Anda di halaman 1dari 5

Analisis Pencemaran Udara Amonia (NH3) di Sekitar

Pembuangan Tempat Akhir Sampah dengan Metode Indofenol

NADILA PRATIWI
200106501008
KIMIA SAINS

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
LATAR BELAKANG
Peningkatan laju pertumbuhan penduduk sebanding dengan peningkatan
konsumsi penduduk dan mempengaruhi jumlah sampah yang dihasilkan oleh
aktivitas penduduk. Situasi ini memerlukan perhatian khusus untuk menghindari
kerusakan dan pencemaran lingkungan. Permasalahan tersebut sering terjadi di
kota-kota besar di Indonesia, dan Yogyakarta adalah salah satunya. Keberadaan
sampah dalam jumlah besar, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan
masalah. Di Indonesia, 24% sampah tidak dikelola, 7% didaur ulang, dan 69%
berakhir di Tempat Pemrosesan Sampah (TPA). Secara umum, kadar gas
berbahaya di TPA sampah terbanyak adalah amonia (45–60%). Gas amonia cukup
tinggi di dalam TPA karena proses penguraian sampah oleh bakteri anaerobik
(Martono, 2006). Dan juga sampah penyusun tertinggi di TPA adalah bahan
organik (sampah makanan atau sampah pasar). Sampah organik tersebut mudah
terurai dan prosesnya dapat menghasilkan gas amonia (NH3) yang mencemari
udara (Zulkifli, 2014).
Tempat pembuangan akhir sampah mempunyai fungsi yang sangat penting,
namun dapat menimbulkan dampak yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang
disebabkan karena tumpukan sampah yang menghasilkan berbagai polutan yang
dapat menyebabkan pencemaran udara. Penghuni pemukiman yang ada di sekitar
TPA sangat berisiko terkena gangguan kesehatan akibat gas polutan. Gas polutan
yang berasal dari TPA akan menghasilkan antara lain gas sulfur dioksida (SO 2),
gas amonia (NH3), dan gas hidrogen sulfida (H 2S) yang bersifat racun bagi tubuh
(Karimuna dan Sarto, 2013)

AMONIA (NH3)
Karakteristik Amonia (NH3)
Amonia (NH3) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Gas yang tidak
berwarna 2. Titik didih : -28,01°F (-33,34°C) 3. Titik lebur : -107,9°F (-77,73°C)
4. Gas yang menyengat dengan bau tajam yang khas 5. Massa molar : 17,031
g/mol 6. Kepadatan : 0,73 kg/m³.
Amonia merupakan senyawa kimia dengan rumus NH3 yang mewakili
indeks pencemaran udara dalam bentuk bau. Gas amonia tidak berwarna, berbau
menyengat, biasanya amonia yang dihasilkan oleh aktivitas mikroba, amonia
industri, pengolahan air limbah dan pengolahan batubara. Amonia di atmosfer
bereaksi dengan nitrat dan sulfat membentuk garam amonium yang sangat korosif
(Yuwono, 2010). Sumber utama gas amonia adalah industri kimia, kilang minyak,
tungku batu bara, lumbung ternak dan pembakaran bahan bakar. Amonia di
atmosfer berasal dari berbagai sumber, termasuk dari produksi pupuk industri, sisa
bahan organik di dalam tanah seperti tanaman, bangkai hewan, dan kotoran hewan
yang membusuk oleh bakteri. Di antara sumber-sumber ini, amonia ditemukan di
udara, tanah, dan air. Amonia ditemukan sebagai gas di dekat lokasi limbah
industri, dalam larutan air kolam atau badan air di dekat limbah, dan amonia juga
ditemukan menempel pada partikel tanah di area pembuangan limbah. Amonia
dihasilkan dari siklus nitrogen sampah organik yang diurai oleh mikroorganisme,
dan kandungan bakteri yang biasa terdapat pada sampah yaitu bakteri heterotrof,
yaitu bakteri yang memanfaatkan sampah organik atau sisasisa organisme sebagai
sumber energi, termasuk bakteri nitrit (Nitrosococcus), bakteri nitrifikasi
(Nitrobacter) dan spesies jenis Clostridium di samping organisasi pembusuk
utama, yang memiliki peran dalam memecah asam amino dalam protein
organisme, baik limbah hewan maupun tumbuhan dalam senyawa amonia maka
sampah sangat cenderung menimbulkan penyakit terutama terhadap manusia yang
erat kaitannya dengan sampah, yang paling dekat adalah pemulung sampah di
TPA (Lestari, 2010).

METODE SAMPLING DENGAN MENGGUNAKAN IMPINGER


Metode sampling dengan menggunakan impinger adalah metode
pengambilan sampel yang lebih sederhana dengan aplikasi yang lebih luas. Selain
itu, bahan baku dapat dibuat sendiri dan juga untuk pembuatan reagennya.
Keakuratan hasil analisis cukup memadai dan metode pengambilan sampel ini
dapat dikombinasikan dengan metode pengukuran konvensional dan instrumen
laboratorium (Agustini, dkk, 2005). Berdasarkan prinsip reaksi kimia antara
larutan yang ditangkap dan gas pencemar, hasil reaksi telah dianalisis. Dalam
metode ini, sejumlah udara dihisap oleh aktuator melalui laju aliran konstan
tertentu. Cairan adsorben bereaksi dengan komponen gas yang terperangkap dan
membentuk zat yang spesifik dan stabil. Keberhasilan metode sampling impinger
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : kesempurnaan penyerapan gas oleh
larutan penangkap, keakuratan pengukuran volume udara dipengaruhi oleh
stabilitas pompa, keakuratan perhitungan dan analisis laboratorium, dan
pemeliharaan peralatan (Sigiana dan Wahyudi 2008). Rangkaian alat impinger
terdiri dari tabung impinger, flow meter dan pompa vakum.

Gambar 1. Impinger

UJI AMONIA DI UDARA


Pengukuran kadar amonia (NH3) dengan metode indofenol menggunakan
spektrofotometer berdasarkan SNI 19-7119.1-2005. Spektrofotometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur transmitansi atau absorbansi sampel sebagai
fungsi dari panjang gelombang (λ). Serangkaian sampel juga dapat diukur pada
panjang gelombang tunggal (λ). Spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi sebagai fungsi dari panjang gelombang (λ) dan apakah energi itu
ditransmisikan, dipantulkan, atau dipancarkan. Keuntungan dari spektrofotometer
adalah bahwa panjang gelombang cahaya putih (λ) dapat dipilih dan diperoleh
menggunakan pengurai prisma, sumbat, atau celah optik. Spektrofotometer terdiri
dari sumber spektral tampak kontinu, monokromator, sel absorbansi untuk larutan
sampel atau blanko, dan alat yang mengukur perbedaan absorbansi antara sampel
dan blanko atau kontrol (Khopkar, 2008). Baku mutu Gas Amonia (NH 3) diatur
dalam Peraturan Gubernur DIY No. 43 tahun 2016 tentang Baku Tingkat
Kebauan. Baku Mutu Gas Amonia (NH 3) tersebut dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1 Baku Mutu Parameter NH3

PENENTUAN KONSENTRASI AMONIA


Pengukuran konsentrasi amonia (NH3) di udara dapat dilakukan pada 4 titik.
Pengukuran kadar gas amonia menggunakan impinger. Dimana mengacu pada
SNI 19-7119.1- 2005 mengenai cara uji kadar amonia dengan metode indofenol
menggunakan spektrofotometer. Prinsip pengukuran konsentrasi amonia
diantaranya adalah udara ambien yang mengandung amonia akan dijerap melalui
larutan asam sulfat sehingga membentuk ammonium sulfat. Selanjutnya larutan
tersebut akan direaksikan bersama larutan fenol serta natrium hipoklorit pada
keadaan basa sehingga nantinya terbentuk suatu senyawa indofenol yang
kompleks dengan ciri berwarna biru. Warna biru tersebut menjadi kadar intensitas
amonia yang terbentuk, kadarnya dapat diketahui dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 635 nm. Setelah diukur menggunakan spektrofotometer akan
keluar nilai absorbansi yang digunakan dalam perhitungan konsentrasi. Volume
sampel yang diambil, selanjutnya dikoreksi pada saat kondisi normal yaitu 25°C
dan 760 mmHg. Dan hasil akhirnya didapat konsentrasi amonia diudara.
Kemudian dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 43 Tahun 2016 tentang baku
Tingkat Kebauan NH3 yaitu 1,5 ppm.
DAFTAR PUSTAKA

Karimuna, Siti Rabbani dan Sarto. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kualitas Udara dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir
Sampah Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Tahun
2012. Tesis S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Lestari, F. 2010. Bahaya Kimia, Sampling dan Pengukuran Kontaminan Kimia di
Udara. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Martono, D.J. 2006. Teknologi Pemanfaatan Gas Dari TPA. Pusat Pengkajian
Teknologi Lingkungan (PTL) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT).
Yuwono, 2010, Pandemi Resistensi Antimikroba: Belajar dari MRSA. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, 1 (42), 2837–2850.
Zulkifli, A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta: Salemba Teknika

Anda mungkin juga menyukai