Anda di halaman 1dari 12

1.

(Soal No 1) Apa yang saudara ketahui dengan earnings management, sifat earnings
management yang natural dan artificial?
Menurut General Accepted Accounting Principe (GAAP) Manajemen laba adalah suatu
proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima
umum baik didalam maupun diluar batas. Schipper (1989,1992) menyatakan bahwa
manajemen
laba
adalah
intervensi
yang memiliki tujuan dalam proses pelaporan finansial terhadap pihak eksternal dengan
intensi untuk memperoleh manfaat pribadi bagi manajemen. Sedangkan Healy dan Wahlen
(1999) menyatakan bahwa manajemen laba timbul ketika manajer menggunakan judgment
dalam pelaporan finansial dan dalam strukturisasi transasksi untuk mempengaruhi laporan
keuangan dan juga mengelabui stakeholder terkait dengan kinerja ekonomi perusahaan atau
untuk mempengaruhi hasil kontrak yang bergantung pada angka akuntansi.
Pengertian manajemen laba dalam tataran praktis dipaparkan oleh Merchan (1989) dalam
Merchan dan Rockness (1994) yaitu tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai
keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan,
dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan.
Bagi investor, informasi akuntansi merupakan dasar dalam melakukan analisis saham
serta untuk memprediksi prospek earning di masa mendatang. Perhatian investor yang sering
terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk
menghasilkan informasi laba tersebut secara natural akan mendorong manajemen untuk
melakukan manajemen atas laba (earnings management) atau manipulasi laba (earnings
manipulation). Laba memiliki potensi informasi yang sangat penting bagi pihak internal
maupun eksternal perusahaan. Pasar memiliki kecenderungan utnuk bereaksi terhadap segala
informasi yang berhubungan dengan perusahaan emiten karena hal tersebut akan
mempengaruhi nilai investasi mereka di perusahaan tersebut.
Sifat artificial eranings management dapat dilihat dari pengertian menurut Scott (2009)
bahwa definisi manajemen laba adalah pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Scott juga mengatakan bahwa kita dapat
memikirkan manajemen laba sebagai sikap oportunitis manajer untuk memaksimalkan
kepuasannya ketika berhadapan dengan kompensasi dan perjanjian utang. Dalam hal
kompensasi, perusahaan akan mengantisipasi kesempatan manajer untuk melakukan
manajemen laba. Pemberi pinjaman akan melakukan hal yang sama dalam menentukan
tingkat bunga yang mereka minta. Manajemen laba memberikan fleksibilitas kepada manajer
untuk melindungi mereka sendiri dan perusahaan dalam berhadapan dengan realisasi keadaan
yan tidak dapat diantisipasi terhadap kontrak tersebut.
2. (Soal No 2) Sebutkan sisi baik dan buruknya earnings management, dan jelaskan
perbedaan earningsmanagement dengan kecurangan akuntansi (fraud).
Priatinah (2008) menjelaskan beberapa sisi baik dan buruk dalam sudut pandang antara agen
dengan principal :
1. Sisi Baik Manajemen Laba
Salah satu alasan mengapa manajemen laba terus eksis adalah bahwa ada sisi baik
dari manajemen laba. Sisi baik dari manajemen lba bisa dilihat dari perspektif kontrak dan
pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak, tingkat manajemen laba bisa dianggap baik
apabila terkait dengan kontrak yang efisien vs bentuk oportunistik dari PAT. Dalam kontrak
yang efisien, maka diinginkan untuk memberi manajer kemampuan untuk mengelaola laba
dalam menghadapi kontrak yang rigid dan tidak lengkap. Sehingga interpretasi terhadap
manajemen laba harus hati-hati untuk bonusl, perjanjian hutang dan alasan politik sebagai hal
yang buruk. Seperti interpretasi yang mungkin hanya akan valid apabila manajer terlalu jauh
dan oportunistk terhadap kontrak yang ada, sehingga bisa diekspektasikan manajemen laba

akan eksis untuk alasan kontrak yang efisien. Manajemen laba bisa juga menjadi alat untuk
menyampaikan informasi internal ke pasar, mengokohkan harga saham untuk dengan lebih
baik merefleksikan prospek masa depan perusahaan.
2. Sisi Buruk Manajemen Laba
Selain teori dan bukti tentang penggunaan manajemen laba yang efisien, terdapat juga
bukti bahwa manajemen laba adalah buruk. Dalam perspektif kontrak, hal ini dapat
dihasilkan dari perilaku manajer yang oportunistik. Kecenderungan manajer untuk
menggunakan manajemen laba untuk maksimisasi bonus. Dechow, Sloan dan Sweeney
(1996) juga menguji praktek manajemen laba, hasil investigasi mereka mengungkap sejumlah
motif manajemen laba. Salah satunya adalah kedekatan terhadap batasan perjanjian hutang.
Perusahaan yang melakukan manajemen laba memiliki rata-rata leverage yang lebih besar
dan secara signifikan memiliki lebih banyak pelanggaran kontrak hutang daripada sampel
kontrol. Dye (1988) memodelkan manajemen laba dari perspektif pasar modal. Dia
mempertimbangkan dua generasi pemegang saham, sekarang dan masa depan. Pemegang
saham sekarang bisa menjual saham mereka pada generasi mendatang di masa depan.
Berdsarkan informasi internal, dan berdasarkan bahwa menguraikan manajemen laba
perusahaan adalah hal yang prohibitively costly untuk pemegang saham masa depan, Dye
menunjukkan bahwa manajer bertindak sebagai pemeegang saham sekaran yang memiliki
kemampuan dan insentif untuk mengelola laba serhingga maksimisasi harga jual dapat
diterima oleh pemegang saham sekarang.
Perbedaan earnings management dengan kecurangan akuntansi
IAI (2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai:
a)

Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau
penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabuhi pemakai laporan keuangan,

b)

Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut
dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang
berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan
dengan berbagai cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva,
atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh
entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau
dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu di
antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.
Dari perspektif kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan sebagai kejahatan kerah
putih (white-collar crime). Sutherland, sebagaimana dikutip oleh Geis dan Meier (1977),
dalam Wilopo (2006), menjelaskan bahwa kejahatan kerah putih dalam dunia usaha
diantaranya berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi di pasar modal,
penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat publik secara langsung
atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta kebangkrutan. Dari definisi-definisi di atas,
tampak perbedaan pengertian dari kecurangan akuntansi. IAI tidak secara eksplisit
menyatakan bahwa kecurangan akuntansi merupakan kejahatan. Sebaliknya Sutherland
(1940) sebagai pakar hukum menganggap kecurangan akuntansi sebagai kejahatan.
Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan ataupun
mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggungjawab,
tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang
unit tersebut. Earning management oleh sebagian kalangan dianggap sebagai proffesional

judgement atas laporan keuangan, tetapi dapat menyesatkan (mislead) pihak stakeholder
dalam melakukan interpretasi terhadap performa ekonomi suatu perusahaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen telah dengan sengaja melakukan
tindakan manipulasi atau tindakan lainnya yang dapat mempengaruhi laporan keuangan.
Lebih mengerucut lagi, perbedaan antara kecurangan akuntansi dan earning management ini
dapat dilihat dari faktor yang mendorongnya. Menurut Scott (2009) beberapa motivasi
terjadinya Earnings Management antara lain:
1. Bonuse Schemes (Rencana Bonus)
Ditinjau dari sisi rencana bonus, manajer cenderung akan melakukan tindakan
pengelolaan laba pada perusahaan yang memiliki rencana bonus. Manajer akan berusahan
mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.
2. Contractual Motivations (Motivasi Kontrak)
Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan
cenderung memilih metoda akuntansi yang dapar memindahkan laba perioda mendatang ke
perioda berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami
pelanggaran kontrak.
3. Political Motivations (Motivasi Politik)
Perusahaan akan cenderung akan melakukan monopoli, maka manajer akan berusaha
untuk menurunkan labanya agar sorotan dan tekanan publik terhadap perusahaan berkurang.
4. Taxation Motivation (Motivasi Perpajakan)
Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah mungkin dengan cara
mengurangi labanya. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat
mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
5. Changes of Chief Executive Officer (Penggantian CEO)
Manajer perusahaan (CEO) akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari
penggantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba, jika penilaian
kinerja berdasarkan laba. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan
bonus (reward), sedangkan manajer yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik
perusahaan (punishment).
6. Initial Public Offering (IPO)
Manajer perusahaan akan melakukan earning management agar harga sahamnya saat
penawaran perdana (IPO) lebih tinggi, sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi
lebih besar. Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus
merupakan sumber ibformasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada
calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka
manajer berusahan manaikkan laba yang dilaporkan.
3.

(Soal No 3) Dalam EMH seharusnya tidak ada reaksi pasar atas perubahan prosedur
akuntansi, tetapi mengapa manajer masih melakukan manajemen laba?
Manajemen laba muncul dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena
manajer atau para pembuat laporan mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang
dilakukannya. Manajemen laba merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam
penyusunan laporan keuangan. Pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan untuk
menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang benar-benar
mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Namun dalam kenyataannya, penggunaan dasar
akrual membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Karena
itulah, walaupun dalam EMH manajer tetap melakukan praktik manajemen laba.
Manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka
laba secara sistematis dan sengaja dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur

akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan utility manajer dan harga saham.
Dari definisi tersebut, jelas bahwa manajemen laba merupakan intervensi langsung manajer
dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau
manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun bagi perusahaan.
Adapun teori-teori yang menjelaskan adanya manajemen laba pada suatu perusahaan
yaitu:
Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal (signaling theory) merupakan salah satu teori yang mendasari penelitian
tentang praktek perataan laba, salah satu bentuk manajemen laba. Teori ini berkaitan dengan
asimetri informasi yang dapat terjadi apabila salah satu pihak mempunyai sinyal informasi
yang lebih lengkap daripada pihak lain. Angka-angka akuntansi yang dilaporkan oleh pihak
manajemen dapat digunakan sebagai sinyal, bila angka-angka tersebut dapat mencerminkan
informasi mengenai atribut-atribut keputusan perusahaan yang tidak terpantau.
Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam teori ini dijelaskan bahwa terdapat kontrak yang menjadi landasan satu pihak
(principal/pemilik) mempekerjakan pihak lain (agent) untuk mengelola perusahaan atas nama
perusahaan. Berdasarkan kontrak tersebut, principal mendelegasikan wewenang pembuatan
keputusan kepada agent. Pemisahan kepemilikan dan operasional ini berarti bahwa para
manajer, sebagai agent pemegang saham, dapat bertindak untuk kepentingan mereka sendiri.
Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)
Teori akuntansi positif atau positive accounting theory (PAT) berusaha
mengungkapkan pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap perilaku manajer untuk memilih
suatu metode akuntansi. Terdapat tiga hipotesis yang diungkapkan oleh Zimmerman (1986)
yang mendorong timbulnya fenomena manajemen laba, yaitu hipotesis rencana bonus (bonus
plan hypothesis), hipotesis kontrak utang (debt covenant hypothesis) dan hipotesis biaya
politis (political cost hypothesis). Hipotesis rencana bonus menyatakan bahwa manajer pada
perusahaan yang menggunakan kebijakan rencana bonus cenderung untuk menggunakan
metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. Sedangkan hipotesis kontrak
utang menyebutkan manajer pada perusahaan yang mempunyai debt to equity ratio besar
akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan
maupun laba. Hipotesis biaya politis menyatakan bahwa pada perusahaan yang besar, yang
kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk
mengurangi laba yang dilaporkan.
4.

(Soal No 4) Pengungkapan informasi akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam


pengungkapan wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Jelaskan menurut pendapat
saudara!
Jika dilihat dari jenis informasi yang disyaratkan diungkapkan dalam laporan
keuangan, pengungkapan dibagi menjadi dua jenis yaitu pengungkapan wajib dan
pengungkapan sukarela (Naim dan Rakhman, 2000).
Pengungkapan wajib atau mandatory disclosure dapat didefinisikan sebagai
pengungkapan informasi-informasi yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku di negara
tersebut (Suripto, 1999). Untuk tingkat pengungkapan wajib dapat dinyatakan dengan indeks
pengungkapan yang diperoleh melalui daftar item yang merupakan pengembangan dari
peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang sesuai dan relevan, antara lain peraturan
yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Bapepam dan PSAK (Fitriany, 2001).
Pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang telah

ditentukan (Darrough, 1993). Dalam teori ekonomi dikatakan bahwa ketiadaan


pengungkapan wajib akan menyebabkan perusahaan mengungkapkan informasi seluasluasnya sehingga keuntungan marjinal dari pengungkapan akan sama dengan biaya marjinal
dari pengungkapan (Salamon dan Dhaliwal, 1980).
Pengungkapan sukarela atau voluntary disclosure merupakan pengungkapan yang
secara sukarela diberikan oleh perusahaan di luar butir-butir pengungkapan yang telah
ditentukan (Naim dan Rakhman, 2000). Pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh
perusahaan akan membantu investor untuk lebih mengerti tentang strategi yang digunakan
oleh manajemen perusahaan (Healy dan Palepu, 1993). Pengungkapan sukarela akan lebih
banyak dilakukan oleh perusahaan jika kualitas informasi yang dimiliki oleh manajer
perusahaan relatif tinggi atau terdapat asimetris informasi yang cukup besar (Penno, 1997).
Perusahaan semakin memperluas pengungkapan sukarela laporan keuangan mereka ketika
mereka berusaha untuk menarik perhatian publik dan investor (Salamon dan Dhaliwal, 1980).
Dengan pengungkapn yang lebih luas, perusahaan akan lebih diperhatikan oleh investor,
mengurangi estimasi resiko, mengurangi asimetris informasi yang pada akhirnya akan
mengurangi biaya modal dari peusahaan (Lang dan Lundholm, 1996). Dalam melakukan
pengungkapan sukarela, manajemen mempertimbangkan antara biaya dan manfaat yang
diperoleh dari pengungkapan tersebut. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya
yang harus dikeluarkan, manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela. Biaya
modal yang rendah merupakan manfaat utama yang dirasakan oleh manajemen dalam
melakukan pengungkapan informasi yang dibuat untuk pengambilan keputusan (Elliot dan
Jacobson, 1994). Banyak studi yang sudah membuktikan bahwa pengungkapan laporan
keuangan secara sukarela akan membantu dalam mengontrol konflik kepentingan di antara
shareholders, debtholders, dan manajemen (Holthausen dan Leftwich, 1983; Kelly, 1983;
Watts dan Zimmerman; 1996 dalam Chow dan Wong-Boren, 1987).
5.

(Soal No 5) Isu tentang IFRS, IAS, harmonisasi dan konvergensi terkait erat dengan
faktor budaya (culture) antarnegara. Berikan penjelasan singkat tentang isu-isu
tersebut.
Budaya merupakan faktor lingkungan yang paling kuat mempengaruhi sistem
akuntansi suatu negara dan juga bagaimana individu di negara tersebut menggunakan
informasi akuntansi. Praktek akuntansi sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga
ketidakseragaman praktek akuntansi internasional banyak disebabkan oleh budaya (Violet,
1983; dan Hofstede, 1986). Mengacu pada model Hofstede's (1980) untuk pembentukan dan
stabilisasi pola budaya, Gray (1988) mengembangkan kerangka untuk menjelaskan
bagaimana budaya mempengaruhi sistem akuntansi nasional. Secara singkat, Gray (1988)
menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya yang di amalkan secara bersama sama di negara
tertentu akan merubah budaya akuntansi yang seterusnya akan mempengaruhi sistem
akuntansi negara yang bersangkutan.
Budaya adalah nilai dan attitude yang digunakan dan di yakini oleh suatu
masyarakat atau negara. Variabel budaya tergambar dalam kelembagaan negara yang
bersangkutan. Hofstede (1980; 1983) meneliti dimensi budaya di 39 negara. Dia
mendefinisikan budaya sebagai The collective programming of the mind which distinguishes
the members of one human group from another' (Hofstede 1983) dan membagi dimensi
budaya menjadi 4 bagian
1. Individualism (lawan dari collectivism)

Individualism merefleksikan sejauh mana individu mengharapkan kebebasan pribadi. Ini


berlawan dengan collectivism (kelompok) yang didefinisikan menerima tanggungjawab dari
keluarga, kelompok masyarakat (suku, dan lain-lain).
2. Power distance
Didefinisikan sebagai jarak kekuasan antara Boss B dengan Bawahan S dalam hirarki
organisasi adalah berbeda antara sejauh mana B dapat menentukan prilaku S dan sebaliknya
(Hofstede 1983). Pada masyarakat yang power distance besar, adanya pengakuan tingkatan
didalam masyarakat dan tidak memerlukan persamaan tingkatan. Sedangkan pada masyarakat
yang power distance kecil, tidak mengakui adanya perbedaan dan membutuhkan persamaan
tingkatan didalam masyarakat.
3. Uncertainty avoidance
Ketidakpastian mengenai masa depan adalah sebagai dasar kehidupan masyarakat.
Masyarakat yang tingkat ketidakpastiannya tinggi akan mengurangi dampak ketidakpastian
dengan teknologi, peraturan dan ritual. Sedangkan masyarakat dengan tingkat menghindari
ketidak pastian yang rendah akan lebih santai sehingga praktik lebih tergantung prinsip dan
penyimpangan akan lebih bisa ditoleransi.
4. Masculinity Vs Femininity
Nilai Maskulin menekankan pada nilai kinerja dan pencapaian yang nampak, sedangkan
Feminine lebih pada preferensi pada kualitas hidup, hubungan persaudaraan, modis dan
peduli pada yang lemah.
Gray (1988) mengidentifikasi empat budaya akuntansi yang bisa digunakan untuk
mendefinisikan sub-budaya akuntansi: Professionalism, Uniformity, Conservatism, dan
secrecy. Penjelasan mengenai nilai-nilai sub-budaya tersebut sebagai berikut;

Professionalism vs. Statutory Control adalah preferensi untuk melaksanakan


pertimbangan profesional individu dan memelihara aturan-aturan yang dibuat sendiri
untuk mengatur profesionalitas dan menolak patuh dengan perundangan-undangan
dan kontrol dari pihak pemerintah.

Uniformity vs. Flexibility adalah suatu preferensi untuk memberlakukan praktik


akuntansi yang seragam antara perusahaan dan penggunaan praktik tersebut secara
konsisten dan menolak flexibelitas.

Conservatism vs. Optimism adalah suatu preferensi untuk suatu pendekatan hatihati dalam pengukuran dan juga sesuai dengan ketidakpastian masa yang akan datang.
Dimensi menolak untuk konsep lebih optimis dan pendekatan yang penuh resiko.

Secrecy vs Transparency adalah suatu preferensi untuk bersikap konfidensial dan


membatasi disclosure informasi mengenai bisnis dan menolak untuk bersikap
transfaran, terbuka, dan pendekatan pertanggungjawaban pada publik.

Produk utama dari akuntansi adalah informasi keuangan yang dijabarkan dalam bentuk
laporan keuangan. Agar sebuah laporan keuangan dapat bernilai guna, laporan tersebut harus
mampu dibandingkan dengan laporan keuangan yang dihasilkan oleh negara lain. Toleransi
adanya budaya dalam pembahasan akuntansi yang tertuang melalui perbedaan standar

akuntansi di setiap negara memungkinkan adanya ketidakseragaman konsep dalam


pembuatan laporan keuangan. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap keputusan
investor untuk menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu alat analisis investasi.
Apabila pihak-pihak yang seharusnya membutuhkan laporan keuangan tidak lagi
membutuhkan laporan keuangan, maka fungsi dari akuntansi perlu dipertanyakan. Sehingga
menurut saya budaya tidak harus dijadikan salah satu pertimbangan dalam membuat standar
akuntansi yang akan berpengaruh terhadap laporan keuangan
6.

(Soal no 6) Salah satu karakteristik standar akuntansi adalah bahwa standar tersebut
tidak mengatur prosedur akuntansi, namun merupakan pedoman yang lengkap tentang
fungsi akuntansi sebagai alat untuk mengungkapkan informasi keuangan. Jelaskan dan
uraikan landasan apa saja yang diatur dalam standar akuntansi keuangan.
Karasteristik standar akuntansi berbasis prinsip mempunyai karasteristik yang diyakini
sebagai unsur pelaporan keuangan yang berkualitas, landasan-lanasa yang diatur sebagai
karasteristik karasteristik dalam standar akuntansi keuangan adalah sebagai berikut :

Realitas Ekonomi.
Laporan keuangan merupakan sumber utama informasi bagi investor. Untuk itu, standar
akuntansi yang berbasis prinsip harus menghasilkan laporan keuangan yang menyajikan
dengan sebenarnya konsekuensi ekonomis setiap transaksi, realitas ekonomi saldo yang
disajikan dan realitas ekonomi bisnis secara keseluruhan. Dengan kata lain, laporan keuangan
harus menyajikan dengan sebenarnya, mencerminkan substansi ekonomi, memberikan
penyajian yang benar dan wajar, dan menyajikan dengan wajar. Penyajian dengan sebenarnya
ini menunjukkan gambaran tentang hasil atau realitas ekonomi. Standar berbasis prinsip harus
memberikan keyakinan kepada investor bahwa laporan keuangan yang diterbitkan
menunjukkan dengan sebenarnya kinerja dan posisi perusahaan

Transfaran
Laporan keuangan ditujukan untuk pengguna akhir yaitu investor. Investor akan kesulitan
dalam memahami informasi yang disajikan di laporan keuangan jika laporan keuangan sangat
kompleks dan rumit. Agar investor memahami dan percaya terhadap laporan keuangan yang
didasarkan pada standar akuntansi yang berbasis prinsip, maka laporan keuangan harus
memuat pengungkapan yang transparan. Standar akuntansi berbasis harus dikembangkan
dengan tujuan yang jelas untuk menyempurnakan pelaporan keuangan, sehingga investor
dapat dengan mudah menemukan dan memahami informasi yang mereka butuhkan.

Konsisten dengan Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual harus dirancang untuk memberikan pemahaman yang jelas bagi penyaji
laporan keuangan, auditor, dan investor atas pendekatan yang mendasari berbagai standar.
Setiap standar harus menggambarkan dengan jelas bahwa standar tersebut sesuai dengan
Kerangka Konseptual. IASB menekankan bahwa standar yang berbasis prinsip didasarkan
pada Kerangka Konseptual, bukan pada aturan rinci.

Ruang lingkup
Kelemahan utama standar akuntansi yang berbasis aturan adalah terlalu kompleks dalam
menjelaskan setiap unsur laporan keuangan. Standar akuntansi berbasis prinsip memecahkan
masalah ini dengan menetapkan ruang lingkup yang luas. Standar berbasis prinsip terdiri dari;
1) Kerangka konseptual 2) Sejumlah standar inti yang ditujukan untuk beberapa kategori
seperti aset keuangan, aset non keuangan, liabilitas keuangan, liabilitas non-keuangan,
ekuitas konsolidasi, pendapatan, dan penghasilan 3) Standar tertentu yang menggambarkan

bagaimana standar inti diterapkan pada kategori transaksi khusus seperti sewa, pensiun, dan
lainnya. Pengecualian dari ruang lingkup atau prinsip sedapatnya dihindari. Ruang lingkup
dan prinsip harus ditetapkan dengan tujuan bahwa semua transaksi dapat tercakup di
dalamnya.

Jelas, Ringkas, dan Sederhana


Investor berhak untuk memperoleh informasi yang dinyatakan dengan jelas dan dapat
dimengerti. Oleh karena itu, ruang lingkup standar, istilah-istilah dan definisi yang digunakan
di dalamnya harus diartikulasikan dengan jelas. Standar berbasis prinsip yang ditulis dengan
tepat akan mengurangi kebutuhan akan interpretasi atau pedoman implementasi.

Masuk Akal
Standar berbasis prinsip tidak memberikan pedoman yang cukup untuk menerapkan standar.
Oleh karena itu, standar berbasis prinsip mengharuskan penyaji laporan keuangan dan auditor
untuk menggunakan pertimbangan dalam menerapkan standar yang umum ke transaksi dan
peristiwa yang lebih khusus. Standar berbasis prinsip harus memungkinkan penggunaan
pertimbangan yang masuk akal. Sebaliknya, sistem yang berbasis aturan kurang memberikan
ruang bagi pertimbangan profesional.

7.

(Soal No 7) Terdapat perdebatan pandangan apakah akuntansi perlu diregulasi atau


tidak. Jelaskan bagaimana pada level teori, dan uraikan perlu atau tidaknya regulasi,
serta implementasi dalam praktik.
Belkaoui (2006:175) menyatakan bahwa regulasi umumnya diasumsikan harus diperoleh
oleh suatu industri tertentu dan dirancang serta dioperasikan terutama untuk keuntungannya
sendiri. Scott (2009:484) menjelaskan bahwa terdapat dua teori regulasi akuntansi dalam
industri, yaitu: teori kepentingan publik (The Public Interest Theory) dan (2) teori kelompok
kepentingan (The Interest Group Theory).
Teori kepentingan publik berbicara tentang seberapa banyak informasi akuntansi yang
harus diregulasi untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial sebagai dasar permintaan publik
untuk mengoreksi kegagalan pasar. Tujuan akhirnya ialah melindungi kepentingan publik.
Deegan (2004:36) menjelaskan bahwa teori kepentingan publik mengasumsikan badan
regulator (biasanya pemerintah) bersifat netral memperjuangkan kepentingan publik dan
tidak memasukkan kepentingan pribadi ke dalam penyusunan aturan. Singkat kata, badan
regulator melakukan tindakan yang terbaik untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial.
Teori regulasi lainnya ialah capture theory. Menurut Deegan (2004:36) capture theory
berargumentasi bahwa walaupun regulasi awalnya bertujuan untuk melindungi publik,
mekanisme regulasi seringkali dikendalikan atau diambil alih untuk melindungi kepentingan
dari kelompok-kelompok kepentingan di dalam masyarakat, khususnya pihak-pihak yang
aktivitasnya paling banyak terpengaruh regulasi. Diyakini bahwa pendirian DSAK IAI
sebagai badan regulator akuntansi merupakan contoh dari capture theory. Alasannya ialah
profesi akuntansi dianggap paling mampu dalam mengembangkan standar akuntansi dengan
superioritas pengetahuan akuntansi mereka, dan memiliki kemungkinan yang lebih besar
diterima oleh komunitas bisnis.
Teori regulasi akuntansi lainnya ialah teori kelompok kepentingan. Teori kelompok
kepentingan menekankan adanya konflik dan negosiasi antar konstituen akuntansi di dalam
proses penyusunan standar akuntansi. The interest group theory of regulation suggests that
individuals form coalitions, or constituencies, to protect and promote their interest by
lobbying the government. These coalitions are viewed as being in conflict with each other to

obtain their share of benefits from regulation. We shall conclude that the process of standard
setting is most consistent with the interest group theory. (Scott, 2009:484)
Pentingnya Regulasi dan Implementasinya Dalam Praktik
Scott (2009:486) menjelaskan bahwa penyusunan standar akuntansi selalu berkaitan
dengan due process yaitu melibatkan perwakilan konstituen penyusun laporan keuangan dan
memfasilitasi public hearing, exposure drafts, dan secara umum, untuk keterbukaan,
mensyaratkan voting terbanyak sebelum suatu standar diluncurkan. Karakteristik due process
ini konsisten dengan teori interaksi konstituen berdasarkan konflik. Badan standar akuntansi
adalah para pemain dalam permainan kompleks dimana konstituen-konstituen yang berkaitan
dengan standar akan memilih strategi lobi untuk atau melawan suatu standar baru.
Oleh karena itu, teori regulasi kelompok kepentingan sangat sesuai untuk menggambarkan
konflik dari para konstituen daripada suatu proses hitungan. Kehendak para pemain untuk
menerima suatu standar baru meningkat jika mereka merasa bahwa pandangan mereka
diakomodasi. Hal ini menjelaskan perhatian pada due process sebagai suatu langkah
akomodasi konflik dalam penyusunan standar. Pertimbangan-pertimbangan ini menjadikan
teori regulasi kelompok kepentingan menjadi prediktor yang lebih baik akan standar baru,
karena teori kelompok kepentingan secara formal mengakui eksistensi konflik konstituen.
Scott (2009:485) menyatakan bahwa teori kelompok kepentingan memiliki pandangan
bahwa suatu industri beroperasi karena terdapat sejumlah kelompok kepentingan. Otoritas
politik atau legistatif juga dapat digolongkan sebagai suatu kelompok kepentingan yang
memiliki kekuatan untuk memasok regulasi untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh
sebab itu, Deegan (2004:69) menyimpulkan bahwa regulasi dapat dipandang sebagai suatu
komoditas dimana terdapat penawaran dan permintaan. Komoditas akan dialokasikan kepada
para konstituen dengan efektif secara politis dan dengan meyakinkan legislatif memberikan
bantuan regulasi kepadanya. Versi utama teori kelompok kepentingan adalah teori regulasi
kaum elit yang menguasai politik (The Political-Ruling Elite Theory of Regulation) yang
menekankan pada kekuatan politik untuk mendapatkan pengendalian regulator dan teori
regulasi ekonomi (The Economic Theory of Regulation) yang menekankan pada kekuatan
ekonomi (Ghozali dan Chariri, 2007:218).
Teori regulasi dalam praktik ada kaitannya dengan isu konvergensi standar akuntansi.
Menurut saya konvergensi tersebut memiliki banyak keuntungan yang dapat diperoleh
apabila sebuah negara melakukan adopsi terhadap IFRS. Meskipun terdapat perbedaan
penggunaan bahasa manfaat utama dari adopsi standar akuntansi adalah laporan keuangan
dapat dibandingkan. Kemampuan laporan keuangan untuk dibandingkan merupakan salah
satu indikator peningkatan kualitas informasi akuntansi. Selain itu manfaat yang lain
misalnya mengurangi masalah agensi, meningkatkan kepercayaan investor, dan lain
sebagainya juga secara gamblang menunjukkan bahwa laporan keuangan akan lebih
berkualitas.
Gordon (2008) memaparkan keuntungan yang diperoleh oleh sebuah negara di seluruh
dunia dalam mengadopsi IFRS, yaitu: 1) informasi keuangan menjadi lebih baik dan berguna
bagi pemegang saham, 2) informasi keuangan menjadi lebih baik dan berguna bagi
pemerintah, 3) laporan keungan lebih dapat dibandingkan, 4) meningkatkan transparansi
perusahaan, 5) managemen perusahaan lebih baik dalam operasional global, 6) mengurangi
biaya modal.
Penelitian di Bangladesh yang dilakukan oleh Bhattacharjee (2009) secara lebih rinci
memaparkan dampak Adopsi terhadap perekonomian negara, yaitu: 1) dampak sektor
korporasi yaitu IFRS mampu mengurangi masalah agensi. 2) Meningkatkan minat invetor

untuk berinvestasi di pasar modal. 3) Mengurangi asimetri informasi melalui penggunaan


Fair Value Accountin (FVA). 4) Meningkatkan keseragaman akuntansi sehingga dapat
memperbaiki iklim investasi. 5) Standar keuangan lokal yang digunakan ambigu dan terdapat
beberapa peraturann yang tumpang tindih satu dengan yang lain. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa adopsi IFRS mampu mengurangi ketidakjelasan interpretasi laporan keuangan.
Kesimpulan ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ding et al, (2007), Bae, Tan dan
Welker (2008).
8.

Uraikan jika terlalu banyak standar akuntansi, dan dampaknya dalam praktik, serta
alternatif cara mengatasinya.
Terlalu banyaknya standar akuntansi yang ada didunia atau yang akrab disebut standard
overload terjadi karena banyaknya faktor. Dimasing-masing negara menyusun dan membuat
standar dengan karakteristik yang sesuai budaya bisnis yang berkembang dinegara tersebut.
Faktor lain adalah sumber daya manusia yang mungkin setimpang ketika kita melihat negara
maju, negara berkembang, atau negara terbelakang. Standar lahir mengingat banyak situasi
yang mendukung lainnya untuk menciptakan suatu standar akuntansi sendiri daripada
menerapkan standar negara lain. Standar yang terlalu banyak, standar yang terlalu detail,
standar yang tidak tegas, maupun standar yang tidak mampu mengatasi perbedaaan
merupakan karakteristik adanya standar overload. Standar overload ini akan banyak
menimbulkan dampak terutama dalam praktik akuntansi. Standar yang menjadi kaku dan
terlalu banyak yang harus diungkapkan akan mempengaruhi kinerja seorang akuntan dalam
menyajikan suatu informasi. Ketika informasi yang disajikan tidak disusun secara sempurna
dikarenakan masalah tersebut maka keputusan yang diambil oleh para penggunannya akan
menjadi sebuah hal yang sangat riskan. Standar overload akan membingungkan pengguna
dengan banyaknya aturan dan catatan yang harus dibuat oleh mereka karena disatu negara
dengan negara lain berbeda standarnya. Dampak yang signifikan akan terlihat dibursa saham
seperti wallstreet, NYSE, Nasdaq, atau BEI sekalipun. Perusahaan multinasional yang
berekspansi kemasing-masing negara mungkin akan kewalahan dengan semua standar yang
berbeda. Alhasil modal yang diharapkan dari publik negara tersebut tidak akan terserap
secara efektif dan efisien.
Masalah standar overload ini bukan tidak mendapat perhatian dari masyarakat dunia.
Pihak-pihak yang berkepentingan seperti AICPA mempunyai kesibukan lain untuk
mengantisipasi hal ini. Komite khusus AICPA memberikan berberapa pendekatan untuk
mengatasi standar overload, yaitu:

Tidak ada perubahan, mempertahankan yang sudah ada (status quo)


Melakukan perubahan terhadap konsep GAAP menjadi dua jenis GAAP, misalnya GAAP
khusus untuk pengusaha besar dan GAAP khusus untuk pengusaha keci
Melakukan perubahan GAAP untuk menyederhanakan penerapannya bagi semua perusahaan
Menentukan pengungkapan dan pengukuran yang berbeda
Menentukan perubahan terhadap standar akuntansi public untuk pelaporan informasi
keuangan
Memberi alternative bagi GAAP sebagai basis pilihan dalam penyajian laporan keuangan
Usaha mempersatukan perbedaan standar yang dilakukan IASB juga merupakan salah satu
solusi untuk mengatasi standar overload. Konvergensi standar akuntansi IFRS oleh negaranegara maju maupun berkembang merupakan langkah yang menguntungkan banyak pihak.
Selain perusahaan yang berekspansi ke luar negeri lebih mudah memasuki pasar modal
negara tersebut, pemerintah negara juga akan dimudahkan dalam menyusun regulasi lain
yang berkaitan dengan standar seperti pajak.

9.

(Soal No 11) Saat ini topik CSR semakin banyak dibahas dan semakin banyak juga
perusahaan yang melaksanakan tanggungjawab sosialnya. Berikan penjelasan singkat
tentang isu CSR dan keterkaitannya dengan GCG (Good Corporate Government) yang
saudara fahami.
Corporate social responsibility diterapkan oleh perusahaan dikarenakan beberapa dorongan.
Faktor yang mendorong tersebut adalah :

1.

CSR merupakan bagian dari Good Coorporate Governance terutama untuk perusahaan Go
Public.
Konsep GCG menerapkan lima elemen yang harus diterapkan oleh perusahaan yaitu
accountability, responsibility, fairness, transparancy, dan independency. Elemen responsibility
adalah elemen yang paling mendukung adanya CSR. Prinsipnya adalah melalui
penekanannya terhadap apa yang harus diberikan kepada para pemangku kepentingan dan
masyarakat sekitar. Melalui penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat menyadari
bahwa kegiatan operasionalnya seringkali menghasilkan dampak eksternal yang harus
ditanggung oleh stakeholders. Oleh karena itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan
kepentingan dan nilai tambah bagi stakholders-nya

2. CSR dinilai dapat meningkatkan citra perusahaan.


CSR umumnya dilakukan dengan mengadakan kegiatan sosial untuk lingkungan
maupun masyarakat sekitar perusahaan. CSR dinilai merupakan tindakan yang
menguntungkan bagi perusahaan untuk menciptakan dan membangun nama baik perusahaan
dimata masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang dilakukan perusahaan terkadang
membawa berbagai kerugian untuk pihak lain. Maka dari itu CSR dilakukan untuk
membangun nama baik perusahaan setelah pa yang mereka lakukan. CSR dilakukan karena
perusahaan ingin mendapatkan sertifikat standarisasi yang juga dapat meningkatkan citra
perusahaan dimasyarakat seperti ISO 26000.
3. CSR dlakukan karena ada regulasi yang mengatur.
Peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengatur tentang penerapan CSR
diantaranya seperti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT)
dan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UU Penanaman Modal)
serta Peraturan Pelaksana No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
10. (Soal No 13 Bonus) Berikan penjelasan tentang apa itu teori agensi dan berikan
penjelasan tentang kontribusi teori agensi terhadap riset akuntansi
Literatur property rights yang pertama kalinya dikemukan oleh Coase (1937) menjadi
dasar pandangan agency theory. Literatur tersebut mengemukakan perusahaan sebagai
"nexus of contract" dimana perusahaan diasumsikan sebagai suatu kumpulan kontrak atau
perjanjian antara perusahaan dengan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan. Masing-masing pihak diasumsikan hanya memperhatikan utility dan self-interest,
dan masing-masing pihak menyadari bahwa tingkat kesejahteraan (welfare) mereka
tergantung pada kemampuan perusahaan untuk dapat berkompetisi dengan perusahaan lain.
Karena tiap pihak hanya mementingkan kepentinganya, maka terdapat kemungkinan
terjadinya konflik kepentingan antara satu pihak dengan pihak yang lain, yang pada akhirnya
justru akan mengurangi nilai perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan.
Pengertian agency theory menurut Farna (1980;298) adalah suatu hubungan melalui
persetujuan antara dua pihak, di satu pihak manajer bertindak sebagai agent dan di lain pihak
pemilik bertindak sebagai principals. Hubungan agency terjadi melalui suati kontrak antara

manajer (agent) dan pemilik (principal) untuk menyelenggarakan suatu perusahaan melalui
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan. Adanya agency theory, manajer akan
membuat keputusan operasi yang memaksimumkan utility dan kekayaannya. Manajer yang
melaksanakan pengambilan keputusan dalam perusahaan dan bertanggung jawab dalam
penyiapan data akuntansi, akan mempengaruhi bagaimana praktik akuntansi dilaksanakan.
Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan salah satu bentuk konflik kepentingan, yaitu
konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer yang mengelola perusahaan.
Kontrak antara pemegang saham dan manajer sebagai suatu hubungan keagenan(agency
relationship), dimana pemegang saham adalah prinsipal yang memberikan wewenang kepada
manajer sebagai agen untuk mengelola perusahaan atas nama pemegang saham.
Jensen dan Meckling juga menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan terdiri dari tiga
macam yakni (1)inside equity (held by manager), (2)outside equity (held by anyone of the
firm), dan (3) debt (held by anyone outside of the firm). Dengan demikian modal sendiri
dipisahkan antara pemegang saham dari dalam yaitu manajer dan pemegang saham dari luar
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari berapa besar share terhadap keseluruhan modal sendiri.
Jensen dan Meckling mendefinisikan penurunan kepuasan dari agen yang timbul akibat
hubungan keagenan antara manajer dan pemegang saham eksternal sebagai biaya keagenan
(agency cost). Untuk mengurangi biaya keagenan, manajer dengan suka rela akan melakukan
perjanjian dengan pemegang saham untuk membatasi tindakan mereka yang mungkin
merugikan pemegang saham. Penelitian lain yang mengemukakan mengenai hubungan
keagenan (agency relationship) antara lain, Berhold (1971), Ross (1973, 1974), Holmstrom
(1979), dan Antle (1982, 1984).
Dari paparan diatas, kontribusi teori agensi adalah menjadi dasar teori dalam menjelaskan
hubungan antara para pemilik modal dengan pengelola modal. Agensi teori berusaha
mengakomodir adanya perbedaan kepentingan antara kedua pihak tersebut melalui informasi
akuntansi sehingga kedua pihak tidak dapat begitu saja memaksimalkan keuntungan mereka
tanpa mempertimbangkan kerugian yang mungkin diperoleh pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai