Anda di halaman 1dari 15

RESUME PEMAHAMAN KONSEP TANAM GANDA

(MODUL 9)
Ditujukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan II

Disusun oleh :
KELAS H KELOMPOK 5
Zaky Abdul H

150510130052

Dimas Galuh P

150510130041

Selvy Nur

150510130059

Intan P S

150510130064

Anglia R T

150510130182

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
2016

1.1 Klasifikasi dan Terminologi


Multiple cropping adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada bidang
lahan yang sama dalam kurun waktu satu tahun. Hasil per tanaman dapat ditingkatkan
melalui penggunaan varietas berdaya hasil tinggi, pemupukan, pestisida, irigasi dan
tumpangsari, sedangkan hasil pertahun dapat dicapai melalui tanam ganda dengan
model tanam berurutan dan tanam bersisipan (relay cropping).Tanam Ganda dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Tumpangsari (Intercropping),
Tumpangsari yaitu menanam 2 jenis tanaman atau lebuh secara serempak pada
sebidang lahan yang sama. Tanam tumpangsari meliputi:

Tanam campur (Mixed intercropping) yaitu menanam dua atau lebih jenis

tanaman tanpa pengaturan jarak barisan yang jelas.


Tumpangsari sistem baris (Row Intercropping), yaitu menanam dua atu lebih

jenis tanaman secara serempak dengan jarak tanam dan barisan yang teratur.
Tumpangsari sistem jalur (Strip Intercropping) , yaitu menanam dua atau
lebih jenis tanaman dengan masing masing jenis tanaman di tanam secara
berjalur dan berselingan. Satu jalur terdiri atas satu jenis tanaman dalam
beberapa bars, sehingga masing masing jenis membentuk kelompok yang

lebih luas.
Tanam sisip (Relay intercropping), yaitu menanam dua atau lebih jenis
tanaman dengan salah satu jenis tanama ditanam diantara tanaman terdahulu,
pada saat tanaman terdahulu berada dalam fase generatif (berbunga atau

mendekati panen).
B. Tanaman berurutan (Sequential cropping)
Tanaman berurutan adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan
dengan menanam tanaman berikutnya setelah tanaman terdauhulu habis dipanen.
Didalam tanaman berurutan tidak terjadi persaingan antara tanaman yang berbeda

didalam memperoleh unsur hara, air dan cahaya matahari. Tanaman berurutan
meliputi:

Double cropping adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan


dengan dua kali panen habis selama setahun yang berasal dari dua kali

penanaman.
Tripple cropping adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan
dengan tiga kali panen habis selama periode setahun yang berasal dari tiga

kali penanaman.
Quadrople cropping adalah suatu usaha penanam pada sebidang lahan
dengan empat kali panen habis dalam setahun yang berasal dari empat kali

penanaman.
Ratoon cropping adalah mengusahakan tanaman kembali tumbuh dan
menghasilkan melalui pucuk atau daun setelah tanaman tersebut dipanen.
Sebagai contoh tanaman tebu, teh. Jadi dalam hal ini penanaman tidak agi
dilakukan melalui benih atau bibit.

Untuk memahami sistem tanam ganda, lebih lanjut dikemukakan pula berbagai
terminologi yang berkaitan erat dengan pelaksanaan tanam ganda, yaitu :

Sole cropping = solid planting atau tanam tunggal adalah lawan dari

Intercropping , yaiu penanaman satu jenis ranaman pada kerapatan normal.


Monocropping adalah satu jenis tanam yang ditanam pada sebidang lahan

(tidak diartikan terus menerus).


Monoculture adalah menanam tanaman sejenis secara terus menerus.
Crop rotation (rotasi tanaman) adalah pergiliran tanaman pada sebidang lahan
yang sama, termasuk bera. Satu putaran yang tetap, sering dilakukan dalam

waktu bertahun tahun.


Cropping pattern (Pola tanam) adalah susunan tata letak dan tata urut tanaman
pada sebidang lahan selama periode tertentu (1 tahun) termasuk pengolahan
tanah dan masa bera.

Cropping system (Sistem tanam) adalah interaksi antara pola tanam yang
diterapkan pada sebidang lahan dengan suber daya (lahan, iklim, biaya,

teknologi, dan lain lain).


Mixed farming (Usaha tani campuran) adalah sistem pertanian yang
melibatkan ternak, ikan dan hasil hasil tanaman lainnya dalam rangka

meningkatkan penggunaan sumberdaya.


Interculture (Tanaman sela) yaitu penanam tanaman semusim diantara barisan
tanaman tahunan sebagai tanaman utama sebelum tanaman utama belum

menghasilkan.
Sequential cropping (Tumpangsari berurutan) adalah tumpangsari yang susul

menyusul secara berurutan.


Relay intercropping (Tumpangsari bersisipan) yaitu tumpang sari yang susul

menyusul secara bersisipan.


Budidaya lorong (alley intercroping) atau wanatani (Agroforestry) adalah
upaya pemanfaatan lahan dengan tanaman tahunan dan tanaman semusim.
Tanaman semusim ditanam dilorong tanaman pagar yang umumnya famili

kacang kacangan.
Variasi Sistem Tanam Ganda

Tanam Ganda (mixed cropping) antar tanaman setahun


Mixed cropping adalah menanam tanaman lebih dari satu spesies tanaman
pada sebidang lahan yang sama dan waktu yang sama, atau interval waktu yang
pendek (Beets, 1982). Pertimbangan untuk melaksanakan sistim tanam ganda, antara
lain

pada

pertanian

subsistem

dengan

kondisi

lingkungan

yang

kurang

menguntungkan sistim ini umum dilaksanakan dengan tujuan untuk menjamin


keberhasilan total produksi. Berbeda dengan kondisi lingkungan yang lebih baik,
hasil total per unit luas lahan yang diperoleh akan lebih tinggi.
a

Sistim tanam ganda menstabilkan produksi total


Masalah utama di dalam produksi tanaman yaitu tingkat kegagalan proses
produksi. Oleh karena itu, dengan memakai sistem tanam ganda kegagalan dari

salah satu komoditas dapat ditutupi oleh komoditas lainnya atau biasa disebut
sebagai safety factor, risk factor, atau security factor (IRRI, 1975). Kombinasi
b

antara legum dan sereal memberikan hasil yang terbaik.


Sistim tanam ganda menstabilkan lingkungan
Apabila kondisi lingkungan kurang bervariasi, genotip tanaman akan tumbuh
dan menghasilkan dengan baik dan juga menguntungkan untuk tanaman ganda
dengan pengaturan yang proporsional.
Apabila intensitas cahaya matahari menjadi masalah, dengan sistim tanam
ganda kombinasi tanaman yang dirancang secara baik dengan memanfaatkan
perbedaan sifat tanaman, akan dapat memaksimalkan penggunaan energi matahari
Varietas multi strain menjadi superior di dalam tanam ganda karena memiliki
toleransi yang lebih besar terhadap serangan hama penyakit. Dengan demikian
penggabungan kombinasi tanaman ganda antara yang peka terhadap penyakit
dengan yang tahan akan memberikan hasil yang menguntungkan.

Tanam sisip (relay cropping) antara tanaman setahun


Definisi tanam sisip ialah dengan menanam dua atau lebih jnis tanaman
dengan salah satu jenis tanaman ditanaman di antara tanaman terdahulu, pada saat
tanaman terdahulu berada dalam fase generatif (berbungan) atau mendekati waktu
panen. Pada sistim ini tanaman yang disisipkan akan memanfaatkan sisa-sisa pupuk
atau kelembapan tanah, selain juga dapat memanfaatkan waktu.
Sistem tanam sisip yang dilaksanakan di Nigeria dengan menggunakan
beberapa komoditas seperti rumput gajah, jemawut atau jagung yang disispkan untuk
satu musim tanam di antara tanaman Sorghum Guinea yang ditanam dalam periode
sepanjang tahun.
Sistim tanam tangga/tumpangtangga (multi-storey cropping)
Sistim tanam tangga yaitu penanaman beberapa jenis tanaman tahunan di
antara tanaman tahunan atau penanaman beberapa jenis tanaman tahunan di antara

barisan tanaman tahunan. Pengaturan tanaman disusun menurut ketinggian tanaman,


sehingga memungkinkan tanah dan cahaya matahari termanfaatkan secara efisien.
a

Tumpang tangga antara tanaman setahun dan tahunan


Contohnya, tumpang tangga dengan membentuk tiga lapisan tanaman, yang

pertama kacang tanah, pada lapisan kedua ditanam pepaya yang berada pada 2 sampai
5 meter diatas lapisan pertama dan pada lapisan terakhir adalah tanaman yang paling
tinggi misal tanaman kelapa. Hal ini terjadi karena dengan sistim ini akan terbentuk
iklim mikro yang mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman lebih baik,
memngkinkan juga terjadi tambahan unsur N.
b

Tumpang tangga antar tanaman tahunan


Keuntungan sistim tumpang tangga antara tanaman tahunan dengan tahunan

yaitu meningkatkan hasil total, income dari semua jenis tanaman, memudahkan
pengelolaan, terutama pengendalian gulma. Contohnya antara tanaman kurma dan
apricort. Lapisan yang terbentuk dari susunan tanaman tersebut akan menjadikan ikil
mikro akibat naungan dan hembusan angin yang cocok bagi lingkungan oertumbuhan
tanaman yang berada di lapisan bawah.
Tumpangsari sistim jalur
Tumpangsari sistim jalur adalah menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam
jalur-jalur secara bergantian atau blok pada sebidang lahan dan waktu yang sama
(Beets, 1982). Perbedaan dengan sistim baris, sistim ini derajat keeratan hubungan
antar tanaman yang berbeda (saling mempengaruhi) hanya terjadi pada tanaman
pingir dalam jalur-jalur yang bersangkutan.
Menurut hasil benelitian Beet, 1976, menunjukakan bahwa keuntungan utama
sistim ini yaitu hasil tanaman yang lebih tinggi diperoleh dari barisan pinggir
mencapai 40% lebih itnggi dibandingkan tanaman yang berada di dalamnya, dan
kerebahan dari kedua jenis tanaman dapat dikurangi. Tetapi terjadi penurunan hasil

pada tanaman yang leih pendek, dengan pengurangan sebesar 5% sampai 20%.
Kadang-kadang penanaman sistim jalur dimaksudkan pula untuk mencegah
terjadinya erosi.
a

Sistim tanam alur (skip furrow planting)


Sistim tanam alur umumnya dilaksanakan pada lahan yang tidak cukup

pengairannya, terutama pada area dengan curah hujan rendah. Melalui sistem ini, air
irigasi dapat terselamatkan sebesar 50% tanpa menurunkan hasil.
Jarak alur yang digunakan 150 cm dan barisan tanaman kapas ditanam pada
setiap pinggir alur. Guludan antara tanaman kapas berjarak 90 cm, dan ditanami oleh
tanaman kacang-kacangan berumur pendek.
b Sistim sorjan (Alternating bed system)
Sistim sorjan adalah sistim penanaman pada lahan yang dibentuk menjadi dua
ketinggian permukaan, yaitu satu permukaan atas dan satu lagi permukaan bawah.
Sistim ini digunakan pada lahan yang berdrainase jelek, secara periodik terjadi banjir,
sehingga tanaman padi khususnya mengalami kebanjiran. Permukaan lahan bagian
bawah biasa ditanami padi dan bagian atasnya ditanami tanam-tanaman yang biasa
ditanam di lahan kering.
Keuntungan utama dari sistim ini adalah tanaman-tanaman lahan kering dapat
ditanam sebelum panen padi, dan pada akhir musim hujan tidak dapat ditanami padi
lagi, jadi untuk tanaman padi hanya berasal dari air banjir.
Sistim tanam berurutan (sequential cropping)
Sistim tanam berurutan adalah penanaman pada sebidang lahan dengan
menanam tanaman berikutnya sesegera mungkin setelah tanaman terdahulu habis
dipanen, dalam jangka waktu satu tahun. Sistim ini hanya dapat dilaksanakan di
daerah tropis dan subtropis, karena dukungan temperatur cocok bagi produksi
tanaman sepanjang tahun. Perlu juga pertimbangan akan ketersediaan air dan waktu
untuk persiapan lahan.
1.3 Cara Penulisan

Untuk memudahkan komunikasi ilmiah dalam sistim tanam ganda, selain


terminologi dan berbagai variasi didalamnya, menurut Shaner et al (1981) dalam
BBP2TP (2013), diperlukan pula cara penulisan sebagai berikut :
Tumpangsari (Intercropping), ditulis + (.......+.......) yang berarti tumpangsari dua
jenis tanaman. Mungkin pula terdiri atas tiga jenis tanaman, maka dapat ditulis (.......
+.......+.......).
Contoh : Tumpangsari jagung dengan kacang tanah ditulis :
Jagung + kacang tanah, atau ditulis dengan diagram dalam bentuk persegi
panjang sebanyak jenis tanaman dalam tumpang sari; dan panjang
pendeknya disesuaikan dengan umur masing masing tanaman.

Gambar 1. Diagram Tumpangsari Jagung + Kacang Tanah


Tanaman bersisipan (relay cropping), ditulis / (......./.......) yang berarti tanaman
pertama disisipi dengan tanaman kedua.
Contoh : Jagung disisipi dengan ubi kayu (jagung/ubikayu)

Gambar 2. Diagram Tanaman bersisipan tunggal dan tumpangsari bersisipan.


Dapat pula pertanaman tumpangsari disisip dengan pertanaman tumpangsari
lainnya atau disebut dengan tumpangsari bersisipan (relay intercropping).

Tanaman berurutan (sequential cropping), ditulis -(.......-.......), yang berarti


tanaman pertama digilir oleh tanaman kedua (tanaman berikutnya).
Contoh : a. Padi-kacang tanah (sequential cropping).
b. Tumpangsari jagung+kacang tanah-kedelai (sequential cropping).

Gambar 3. Diagram sequential cropping Padi-kacang tanah, Tumpangsari


jagung+kacang tanah-kedelai
Selain dalam bentuk diagram, dapat pula dituliskan dalam bentuk kurva tumbuh
(sigmoid) ataupun dalam bentuk denah. Untuk menuliskan dalam bentuk kurva
tumbuh, baik untuk tanaman bersisipan maupun tanaman berurutan, sama halnya
dengan tumpangsari, hanya tinggal memperhatikan tanda / dan - saja, serta
masing masing umur tanaman yang dikombinasikan.
1.4 Syarat Tanaman Ganda
Pemilihan jenis tanaman dalam tanam ganda bergantung pada beberapa faktor
yaitu :

Kebiasaan para petani


Tingkat teknologi
Sumberdaya yang tersedia pada petani
Kepadatan penduduk
Dalam mengelola dan mengembangkan serta meningkatkan hasil pangan, baik

dari segi kuantitas maupun kualitas, maka pemilihan jenis tanaman merupakan
pendekatan yang penting. Syarat-syarat tanaman dalam tanam ganda antara lain:

Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah

Komplementer dan suplementer satu dengan lainnya, baik dalam hal unsur

hara di bawah tanah, dan sinar matahari di ats permukaan tanah


Memiliki nilai ekonomi tinggi dan laku di pasaran.
Dapat menggunakan tenaga kerja keluarga efisien
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengkombinasikan jenis tanaman untuk

tanam ganda yaitu sifat perakaran dan waktu tanam. Menurut Tisdale dan Nelson
(1971) dikutip Beets (1982), hal yang perlu diperhatikan dalam tanam ganda yakni:

Dapat menambah kandungan bahan organik


Penyedia hara dalam jumlah yang cukup
Memperbesar kapasitas tanah menyerap air, dan mencegah erosi
Dapat menekan pertumbuhan tanaman pengganggu dan OPT
Menurut Thahrir (1974), sifat teknis dalam pelaksanaan tanam ganda yang

disarankan adalah:

Pada tanah berat, perlu dibuat bedengan sehingga tanah pada permukaan lebih

cepat mengering
Tidak mengolah tanah terlalu sering, untuk memelihara tanah dalam kondisi

yang lebih baik


Menggunakan varietas berumur pendek, habitus pendek, dan produksi tinggi
Mengusahakan tanaman yang dapat dipangkas (ratoon cropping) untuk

mmepersingkat waktu, menghemat tenaga dan modal, dan meningkatkan hasil


Mengusahakan tanaman yang dapat dipungkut muda, contohnya jagung

Selanjutnya, dalam tanam ganda pokok peemikiran ditujukan pada hal sebagai berikut
:

Jenis tanaman yang diusahakan dibedakan antara jenis kacang-kacangan dan

bukan kacang-kacangan
Kerapatan tanaman per hektar dari beberapa tanaman yang ditanam
bersamaan

Waktu tanam, kegagalan dalam menentukan waktu tanam berdampak terhadap hasil
yang didapat.
1.5 Studi Kasus.
1.5.1. Kajian Model Tanam Dan Waktu Tanam Dalam Sistem Tumpangsari
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Benih Jagung.
Perlakuan model tanam tanaman jagung dengan waktu tanam tanaman kacang
tanah berpengaruh terhadap variabell pertumbuhan dan hasil yang diamati dalam
sistem tumpangsari. Pada perlakuan model tanam (single row dan double row) dan
waktu tanam (10 hari sebelum tanam jagung, bersamaan tanam jagung, 10 hari
setelah tanam jagung) tidak berpengaruh terhadap semua variabel pertumbuhan dan
komponen hasil pada tanaman jagung dan tanaman kacang tanah. Pada perlakuan
waktu tanam kacang tanah 10 hari sebelum tanam jagung memiliki nilai LER 1,94
yang artinya semakin cepat penanaman kacang tanah maka akan semakin efisien
dalam penggunaan lahan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk penelitian selanjutnya jarak
tanam kacang tanah diperlebar sehingga tanaman kacang tanah tidak terlalu dekat dan
dapat dilakukan pembumbunan.

1.5.2 Evaluasi Produktivitas Tanaman Karet Dengan Sistem Tanam Ganda Pada
Skala Komersial.
Sistem

tanam

ganda

secara

signifikan

menekan

pertumbuhan

dan

meningkatkan keragaman lilit batang tanaman karet yang akhirnya menunda matang
sadap selama satu tahun. Produktivitas tanaman dalam g/p/s pada sistem tanam ganda
masih 67,62% dari produktivitas tanaman pada sistem tanam tunggal, tetapi dengan
jumlah pohon per ancak yang lebih tinggi, sedangkan produktivitas penyadap
(kg/penyadap/hari sadap) hampir setara. Pada panel BO, jumlah pohon yang dapat
disadap pada sistem tanam ganda lebih banyak dibandingkan dengan sistem tanam
tunggal. Produktivitas lahan dalam satuan kg/ha/tahun dan volume kayu per hektar
pada sistem tanam ganda 3 masing-masing dapat mencapai 151,22% dan 191,7%
terhadap produktivitas lahan dan volume kayu pada sistem tanam tunggal. Sistem
tanam ganda 3 merupakan alternative yang layak dikembangkan sebagai jawaban
terhadap kebutuhan ekologi dan semakin meningkatnya permintaan kayu.

1.5.3 Potensi Dan Kiat Pengusahaan Tanaman Pangan Dan Pakan Sebagai
Tanaman Sela Gambir (Uncaria Gambir Roxb)

Tanaman gambir yang pemanenannya dilakukan dengan pola pangkas meja


setinggi satu meter memberi peluang adanya ruang untuk penanaman sebagai
tanaman sela gambir. Periode pemanenan dengan cara pangkas meja tadi secara
periodik enam bulan sekali juga memberi peluang adanya waktu bagi petani untuk
memanfaatkannya dalam aktifitas budidaya tanaman sela. Penanaman tanaman sela
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan hasil gambir karena adanya
pemeliharaan serta input berupa pupuk yang diberikan pada tanaman sela. Penanaman
tanaman rumput gajah memberi peluang adanya kombinasi usaha tani gambir-sapi
sebagai mana yang digalakkan oleh Bapak Gubernur Sumsel pada pola sawit-sapi.
Kotoran hewan ternak dari sapi nantinya juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pupuk organik (Rujito et al 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Ammar. M, R. A. Suwignyo dan E. S. 2002. Halimi. POTENSI DAN KIAT
PENGUSAHAAN
TANAMAN

TANAMAN

SELA

GAMBIR

PANGAN

DAN

PAKAN

SEBAGAI

(Uncaria

gambir

Roxb).

JURUSAN

BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNSRI


Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. 2013. Peningkatan
Produktivitas Dan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pola Tanam
Tumpangsari Pada Produksi Benih Kapas (Gossypium spp). Surabaya :
BBP2TP.
Sektiwi, A.T., Aini, N. and Sebayang, H.T., 2013. KAJIAN MODEL TANAM DAN
WAKTU

TANAM

DALAM

SISTEM

TUMPANGSARI

TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG. Jurnal Produksi


Tanaman, 1(3).
Siagian, N. and Siregar, T.H., 2013. EVALUASI PRODUKTIVITAS TANAMAN
KARET DENGAN SISTEM TANAM GANDA PADA SKALA KOMERSIAL.
Warta Perkaretan, 32(1), pp.16-24.

Anda mungkin juga menyukai