Anda di halaman 1dari 9

1. SIKLUS KREBS (Murray K. R, 2009. Biokimia Harper Edisi 27.

Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta)

a. Definisi Siklus Krebs


Siklus krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus
ini berasal dari orang yang menemukan secara rinci tahap kedua respirasi
aerob ini, yaitu Hans Krebs ( tahun 1930-an). Siklus Krebs adalah reaksi
antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk
asam sitrat. Siklus Krebs disebut juga dengan siklus asam sitrat, karena
menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan
asetil ko-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Siklus
Krebs ini merupakan jalur metabolisme utama dari berbagai senyawa hasil
metabolisme, yaitu hasil katabolisme karbohidrat, hasil katabolisme lemak
dan hasil katabolisme protein. Asetil koenzim-A sebagai katabolisme
lemak dan karbohidrat, oksaloasetat,fumarat dan alfa ketoglutarat hasil
katabolisme asam amino dan protein. Asetil koenzim-A masuk ke dalam
daur Krebs, selanjutnya dioksidasi melalui beberapa tahap reaksi yang
kompleks menjadi CO2, H2O dan energi (ATP). Persamaan reaksi untuk
siklus krebs adalah asetil KoA + 3 NAD + FAD + ADP + HPO 4-2 > 2
CO2 + KoA + 3 NADH+ + FADH+ + ATP.
b. Fungsi Siklus Krebs
Fungsi utama Siklus Krebs adalah sebagai berikut:
1) Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.
2) Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai
pernapasan untuk produksi ATP
3) Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan
untuk digunakan pada sintesis asam lemak.
4) Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan
asam nukleat.
5) Melakukan pengendalian langsung (produk bakal produk) atau
tidak langsung (alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui
komponen-komponen siklus.
c. Tahapan Siklus Krebs

Siklus Krebs terdiri dari 8 tahapan yaitu sebagai berikut:


1) Reaksi 1: Pembentukan Sitrat
Reaksi pertama dari siklus krebs adalah kondensasi asetil-KoA dengan
oksaloasetat untuk membentuk sitrat, dikatalisasi oleh sitrat sintase.
Setelah oksaloasetat bergabung dengan asetil-KoA, molekul air
memecah asetil mengarah ke rilis koenzim A dari kompleks.

2) Reaksi 2: Pembentukan Isositrat


Sitrat yang disusun kembali untuk membentuk bentuk isomer, isositrat
oleh enzim acontinase. Dalam reaksi ini, molekul air akan dihapus dari
asam sitrat dan kemudian dimasukkan kembali di lokasi lain. Efek
keseluruhan dari konversi ini adalah bahwa gugus-OH dipindahkan
dari posisi 3 ke 4 pada molekul. Transformasi ini menghasilkan
molekul isositrat.

3) Reaksi 3: Oksidasi Isositrat menjadi -ketoglutarat


Pada langkah ini, dehidrogenasi isositrat mengkatalisis dekarboksilasi
oksidatif dari isositrat untuk membentuk -ketoglutarat. Dalam reaksi,
turunan NADH dari NAD terlihat. Enzim isositrat dehidrogenase
mengkatalisis oksidasi dari gugus -OH pada posisi 4 dari isositrat
untuk menghasilkan perantara yang kemudian memiliki molekul
karbon dioksida dihapus dari itu untuk menghasilkan alphaketoglutarat.

4) Reaksi 4: Oksidasi -ketoglutarat menjadi suksinil -KoA


Alpha-ketoglutarat teroksidasi, karbon dioksida akan dihapus, dan
koenzim A ditambahkan untuk membentuk senyawa 4-karbon suksinilKoA. Selama oksidasi ini, NAD + direduksi menjadi NADH + H +.
Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah alpha-ketoglutarat
dehidrogenase.

5) Reaksi 5: Mengubah suksinil -KoA menjadi suksinat


KoA dihapus dari suksinil-KoA untuk menghasilkan suksinat.
Energi yang dilepaskan digunakan untuk membuat guanosin trifosfat
(GTP) dari guanosin difosfat (GDP) dan Pi oleh fosforilasi tingkat
substrat. GTP kemudian dapat digunakan untuk membuat ATP. Enzim
suksinil-KoA sintase mengkatalisis reaksi ini dari siklus asam sitrat.

6) Reaksi 6: Oksidasi suksinat menjadi fumarat


Suksinat dioksidasi menjadi fumarat. Selama oksidasi ini, FAD
direduksi menjadi FADH2. Enzim suksinat dehidrogenase
mengkatalisis pemindahan dua hidrogen dari suksinat.

7) Reaksi 7: Hidrasi Fumarat menjadi Malat

Hidrasi reversibel fumarat menjadi L-malat dikatalisis oleh fumarase


(fumarat hidratase). Fumarase berlanjut ke proses penataan ulang
dengan menambahkan hidrogen dan oksigen kembali ke substrat yang
telah dihapus sebelumnya.

8) Reaksi 8: Oksidasi Malat menjadi oksaloasetat


Malat dioksidasi untuk menghasilkan oksaloasetat, senyawa awal dari
siklus asam sitrat oleh dehidrogenase malat. Selama oksidasi ini, NAD
+ direduksi menjadi NADH + H +.

Jumlah ATP yang dihasilkan selama siklus krebs adalah 12 ATP


3 NAD + = 9 ATP
1 FAD = 2 ATP
1 ATP = 1 ATP
Meninjau seluruh proses, siklus Krebs terutama mengubah kelompok
asetil dan air, menjadi karbon dioksida dan bentuk energi dari reaktan
lainnya.

2. TRANSFER ELEKTRON
a. Definisi Transfer Elektron
Transfer elektron merupakan tahapan terakhir dari respirasi aerob
yang nantinya akan menghasilkan ATP dan H 2O sebagai hasil akhirnya.
Respirasi aerob merupakan proses pemecahan glukosa menghasilkan
energi dengan adanya oksigen yang akan menghasilkan sisa air dan
karbondioksida. Dalam transfer elektron, oksigen berperan sebagai
penerima elektron terakhir yang nantinya akan membentuk H2O yang akan
dikeluarkan dari sel. Transfer elektron adalah proses produksi ATP (energi)
dari NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, dan siklus krebs. Disebut dengan transfer elektron karena dalam
prosesnya terjadi transfer elektron dari satu protein ke protein yang lain.
Elektron yang ditransfer berasal dari NADH dan FADH 2 yang telah
terbentuk sebelumnya. Elektron akan ditransfer dari tingkat energi tinggi
menuju tingkat energi yang lebih rendah sehingga akan melepaskan energi
yang akan digunakan untuk membentuk ATP. Transfer elektron terjadi di
membran dalam mitokondria, yang dibantu oleh kelompok-kelompok
protein yang terdapat pada membran tersebut. Kelompok protein tersebut
adalah komplek I, komplek II, komplek III, komplek IV dan komplek V.

Komplek I
Kompleks I dinamakan NADH reduktase. Fungsi dari kompleks I adalah
memecah NADH menjadi NAD+ dan H+. Pemecahan tersebut akan
menyebabkan elektron dibebaskan dari NADH. Setiap elektron yang
dibebaskan akan bergerak melintasi kompleks I, yang mengakibatkan ion
H+ bergerak dari matriks menuju ruang intermembran. Elektron yang
melintasi kompleks I selanjutnya akan ditangkap oleh ubiquinon dan
dibawa menuju kompleks III.
b. Komplek II
Kompleks II dinamakan suksinat dehidrogenase. Fungsi dari kompleks II
adalah membebaskan elektron yang ada pada FADH2, diikuti dengan reaksi
perubahan suksinat menjadi fumarat. Elektron yang melintasi kompleks II
tidak menyebabkan pergerakan ion hidrogen menuju ruang intermembran.
a.

Elektron juga akan ditangkap oleh ubiquinon, yang akan dibawa menuju
kompleks III.
c. Komplek III
Kompleks III dinamakan dengan sitokrom reduktase. Elektron dari
ubiquinon akan dilalukan melalui kompleks ini. Pergerakan elektron
melintasi kompleks ini menyebabkan ion hidrogen bergerak dari matriks
menuju ruang intermembran. Elektron selanjutnya akan dibawa oleh
sitokrom C menuju kompleks IV.
d. Komplek IV
Pergerakan ion pada kompleks IV menyebabkan aliran ion hidrogen dari
matriks menuju ruang intermembran. Selain itu, elektron akan
dikembalikan ke matriks. Proses ini membutuhkan oksigen. Oksigen
berperan sebagai penangkap elektron terakhir. Reaksi penangkapan tersebut
menyebabkan terbentuknya molekul air (H2O).
e. Komplek V
Kompleks V merupakan enzim ATP sintase. Enzim tersebut berfungsi untuk
membentuk molekul berenergi, ATP, dari ADP dan Pi.Ion hidrogen yang
dibergerak menuju ruang intermembran menimbulkan gradien elektrokimia
dari ruang intermembran dengan matriks mitokondria. Matriks kehilangan
ion hidrogen karena bergerak ke ruang intermembran menyebabkan
konsentrasi ion H+ yang lebih rendah. Akibatnya, ion hidrogen akan
bergerak menuju kembali ke matriks untuk menyeimbangkan konsentrasi.
Akan tetapi, membran dalam mitokondria impermeabel (tidak bisa dilalui)
terhadap ion H+. Satu-satunya lintasan yang ada adalah kompleks
V.Pergerakan ion H+ melintasi kompleks V digunakan untuk membentuk
ATP. Setiap ion hidrogen masuk, maka akan dibentuk ATP. Jadi, ada
kaitannya antara proses lewatnya elektron dalam kompleks-kompleks
sebelumnya dengan pembentukan ATP. Aliran elektron menyebabkan ion
H+ bergerak ke ruang intermembran, akibatnya konsentrasi berbeda dan ion
hidrogen yang kembali ke matriks melalui Kompleks V digunakan untuk
membentuk ATP.
Elektron akan ditransfer ke masing-masing protein tersebut untuk
membentuk ATP. Sedangkan molekul O2 akan berperan sebagai penerima
elekron terakhir yang nantinya akan berubah menjadi H2O. ATP akan
dihasilkan oleh enzim ATP sintase melalui proses yang disebut

kemiosmosis.. Proses ini disebut juga dengan fosforilasi oksidatif dan


ditemukan pada tahun 1948 oleh Eugene Kennedy dan Albert Lehninger.

b. Tahapan transfer electron adalah sebagai berikut.


1) NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I.
Peristiwa ini membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari
matriks mitokondria menuju ruang antar membran. NADH yang telah
kehilangan elektron akan berubah menjadi NAD+.
2) Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon. Kemudian
elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini
akan memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar
membran.
3) Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
4) Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
5) Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen,
yang kemudian berikatan dengan 2 ion H + membentuk
H2O.
6) Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam
protein tadi memicu dipompanya 3 H+ keluar menuju
ruang antar membran. H+ atau proton tersebut akan
kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim yang
disebut ATP sintase.
8

7) Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut


membentuk ATP secara bersamaan. Karena terdapat 3 H + yang masuk
kembali ke dalam matriks, maka terbentuklah 3 molekul ATP.
8) Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan
dengan kemiosmosis.
Penjelasan di atas adalah proses transfer elektron yang
berasal dari molekul NADH. Sedangkan proses transfer electron
dari FADH2 yaitu FADH2 akan mentransfer elektronnya bukan
kepada komplek protein I, namun pada komplek protein II.
Transfer pada komplak protein II tidak memicu dipompanya H +
keluar menuju ruang antar membran. Setelah dari komplek
protein II, elektron akan ditangkap oleh ubiquinon dan proses
selanjutnya sama dengan transfer elektron dari NADH. Jadi
pada transfer elektron yang berasal dari FADH 2 , hanya terjadi
2 kali pemompaan H+ keluar menuju ruang antar mebran. Oleh
sebab itu dalam proses kemiosmosis hanya terbentuk 2
molekul ATP saja. Jadi kesimpulannya adalah:
a) Satu

NADH

yang

menjalani

transfer

elektron

akan

menghasilkan 3 molekul ATP.


b) satu molekul FADH2 yang menjalani transfer elektron akan
menghasilkan 2 molekul ATP.

Anda mungkin juga menyukai