(MODUL 9)
Ditujukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan II
Disusun oleh :
KELAS H KELOMPOK 5
Zaky Abdul H
150510130052
Dimas Galuh P
150510130041
Selvy Nur
150510130059
Intan P S
150510130064
Anglia R T
150510130182
Tanam campur (Mixed intercropping) yaitu menanam dua atau lebih jenis
jenis tanaman secara serempak dengan jarak tanam dan barisan yang teratur.
Tumpangsari sistem jalur (Strip Intercropping) , yaitu menanam dua atau
lebih jenis tanaman dengan masing masing jenis tanaman di tanam secara
berjalur dan berselingan. Satu jalur terdiri atas satu jenis tanaman dalam
beberapa bars, sehingga masing masing jenis membentuk kelompok yang
lebih luas.
Tanam sisip (Relay intercropping), yaitu menanam dua atau lebih jenis
tanaman dengan salah satu jenis tanama ditanam diantara tanaman terdahulu,
pada saat tanaman terdahulu berada dalam fase generatif (berbunga atau
mendekati panen).
B. Tanaman berurutan (Sequential cropping)
Tanaman berurutan adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan
dengan menanam tanaman berikutnya setelah tanaman terdauhulu habis dipanen.
Didalam tanaman berurutan tidak terjadi persaingan antara tanaman yang berbeda
didalam memperoleh unsur hara, air dan cahaya matahari. Tanaman berurutan
meliputi:
penanaman.
Tripple cropping adalah suatu usaha penanaman pada sebidang lahan
dengan tiga kali panen habis selama periode setahun yang berasal dari tiga
kali penanaman.
Quadrople cropping adalah suatu usaha penanam pada sebidang lahan
dengan empat kali panen habis dalam setahun yang berasal dari empat kali
penanaman.
Ratoon cropping adalah mengusahakan tanaman kembali tumbuh dan
menghasilkan melalui pucuk atau daun setelah tanaman tersebut dipanen.
Sebagai contoh tanaman tebu, teh. Jadi dalam hal ini penanaman tidak agi
dilakukan melalui benih atau bibit.
Untuk memahami sistem tanam ganda, lebih lanjut dikemukakan pula berbagai
terminologi yang berkaitan erat dengan pelaksanaan tanam ganda, yaitu :
Sole cropping = solid planting atau tanam tunggal adalah lawan dari
Cropping system (Sistem tanam) adalah interaksi antara pola tanam yang
diterapkan pada sebidang lahan dengan suber daya (lahan, iklim, biaya,
menghasilkan.
Sequential cropping (Tumpangsari berurutan) adalah tumpangsari yang susul
kacang kacangan.
Variasi Sistem Tanam Ganda
pada
pertanian
subsistem
dengan
kondisi
lingkungan
yang
kurang
salah satu komoditas dapat ditutupi oleh komoditas lainnya atau biasa disebut
sebagai safety factor, risk factor, atau security factor (IRRI, 1975). Kombinasi
b
pertama kacang tanah, pada lapisan kedua ditanam pepaya yang berada pada 2 sampai
5 meter diatas lapisan pertama dan pada lapisan terakhir adalah tanaman yang paling
tinggi misal tanaman kelapa. Hal ini terjadi karena dengan sistim ini akan terbentuk
iklim mikro yang mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman lebih baik,
memngkinkan juga terjadi tambahan unsur N.
b
yaitu meningkatkan hasil total, income dari semua jenis tanaman, memudahkan
pengelolaan, terutama pengendalian gulma. Contohnya antara tanaman kurma dan
apricort. Lapisan yang terbentuk dari susunan tanaman tersebut akan menjadikan ikil
mikro akibat naungan dan hembusan angin yang cocok bagi lingkungan oertumbuhan
tanaman yang berada di lapisan bawah.
Tumpangsari sistim jalur
Tumpangsari sistim jalur adalah menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam
jalur-jalur secara bergantian atau blok pada sebidang lahan dan waktu yang sama
(Beets, 1982). Perbedaan dengan sistim baris, sistim ini derajat keeratan hubungan
antar tanaman yang berbeda (saling mempengaruhi) hanya terjadi pada tanaman
pingir dalam jalur-jalur yang bersangkutan.
Menurut hasil benelitian Beet, 1976, menunjukakan bahwa keuntungan utama
sistim ini yaitu hasil tanaman yang lebih tinggi diperoleh dari barisan pinggir
mencapai 40% lebih itnggi dibandingkan tanaman yang berada di dalamnya, dan
kerebahan dari kedua jenis tanaman dapat dikurangi. Tetapi terjadi penurunan hasil
pada tanaman yang leih pendek, dengan pengurangan sebesar 5% sampai 20%.
Kadang-kadang penanaman sistim jalur dimaksudkan pula untuk mencegah
terjadinya erosi.
a
pengairannya, terutama pada area dengan curah hujan rendah. Melalui sistem ini, air
irigasi dapat terselamatkan sebesar 50% tanpa menurunkan hasil.
Jarak alur yang digunakan 150 cm dan barisan tanaman kapas ditanam pada
setiap pinggir alur. Guludan antara tanaman kapas berjarak 90 cm, dan ditanami oleh
tanaman kacang-kacangan berumur pendek.
b Sistim sorjan (Alternating bed system)
Sistim sorjan adalah sistim penanaman pada lahan yang dibentuk menjadi dua
ketinggian permukaan, yaitu satu permukaan atas dan satu lagi permukaan bawah.
Sistim ini digunakan pada lahan yang berdrainase jelek, secara periodik terjadi banjir,
sehingga tanaman padi khususnya mengalami kebanjiran. Permukaan lahan bagian
bawah biasa ditanami padi dan bagian atasnya ditanami tanam-tanaman yang biasa
ditanam di lahan kering.
Keuntungan utama dari sistim ini adalah tanaman-tanaman lahan kering dapat
ditanam sebelum panen padi, dan pada akhir musim hujan tidak dapat ditanami padi
lagi, jadi untuk tanaman padi hanya berasal dari air banjir.
Sistim tanam berurutan (sequential cropping)
Sistim tanam berurutan adalah penanaman pada sebidang lahan dengan
menanam tanaman berikutnya sesegera mungkin setelah tanaman terdahulu habis
dipanen, dalam jangka waktu satu tahun. Sistim ini hanya dapat dilaksanakan di
daerah tropis dan subtropis, karena dukungan temperatur cocok bagi produksi
tanaman sepanjang tahun. Perlu juga pertimbangan akan ketersediaan air dan waktu
untuk persiapan lahan.
1.3 Cara Penulisan
dari segi kuantitas maupun kualitas, maka pemilihan jenis tanaman merupakan
pendekatan yang penting. Syarat-syarat tanaman dalam tanam ganda antara lain:
Komplementer dan suplementer satu dengan lainnya, baik dalam hal unsur
tanam ganda yaitu sifat perakaran dan waktu tanam. Menurut Tisdale dan Nelson
(1971) dikutip Beets (1982), hal yang perlu diperhatikan dalam tanam ganda yakni:
disarankan adalah:
Pada tanah berat, perlu dibuat bedengan sehingga tanah pada permukaan lebih
cepat mengering
Tidak mengolah tanah terlalu sering, untuk memelihara tanah dalam kondisi
Selanjutnya, dalam tanam ganda pokok peemikiran ditujukan pada hal sebagai berikut
:
bukan kacang-kacangan
Kerapatan tanaman per hektar dari beberapa tanaman yang ditanam
bersamaan
Waktu tanam, kegagalan dalam menentukan waktu tanam berdampak terhadap hasil
yang didapat.
1.5 Studi Kasus.
1.5.1. Kajian Model Tanam Dan Waktu Tanam Dalam Sistem Tumpangsari
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Benih Jagung.
Perlakuan model tanam tanaman jagung dengan waktu tanam tanaman kacang
tanah berpengaruh terhadap variabell pertumbuhan dan hasil yang diamati dalam
sistem tumpangsari. Pada perlakuan model tanam (single row dan double row) dan
waktu tanam (10 hari sebelum tanam jagung, bersamaan tanam jagung, 10 hari
setelah tanam jagung) tidak berpengaruh terhadap semua variabel pertumbuhan dan
komponen hasil pada tanaman jagung dan tanaman kacang tanah. Pada perlakuan
waktu tanam kacang tanah 10 hari sebelum tanam jagung memiliki nilai LER 1,94
yang artinya semakin cepat penanaman kacang tanah maka akan semakin efisien
dalam penggunaan lahan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk penelitian selanjutnya jarak
tanam kacang tanah diperlebar sehingga tanaman kacang tanah tidak terlalu dekat dan
dapat dilakukan pembumbunan.
1.5.2 Evaluasi Produktivitas Tanaman Karet Dengan Sistem Tanam Ganda Pada
Skala Komersial.
Sistem
tanam
ganda
secara
signifikan
menekan
pertumbuhan
dan
meningkatkan keragaman lilit batang tanaman karet yang akhirnya menunda matang
sadap selama satu tahun. Produktivitas tanaman dalam g/p/s pada sistem tanam ganda
masih 67,62% dari produktivitas tanaman pada sistem tanam tunggal, tetapi dengan
jumlah pohon per ancak yang lebih tinggi, sedangkan produktivitas penyadap
(kg/penyadap/hari sadap) hampir setara. Pada panel BO, jumlah pohon yang dapat
disadap pada sistem tanam ganda lebih banyak dibandingkan dengan sistem tanam
tunggal. Produktivitas lahan dalam satuan kg/ha/tahun dan volume kayu per hektar
pada sistem tanam ganda 3 masing-masing dapat mencapai 151,22% dan 191,7%
terhadap produktivitas lahan dan volume kayu pada sistem tanam tunggal. Sistem
tanam ganda 3 merupakan alternative yang layak dikembangkan sebagai jawaban
terhadap kebutuhan ekologi dan semakin meningkatnya permintaan kayu.
1.5.3 Potensi Dan Kiat Pengusahaan Tanaman Pangan Dan Pakan Sebagai
Tanaman Sela Gambir (Uncaria Gambir Roxb)
DAFTAR PUSTAKA
Ammar. M, R. A. Suwignyo dan E. S. 2002. Halimi. POTENSI DAN KIAT
PENGUSAHAAN
TANAMAN
TANAMAN
SELA
GAMBIR
PANGAN
DAN
PAKAN
SEBAGAI
(Uncaria
gambir
Roxb).
JURUSAN
TANAM
DALAM
SISTEM
TUMPANGSARI
TERHADAP