November 2014:
15 Maret 2015:
Freddy memesan 50 ribu butir ekstaksi kepada Laosan (WN Belanda).
5 April 2015:
Freddy menyuruh Asun untuk mengecek paket kiriman 50 ribu butir ekstaksi
yang dikirim oleh Laosan (WN Belanda).
7 April 2015:
Freddy menyuruh Yanto dan Aries mengambil paket kiriman 50 ribu butir ekstaksi dari
Kantor Pos Cikarang. Kemudian Yanto dan Aries tertangkap oleh penyidik, yang
kemudian menyisir aset jaringan Freddy, salah satunya gudang di Kapuk Kamal.
Total ada 11 kaki tangan Freddy, yaitu Yanto, Aries, Latif, Gimo, Asun, Henny, Riski,
Hadi, Kimung, Andre dan Asiong yang berhasil ditangkap penyidik. Namun sang
importir, Laosan (WN Belanda), yang berada di negeri kincir angin itu masih buron.
Dari pengungkapan ini, penyidik menyita 50 ribu butir ekstaksi asal Belanda, 800 gram
sabu asal Pakistan dan 122 lembar narkotika berbentuk perangko atau CC4 yang
diduga berasal dari Belgia. Selain itu turut disita 20 ponsel, 1 mesin cetak ekstaksi, 25
kg bahan baku ekstaksi, 1 kg pewarna, 10 kg bahan pelarut, 1 timbangan digital ,1
timbangan analog dan alat penyaring
Peredaran narkotika dari jaringan Freddy ini berada di Jakarta, Surabaya, Bandung,
Medan, Bali, Makassar, Palu dan Kalimantan. Penyidik pun berencana menjerat
jaringan Freddy dengan UU Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terhadap aset
berupa
bangunan,
ruko,
rumah,
mobil
dan
rekening
di
bank.
Mereka dijerat Pasal 114 juncto Pasal 132 UU Narkotika dengan ancaman hukuman
maksimal yaitu pidana mati.
mengumpulkan mereka
Nusakambangan.
ke
lapangan
tembak
di
posko
Pulau