PENDAHULUAN
Makhluk hidup di muka bumi disediakan berbagai macam sumber daya alam
untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya, seperti air, udara, dan tanah. Semua
kekayaan alam tersebut juga akan mempengaruhi tumbuh kembang makhluk hidup.
Misalnya udara yang kotor akan mengganggu kesehatan manusia, atau kurangya
ketersediaan air bersih akan membawa banyak bibit penyakit bagi manusia dan
hewan. Oleh karena itu, ketersediaan sumber daya alam tersebut perlu dijaga dan
dilestarikan agar dapat terus digunakan hingga bertahun-tahun yang akan datang.
Udara merupakan sumber daya alam yang digunakan makhluk hidup sebagai
media persediaan senyawa untuk pemenuhan keperluan energinya. Di udara terdapat
campuran berbagai macam gas yang perbandingannya tidak tetap. Komposisi gas-gas
tersebut dipengaruhi oleh temperatur udara, tekanan udara atau faktor lingkungan di
sekitarnya. Namun di udara tidak hanya terdapat zat yang bermanfaat bagi makhluk
hidup, tetapi juga terdapat senyawa dan zat yang dapat menimbulkan gangguan
apabila dalam konsentrasi tertentu.
Gangguan dari zat pencemar di udara biasanya berupa bau. Sumber bau disebut
zat odoran, yaitu zat berupa zat tunggal maupun campuran senyawa yang
menimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu. Sumber odoran yang biasa
ditemukan di sekitar lingkungan aktivitas manusia ialah tempat sampah dan toilet.
Pada kedua tempat tersebut zat odoran yang terkandung yakni amoniak (NH 3) dan
hidrogen sulfida (H2S) yang menimbukan bau yang tidak nyaman dalam beraktifitas.
Secara alamiah, bau hanya bisa ditangkap oleh indra penciuman manusia, namun
dalam pengkategorian bau dapat menggunakan deskriptor bau yang menunjukkan
tingkat kebauan suatu konsentrasi zat dalam udara. Dalam upaya mengendalikan
pencemaran bau, pemerintah menetapkan bakumutu tingkat kebauan. Baku mutu
tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan
dan tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Baku mutu
tingkat kebauan zat odoran tunggal menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 50 Tahun 1996. Berdasarkan pernyataan di atas, untuk mengatasi gangguan dari
zat pencemar di udara, maka diperlukan pengetahuan mengenai bau pada suatu zat,
sehingga dapat dilakukan mitigasi untuk mengatasi polusi kebauan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar dapat mengenal senyawa yang
menimbulkan bau, mengenal sumber-sumber polusi kebauan dilingkungan dan
mempelajari baku mutu nasional dalam tingkat kebauan.
METODE PENELITIAN
Penelitian kali ini yaitu penentuan polusi kebauan. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Kualitas Udara, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Bahan yang
digunakan dalam mendukung penelitian ini meliputi enam sampel limbah dan
senyawa standar parameter bau sebagai pembanding diantaranya, amoniak (NH 3),
hydrogen sulfida (H2S), metil sulfide ((CH3)2S) dan stirena (C6H8CHCH2), kelima
parameter ini terdapat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50
tahun 1996.
Penelitian diawali dengan menyiapkan salinan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang baku tingkat kebauan. Lalu sampel
pada botol yang berisi senyawa standar satu persatu di hembuskan dengan pelan
menggunakan telapak tangan ke arah hidung. Setelah kesan bau yang ditimbulkan
dari senyawa standar parameter ditangkap, lalu dilakukan hal yang sama terhadap 6
sampel limbah. Kemudian kesan bau dari senyawa standar tersebut dibandingkan
dengan enam sampel limbah untuk ditemukan kesamaannya dengan senyawa standar.
Hidrogen sulfida dibentuk dari reduksi bakteri sulfat dan dekomposisi kandungan
sulfur organik pada kotoran dalam kondisi anaerob. Gas H2S merupakan gas yang
berwana lebih ringan dari pada udara, mudah larut dalam air dan mempunyai bau
seperti telur busuk (Casey et al., 2006).
Berdasarkan penelitian, didapat hasil pengamatan pada enam sampel dari empat
kelompok penelitian, hasilnya sebagai berikut:
N
o
1
Kelompok
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
5
4
1
2
3
4
1
2
3
4
C6H8CHCH2
C6H8CHCH2
C6H8CHCH2
C6H8CHCH2
kompos
Kompos
Kompos
Tanah lembab, kompos
Urin, air selokan
Rendaman baju yang
sudah lama
Deterjen
H2S
H2S
H2S
H2S
NH3
NH3
Urin
urin
Air seni
Urin
Telur busuk
Sampah
Sayuran busuk
Kubis busuk
Sampah
NH3
NH3
NH3
NH3
NH3
H2S
H2S
H2S
H2S
NH3
Pada tabel 1 didapat hasil pengamatan dari setiap kelompok untuk mengetahui
jenis material yang digunakan menjadi sampel. Hampir dari setiap kelompok
memiliki kesimpulan yang sama terhadap setiap sampel. Sedangkan di bawah ini
merupakan tabel sebenarnya mulai dari jenis material dan senyawa standar parameter
bau yang menjadi landasan dasarnya.
No
Jenis Material
1
2
3
C6H8CHCH2
C6H8CHCH2
H2S
4
5
6
NH3
NH3
H2S
Berdasarkan tabel 2, dapat dikatakan bahwa hasil pengamatan pada tabel 1, sudah
hampir mendekati dari hasil sebenarnya, dari sampel satu hingga enam (tabel 1)
didapat hasil pengamatan senyawa standar parameter bau yang sama dengan hasil
sebenarnya (tabel 2).
Senyawa yang dapat menyebabkan bau banyak dijumpai di sekitar lingkungan
tempat tinggal, senyawa tersebut diantaranya amoniak (NH3) yang dapat ditemukan
di toilet. Amoniak ini dapat berasal dari urin manusia. Hidrogen sulfide juga dapat
ditemukan di rumah tangga misalnya pada telur busuk yang menyebabkan bau tidak
enak atau pada makanan yang sudah busuk. Senyawa Methyl sulfide yang ditemukan
pada pembersih toilet dengan bau yang cukup menyengat. Pada Methyl Sulfida juga
dapat ditemui pada bawang yang baunya cukup tajam dan khas.
Sumber pencemar bau disebut dengan zat odoran. Zat odoran merupakan zat yang
dapat berupa zat tunggal maupun campuran berbagai senyawa yang dapat
menimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu. Sumber-sumber polusi bau di
lingkungan yaitu yang pertama industri kimia dan petroleum berupa industri bahan
kimia anorganik (terdiri dari pupuk, soda ash, kapur, dioxide sulfuric acid), industri
bahan kimia organik (terdiri dari plastik, karet, sabun, deterjen, tekstil), industri
penghasil pakan ternak Sumber kedua dengan senyawa dan kelompok baunya yaitu
ammonia, hydrogen sulfide, alkohol, aldehid, N2O. Sumber kedua yaitu pada daerah
instalasi pengolahan air limbah (Yuwono, 2008). Pada dasarnya senyawa yang berbau
merupakan senyawa kimia yang mudah menguap dapat berasal dari golongan alcohol,
keton, asam karboksilat, amina, dan thiols.
Dalam kehidupan keseharian, rumah sebagai tempat tinggal juga sering tercemar
oleh polusi bau, misalnya berasal dari toilet kamar mandi atau sampah organik rumah
tangga. Biasanya untuk mengatasi pencemaran bau tersebut digunakan teknik
maskering, yaitu melapisi konsentrasi odoran tersebut dengan zat berbau wangi
dengan konsentrasi yang lebih tinggi, misalnya penggunaan kamper atau pewangi
ruangan. Selain itu, menghilangkan bau juga dapat dilakukan dengan teknik
pengenceran, yaitu dengan menggunakan kipas angin. Dengan kipas angin bau lebih
dengan volume udara yang lebih besar, sehingga konsentrasi kebauan menjadi lebih
rendah.
Polusi kebauan dalam skala besar ditimbulkan oleh proses industrialisasi.
Misalnya industri yang sering dijumpai di tengah masyarakat ialah peternakan ayam.
Kotoran ayam tersebut menimbulkan polusi kebauan yang cukup menggangu
masyarakat disekitarnya. Cara penanganan limbah peternakan ayam dapat dengan
cara pengomposan. Bahan baku untuk pembuatan kompos yaitu limbah organik,
abu,serbuk gergaji, kalsit dan bakteri pengurai. Teknik dan cara penanganan limbah
seperti ini dilakukan dengan cara menyatukan kotoran ayam dengan serbuk gergaji
serta dicampur juga dengan bahan lainnnya. Kemudian diaduk hingga homogen dan
dibiarkan dalam beberapa hari.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji bau oleh setiap kelompok pada enam sampel uji dan
parameter bau yang terdapat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.50 tahun 1996, terdapat kesamaan hasil pengujian. Hasil ini memang harus
berdasarkan pada rata-rata kesamaan bau yang didapatkan oleh masing-masing
penguji,karena antara satu penguji dengan yang lainnya bisa saja terdapat perbedaan
presepsi terhadapat suatu kebauan.
DAFTAR PUSTAKA
Yuwono AS. 2008. Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia. Jurnal Purifikasi.
Vol. 9 (2) : 175-185
Casey, K.D., J.R. Bicudo, D.R Schimidt, A. Singh, S.W. Gay, R.S. Gates, L.D.
Jacobson,&S.J Haff. 2006. Air quality and emission from livestock and poultry
production waste management system in animal agriculture and the
environment. National Centre for Manure and Animal Waste Management
White Paper. Pp 1-40
Kastiowati,Indah.2011. Dampak Dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara.
Balitbang:Jakarta.
Arya, Wisnu. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi:Yogyakarta.