulan desember 2011 terhadap IHK bulan
November 2011.
3. Inflasi calendar, mengukur IHK bulan ini terhadap IHK awal tahun,
misalnya inflasi dari bulan januari hingga desember 2011.
3. Sebab-Sebab Timbulnya Inflasi
Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi
penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu:
1. Jumlah uang beredar

Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar


adalah factor utama penyebab timbulnya inflasi di Indonesia. Sejak tahun
1976 presentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil dari pada
presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%). Sehingga,
mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor
moneter Indonesia. Juga, mengindikasikan bahwa semakin sulitnya
proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin
meluasnya monetisasi dalam kegiatan perekonomian subsistence,
akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi.
Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia,
menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia
pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya. Dan, tingkat inflasi Indonesia juga relatif
tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (kecuali
Filipina). Kenaikkan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit
likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat
merupakan efek langsung dari kebijaksanaan Bank Indonesia dalam
sector keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement).
2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
Seperti halnya yang umum terjadi pada negara berkembang,
anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami
defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang.
Defisitnya anggaran belanja ini banyak kali disebabkan oleh hal-hal yang
menyangkut ketegaran struktural ekonomi Indonesia, yang acapkali
menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk
membangun.
Selama pemerintahan Orde Lama defisit anggaran belanja dibiayai
dari dalam negeri dengan pencetakan uang baru, mengingat orientasi
kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy,
sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat. Tetapi sejak era Orde

Baru, deficit anggaran belanja ini ditutup dengan pinjaman luar negeri
yang relatif aman terhadap inflasi.
Dalam era pemerintahan Orde Baru, kebutuhan terhadap
percepatan pertumbuhan ekonomi sejak Pembangunan Jangka Panjang I,
menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat
besar.

Dengan

mengingat

bahwa

potensi

memobilisasi

dana

pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat


maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat
terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sector swasta yang
terbatas dalam melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus
berperan sebagai motor pembangunan.
Hal ini menyebabkan pengeluaran APBN menjadi lebih besar
daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam
investasi

tidak

dapat

diimbangi

dengan

penerimaan,

sehingga

menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan negara,


atau dapat dikatakan telah terjadi defisit struktural dalam keuangan
negara. Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 1970-an, pendapatan
pemerintah di sektor migas meningkat pesat, sehingga jumlah uang
primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan
pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin
meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestik yang
relatif lebih lambat, akibat kapasitas produksi nasional yang masih
berada dalam keadaan under-employment, peningkatan permintaan
(investasi) pemerintah menyebabkan terjadi realokasi sumberdaya dari
masyarakat ke pemerintah, seperti yang terkonsep dalam analisis Keynes
tentang inflasi. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya tekanan inflasi.
3. Faktor-faktor dalam Penawaran Agregat dan Luar Negeri
Kelambanan penyesuaian dari faktor-faktor penawaran agregat
terhadap peningkatan permintaan agregat ini lebih banyak disebabkan
oleh adanya hambatan-hambatan struktural (structural bottleneck) yang
ada di Indonesia. Harga bahan pangan merupakan salah satu penyumbang
terbesar terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini antara lain
9

disebabkan oleh ketegaran structural yang terjadi di sektor pertanian


sehingga

menyebabkan

inelastisnya

penawaran

bahan

pangan.

Ketergantungan perekonomian Indonesia yang besar terhadap sector


pertanian, yang tercermin oleh peranan nilai tambahnya yang relatif besar
dan daya serap tenaga kerjanya yang sedemikian tinggi serta beban
penduduk yang cukup tinggi, mengakibatkan harga bahan pangan
meningkat pesat. Umumnya, laju penawaran bahan pangan tidak dapat
mengimbangi laju permintaannya, sehingga sering terjadi excess demand
yang selanjutnya dapat memunculkan inflationary gap.
Timbulnya excess demand ini disebabkan oleh percepatan
pertambahan penduduk yang membutuhkan bahan pangan tidak dapat
diimbangi dengan pertambahan output pertanian, khususnya pangan. Di
sisi lain, kelambanan produksi bahan pangan disebabkan oleh berbagai
hal, diantaranya adalah tingkat modernisasi teknologi dan metode
pertanian yang kurang maksimal; adanya faktor-faktor eksternal dalam
pertanian seperti, perubahan iklim dan bencana alam; perpindahan tenaga
kerja pertanian ke sektor non pertanian akibat industrialisasi; juga
semakin sempitnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian, yang
disebabkan semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi
sebagai lokasi perumahan; industri; dan pengembangan kota.
Menurut hasil study empiris yang dilakukan oleh Sri Mulyani
Indrawati (1996), adalah: Pertama, imported inflation ini terjadi akibat
tingginya derajat ketergantungan sektor riil di Indonesia terhadap barangbarang impor, baik capital goods; intermediated good; maupun row
material. Transmisi imported inflation di Indonesia ini terjadi melalui dua
hal, yaitu depresiasi rupiah terhadap mata uang asing dan perubahan
harga barang impor di negara asalnya. Bila suatu ketika terjadi depresiasi
rupiah yang cukup tajam terhadap mata uang asing, maka akan
menyebabkan bertambah beratnya beban biaya yang harus ditanggung
oleh produsen, baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang
perantara ataupun beban hutang luar negeri akibat ekspansi usaha yang
telah dilakukan. Hal ini menyebabkan harga jual output di dalam negeri
10

(khususnya untuk industri subtitusi impor) akan meningkat tajam,


sehingga potensial meningkatkan derajat inflasi di dalam negeri. Tetapi,
untuk industri yang bersifat promosi ekspor, depresiasi tersebut tidak
akan membawa dampak buruk yang signifikan.
Berkaitan dengan posisi hutang luar negeri Indonesia, pada periode
tahun 1990- an, telah membengkak dengan tingkat debt service ratio
yang semakin tinggi, yaitu lebih dari 40 %, dan presentase tingkat hutang
yang bersifat komersial telah melampaui hutang non komersial.
Menyebabkan, timbulnya hal yang sangat membahayakan ketahanan
ekonomi nasional, terutama pada sektor finansial, apabila terjadi
fluktuasi

(memburuknya)

nilai

tukar

(kurs),

disamping

dapat

mengakibatkan tekanan inflasi yang berat, khususnya imported inflation.


Kedua, administrated goods adalah barang-barang yang harganya
diatur dan ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun pengaruhnya secara
langsung sangat kecil dalam mempengaruhi tingkat inflasi, tetapi secara
situasional dan tidak langsung pengaruhnya dapat menjadi signifikan.
Contoh, apabila terjadi kenaikan BBM, maka bukan saja harga BBM
yang naik, harga barang atau tarif jasa yang terkait dengan BBM juga
akan ikut dinaikan oleh masyarakat. Akibatnya, dapat memperberat
tekanan inflasi.
Ketiga, output gap adalah perbedaan antara actual output (output
yang diproduksi) dengan potential output (output yang seharusnya dapat
diproduksi dalam keadaan full employment). Adanya kesenjangan (gap)
ini terjadi karena faktor-faktor produksi yang dipakai dalam proses
produksi belum maksimal dan atau efisien.
Keempat, interest rate juga merupakan faktor penting yang
menyumbang angka inflasi di Indonesia. Memang pada awalnya
merupakan hal yang cukup membingungkan dalam menentukan manakah
yang menjadi independent variable atau dependent, antara inflasi dan
suku bunga. Tetapi, bila ditilik dari sisi biaya produksi dan investasi (sisi
penawaran), maka jelaslah bahwa suku bunga dapat dikatagorikan dalam

11

komponen biaya-biaya tersebut. Dengan relatif tingginya tingkat suku


bunga perbankan di Indonesia, menyebabkan biaya produksi dan
investasi di Indonesia, yang dibiayai melalui kredit perbankan,
akan tinggi juga. Jadi, apabila tingkat suku bunga meningkat, maka biaya
produksi akan meningkat, selanjutnya akan meningkatkan pula harga
output di pasar, akibatnya terjadi tekanan inflasi. Akhirnya, relasi antara
tingkat suku bunga dan inflasi ini bisa menjadi interest rate-price spiral.
4. Dampak Inflasi Dalam Perekonomian
1) Dampak inflasi terhadap hasil produksi (output)
Ada dua dampak inflasi terhadap hasil produksi (output), yaitu:
a) Hasil produksi meningkat
Terjadi jika kenaikan harga barang-barang lebih cepat daripada
kenaikan gaji atau upah sehingga keuntungan pengusaha lebih
meningkat.

Peningkatan

keuntungan,

mendorong

pengusaha

memproduksi lebih banyak sehingga hasil produksi pun meningkat.


b) Hasil produksi menurun
Terjadi jika inflasi sudah terlalu tinggi (hiperinflasi). Dalam
hiperinflasi masyarakat tidak suka memiliki uang tunai, karena nilai
riilnya yang semakin merosot. Karena tidak memegang uang tunai,
pertukaran cenderung dilakukan dengan cara barter. Hal ini membuat
produsen tidak bersemangat memproduksi sebab hasil produksi akan
kurang laku, dan akibat selanjutnya hasil produksi pun turun.
2) Dampak inflasi terhadap bentuk penanaman modal
Pada masa inflasi, para pemilik modal (uang) lebih suka
menanamkan modalnya dalam bentuk pembelian harta-harta tetap seperti
tanah dan rumah serta benda-benda berharga lain seperti emas dan
mutiara. Mengapa demikian? Karena pada masa inflasi, nilai barang akan
terus naik (semakin mahal), sedangkan nilai uang akan semakin turun.
Oleh karena itu, pada masa inflasi para pemilik modal menyelamatkan
uang mereka dengan cara membeli harta-harta tetap dan benda-benda
berharga.
3) Dampak inflasi terhadap perdagangan internasional

12

Jika di dalam negeri terjadi inflasi, harga barang-barang produksi


dalam negeri akan lebih mahal dibandingkan produksi luar negeri
sehingga barangbarang produksi dalam negeri kalah bersaing dengan
produksi luar negeri. Akibatnya, nilai ekspor akan lebih kecil daripada
nilai impor sehingga neraca perdagangan kita mengalami defisit, dan
defisit ini bisa menghabiskan cadangan devisa negara.
4) Dampak inflasi terhadap efisiensi
Inflasi bisa berdampak pada efisiensi produksi. Bagaimana
caranya? Pertama-tama, inflasi mengakibatkan perubahan pada daya beli
masyarakat. Bagi masyarakat yang dirugikan oleh inflasi (seperti
pegawai yang berpendapatan tetap), inflasi telah menurunkan daya beli.
Bagi masyarakat yang diuntungkan oleh inflasi (seperti pedagang yang
persentase pendapatannya naik melebihi persentase inflasi), inflasi telah
menaikkan daya beli. Adanya daya beli yang turun dan naik, membuat
produsen sulit meramalkan struktur permintaan. Ketidakpastian struktur
permintaan yang harus dipenuhi bisa mengakibatkan inefisiensi
(pemborosan) dalam proses produksi.
5) Dampak inflasi terhadap penghitungan harga pokok
Inflasi bisa menyulitkan para produsen dalam menghitung harga
pokok produksi. Sebab, persentase kenaikan inflasi sering tidak teratur.
Akibatnya, penghitungan harga pokok menjadi tidak tepat (terlalu kecil
atau terlalu besar). Penghitungan harga pokok yang tidak tepat pada
akhirnya menyulitkan produsen dalam menetapkan harga jual produk.
5. Cara Mengatasi Inflasi
1) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah.
Kebijakan fiskal yang dapat digunakan untung mengatasi dan
mengendalikan inflasi yang semakin tinggi adalah sebagai berikut:
a. Menghemat Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure)
Salah satu kebijakan dengan penghematan pengeluaran pemerintah
ini akan dapat mempengaruhi tingkat inflasi yang terjadi. Dengan

13

mengurangi pengeluaran pemerintah akan dapat meminimalisir


permintaan barang dan jasa dalam negeri yang pada akhirnya akan
dapat menurunkan harga barang secara umum.
b. Meningkatkan Tarif Pajak Rumah Tangga dan Perusahaan
Untuk mengendalikan atau menekan laju inflasi yang terus
meningkat, pemerintah dapat mengeluarkan kebijkan peningkatan tarif
pajak pada tingkat rumah tangga dan perusahaan. Hal tersebut akan
meminimalisir tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi yang semakin
berkurang sedikit akan mengurangi permintaan barang dan jasa yang
kemudian akan berakibat pada harga barang secara umum akan
menurun.
2) Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter

adalah

kebijakan

yang

dikeluarkan

oleh

pemerintar untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan daya


beli uang. Kebijakan moneter yang dapat digunakan untung mengatasi
atau mengendalikan inflasi yang semakin tinggi adalah sebagai
berikut :
a. Pengurangan Jumlah Uang yang Beredar
Pengurangan jumlah uang yang beredar hanya dapat
dilakukan oleh bank sentral yaitu bank indonesia. Hal tersebut
dikarenakan bank indonesia memiliki otoritas penuh terhadap
keuangan yang beredar dalam negara. Pengurangan jumlah uang
yang beredar dalam negeri dilakukan hingga mencapai titik
optimum. Artinya Jumlah uang yang beredar seimbang ataus
setara dengan jumlah uang atau jasa yang tersedia. Keseimbangan
tersebut akan dapat mengendalikan laju inflasi.
b. Penetapan Persediaan Kas Oleh Bank Sentral
Bank sentar (bank indonesia) memiliki otoritas penuh
terhadap keuangan yang beredar dalam negara. Bank sentral
berhak menetapkan persediaan jumlah uang yang beredar dengan
cara menetapkan uang kas pada bak non-sentral (bank umum).
Penetapan jumlah persediaan uang yang beredar dilakukan
dengan cara memberikan instrumen kepada bank umum terkait

14

dengan jumlah batasan uang yang di sirkulasikan kepada


masyarakat. Hal tersebut akan memperlambat bahkan akan dapat
mengendalikan laju inflasi.
c. Menerapkan Kebijakan Politik Diskonto
Politik diskonto adalah kebijakan yang di publikasikan oleh
bank sentral sebagai pemegang otoritas utama akan beredarnya
uang untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beradar. Politik diskonto diterapkan dengan cara menaikkan atau
menurunkan suku bunga bank. Dengan adanya kenaikan suku
bunga bank akan dapat mengurangi suku bunga yang beredar
sehingga akan laju pertumbuhan inflasi dapat ditekan.
d. Menerapkan Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Kebijakan ini digunakan oleh pemerintah

untuk

mengendalikan uang yang beredar dengan cara membeli atau


menjual surat-surat yang berharga yang dimiliki oleh pemerintah
seperti surat utang negara yang biasa disebut dengan SUT. Dalam
mengendalikan uang yang beredar pemerintah akan menjual surat
berharga tersebut jika pemerintah bertujuan untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar. Sebailiknya, Jika pemerintah bertujuan
untuk menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah
akan membeli surat berharga pemerintah tersebut.
3) Kebijakan Lainnya
Dalam mengatasi atau mengendalikan laju inflasi yang terjadi,
tidak hanya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang dapat
digunakan oleh pemerintah, tapi juga terdapat kebijakankebijakan yang selain dari kebijakan fiskal dan moneter yang
dapat digunakan. Berikut adalah kebijakan lainnya yang dapat
digunakan :
a. Peningkatan Jumlah Barang di Pasar
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan
untuk mengendalikan laju inflasi. Kebijakan ini dilakukan
dengan cara meningkatkan jumlah barang yang dibutuhkan
oleh masyarakat di pasar. Dalam menambah jumlah barang di

15

pasar diperlukan campur tangan pemerintah dalam produksi


suatu barang. Misalnya pemerintah memberikan subsidi
terhadap

produsen

sehingga

produsen

tersebut

dapat

memenuhi target barang yang dibutuhkan oleh pasar. Namun,


Terdapat langkah lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah
yaitu dengan cara menurunkan bea cukai barang impor.
b. Penetapan Harga Maksimum (Beberapa Jenis Barang)
Dengan adanya penetapan harga maksimum beberapa jenis
barang

khususnya

yang

berpengaruh

terhadap

tinggi

rendahnya laju inflasi akan dapat mengendalikan para


spekulan ekonomi yang mempermainkan harga barang di
pasar. dengan penetapan harga maksimum tersebut akan
dengan mudah untuk mengendalikan inflasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa
secara umum dan terus menerus
2. Jenis-Jenis Inflasi
Demand Pull Inflation
Cost Push Inflation
Bottle neck inflasi
16

3. Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan


untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan
indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di
Indonesia.
4. Pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam
literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia
5. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan
menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada
kesejahteraan rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Adwin. 1999. INFLASI DI INDONESIA: SUMBER-SUMBER


PENYEBAB DAN PENGENDALIANNYA, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Kristen Petra.
Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentralan. Jakarta. Mitra Wacana
Media
http://ekonomisku.blogspot.co.id/2015/04/dampak-inflasi.html

17

(Diakses: Pada hari Rabu 25 Mei 206)


http://www.tipepedia.com/2016/01/cara-mengatasi-inflasi.html
(Diakses: Pada hari Rabu 25 Mei 206)

18

Anda mungkin juga menyukai