Anda di halaman 1dari 77

76

VII. POLA TANAM

Kompetensi Khusus : Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan


mampu menyebutkan batasan pola tanam secara benar, menjelaskan sifat saling
pengaruh di antara tanaman, menjelaskan macam-macam pola tanam dan
karakteristiknya, menjelaskan karakteristik dan mempratekkan penanaman
campuran/tumpangsari dengan benar.

Alokasi Waktu: 1 x 100 menit

7.1. Pengertian

Pola tanam merupakan faktor penentu yang sangat penting, yaitu sebagai ujung
tombak dari sistem produksi pertanian. Ditinjau dari teknik budidaya tanaman. Pola tanam
merupakan subsistem dari sistem budidaya tanaman dan sistem budidaya tanaman
merupakan subsistem dari sistem pertanian.
Pola tanam didefinisikan sebagai sistem pemanfaatan sumberdaya lahan dalam kaitan
dengan satuan luas (ha), dan waktu (tahun) untuk memperoleh produksi maksimum dan
keuntungan optimum. Pola tanam juga dapat diartikan sebagai pengorganisasian
pertanaman pada satu bidang lahan dalam satu satuan waktu
Pola tanam dipengaruhi oleh aspek fisik dan budidaya tanaman. Di samping itu
dipengaruhi pula oleh aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Dikenal pola tanam tahunan yang berlaku panjang (puluhan tahun) dan bersifat
tetap (permanen) dan pola tanam semusim, yaitu pola tanam yang senantiasa adanya
perubahan kecil dari musim ke musim (terutama untuk tanaman penunjang).

7.2. Saling Pengaruh dan Persaingan Tanaman

Saling pengaruh tanaman-tanaman dapat dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :


1. Saling pengaruh antara tanaman dari spesies yang berbeda (interspesifik).
2. Saling pengaruh antara individu tanaman dari spesies yang sama (intraspesifik).
77

3. Saling pengaruh antara bagian tanaman yang berbeda dari tanaman yang sama.
Contohnya antara akar dengan bagian atas tanaman (interplant).
Saling pengaruh tanaman (interelasi tanaman) dapat bersifat :
1. Indiferen (independen atau netral)
Yaitu apabila tanaman yang satu tidak mempangaruhi tanaman yang lain. Hal ini
jarang terjadi namun akan terdapat pada penanaman tanaman-tanaman yang
dilakukan dengan pemisahan musim (waktu) pada lahan yang sama atau bila
kesuburan dan kelembaban tanah serba cukup untuk semua tanaman.
2. Bersaing (kompetitif)
Yaitu terjadi bila kenaikan hasil dari spesies/tanaman yang satu akan berakibat
penurunan hasil spesies yang lain.
Bila penurunan hasil sama (seimbang) dengan kenaikan hasil yang didapat, maka
terjadi persaingan murni, berarti persyaratan-persyaratan sumberdaya dari kedua
tanaman betul-betul sama, atau mereka bersaing untuk efek biotik (ruang) yang sama.
3. Penekanan (allelopatik)
Umumnya hal ini terjadi akibat dari sekresi atau eksresi bahan/zat yang toksik dari
spesies-spesies tanaman dari suatu komunitas. Contohnya : kacang tunggak
mengeluarkan zat yang merugikan tanaman lain.
4. Stimulasi
Terjadi apabila produktivitas suatu tanaman ditingkatkan akibat dari pengaruh
tanaman-tanaman yang lain. Contohnya eksresinitrogen oleh tanaman legum, dan
penyerapan N oleh tanaman yang lain. Atau suatu mikroklimat yang dikembangkan
oleh suatu tanaman, menguntungkan tanaman yang lain seperti sistem pematah angin
tanaman pohon bagi tanaman semusim.
Saling pengaruh biasanya berubah dalam perkembangan suatu tanaman. Sebagai
contoh, misalnya pada stadia awal saling pengaruh yang ada bersifat indiferen, tetapi
setelah tanaman besar berubah menjadi kompetitif.
Dalam penyusunan pola tanam, saling pengaruh tanaman perlu diperhatikan,
karena akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Sebenarnya,
dua tanaman atau lebih meskipun sangat dekat tumbuhnya, tidak akan bersaing satu
dengan yang lain selama kandungan air, hara, dan cahaya dalam keadaan yang serba lebih
78

bagi kedua tanaman. Jika faktor tumbuh ini lebih kecil daripada yang dibutuhkan, maka
akan terjadi persaingan. Oleh karena sumberdaya bahan yang diperlukan tanaman pada
keadaan alam terbatas, maka praktis terjadi persaingan di setiap stadia pertumbuhan, dan
dalam setiap komunitas tanaman.
Saat terjadinya persaingan, tergantung pada sifat komunitas tanaman, populasi
tanaman, dan jarak pengaturan tanaman. Pada populasi tanaman monokultur, jika populasi
ditingkatkan, persaingan akan terjadi lebih awal dan lebih besar. Dalam populasi tanaman
campuran yang terdiri dari berbagai jenis tanaman, sedikit banyak memerlukan
sumberdaya yang berbeda, sehingga persaingan tidak mudah terjadi.

7.3. Bentuk Pola Tanam

Pola Tanam Campuran dan Tumpang Sari

Kedua pola tanam ini pada dasarnya sama, yaitu penanaman beberapa jenis
tanaman bersama-sama atau dengan interval waktu yang singkat pada lahan yang sama.
Perbedaannya adalah pada pola tanam campuran, spesies tanaman ditanam pada jarak
yang tidak beraturan, sedangkan pada pola tanam tumpang sari spesies tanaman ditanam
secara barisan.
Kombinasi tanaman pada kedua pola tanam ini dapat berupa tanaman semusim
dengan tanaman semusim, atau dapat pula tanaman semusim di antara tanaman tahunan.
Dapat pua tanaman campuran atau tumpang sari, ditanam di antara dua spesies tanaman
yang berbeda dalam hal persyarakat tumbuh atau mempunyai sifat pertumbuhan yang
berbeda, misalnya tanaman tajuk tinggi (jagung) dengan tanaman tajuk rendah (kacang
tanah). Kedua pola tanam ini biasanya diterapkan pada lingkungan yang kurang stabil
(hara, air, sinar, dll) dengan maksud untuk menghindari kegagalan.

Pola Tanam Sisipan (Relay Cropping)

Bentuknya sama seperti pada pola tanam tumpang sari. Bedanya adalah tanaman
kedua (misalnya padi gogo) ditanam sebelum tanaman pertama dipanen (misalnya
jagung).
Maksud daripada pola tanam ini adalah:
79

a. Agar waktu tanaman padi akan berkembang dan membentuk isi, tanaman jagung
sudah dapat dipanen. Sehingga sinar matahari dapat langsung mengenai tanaman
padi.
b. Faktor waktu (iklim), terutama untuk daerah yang musimnya pendek, sehingga
penanaman dua spesies secara beruntun/bergilir tidak memungkinkan.
c. Untuk memanfaatkan sisa-sisa kesuburan dan kelembaban dari tanaman yang
pertama, sehingga masukan pupuk lebih sedikit atau tanaman tidak kekurangan air.
Contohnya tanaman kedelai yang disebar sebelum padi sawah yang telah dikeringkan
lahannya setelah dipanen.

Pola Tanam Beruntun atau Bergilir (Sequential Planting)

Pada pola tanam ini, dua tanaman atau lebih ditanam pada waktu yang terpisah
pada lahan yang sama, sehingga tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama
dipanen. Pola tanam ini dapat diterapkan pada lahan sawah atau lahan kering dengan
interval waktu yang singkat atau agak panjang tergantung keadaan atau tinggi rendahnya
intensitas pemanenan.
Manfaat pola tanam ini adalah untuk mengendalikan hama dan penyakit, karena
adanya pemotongan siklus hidup/perkembangan hama dan patogen sehingga serangan
akan berkurang. Contohnya adalah rotasi padi dengan kedelai dapat memperbaiki struktur
dan kesuburan tanah, rotasi keras dengan tambakau/padi gogo-tembakau justru akan
meningkatkan nematoda.
Untuk lahan yang erosinya tinggi, penanaman bergilir dengan interval waktu
tanam yang lama kurang menguntungkan, lebih-lebih bila disertai dengan pengelolaan
tanah yang intensif.

Pola Tanam Tajuk Bertingkat (Multistorey Cropping)

Pada pola tanam ini, pengaturan penanaman dilakukan dengan dimensi vertikal,
yaitu : di atas tanah dengan pertumbuhan tajuk dan di dalam tanah dalam pertumbuhan
akar.
80

Pola tanam ini mendekati ekosistem hutan dimana pohon-pohon yang mempunyai
ketinggian serta bentuk kanopi dan sistem perakaran yang berbeda tumbuh bersama-sama.
Pada bagian bawah ditanam berbagai jenis tanaman semusim yang mempunyai tipe
pertumbuhan berbeda.
Pola tanam ini umumnya dijumpai pada lahan pekarangan/tegalan. Contohnya
adalah tanaman yang lebih tinggi (kelapa) ditanam bersama tanaman yang lebih rendah
(kopi, pisang, pepaya), dan di bawah lagi ditanam tanaman semusim (sayur-sayuran,
cabai, talas, ubi kayu, ubi rambat, dsb). Semua itu tumbuh dalam keseimbangan
lingkungan yang serasi.
Pola tanam ini mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan pada lahan
yang kurang subur/kritis/iklim kering, asalkan dapat dikombinasikan jenis-jenis tanaman
yang mempunyai efek biologis (saling menguntungkan) atau efek stimulasi (baik di atas
maupun di dalam tanah).

Pola Tanam Berlorong (Alley Cropping)

Adalah pola tanam dimana tanaman-tanaman semusim lahan kering ditanam di


antara barisan tanaman leguminosa yangberbentuk pohon (lorong) seperti lamtoro gung.
Tanaman leguminosa dapat secara periodik dipangkas untuk mengurangi naungan,
sekaligus untuk mulsa atau dijadikan makanan ternak, sedangkan rantingnya untuk kayu
bakar.
Pola ini cocok untuk daerah Flores, Lombok, Timor, dan sebagainya karena cara
ini dapat mencegah laju evapotranspirasi yang tinggi dan membentuk iklim mikro yang
menguntungkan, dan memperbaiki kesuburan tanah.

Pola Tanam Lajur Berlajur (Strip Cropping)

Yaitu berbagai spesies tanaman yang mempunyai sifat pertumbuhan berbeda


ditanam secara berselang-seling, jalur-jalur tanaman dibuat memotong arah lereng dengan
lebar jalur disesuaikan dengan besar kecilnya lereng (makin besar lereng makin kecil
jalur). Pola tanam ini cocok untuk lahan yang berlereng tidak terlalu besar dan sekaligus
berfungsi sebagai penahan erosi.
81

Contoh penerapan pola ini adalah penanaman tanaman bertajuk tinggi ditanam
dengan tanaman yang bertajuk rendah, misalnya ubi kayu dengan ubi jalar atau jagung
dengan kedelai dan lain-lain.

7.4. Karakteristik Pola Tanam Ganda dan Produktivitas Pola Tanam

Jika dalam pola tanam tunggal, dalam satu tahun hanya dilakukan penanaman satu
kali secara monokultur, maka dalam pola tanam ganda, dalam satu tahun pada lahan yang
sama, ditanam dua atau lebih dari jenis yang sama atau berbeda, baik ditanam bersamaan
ataupun waktu yang berbeda.
Keuntungan dari pola tanam ganda adalah :
- Produktivitas lahan lebih tinggi, karena pemanfaatan lahan dan waktu lebih efektif.
- Mengurangi resiko kegagalan panen karena lebih banyak jenis tanaman yang
diusahakan.
- Penganekaragaman jenis komoditi, terutama tanaman pangan.
- Peningkaatan dan penyebaran pemanfaatan tenaga kerja keluarga sepanjang tahun.
- Pemanfaatan masukan (benih, pupuk, pestisida) lebih efektif dan efisien.
- Hasil sampingan hijauan bagi pemeliharaan ternak lebih banyak.
- Pengendalian erosi lebih efektif karena pengelolaan tanah lebih ke arah minimum,
dan penutupan tanah oleh tanaman lebih intensif sepanjang tahun.
Kerugian dari pola tanam ganda adalah :
- Mekanisasi lebih sulit dilakukan.
- Beberapa hama tertentu, misalnya tikus meningkat.
- Kualitas dan kuantitas produksi cenderung menurun karena persaingan lebih ketat,
apalagi tidak disertai dengan masukan-masukan yang memadai.
82

b. Pola Tanam Sisipan


a. Pola Tanam Campuran

d. Pola Tanam Bergilir


c. Pola Tanam Tumpang Sari

f. Contoh Pola Tanam Ganda


e. Pola Tanam Bertingkat dan Surjan

Gambar 7.1. Beberapa pola dasar dalam sistem pertanaman ganda (multiple cropping)

Daftar Pustaka
83

Brata, Kamir R. 2001. Falsafah Sains Untuk Penyempurnaan Teknik Budi Daya Lorong
(Alley Cropping) Pada Lahan Pertanian Berlereng. Makalah Pengantar ke Falsafah
Sains. Program Pasca Sarjana. IPB.

Gardner, F.F.P., R.P. Pearce, dan R.L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia Pers, Jakarta.

Haridjaja, O. 1990. Pengembangan Pola Usahatani Campuran pada Lahan kering yang
Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Sukabumi. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian, IPB, Bogor.
Harjadi, M.M. S.S., 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jumin, H.B., 1989. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Radjawali Press,
Jakarta.
Jumin H.B., 2002. Dasar-Dasar Agronomi. Radjawali Pers, Jakarta.
Kartasapoetra, A.G., 1989. Teknologi Benih. Bina Aksara, Jakarta.
Sutopo, L., 1988. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.

Pertanyaan:

1. Apa yang anda ketahui mengenai pola tanam?

2. Sebut dan jelaskan 4 sifat saling saling pengaruh di anatara tanaman, disertai dengan
contohnya masing-masing.

3. sebut dan jelaskan 3 macam contoh pola tanam, disertai contohnya masing-masing .

4. Apa kelebihan dan kekurangan dengan sistem pola tanam campuran?

Jawaban :

1. Pola tanam didefinisikan sebagai sistem pemanfaatan sumberdaya lahan dalam kaitan
dengan satuan luas (ha), dan waktu (tahun) untuk memperoleh produksi maksimum
dan keuntungan optimum. Pola tanam dipengaruhi oleh aspek fisik dan budidaya
tanaman. Di samping itu dipengaruhi pula oleh segi-segi sosial, ekonomi, politik, dan
budaya. Dikenal pola tanam tahunan yang berlaku panjang (puluhan tahun) dan bersifat
tetap, dan pola tanam semusim, yaitu adanya perubahan kecil dan perubahan dari
musim ke musim (terutama untuk tanaman penunjang).

2. Indiferen, yaitu apabila tanaman yang satu tidak mempangaruhi tanaman yang lain.
Hal ini jarang terjadi namun akan terdapat pada penanaman tanaman-tanaman yang
84

dilakukan dengan pemisahan musim (waktu) pada lahan yang sama atau bila kesuburan
dan kelembaban tanah serba cukup untuk semua tanaman. Bersaing (kompetitif), yaitu
terjadi bila kenaikan hasil dari spesies/tanaman yang satu akan berakibat penurunan
hasil spesies yang lain. Bila penurunan hasil sama (seimbang) dengan kenaikan hasil
yang didapat, maka terjadi persaingan murni, berarti persyaratan-persyaratan
sumberdaya dari kedua tanaman betul-betul sama, atau mereka bersaing untuk efek
biotik (ruang) yang sama. Penekanan (allelopatik),umumnya hal ini terjadi akibat dari
sekresi atau eksresi bahan/zat yang toksik dari spesies-spesies tanaman dari suatu
komunitas. Contohnya : kacang tunggak mengeluarkan zat yang merugikan tanaman
lain. Stimulasi, terjadi apabila produktivitas suatu tanaman ditingkatkan akibat dari
pengaruh tanaman-tanaman yang lain. Contohnya eksresi nitrogen oleh tanaman
legum, dan penyerapan N oleh tanaman yang lain. Atau suatu mikroklimat yang
dikembangkan oleh suatu tanaman, menguntungkan tanaman yang lain seperti sistem
pematah angin tanaman pohon bagi tanaman semusim

3. Pola Tanam Campuran dan Tumpang Sari; Kedua pola tanam ini pada dasarnya
sama, yaitu penanaman beberapa jenis tanaman bersama-sama atau dengan interval
waktu yang singkat pada lahan yang sama. Perbedaannya adalah pada pola tanam
campuran, spesies tanaman ditanam pada jarak yang tidak beraturan, sedangkan pada
pola tanam tumpang sari spesies tanaman ditanam secara barisan.Kombinasi tanaman
pada kedua pola tanam ini dapat berupa tanaman semusim dengan tanaman semusim,
atau dapat pula tanaman semusim di antara tanaman tahunan. Dapat pua tanaman
campuran atau tumpang sari, ditanam di antara dua spesies tanaman yang berbeda
dalam hal persyarakat tumbuh atau mempunyai sifat pertumbuhan yang berbeda,
misalnya tanaman tajuk tinggi (jagung) dengan tanaman tajuk rendah (kacang tanah).
Kedua pola tanam ini biasanya diterapkan pada lingkungan yang kurang stabil (hara,
air, sinar, dll) dengan maksud untuk menghindari kegagalan. Pola Tanam Sisipan
(Relay Cropping); Bentuknya sama seperti pada pola tanam tumpang sari. Bedanya
adalah tanaman kedua (misalnya padi gogo) ditanam sebelum tanaman pertama
dipanen (misalnya jagung). Maksud daripada pola tanam ini adalah Agar waktu
tanaman padi akan berkembang dan membentuk isi, tanaman jagung sudah dapat
dipanen. Sehingga sinar matahari dapat langsung mengenai tanaman padi, faktor
waktu (iklim), terutama untuk daerah yang musimnya pendek, sehingga penanaman
dua spesies secara beruntun/bergilir tidak memungkinkan, dan untuk memanfaatkan
sisa-sisa kesuburan dan kelembaban dari tanaman yang pertama, sehingga masukan
pupuk lebih sedikit atau tanaman tidak kekurangan air. Contohnya tanaman kedelai
yang disebar sebelum padi sawah yang telah dikeringkan lahannya setelah dipanen.

4. Kelebihan dari pola tanam ganda adalah produktivitas lahan lebih tinggi, karena
pemanfaatan lahan dan waktu lebih efektif, mengurangi resiko kegagalan panen karena
lebih banyak jenis tanaman yang diusahakan, penganekaragaman jenis komoditi,
terutama tanaman pangan, peningkaatan dan penyebaran pemanfaatan tenaga kerja
keluarga sepanjang tahun, pemanfaatan masukan (benih, pupuk, pestisida) lebih efektif
dan efisien, hasil sampingan hijauan bagi pemeliharaan ternak lebih banyak,
pengendalian erosi lebih efektif karena pengelolaan tanah lebih ke arah minimum, dan
penutupan tanah oleh tanaman lebih intensif sepanjang tahun. Kekurangannya dari
85

pola tanam ganda adalah mekanisasi lebih sulit dilakukan, beberapa hama misalnya
tikus meningkat, dan kualitas dan kuantitas produksi cenderung menurun karena
persaingan lebih ketat, apalagi tidak disertai dengan masukan-masukan yang memadai.

VIII. USAHA DAN PRINSIP DASAR PRODUKSI PERTANIAN


(MAKSIMISASI PRODUKSI)
86

Kompetensi Khusus : Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan


mampu memahami dan menjelaskan 5 usaha dan prinsip dasar yang dapat
dilakukan untuk pencapaian produksi maksimum, yang meliputi aktivitas
pemuliaan tanaman, pengolahan tanah, irigasi, pemupukan, dan pengendalian
hama dan penyakit tanaman secara benar.

Alokasi Waktu: 3 x 100 menit

8.1. Pengantar

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia, peningkatan bahan pangan


semakin meningkat pula. Untuk itu upaya peningkatan produksi pertanian sebagai
lapangan usaha yang menyediakan kebutuhan pangan bagi manusia, perlu mendapat
perhatian serius. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian.
Secara umum, upaya-upaya dalam meningkatkan produksi pertanian akan dibahas di sini.
Upaya-upaya tersebut antara lain adalah :
1. Pemuliaan Tanaman.
2. Pengelolaan Tanah.
3. Pengairan.
4. Pemupukan.
5. Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit Tanaman.

8. 2. Pemuliaan Tanaman

Sejak zaman purba usaha pertanian selalu diarahkan untuk memperoleh hasil
sebanyak mungkin. Berbagai cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu, diantaranya
memilih benih yang baik dan produksi yang tinggi, menanam tanaman yang disenangi dan
mendatangkan jenis tanaman baru dari luar daerah. Pada hakekatnya usaha itu sedah
berwujud pemuliaan tanaman. Jadi pemuliaan tanaman tanpa disadari sudah dilakukan
semenjak manusia mulai bercocok tanam (membudidayakan tanaman) karena mereka
selalu mengembangkan tanaman yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dan keinginan
itu diwujudkan dengan cara memilih dan mengembangkan jenis-jenis yang lebih baik,
87

terutama yang unggul dan beradaptasi dengan lingkungan, di samping memperbaiki cara
teknik budidayanya.
Kemajuan yang berarti dalam kegiatan pemuliaan tanaman diperoleh sejak
berkembangnya ilmu Genetika Tanaman yang dipelopori oleh Mendel. Dengan semakin
dipahaminya cara pewarisan sifat-sifat menurun, praktek-praktek pemuliaan tanaman pun
semakin sistematis. Dan dengan semakin banyaknya kegiatan penelitian dalam bidang
pemuliaan tanaman, akhirnya pemuliaan tanaman berkembang menjadi cabang ilmu
tersendiri.
Pemuliaan tanaman diartikan sebagai suatu metode yang secara sistematik merakit
keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi manusia.
Ruang lingkup kegiatan pemuliaan tanaman secara skematik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Menimbulkan keragaman
genetik

Isolasi

Membuat
Pengujian dan Penilaian Perkawinan-
Perkawinan

Memperbanyak

Menyebar Luaskan

Gambar 8.1. Ruang lingkup kegiatan pemuliaan tanaman.

Dalam pemuliaan tanaman keragaman genetik mempunyai arti yang sangat


penting, karena tanpa adanya keragaman genetik, seleksi tidak dapat dilaksanakan. Di sini
perlu diingat bahwa seleksi tidak menimbulkan keragaman genetik tetapi memanfaatkan
keragaman genetik yang sudah ada untuk memperbaiki sifat-sifat tanaman. Oleh karena
itu langkah awal dari pemuliaan tanaman adalah menimbulkan keragaman genetik pada
populasi dasar yang akan dipergunakan sebagai materi seleksi.
88

Program pemuliaan dapat dilakukan secara selektif, jika terdapat populasi dasar
dengan syarat: terdapat keragaman yang keturunan yang cukup besar dalam populasi; dan
ukuran populasi yang cukup besar.
Untuk memperoleh populasi dasar dengan keragaman genetik yang cukup tinggi
dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu :
1. Introduksi varietas-varietas baru (Varietas: Suatu kelompok tanaman tertentu dalam
suatu species tanaman tertentu yang dapat dibedakan dengan satu sifat atau
sekelompok sifat-sifat).
2. Pemisahan hasil suatu persilangan dilakukan dengan membuat perkawinan-
perkawinan yang ditujukan untuk pemisahan hasil suatu persilangan dalam satu
spesies atau antar apesies (paling banyak dilakukan oleh para pemulia tanaman).
3. Mutasi buatan.
4. Poliploidi.
Dengan tersedianya populasi dasar yang mempunyai keragaman genetik yang
tinggi, pemulia dapat memilih dan mengisolasi individu-individu atau famili-famili dari
individu-individu atau famili-famili lainnya sesuai dengan kriteria seleksi yang telah
ditentukan. Individu-individu atau famili-famili terpilih tersebut kemudia perlu diuji dan
diadakan penilaian, pekerjaan ini memerlukan waktu yang cukup lama karena diperlukan
sampai beberapa generasi.
Langkah selanjutnya dalam program pemuliaan tanaman adalah memperbanyak
famili-famili yang telah lolos dari pengujian untuk diperbanyak dan disebarkan pada
petani.
Orientasi pemuliaan tanaman adalah :
a. Varietas-varietas yang produktif baik kuantitatif maupun kualitatif untuk
mengimbangi kenaikan permintaan akan pangan.
b. Mantap sifat : dimana sifat yang sudah ada dihasilkan dari proses pemuliaan tanaman
tersebut tidak mudah berubah.
c. Ekonomik.
d. Berorientasi perikemanusiaan : sesuai dengan kehendak orang yang memuliakan
tanaman, dan harus berguna bagi konsumen.
Contoh-contoh hasil pemuliaan tanaman adalah :
89

- Didapatkannya berbagai varietas serealia yang tanpa bulu yang dapat merusakkan
pernapasan orang waktu panen atau waktu panen ataupun prosesingnya, atau merusak
matanya.
- Jagung dengan rasa yang lebih manis, kadar minyak yang lebih tinggi, sehingga untuk
suatu jumlah kalori tertentu diperlukan jumlah yang relatif lebih sedikit.
- Beras dengan produksi yang lebih tinggi tetapi dengan rasa yang cukup enak.
- Bahan makanan ternak yang mudah dicerna dan tidak mengandung bahan racun.

Tujuan Pemuliaan Tanaman

Secara umum pemuliaan tanaman bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat


tanaman baik secara kualitatif dan kuantitatf (Ekonomi dan Perikemanusiaan). Secara
agronomis, tujuan pemuliaan tanaman adalah :
1. Ketahanan terhadap penyakit, insekta, kekeringan, dingin, panas, dan lain-lain.
2. Adaptasi terhadap misim yang lebih pendek, lebih panjang, pengembalaan yang
intensif atau pemangkasan yang intensif.
3. Kualitas gizi, baik untuk manusia maupun untuk ternak, misalnya protein.
4. Nilai pemasaran, seperti kadar serat, protein, lemak, kadar bahan obat, minyak atsiri
atau warna.
5. Kualitas benih, misalnya daya pembentukan bijinya, vigor benih, daya untuk
disimpan.
6. Kebiasaan tumbuh (growth habit) seperti pertumbuhan batang dan percabangan yang
memadai, keseragaman bunga, atau waktu pemasakan buah : lamanya umur, dan ratio
yang lebih baik antara daun dan umbi.
7. Kualitas untuk dipanen, misalnya tangkai buah yang panjang atau pendek, tegak,
tidak rontok, lebih gampang untuk diproses, tidak berbulu, dan lain-lain.
8. Kapasitas produksi misalnya kekuatan tumbuh yang tinggi, responsif terhadap
pemupukan yang intensif, cepat pertumbuhannya setelah dipangkas.
Seleksi
Teknik seleksi tertua adalah yang biasa dilakukan secara naluri. Dulunya orang
melakukan seleksi terhadap biji-biji tanaman yang akan ditanam lagi lebih banyak
90

berdasarkan perasaan, biji-biji yang telah terpilih inilah yang akan ditanam lagi. Dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, maka cara-cara seleksi ini telah mengalami
perubahan-perubahan pula.

Macam dan Metode Seleksi


Seleksi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Kemajuan seleksi tergantung
dari adanya keragaman genetik dan penggunaan metode seleksi yang tepat.
Ada beberapa metode seleksi yang dapat digunakan agar seleksi dapat efektif, dua
yang akan dibahas di sini adalah : seleksi galur murni dan seleksi massa.

a. Seleksi Galur Murni


Galur murni adalah suatu strain yang homozygot pada semua lokusnya yang
diperoleh melalui penyerbukan sendiri dalam pemuliaan tanaman. Dari pengertian
tersebut, ada dua hal yang pokok yang perlu diperhatikan yaitu : bahwa galur murni adalah
keturunan dari satu spesies tanaman menyerbuk sendiri (berasal dari satu galur), dan
bahwa galur murni secara genetik adalah homozygot dan homogen.
Prinsip dasar dari pelaksanaan seleksi galur murni adalah menyeleksi sejumlah
tanaman tunggal, kemudian membandingkan keturunannya dalam suatu percobaan lapang
dan selanjutnya dipilih satu keturunan yang paling baik untuk dikembangkan sebagai
varietas baru.
Pada prinsipnya, pelaksanaan seleksi galur murni melalui tiga tahapan yaitu :
1. Mengadakan seleksi sejumlah besar tanaman tunggaldari populasi dasar.
2. Menanam keturunan dari setiap individu tanaman yang terpilih ke dalam baris-baris
untuk diadakan pengamatan. Evaluasi diperlukan untuk beberapa tahun/generasi.
Galur-galur yang jelek harus segera disingkirkan. Galur yang terpilih ditanam pada
selama beberapa periode untuk diamati penampilannya pada beberapa lingkungan
yang berbeda untuk diamati penampilannya pada berbagai lingkungan yang berbeda.
3. Galur-galur yang tersisa diuji dengan mengadakan replikasi (percobaan berulang),
kemudian galur-galur tersebut dibandingkan satu dengan yang lain dan juga dengan
varietas komersial yang sudah ada.
Secara skematik, seleksi galur murni dapat dilihat pada Gambar 8.2.
91

b. Seleksi Massa
Pada dasarnya adalah memilih individu-individu yang secara fenotip sama pada
suatu populasi, kemudian dipanen dan bijinya dicampur. Tujuannya adalah untuk
memperbaiki populasi secara keseluruhan dengan memilih genotip-genotip yang superior
melalui kenampakan fenotip sigat-sifat yang unggul, kemudian dicampur untuk ditanam
lagi.
Seleksi massa dapat efektif bila bentuk populasi campuran adalah heterogen. Pada
kelompok tanaman penyerbukan sendiri, cara inti merupakan metode yang cepat dan
murah untuk meningkatkan frekuensi gen dari sifat-sifat tertentu dengan membuang
genotif yang kurang atau tidak diinginkan atas dasar pendugaan fenotipnya.
Kelemahan seleksi massa :
- Tidak mungkin untuk mengetahui apakah tanaman yang dikelompokkan homozygot
atau heterozygot untuk suatu karakter dominan tertentu.
- Lingkungan tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan penampilan tanaman, sehingga
sulit untuk mengetahui apakah tanaman yang superior menurut fenotipnya disebabkan
oleh faktor genetik ataukah lingkungan.
Untuk jelasnya, tahapan kegiatan pada metode seleksi massa dapat dilihat secara
skematik pada Gambar 8.3.

Populasi Dasar
X X X
X X XX X
X X X X X X
X XX X X XX X
X X X X
X X X
92

Individu terpilih

X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X

X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
X X X X X X X X X

X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
X X X X X X Uji Daya Hasil X X X
X X X X X X X X X

Gambar 8.2. Skema seleksi galur murni.

X X X X X X X Tanaman
F1 terpilih
X X X X X X X
(bijinya
X X X X X X X dicampur)
X X X X X X X
ditanam
93

F2 X X X X X
X X X X X
X X X X X

F3 X X X X X
X X X X X
X X X X X

Dst.

Var. Pembanding

F8 X X X X X X X X X X
X X X X X Uji Daya X X X X X
X X X X X Hasil X X X X X

Stop, jika kemajuan seleksi pada generasi


tersebut sudah sangat kecil

Gambar 8.3. Skema seleksi massa.

8.3. Pengolahan Tanah

Mulainya usaha pertanian ditandai dengan adanya campur tangan manusia


terhadap lahan untuk memperoleh hasil dari lahan tersebut. Pada pertanian primitif
manusia hanya menerapkan satu atau dua usaha, yaitu pemungutan hasil, atau penanaman
dan pemungutan hasil.
94

Kemajuan di bidang pertanian ditandai dengan adanya penemuan baja yang


digunakan untuk mata bajak sebagai alat pengolahan tanah. Kemajuan ini juga ditandai
dengan munculnya teori Aristoteles, bahwa tanaman mendapat makanan dari dalam tanah.
Namun teori-teori pokok mengenai hara tanaman baru ditemukan pada abad ke-19.
penemuan teori ini memberikan kesempatan untuk memikirkan peranan tanah bagi
pertumbuhan tanaman.
Awal pengerjaan lahan/pengolahan tanah dalam sistem pertanian merupakan
kelanjutan dan penerapan dari teori tentang hara, yang mengharuskan adanya pengerjaan
lahan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, sehinggadiperoleh hasil yang tinggi.
Anggapan teori di atas untuk bahwa tanaman akan masuk ke dalam tanah, sehingga dapat
menyerap tanah lebih banyak, oleh karena itu harus digemburkan.

Pengertian dan Tujuan Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang bertujuan
untuk menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan
tanah dilakukan untuk mendapatkan struktur dan tata udara dan air yang optimal bagi
tanaman.
Dalam pengolahan tanah, beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
- Usaha-usaha untuk menghilangkan tumbuhan pengganggu sebelum tanah dijadikan
sebagai lapangan produksi.
- Membersihkan akar tumbuhan/pohon dan menimbun bahan organik.
- Menggemburkan tanah dan mengawetkan tanah sebagai lapangan produksi.
Tujuan pokok dari kegiatan pengolahan tanah adalah :
1) Menyiapkan tempat pertumbuhan benih (seed bed) yang serasi dan baik. Dalam hal
ini, penggemburan tanah, akan memberikan peluang bagi benih untuk mengadakan
kontak langsung dengan tanah. Benih akan mudah menyerap air, hara, dan udara yang
penting bagi proses perkecambahan dan pertumbuhan benih.
2) Menghindarkan saingan terhadap pertumbuhan pengganggu.
Pengolahan tanah yang baik dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun sebaliknya
pengolahan tanah yang kurang baik justru akan memacu pertumbuhan gulma, karena
:
95

- Faktor tumbuh gulma yang semula tidak tersedia menjadi tersedia sehingga biji
gulma yang dulunya dorman dapat berkecambah.
- Bila gulma yang dulunya ada di bawah tanah akan terangkat ke permukaan tanah
sehingga memudahkan pertumbuhannya.
3) Memperbaiki sifat fisik dan biologi serta kimia tanah.
Dari segi fisik tanah, pada pengolahan tanah gumpalan tanah yang besar akan
dihancurkan menjadi gumpalan-gumpalan kecil, sehingga akar tanaman dapat dengan
mudah menembus tanah untuk tumbuh dan berkembang. Tata udara dan air tanah
juga menjadi lebih baik dengan adanya pengolahan tanah.
Dari segi kimia tanah, pengolahan tanah akan menyebabkan adanya perubahan
struktur dan komposisi kimia tanah.
Dari segi biologi, dengan adanya pengolahan tanah humus yang ada di permukaan
tanah akan masuk ke dalam tanah, sehingga mudah dicapai oleh tanaman, dan tanah
akan menjadi lebih subur. Pengolahan tanah juga akan meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah.

Alat-Alat Pengolahan Tanah

Pada prinsipnya, alat-alat pengolahan tanah digunakan untuk :


a. Membalik tanah.
b. Membelah tanah.
c. Memecah tanah.
d. Meratakan tanah.
Alat-alat pengolahan tanah ada yang digerakkan oleh manusia, ada pula yang
digerakkan oleh tenaga mesin, namun pada prinsipnya tujuan dari kedua jenis alat ini
sama. Beberapa alat pengolahan tanah yang dapat menjalankan ke-empat fungsi
pengolahan tanah tersebut adalah :
1. Cangkul, digunakan untuk membalik, membelah, memecah dan meratakan tanah.
Biasanya tangkai cangkul dapat diputar-putar. Pada tanah-tanah berat, biasanya
digunakan cangkul yang tangkainya pendek dan melengkung. Sedangkan pada tanah
ringan biasanya digunakan cangkul yang tangkainya panjang dan lurus.
96

2. Bajak, khusus digunakan untuk membalik dan atau membelah tanah.


3. Garu, digunakan untuk memecah dan meratakan tanah. Garu biasanya dibuat dari
bambu, kayu ataupun besi. Garu dapat digerakkan/ditarik oleh manusia, hewan
maupun oleh traktor.

Cara Pengolahan Tanah

a. Cara Pengolahan Tanah Sawah


Pengolahan tanah sawah biasanya dilakukan pada 20-30 hari sebelum tanam.
Pengolahan dilakukan dengan cara dibajak dan digaru sedalam 20-25 cm. Pada
pengolahan yang intensif, pembajakan dan penggaruan dilakukan 2 kali dengan selang
waktu 1-2 minggu.
Tujuan membajak atau mencangku adalah :
- Membelah tanah.
- Membentuk ploughshole (lapisan kedap air).
- Memperbaiki tata udara (aerasi) tanah.
- Merangsang pertumbuhan biji gulma, dan setelah tumbuh gulma dibalik dan ditimbun
dalam tanah.
Sebelum tanah dibajak, petakan digenangi air satu minggu sebelumnya. Jerami
dan rumput dibabat, dan lubang pemasukan dan pembuangan air ditutup. Pembajakan
dimulai dari pinggir ke tengah mengelilingi petakan.
Tujuan menggaru adalah :
- Membantu terciptanya ploughshole.
- Membantu terciptanya struktur lumpur.
- Memberantas tumbuhan pengganggu.
- Meratakan jerami, rumput yang mati, yang kemudian dibenamkan ke dalam tanah.
Penggaruan dilakukan dengan arah memanjang petak, kemudian melintang, dan
dilakukan dalam keadaan tanah sawah cukup tergenang air.
97

(Arah Membajak) (Arah Menggaru)

Gambar 8.4. Arah membajak dan menggaru pada lahan sawah irigasi.

b. Pengolahan Tanah Kering


Tujuan utamanya adalah membentuk media tumbuh yang gembur dan mantap bagi
pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah yang sempurna/baik akan meningkatkan proses-
proses kimia dan biologis yang erat kaitannya dengan ketersedian hara. Dengan
pengolahan tanah, tanah akan menjadi lebih gembur, sehingga memudahkan benih untuk
mengadakan kontak dengan tanah. Kandungan air dan udara lebih baik sehingga lebih
mudah diserap oleh tanaman. Hal yang penting dalam pengolahan tanah kering adalah
bahwa keadaan bahan organik harus dipertahankan, karena bahan organik merupakan
komponen tanah yang penting dalam menyediakan unsur hara dan mengikat air.

8.4. Pengairan (Irigasi)

Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan tanaman. Kekurangan dan
kelebihan air bagi tanaman akan mengakibatkan terganggunya perkembangan morfologi
dan proses fisiologi tanaman. Masalah kekurangan dan kelebihan air timbul sebagai akibat
siklus hidrologi di alam yang tidak merata.
98

Bagi daerah-daerah dengan curah yang rendah, kekuarangan air merupakan


masalah penting dalam usaha pertanian. Sebagai tindak lajutnya lahir pemikiran untuk
memenuhi kekurangan air yang seringkali terjadi itu. Salah satu ilmu yang mengkaji dan
membahas tentang masalah air bagi pertanian adalah ilmu irigasi.
Irigasi adalah pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhannya. Kebutuhan air tanaman adalah kehilangan air per satuan luas yang
diakibatkan oleh kanopi tanaman (transpirasi) ditamabah dengan hilangnya air melalui
penguapan dari permukaan tanah (evaporasi) pada luasan tertentu.
Sebenarnya praktek irigasi ini sudah dilaksanakan sejak 700 tahun yang lalu di
Mesopotamia, Mesir. Saat ini dari total lahan pertanian di dunia 11% telah melakukan
praktek irigasi. Bahkan di negara Mesir, 100% lahan pertaniannya telah menerapkan
praktek irigasi.
Pelaksanaan irigasi meliputi penampungan dan pengambilan air dari sumbernya,
pengaliran air ke lahan, dan pembungan air yang berlebihan serta usaha menjaga
kontinuitas air.
Kegunaan irigasi dalam usaha pertanian adalah :
1. Memenuhi kebutuhan air tanaman.
2. Mempermudah pengolahan tanah.
3. Mengatur suhu tanah dan iklim mikro.
4. Membersihkan tanah dari kadar garan dan asam yang terlalu tinggi, serta kotoran dan
unsur-unsur racun.
5. Menekan pertumbuhan gulma, hama dan penyakit tanaman.
Dalam mengadakan irigasi di suatu tempat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Apakah di daerah tersebut mutlak perlu diadakan irigasi?
2. Apakah ada kemungkinan diadakan irigasi?
3. Bagaimana bentuk irigasi itu?
4. Apakah dengan adanya irigasi bisa menguntungkan?

Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman


99

Kebutuhan air tanaman (Crop Water Requirement) adalah banyaknya air yang
hilang dari areal pertanaman setiap satuan luas dan satuan waktu yang digunakan untuk
pertumbuhan, perkembangan (tanspirasi) dan dievaporasikan dari permukaan tanah.
Prinsip utama dari kebutuhan air tanaman adalah evapotranspirasi, yang dipengaruhi oleh
kelembaban tanah, suhu, cahaya, angin dan lain-lain.
Evapotranspirasi dapat ditentukan dengan cara :
1. Menghitung jumlah air yang hilang dari tanah dalam jangka waktu tertentu.
2. Menggunakan faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evapotranspirasi.
3. Menggunakan lysimeter (alat khusus untuk menghitung evapotranspirasi pada lahan
pertanian)
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur besar evapotranspirasi,
seperti Blaney-Criddle, metode Thornthwaite, metode energi balance dan lain-lain.
Berikut ini secara ringkas akan dikemukakan rumus empiris yang digunakan pada metode
Blaney-Criddle.
Metode Blaney-Criddle dihitung dengan menggunakan rumus empiris :
U = k f/100 atau U = k (t x p) / 100: dimana;
U = Evapotranspirasi bulanan (inchis)
k = Koefisien pemakain air konsumtif empiris (empirical consumptive use crop-
coeffisient for a month)
f = Faktor pemakaian air konsumptive (monthly consumptive use factor) f = t x
p
p = Prosentase jam siang hari bulanan dalam setaun (monthly procentage day light
hours in a year).
Dalam satuan metrik rumus ini menjadi :
U = kp (45, 7T + 813) / 100
U = Pemakaian air konsumptif bulanan (mm)
t = Suhu (0C)
kp = Untuk tiap jenis tanaman didapat dari hasil kali p (monthly procentage day
light hours in a year) yang diambil dari tabel ;ist, 1951 : Bavel, 1956 dalam
Blaney-Criddle 1962 dengan k = (kc x kt)
kc = koefisien tanaman bulanan
100

kt = 0,0311 t + 0,240 (koefisien iklim yang berhubungan dengan suhu rata-


rata bulanan).

Karena pemberian air irigasi berbeda-beda untuk setiap fase pertumbuhan, maka harus
diketahui kebutuhan air untuk setiap fase tersebut. Dari beberapa hasil pertanian di
Indonesia diperoleh besaran kc (Arsyad, 1976), yaitu kc = 0,45 untuk masa persemaian,
kc = 0,90, untuk pengolahan tanah, kc = 0,95 untuk masa tanam, dan kc = 1,00 untuk masa
tumbuh.

Kebutuhan Air Irigasi

Setelah kebutuhan air tanaman (U) diperoleh dan diketahui curah hujan efektif
dengan menggunakan Tabel di halaman berikut, banyaknya air irigasi yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman di lapangan adalah menurut rumus :

i = U – re; dimana :
i = kebutuhan air irigasi
U = Evapotranspirasi (kebutuhan air tanaman)
re = Curah Hujan efektif.

Rumus ini hanya dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air irigasi pada
lahan kering yang bukan sawah. Untuk menentukan besarnya kebutuhan air irigasi yang
dialirkan ke petak sawah perlu diperhitungkan dalam genangan dan besarnya kehilangan
air yang mungkin terjadi melalui rembesan atau perkolasi.

Tabel 7.1. Perhitungan curah hujan efektif suatu tempat (Blaney-Criddle, 1961)

Curah hujan yang dianggap efektif


101

Jumlah curah hujan Bagian dari tiap inci Jumlah (inches)


bulanan yang mungkin tambahan (inches)
terjadi (inch)
1 0,95 0,95
2 0,90 1,85
3 0,82 2,67
4 0,65 3,32
5 0,45 3,77
6 0,25 4,02
Lebih dari 6 0,05 -

Sumber: Blaney-Criddle (1961) dalam Jumin (2002).

Kualitas Air Irigasi

Kualitas air secara umum tergantung pada banyaknya konsentrasi endapan


(sedimen) unsur-unsur kimia serta mikroba yang terdapat di dalamnya. Evolusi kualitas
air untuk kepentingan air adalah sangat penting. Hal ini mengingat pemberian air dalam
jangka waktu lama dan terus menerus akan mempengaruhi sifat kimia, fisika, dan biologi
tanah.
Kandungan unsur kimia yang terdapat dalam air akan banyak mempengaruhi
kesesuaian air tersebut untuk digunakan sebagai air irigasi bagi pertanian. Sifat-sifat kimia
air irigasi yang terpenting adalah. :
a. Konsentrasi garam total terlarut.
b. Perbandingan banyaknya natrium terhadap kation-kation lain.
c. Konsentrasi elemen-elemen yang bersifat fitotoksit.
d. Konsentrasi bikarbonat dalam hubungannya dengan konsentrasi kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg).

Cara Pemberian Air Irigasi


Ada tiga cara pemberian air irigasi, yaitu :
1. Pemberian air pada permukaan tanah, yang dapat dilakukan dengan :
a. Penggenangan (flooding), yang dapat berbentuk :
- Penggenangan bebas (free method).
102

- Penggenangan tepi (border method).


- Penggenangan dengan memakai galengan (check method).
b. Pemberian air dalam selokan-selokan (furrow irrigation).
c. Pemberian air di antara baris tanaman (currugation irrigation).
2. Pemberian air di bawah permukaan/di dalam profil tanah (subsurface irrigation). Air
diberikan melalui semacam pipa-pipa saluran yang dibenamkan di bawah permukaan
tanah.
3. Pemberian air dengan cara siraman (sprinkler irrigation), yang dapat berupa :
a. Oscillation sprinkler, yang umum dinamai metode skinner.
b. Rotary sprinkler.

8.5. Pupuk dan Pemupukan

Dalam pengertian sehari-hari, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah. Sedangkan pemupukan adalah penambahan tersebut bahan
(zat hara) tanaman ke dalam tanah. Dalam arti luas pemupukan termasuk pula
penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki kesuburan tanah seperti :
penambahan pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, dan
pengapuran.

Mengapa Harus Memupuk

Sebenarnya, dalam alam yang bebas dari pengaruh manusia, perkembangan


tanaman seimbang dengan pelapukan batu-batuan dan pelapukan sisa-sisa organisme.
Kebutuhan tanaman akan zat hara diperoleh dari hasil pelapukan tersebut. Akan tetapi
dengan adanya campur tangan manusia sebagai akibat meningkatnya kebutuhan manusia
dalam usaha penelitian ini, maka proses penghanyutan unsur hara dari dalam tanah
semakin besar. Kehilangan hara dari dalam tanah dapat terjadi melalui :
- Kehilangan hara bersamaan dengan bagian tanaman yang dipanen.
- Terjadinya proses pencucian (leaching), dan erosi.
- Ditemukannya varietas tanaman yang berproduksi tinggi yang membutuhkan lebih
banyak hara dari dalam tanah (responsif terhadap pemupukan).
103

Dengan demikian, kebutuhan akan penambahan hara ke dalam tanah (pemupukan)


perlu diupayakan guna memenuhi kebutuhan manusia akan hasil tanaman.

Tujuan Pemupukan

Tujuan dari pemupukan adalah :


1. Tanaman harus tumbuh lebih bagus hingga produksinya meningkat.
2. Tanaman harus memiliki kualitas yang lebih baik.
Manfaat lain dari pemupukan adalah :
1. Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah.
2. Mengurangi bahaya erosi.
Sasaran pemupukan tidak akan tercapai jika :
1. Tanaman tidak memberikan respons terhadap pemupukan.
2. Unit agronomi tidak menjamin unsur tumbuh yang baik, khususnya air.
Biasanya hara yang ditambahkan pada tanah, selain digunakan oleh tanaman,
sebagian akan hilang melalui :
1. Erosi/hanyut di permukaan tanah (misalnya unsur phospor).
2. Hanyut ke dalam/erosi vertikal (unsur nitrat, kalium, dan magnesium).

Jenis-Jenis Pupuk

Berdasarkan asalnya pupuk dapat dibedakan menjadi :


a. Pupuk alam; dan
b. Pupuk buatan.
Pupuk alam adalah pupuk yang langsung didapat dari alam. Contohnya adalah
fosfat alam, pupuk organik (pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, dll). Jumlah dan jenis
unsur hara yang terkandung dalam pupuk alam terdapat secara alami.
Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan kadar unsur
haranya sengaja ditambahkan ke dalam pupuk tersebut dalam jumlah tertentu. Pupuk
buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal
adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara, misalnya pupuk N, pupuk
104

P, pupuk K, dan sebagainya. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung
lebih dari satu unsur hara misalnya pupuk N + P, P + K, N + K, N + P + K, dan sebagainya.

Dasar-Dasar Pemupukan
Dalam melakukan pemupukan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tanaman yang akan dipupuk
Sifat-sifat umum tanaman yang perlu diperhatikan dalam pemupukan meliputi :
a. Penggunaan unsur hara oleh tanaman
Unsur hara yang diserap oleh tanaman digunakan antara lain untuk menyusun
bagian tubuh tanaman. Jumlah unsur hara yang diperlukan untuk menyusun
bagian-bagian tubuh tanaman tersebut berbeda untuk tiap jenis tanaman maupun
untuk jenis tanaman yang sama tetapi dengan tingkat produksi yang berbeda.
b. Sifat-sifat akar
Sifat akar tanaman mempengaruhi cara penempatan pupuk. Tanaman yang
memiliki akar tunggang maka pupuk sebaiknya ditempatkan di bawah biji, tetapi
bila akar lateral tumbuh lebih dahulu maka pupuk dapat diletakkan di sekitar
biji yang ditanam.
2. Tanah yang dipupuk
Beberapa sifat tanah yang perlu diperhatikan dalah usaha pemupukan adalah :
a. Kandungan tanah akan unsur hara akan berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk
untuk setiap jenis tanah juga berbeda.
b. Kemasan tanah juga mempengaruhi jenis pupuk yang akan diberikan.
c. Tanah-tanah yang dapat memfikasi unsur-unsur yang ditambahkan,
menyebabkan penambahan unsur-unsur tersebut tidak efisien jika daya
fiksasinya tidak dihilangkan.
3. Jenis pupuk yang digunakan
Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman akan unsur
hara, kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah, serta kadar unsur hara yang
terdapat di dalam pupuk.

4. Waktu pemupukan
105

- Pupuk yang bekerjanya cepat, biasanya diberikan setelah tanam dan sebaiknya
diberikan beberapa kali pemupukan.
- Pupuk yang bekerjanya lambat, biasanya diberikan sebelum tanam dan sekaligus.
- Pupuk yang bekerjanya sedang, dapat diberikan sebelum dan sesudah tanam asal
jangat terlalu jauh dengan saat mulanya aktivitas tanaman.
5. Cara penempatan pupuk
Pentingnya cara penempatan pupuk adalah :
- Agar dapat diambil akar tanaman dengan lebih efisien.
- Agar tidak merusak biji yang ditanam atau akar tanaman.
- Dicari cara yang mudah dilakukan (ketersediaan tenaga kerja dan perhitungan
ekonomis), tetapi memenuhi kedua syarat tersebut.
Cara-cara pemberian pupuk yang umumnya dilakukan adalah :
- Broadcast (disebar), pupuk disebar merata dipermukaan tanah sebelum tanam.
- Sideband (di samping tanaman), pupuk diletakkan di salah satu sisi atau kedua
sisi tanaman.
- In the row (dalam larikan), pupuk diberikan dalam larikan tanaman.
- Top dressed, pupuk disebarkan pada tanaman setelah tanaman tumbuh, side
dressed, pupuk disebar di samping larikan tanaman seperti larikan jagung dan
lain-lain.
- Pop up, pupuk dimasukkan bersamaan dengan biji yang ditanam.
- Foliar application (lewat daun), pupuk dilarutkan dalam air kemudian
disemprotkan pada daun.
- Fertigation (lewat air irigasi), biasanya cocok untuk pertanian dengan irigasi
sistem sprinkler, dan untuk tanaman yang sedang tumbuh kuat pada tanah
berpasir.

Macam-Macam Pupuk Buatan


106

1. Pemupukan Nitrogen (Pupuk N)


Manfaat pemupukan nitrogen bagi tanaman antara lain, adalah :
a. Mempertinggi pertumbuhan vegetatif dan warna daun menjadi lebih hijau.
b. Bagi tanaman serealia, biji akan berisi penuh dan lebih besar.
c. Meningkatkan kandungan protein.
d. Berfungsi sebagai regulator terhadap kemampuan tanaman menyerap unsur hara
lain (K dan P).
e. Bagi tanaman sayuran, mempertinggi kesegaran tanaman.
f. Merangsang pertunasan.
g. Menambah tinggi tanaman.
h. Memperhebat pertumbuhan mikroorganisme, meningkatkan perombakan bahan
organik.
Gejala kekurangan nitrogen pada tanaman, antara lain adalah :
a. Tanaman kerdil.
b. Perkembangan akar terhambat.
c. Daun kuning dan mudah rontok.
Gejala kelebihan nitrogen yang nampak pada tanaman antara lain adalah :
a. Terlampau banyak pertumbuhan vegetatif, memperlambat fase masak buah dan
tanaman.
b. Batang lemah sehingga tanaman gampang rebah.
c. Merendahkan kualitas biji.
d. Menambah kepekaan terhadap penyakit.
Contoh pupuk nitrogen adalah : Amonium sulfat (Za), urea, amonia sulfat nitrat
(ASN), amonia klorida, dan lain-lain.
2. Pemupukan Phospor (Pupuk P)
Manfaat phospor bagi pertumbuhan tanaman antara lain adalah :
a. Pembentukan sel-sel, lemak dan albumin dipertinggi.
b. Mempercepat pemasakan.
c. Memperkuat batang, agar tidak mudah roboh.
d. Berperan dalam proses pembungaan, pembuahan dan pembentukan benih.
e. Membantu perkembangan akar.
107

f. Memperbaiki kualitas tanaman, terutama untuk tanaman sayuran.


g. Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
Gejala kekurangan unsur phospor yang nampak pada tanaman antara lain adalah :
a. Pertumbuhan terhambat.
b. Daun menjadi ungu/coklat mulai dari ujung daun.
c. Pada jagung, tongkol menjadi tidak sempurna.
Contoh pupuk phospor adalah : Doubel Superphosphate (DSP), Triple
Superphosphate (TSP), Agrophos, dan lain-lain.
3. Pemupukan Kalium (Pupuk K)
Manfaat unsur kalium bagi pertumbuhan tanaman adalah :
a. Penyusun jaringan tanaman.
b. Pembentukan pati.
c. Mengaktifkan enzym.
d. Tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit.
e. Perkembangan akar menjadi lebih baik.
f. Penting bagi pembentukan karbohidrat.
g. Penting bagi pembentukan klorophil.
h. Penting dalam proses translokasi gula dalam tanaman.
i. Pembentukan umbi.
Gejala kekurangan kalium, yang umumnya nampak pada tanaman antara lain adalah
:
a. Gejala nampak pada daun yang tua, dimana pinggir daun berwarna coklat.
b. Pada tanaman jagung, ruas jagung memendek sehingga tanaman tidak tinggi.
Contoh pupuk kalium adalah : Kalium sulfat (ZK), Kalium chlorida (Muriate of
Potash), Kalium Magnesium Sulfat.

Perhitungan Kebutuhan Pupuk


108

Karena terdapat beberapa macam pupuk sejenis dengan kadar unsur hara yang
berbeda maka pupuk tersebut dapat diganti satu sama lain berdasarkan kadar unsur hara
masing-masing pupuk tersebut.
Sebagai contoh, misalnya untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman diperlukan
100 kg N/ha, 45 kg P2O5/ha, dan 100 kg K2O/ha. Pupuk yang tersedia adalah urea (45%
N), TSP (45% P2O5) dan KCl (50% K2O). maka untuk mencari jumlah pupuk yang harus
diberikan, dapat ditempuh melalui perhitungan di bawah ini :
Diketahui :
 Kebutuhan unsur hara :
- Kebutuhan N : 100 kg
- Kebutuhan P2O5 : 45 kg
- Kebutuhan K2O : 100 kg
 Pupuk yang tersedia :
- Pupuk Urea (N) : mengandung 45% nitrogen
- Pupuk TSP (P2O5) : mengandung 45% P2O5
- Pupuk KCl (K2O) : mengandung 50% K2O
Ditanya : Jumlah pupuk yang diberikan?
Penyelesaian :
Jumlah Urea yang diberikan adalah : 100/45 x 100 = 222,22 kg/ha
Jumlah TSP yang diberikan adalah : 100/45 x 45 = 100,00 kg/ha
Jumlah KCl yang diberikan adalah : 100/50 x 100 = 200,00 kg/ha.

Jika tanaman tersebut ditanam dengan media tumbuh berupa tanah yang diisi
dalam polybag dengan bobot tanah 10 kg (setara berat kering mutlak), maka jumlah pupuk
yang diberikan harus dikonversikan dari kebutuhan per hektar menjadi kebutuhan per 10
kg tanah. Untuk ini, pendekatan yang dipakai adalah dengan mengetahui bobot tanah 1
hektar, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Bobot tanah 1 ha :
Volume tanah 1 ha :
109

Volume = p x l x t (nilai t diambil dari kedalaman akar efektif dari


tanaman tersebut, misalnya 20 cm).
Volume = 100 m x 100 m x 20 cm
= 104 cm x 104 cm x 2 . 101 cm
= 2 . 109 cm
Bobot tanah = Volume x berat jenis (misalnya diasumsikan berat jenis tanah
adalah 1 g/cm3)
Bobot tanah = 2 . 109 cm3 x 1 g/cm3
= 2 . 109 g
= 2 . 106 kg
Jadi bobot tanah 1 ha adalah 2.000.000 kg.

Untuk mengetahui keperluan pupuk untuk tiap polybag (10 kg tanah) :


Urea = 222 kg urea / 2.000.000 kg = X kg urea / 10 kg
X (urea) = 222 x 10 / 2.000.000 = 0,00111 kg = 1,11 g
TSP = 100 kg TSP / 2.000.000 kg = Y kg TSP / 10 kg
Y (TSP) = 100 x 10 / 2.000.000 = 0,00050 kg = 0,50 g
KCl = 200 kg KCl / 2.000.000 kg = Z kg KCl / 10 kg
Z (KCl) = 200 x 10 / 2.000.000 = 0,00100 kg = 1,00 g

Pupuk Organik
Pupuk alam atau pupuk organis adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman,
hewan dan manusia. Selain sebagai penyumbang unsur hara, penggunan pupuk organik
ini juga dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah, daya mengikat air, tata udara
tanah, dan daya meresap air hujan. Di samping itu dengan terbentuknya humus sebagai
hasil pelapukan bahan organik, pupuk alam juga memperbaiki kehidupan biologi tanah.
Macam-macam pupuk organik yang dikenal, antara lain adalah :
1. Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat dan cair dari hewan
ternak. Kotoran ini dapat tercampur dengan sisa makan dan jerami alas kandang
ataupun tidak.
110

2. Pupuk Hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari bagian tanaman yang hijau dengan
jalan dibenamkan ke dalam tanah dengan maksud untuk menambah bahan organik
(humus) dan unsur-unsur hara di dalam tanah.
Tanaman yang biasa digunakan sebagai pupuk hijau adalah jenis-jenis tanaman
kacang-kacangan (legum), karena jenis tanaman ini mempunyai kandungan bahan
organik yang tinggi dan mudah melapuk. Jenis-jenis pupuk hijau yang baik adalah
tanaman dimana bagian yang digunakan sebagai pupuk, kandungan nitrogennya
tinggi sehingga dalam penguraiannya oleh mikroorganisme tidak mengakibatkan
terjadinya kekurangan N dalam tanah (penyumbang N bagi tanah).
3. Kompos
Kompos adalah jenis pupuk alam yang dibuat dengan cara membusukkan atau
melapukkan bahan-bahan organik sisa-sisa panen (jerami, batang jagung, daun tebu,
sampah pasar, dan sebagainya), yang dicampur dengan pupuk kandang dan
sebagainya sesuai kebutuhan.

8.6. Pengendalian Tumbuhan Pengganggu (Gulma), Hama dan Penyakit

Pengendalian Gulma

Tumbuhan pengganggu adalah :


- Tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya.
- Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif.
- Tumbuhan yang tidak diinginkan/dikehendaki.
Sifat-sifat gulma (tumbuhan pengganggu) antara lain :
- Daya adaptasi besar.
- Daya saingnya sangat kuat terhadap tanaman budidaya.
- Berkembang biak sangat cepat.
- Dormansi luas.
Masalah-masalah gulma timbul mulai dari pengelolaan unit agronomi yang paling
minus sampai pada unit agronomi paling modern. Masalah itu tetap ada apabila terjadi
perubahan ekosistem alami menjadi ekosistem buatan, misalnya usaha pertanian.
111

Kerugian yang ditimbulkan gulma adalah :


- Menurunkan hasil.
- Mengurangi kualitas hasil tanaman.
- Mempersulit pengelolaan lahan dan mempertinggi biaya.
- Menjadi host (inang) hama dan penyakit tanaman.
- Menimbulkan racun bagi tanaman, karena ada gulma-gulma tertentu yang
mengeluarkan eksudat (allelopati) yang membahayakan tanaman.
- Mengurangi debit air dan menurunkan kualitas air.

Penggolongan Tumbuhan Pengganggu

a. Berdasarkan siklus hidupnya, tumbuhan pengganggu digolongkan menjadi :


1) Tumbuhan pengganggu semusim. Contohnya : Digitaria ap., Setarian sp.
2) Tumbuhan pengganggu dua musim. Dalah golongan ini termasuk gulma hidup
selama satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Contohnya Daucus carota,
Cirsium vulgare.
3) Tumbuhan pengganggu tahunan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
gulma yang lingkaran hidupnya lebih dari dua tahun. Tumbuhan pengganggu
ini dibagi atas cara-cara pembiakannya yaitu :
- Dengan biji ; contohnya : Taraxacum officinale.
- Dengan stolon atau risoma; contohnya alang-alang (Imperata cylindrica)
dan teki (Cyperus rotundus).
b. Berdasarkan dari asalnya, tumbuhan pengganggu dapat digolongkan ke dalam :
1) Spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
alam.
2) Spesies yang telah berkembangbiak sejak lama (sekjak timbulnya pertanian).

Berdasarkan kedua pokok pikiran di atas, tumbuhan pengganggu dipisahkan atas :


1) Tumbuhan pengganggu obligat, yang tidak pernah dalam keadaan liar tetapi
selalu berasosiasi dengan tanaman budidaya.
112

2) Tumbuhan pengganggu fakultatif, yang terdapat pada keadaan liar dan dapat juga
dalam habitat yang sudah berubah (berasosiasi dengan tanaman budidaya).

Cara-Cara Pengendalian Gulma

a. Cara mekanik, seperti membabat, mencabut, pengerjaan tanah, penggenangan,


dibakar, ditutup, atau dengan pemberian mulsa.
b. Cara kompetisi tanaman : seperti dengan mengatur waktu tanam yang tepat hingga
tanaman tidak tersaingi unsur-unsur tumbuh (air, sinar matahari, oksigen, hara) oleh
gulma.
c. Cara penggiliran tanaman.
d. Cara biologis, misalnya dengan menggunakan predator (musuh alami).
Contohnya adalah cara memberantas Lantana Camara di Hawai dengan
menggunakan hama penggerek batang Plagiohanmus spinipennis atau dengan
penggerek daun seperti Octotoma scrabripennis.
e. Cara kimia, menggunakan bahan-bahan kimia atau disebut juga herbisida. Dalam
penerapannya herbisida digolongkan atas :
1) Herbisida kontak, yaitu harbisida yang dapat membunuh bagian tanaman yang
terkena herbisida, dan bergerak melalui sel-sel xylem. Herbisida kontak dapat
digolongkan menjadi herbisida yang selektif dan non selektif. Herbisida selektif
hanya mematikan gulma tanpa menhancurkan tanaman budidaya. Sedangkan
herbisida non selektif akan mematikan semua tumbuhan dan tanaman yang
terkena.
2) Herbisida sistematik, adalah herbisida yang dapat diabsorbsi oleh akar atau
bagian tanaman di atas permukaan tanah dan ditranslokasikan ke seluruh bagian
tanaman. Herbisida ini biasanya bersifat selektif.
3) Herbisida sterilisasi tanah adalah herbisida yang selama berada di dalam tanah
dapat mencegah tumbuhnya gulma.

Cara-cara pemberian herbisida, dilakukan dengan cara :


1) Cara sebar; dilakukan dengan menyemprot atau menebarkan herbisida ke seluruh
areal pertanaman.
113

2) Cara larikan; dilakukan dengan menyebarkan herbisida di antara barisan


tanaman.
3) Cara langsung; dilakukan dengan menyemprot herbisida langsung pada gulma
atau dengan cara melukai gulma dan mengoleskan herbisida pada bagian yang
luka.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Dalam pembahasan ini, uraian dibatasi kepada pengendalian hama serangga,


sedangkan pemberantasan penyakit hanya disinggung mengenai penggunaan fungisida,
dengan perlakuan terhadap tanah dan benih.

Kerusakan oleh serangga

Dari sekian banyak musih tanaman, serangga memegang peranan penting, karena
jumlahnya cukup banyak dan hampir separohnya mengganggu kehidupan manusia.
Gangguan serangga terhadap tanaman meliputi hampir 100%, tidak satupun tanaman yang
bebas dari serangan hama serangga.
Kerugian akibat serangga pada tanaman antara lain :
- Mengurangi hasil tanaman.
- Mengurangi kualitas hasil tanaman.
- Mempercepat terjadinya infeksi patogen pada tanaman.
- Menambah biaya produksi untuk pengendaliannya.
Serangga merusak tanaman dengan cara memakan bagian tanaman, menghisap
cairan dalam jaringanan tanaman, memamah dan menusuk serta bertelur pada jaringan
tanaman.
Pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara :
1) Penggunaan varietas tahan (resisten)
Varietas yang digunakan biasanya memiliki sifat-sifat kimia dan fisik atau morfologis
tanaman yang tidak disukai oleh serangga. Sehingga serangga akan kekuarangan
makan dans ekaligus berpengaruh terhadap populasi serangga.
Contohnya : Varietas padi PB 26, PB 28 yang tahan terhadap hama wereng.
114

2) Teknik budidaya
Dengan mengatur masa tanam, rotasi tanaman dan pergiliran tanaman merupakan
cara-cara untuk memberantas hama serangga. Cara ini bertujuan untuk memutuskan
dan memperpendek masa tersedianya makanan serangga sehingga populasi hama
serangga dapat dikontrol.
3) Sanitasi
Tempat hidup serangga selain tanaman yang dibudidayakan, juga pada semak-semak
dan rerumputan lainnya yang diperkirakan menjadi tempat hidup dan bertelur ataupun
makan serangga perlu dibersihkan untuk mengurangi populasi serangga.
4) Penggunaan insektisida
Populasi hama yang telah melampaui ambang batas ekonomi (tingkat
membahayakan), penggunaan insektisida dapat dianjurkan apabila cara-cara lain
tidak lagi menunjukkan gejala menurunkan populasi hama.
5) Cara biologi
Dengan menggunakan mus\uh alami yang diarahkan supaya hama secara alami dapat
berkompetisi dengan organisme di sekitar lingkungannya.
6) Pengendalian hama terpadu (Integrated Pest Control)
Adalah perpaduan semua metode dan teknik pengendalian hama dalam suatu program
untuk mengelola populasi hama, agar kerusakan ekonomis dapat dihindarkan dan
pengaruh serangan yang merugikan dapat ditekan seminimal mungkin.
Ciri-ciri pengendalian hama terpadu :
a. Tujuan utama bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama,
tetapi pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah suatu tingkatan
yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.
b. Dalam melaksanakan pengendalian hama terpadu, digunakan semua metode
teknik atau pengendalian yang dikenal dengan mengkombinasikannya secara
terpadu dalam satu kesatuan sistem pengelolaan, tidak tergantung pada satu cara
pengendalian saja.
c. Dalam mencapai sasaran utama pengendalian hama terpadu yaitu
mempertahankan populasi hama di bawah kerusakan ekonomis sehingga
115

produktivitas pertanian dapat diusahakan pada tingkat yang tinggi, maka perlu
diperhatikan beberapa kendala yaitu :
- Kendala sosial dan ekonomi
Pelaksanaan PHT harus dapat didukung oleh kelayakan sosial ekonomi
masyarakat setempat.
- Kendala ekologi
Penerapan PHT secara ekologis tidak merusakan lingkungan.
Pengendalian hama terpadu tiadak hanya memperhatikan sasaran jangka pendek,
tetapi juga sasaran jangka panjang yaitu kelestarian produksi dan pengelolaan
lingkungan.

Penyakit Tanaman

Pada prinsipnya teknik pengendalian penyakit tanaman sama dengan dengan


teknik pengendalian hama tanaman. Yang membedakannya hanya obyeknya. Obyek hama
tanaman umumnya adalah binatang lebih besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang,
tetapi penyakit lebih halus (jasad mikro) yang umumnya terdiri dari virus, bakteri dan
jasad mikro lainnya.
Selain teknik dan metode pengendalian hama yang telah disebutkan terlebih
dahulu, dalam pengendalian penyakit tanaman ada hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu :
1) Perlakuan fungisida terhadap benih (seed treatment).
2) Perlakuan fungisida terhadap tanah (soil treatment).
Pemberian fungisida pada benih sebelum ditanam bertujuan untuk menghindarkan
benih dari serangan penyakit, yang mungkin enyebabkan benih busuk sebelum atau
selama perkecambahan.
Untuk mencegah serangan patogen tanaman yang berasal dari dalam tanah sering
dilakukan dengan pemberian fungisida. Penerapan fungisida melalui tanah harus
memperhatikan faktor-faktor seperti tipe tanah, suhu tanah, kandungan air tanah, bahan
fungisida, dosis, biaya, dan lain-lain.
116

Daftar Pustaka

Bari, A., S. Musa, dan E. Samsudin, 1980. Pengantar Pemuliaan Tanaman


Gardner, F.F.P., R.P. Pearce, dan R.L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia Pers, Jakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M. Amindiha, Go Ban Hong, dan
H.H. Bailey., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung
Hardjowigeno, S., 1989. Ilmu Tanah. Melton Putra, Jakarta
Harjadi, M.M. S.S., 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jumin, H.B., 1989. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Radjawali Press,
Jakarta.
Jumin H.B., 2002. Dasar-Dasar Agronomi. Radjawali Pers, Jakarta.
Yosep S. Mau. dan A. S. S. Ndiwa, 2015. Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Bahan Ajar
Mandiri.. Fakultas Pertanian Undana, Kupang.

Pertanyaan:

1. Sebutkan dan jelaskan 5 usaha dan prinsip dasar yang harus dilakukan dalam kegiatan
pertanian untuk pebcapaian maksimisasi produksi.

2. Kegiatan pemuliaan tanaman hanya dapat dilakukan apabila adanya keragaman genetik
dalam suatu populasi. Langkah apa yang dapat dikerjakan untuk menimbulkan
keragaman genetik dalam suatu populasi.

3. Jelaskan tahapan dan langkah-langkah metode seleksi galur murni sampai pada
penemuan suatu galur yang potensial sebagai calon varietas unggul.

4. Apa tujuan dan manfaat dari pengolahan tanah.

5. Apa manfaat dari irigasi bagi suatu usaha pertanian dan pertimbangan-pertimbangan
apa saja yang perlu diperhatikan untuk pengadaan irigasi di suatu wilayah pertanian..

6. Mengapa tanaman-tanaman pertanian yang diusahakan harus dipupuk?

7. Kebutuhan pupuk N, P dan K total untuk pertumbuhan dan perkembangan jagung Pioner
Hibrida berturut-turut sebesar 125 kg, 50 kg dan 50 kg per hektar. Pupuk yang tersedia di
pasaran dalam bentuk Urea dengan kandungan N sebesar 45 %, SP-36 kandungan P sebesar 36
% dan KCl kandungan K-nya sebesar 50 %. Berapa kebutuhan pupuk optimal diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman jagung.
117

Jawaban :
1. Secara umum, upaya-upaya dalam meningkatkan produksi pertanian akan meliputi: (1)
Pemuliaan Tanaman, (2) Pengolahan Tanah, (3) pengairan, (4) pemupukan, dan (5)
Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit Tanaman.
Pemuliaan tanaman diartikan sebagai suatu metode yang secara sistematik merakit
keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi manusia. Program
pemuliaan dapat dilakukan secara selektif, jika terdapat populasi dasar dengan syarat:
terdapat keragaman yang keturunan yang cukup besar dalam populasi; dan ukuran
populasi yang cukup besar. Tujuan dari pemuliaan yakni senantiasa terus menghasilkan
jenis-jenis baru yang yang tendensi hasilnya cenderung meningkat baik kuantitas
maupun kualitas hasil serta berarientasi pada kebutuhan pasar.
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang bertujuan
untuk menciptakan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan
tanah dilakukan untuk mendapatkan struktur dan tata udara dan air yang optimal bagi
tanama. Dalam pengolahan tanah, beberapa kegiatan yang dilakukan adalah : usaha-
usaha untuk menghilangkan tumbuhan pengganggu sebelum tanah dijadikan sebagai
lapangan produksi, membersihkan akar tumbuhan/pohon dan menimbun bahan
organik, dan menggemburkan tanah dan mengawetkan tanah sebagai lapangan
produksi.
Air (irigasi) merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan tanaman. Kekurangan
dan kelebihan air bagi tanaman akan mengakibatkan terganggunya perkembangan
morfologi dan proses fisiologi tanaman. Masalah kekurangan dan kelebihan air timbul
sebagai akibat siklus hidrologi di alam yang tidak merata. Bagi daerah-daerah dengan
curah yang rendah, kekuarangan air merupakan masalah penting dalam usaha
pertanian. Sebagai tindak lajutnya lahir pemikiran untuk memenuhi kekurangan air
yang seringkali terjadi itu. Salah satu ilmu yang mengkaji dan membahas tentang
masalah air bagi pertanian adalah ilmu irigasi. Irigasi adalah pemberian air pada
tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhannya. Kebutuhan air tanaman
adalah kehilangan air per satuan luas yang diakibatkan oleh kanopi tanaman
(transpirasi) ditamabah dengan hilangnya air melalui penguapan dari permukaan tanah
(evaporasi) pada luasan tertentu
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Sedangkan pemupukan adalah penambahan tersebut bahan (zat hara) tanaman ke
dalam tanah. Dalam arti luas pemupukan termasuk pula penambahan bahan-bahan lain
yang dapat memperbaiki kesuburan tanah seperti : penambahan pasir pada tanah liat,
penambahan tanah mineral pada tanah organik, dan pengapuran. Manfaat lain dari
pemupukan adalah : mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah, Tanaman
akan tumbuh lebih sehingga hingga kuantitas maupun kualitas produksi. Pupuk dapat
berbentuk pupuk alam ataukah pupuk buatan.. Pupuk alam adalah pupuk yang langsung
didapat dari alam. Contohnya adalah fosfat alam, pupuk organik (pupuk kandang,
kompos, pupuk hijau, dll) dan pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan
jenis dan kadar unsur haranya sengaja ditambahkan ke dalam pupuk tersebut dalam
118

jumlah tertentu. Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk
majemuk.
Pengendalian gulma, hama dan penyakit, merupakan suatu usaha untuk mengurangi
populasi tanaman pengganggu, hama dan penyakit tanaman sampai pada ambang batas
pengendalian sehingga tidak menyebabkan penurunan/kehilangan hasil secara berarti.
Dalam ssstem pengendalian terhadap gulma, hama dan penyakit tanaman dapat
dilakukan secara manual, mekanik, kimia, ataupun biologi dengan mempertimbangkan
segala aspek kelebihan dan dampak yang ditimbulkan.
2. Untuk memperoleh populasi dasar dengan keragaman genetik yang cukup tinggi dapat
ditempuh dengan beberapa cara, yaitu: (1) pengumpulan plasmanutfah local dan
introduksi varietas-varietas baru, (2) Pemisahan hasil suatu persilangan : dengan
membuat perkawinan-perkawinan yang ditujukan untuk pemisahan hasil suatu
persilangan dalam satu spesies atau antar apesies (paling banyak dilakukan oleh para
pemulia tanaman), (3) Mutasi buatan, dan (4) poliploidi.
3. Prinsip dasar dari pelaksanaan seleksi galur murni adalah menyeleksi sejumlah
tanaman tunggal, kemudian membandingkan keturunannya dalam suatu percobaan
lapang dan selanjutnya dipilih satu keturunan yang paling baik untuk dikembangkan
sebagai varietas baru. Ada 3 langkah-langkah tahapan dalam metode seleksi galur
murni sampai pada penemuan suatu galur yang potensial sebagai calon varietas unggul:
(1) Mengadakan seleksi sejumlah besar tanaman tunggaldari populasi dasar, (2)
Menanam keturunan dari setiap individu tanaman yang terpilih ke dalam baris-baris
untuk diadakan pengamatan. Evaluasi diperlukan untuk beberapa tahun/generasi.
Galur-galur yang jelek harus segera disingkirkan. Galur yang terpilih ditanam pada
selama beberapa periode untuk diamati penampilannya pada beberapa lingkungan yang
berbeda untuk diamati penampilannya pada berbagai lingkungan yang berbeda, dan (3)
Menanam keturunan dari setiap individu tanaman yang terpilih ke dalam baris-baris
untuk diadakan pengamatan. Evaluasi diperlukan untuk beberapa tahun/generasi.
Galur-galur yang jelek harus segera disingkirkan. Galur yang terpilih ditanam pada
selama beberapa periode untuk diamati penampilannya pada beberapa lingkungan yang
berbeda untuk diamati penampilannya pada berbagai lingkungan yang berbeda
4. Tujuan dan manfaat dari pengolahan tanah: (1) menyiapkan tempat pertumbuhan benih
(seed bed) yang serasi dan baik. Dalam hal ini, penggemburan tanah, akan memberikan
peluang bagi benih untuk mengadakan kontak langsung dengan tanah. Benih akan
mudah menyerap air, hara, dan udara yang penting bagi proses perkecambahan dan
pertumbuhan benih, (2) Menghindarkan saingan terhadap pertumbuhan pengganggu,
dan (3) memperbaiki sifat fisik dan biologi serta kimia tanah. Dari segi fisik tanah,
pada pengolahan tanah gumpalan tanah yang besar akan dihancurkan menjadi
gumpalan-gumpalan kecil, sehingga akar tanaman dapat dengan mudah menembus
tanah untuk tumbuh dan berkembang. Tata udara dan air tanah juga menjadi lebih baik
dengan adanya pengolahan tanah. Dari segi kimia tanah, pengolahan tanah akan
menyebabkan adanya perubahan struktur dan komposisi kimia tanah. Dari segi biologi
akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah
119

5. Manfaat irigasi bagi suatu usaha pertanian: (1) memenuhi kebutuhan air tanaman, (2)
mempermudah pengolahan tanah, (3) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (4)
membersihkan tanah dari kadar garan dan asam yang terlalu tinggi, serta kotoran dan
unsur-unsur racun, dan (4) menekan pertumbuhan gulma, hama dan penyakit tanaman.
Dalam mengadakan irigasi di suatu tempat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu: (1) apakah di daerah tersebut mutlak perlu diadakan irigasi?, (2) apakah ada
kemungkinan diadakan irigasi?, (3) bagaimana bentuk irigasi itu?, dan (4) apakah
dengan adanya irigasi bisa menguntungkan?
6. Tanaman-tanaman pertanian yang diusahakan harus dipupuk, karena adanya kegiatan
tanaman secara terus menerus akibat kebutuhan manusia yang terus meningkat, adanya
sehingga proses penghanyutan unsur hara dari dalam tanah semakin besar akibat bagian
tanaman yang dipanen, proses pencucian dan erosi, serta adanya penemuan varietas-
varietas tanaman yang berproduksi tingi yang ”rakus hara” sehingga ketersediaan
pupuk alami dalam tanah tidak mampu mengimbangi kehilangan hara yang terjadi.
7. Kebutuhan pupuk Urea, SP-36 dan KCL total untuk pertumbuhan dan perkembangan jagung
Pioner Hibrida adalah:
Kebutuhan Urea = 100/45 x 125 = 277,78 kg Urea.
Kebutuhan SP-36 = 100/36 x 50 = 138,89 kg SP-36.
Kebutuhan KCl = 100/50 x 50 = 100,00 kg KCl.

IX. KERUSAKAN TANAH DAN UPAYA MEMPERTAHANKAN


KESUBURANNYA

Kompetensi Khusus : Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan


mampu menyebutkan dan mejelaskan faktor-faktor yang menyebabkan
120

kerusakan tanah, menjelaskan pengertian erosi dan tahapan proses erosi,


menjelaskan contoh teknik budidaya yang menyeabakan menurunnya kesuburan
tanah, dan mampu menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan/memperbaiki kesuburan tanah.

Alokasi Waktu: 1 x 100 menit

9.1. Erosi Tanah

Kerusakan tanah pertanian di daerah tropik sebagian besar disebabkan oleh


pemilihan dan penerapan teknologi yang salah tanpa memperhatikan nilai-nilai ekonomi.
Salah satu dampak pemilihan dan penerapan teknologi yang tidak benar yang sangat
menonjol adalah erosi.
Erosi adalah suatu proses menyebabkan terlepasnya partikel-partikel tanah
sebagai akibat tenaga air, angin, atau salju, yang mengalirkan ke daerah yang lebih rendah.
Di daerah tropis seperti Indonesia, erosi tanah terutama di sebabkan oleh daya rusak air
hujan.
Ada dua macam erosi yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal atau
disebut juga erosi geologi atau erosi alami adalah proses pengangkutan tanah yang terjadi
dibawah vegetasi alami. Biasanya erosi terjadi dengan laju yang sangat lambat dimana
jumlah tanah yang tererosi kurang atau sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi
ini tidak berbahaya karena terjadi dalam keadaan keseimbangan alam alami. Erosi
dipercepat merupakan erosi yang dipercepat akibat kegiatan manusia yang menggangu
keseimbangan alam. Jumlah tanah yang terangkut biasanya biasanya lebih banyak dari
yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah dipermukaan (top soil)
menjadi hilang. Dari kedua macam erosi ini, hanya erosi dipercepatlah yang menjadi
perhatian dalam kegiatan konservasi tanah dan air, yang dalam pembahasan selanjutnya
digunakan istilah erosi.
a. Proses Erosi
Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi tiga tahap yang terjadi dalam
keadaan normal di lapangan, yaitu :
121

1) Pemecahan bongkah-bongkah atau agregat tanah menjadi butir-butir kecil atau


partikel tanah.
2) Pengangkutan butir-butir tanah yang kecil tersebut.
3) Pengendapan (sedimentasi) partikel-partikel tersebut di tempat yang lebih rendah
atau di dasar sungai atau waduk.

b. Akibat Erosi Terhadap Kesuburan Tanah


Erosi menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesuburan tanah, baik kesuburan fisik,
kimia, maupun biologi tanah. Secara fisik erosi tanah mengakibatkan terpecehnya
agregat tanah, tersumbatnya pori-pori tanah dan terganggunya sirkulasi air dan udara
tanah. Akibat lanjutan adalah terkikisnya lapisan atas tanah (top soil) yang pada
umumnya lebih subur dari lapisan tanah di bawahnya.
Secara kimia, erosi berakibat hilangnya unsur hara bersamaan dengan terkikisnya
lapisan atas tanah. Sedangkan secara biologi, dengan hanyutnya lapisan top soil, maka
mikroorganisme tanah juga akan terangkut. Berkurangnya mikroorganisme tanah
menimbulkan berbagai hambatan dalam proses mineralisasi, humifikasi, dan
amonifikasi.
Selain menurunya kesuburan tanah, erosi juga menimbulkan masalah pendangkalan
sungai, muara sungai, pendangkalan saluran irigasi, serta berkurangnya air pada
musim kemarau.
c. Bentuk-bentuk Erosi
Menurut bentuknya, erosi dibedakan menjadi :
1. Erosi Percikan (Spalsh Erosion)
Erosi ini terjadi karena curah hujan yang jatuh langsung ke tanah mengandung
energi yang dapat menghancurkan struktur tanah dan melempar butir-butir tanah
sampai satu meter ke udara. Semakin lebat akan semakin besar pula hentakan
terhadap butir tanah.
2. Erosi Lembar (Sheet Erosion)
Erosi lembar adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu
permukaan bidang tanah. Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat karena kehilangan
122

lapisan tanah seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top
soil akan habis.
3. Erosi Alur (Riil Erosion)
Terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di
permukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat-
tempat tersebut. Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan
dengan pengolahan tanah biasa.
4. Erosi Parit (Gully Erosion)
Proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk
sudah demikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan
tanah biasa. Erosi parit yang baru terbentuk sedalam 40 cm lebarnya dengan
kedalam sekitar 25 cm. Erosi parit yang telah lanjut dapat mencapai kedalaman
30 cm.
5. Erosi Tebing Sungai
Erosi tebing sungai terjadi sebagai akibat pengikisan tebing oleh air yang
mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan air yang kuat pada kelokan
sungai. Erosi tebing akan lebih hebat terjadi jika vegetasi penutup tebing telah
habis atau dilakukan pengaolahan tenah terlalu dekat tebing.
6. Longsor
Longsor terbentuk setelah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau
pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar. Berbeda
dengan bentuk-bentuk erosi lainnya, pada longsor pengangkutan tanah terjadi
sekaligus. Longsor biasa terjadi karena : 1) lereng cukup curam sehingga volume
tanah dapat bergerak atau meluncur ke bawah; 2) terdapat lapisan di bawah
permukaan tanah yang agak kedap air dan lunak yang akan merupakan bidang
luncur; dan 3) terdapat cukup air dalam tanah tepat di atas lapisan kedap air tadi
menjadi jenuh.
7. Erosi Internal
Adalah terangkatnya butir-butir primer ke bawah ke dalam celah-celah atau pori-
pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal mungkin
tidak menyebabkan kerusakan yang berarti oleh karena sebenarnya bagian-
123

bagian tanah tidak hilang ke tempat lain, dan tanah akan baik kembali jika
strukturnya diperbaiki. Akan tetapi erosi internal ini menyebabkan menurunnya
kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat dan
menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur.

9.2. Teknik Budidaya Yang Non Konservatif

Teknik budidaya yang salah dan tidak memperhatikan prinsip-prinsip konservasi


tanah dan air akan mempercepat rusaknya tanah pertanian. Teknik budidaya yang
memberi kesempatan terjadinya kerusakan tanah adalah :
a. Usaha pertanian tanaman semusim yang menetap tanpa diikuti oleh pemupukan yang
cukup dan teknik-teknik konservasi yang tepat.
b. Teknik pengolahan tanah dan penanaman yang searah dengan lereng, akan
memberikan peluang erosi yang lebih besar.
c. Tanah yang terbuka dan tidak ditanami pada waktu yang cukup lama menyebabkan
agregat tanah terpecah oleh tenaga air hujan. Akibatnya pori-pori tanah tersumbat dan
tanah menjadi padat. Hal ini akan merusak aerasi tanah.

9.3. Pembukaan Hutan Yang Tidak Terencana

Tumbuhan alamiah yang dijumpai di hutan yang belum terjamah manusia


merupakan suatu mekanisme yang memompa hara dari tanah dan dikembalikan lagi ke
tanah. Pada umumnya kebocoran hara yang terjadi di hutan perawan dapat ditiadakan.
Namun keadaan itu tidak dapat dipertahankan terus-menerus, karena kebutuhan akan
lahan pertanian yang selalu mendesak. Akhirnya hutan dibuka untuk dijadikan lahan
pertanian. Apabila penebangan hutan ini tidak terencana, artinya tidak diikuti oleh usaha
konservasi akan mewariskan tanah-tanah gundul yang sangat peka terhadap erosi.
Di lain pihak, menurunnya kemampuan lahan sebagai akibat peningkatan
komposisi racun, pencucian basa-basa, salinitas, perubahan sifat fisik tanah dan
peningkatan kecepatan mineralisasi merupakan proses alami yang selalu mengancam
kesuburan tanah.
124

9.4. Upaya Mempertahankan Kesuburan Tanah (Konservasi Tanah dan Air)

Dengan menganalisa kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang


menyebabkan kerusakan kesuburan tanah, maka pengaturan pengendalian, terutama
terhadap erosi, pada setiap tingkat kerusakan akan berbeda. Namun secara garis besarnya,
upaya ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kegiatan pengikisan pada
lereng/tebing dan dasar permukaan tanah.
Secara umum, ada tiga cara pendekatan pengendalian erosi yang dapat dilakukan
yang harus menunjang satu sama lain, yaitu :

a. Cara Vegetatif
Hutan perkebunan dan pola tanam campuran (pertanian terpadu) perlu di
kembangkan sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pelindung tanah dari daya perusak.
Di antara tipe-tipe tanah tersebut, maka hutan alami atau hutan buatan buatan memiliki
peranan sebagai pelindung tanah yang peling baik asal dalam ekosistem yang utuh, dalam
hal ini pengaruhnya tergantung pula pada pengelolaannya. Pada prinsipnya, tanaman
penutup tanah ini berfungsi sebagai :
1. Melindungi tanah terhadap daya perusak butir hujan.
2. Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di permukaan tanah.
3. Memperbaiki struktur tanah.
4. Menambah bahan organik tanah.
5. Memperbaiki kapasitas inlfiltasi dan absorbsi air.
6. Mencegah proses pencucian hara.
7. Mengurangi perbedaan temperatur tanah.

Yang termasuk vegetatif adalah :


1. Penanaman dalam strip
Penanaman dalam strip adalah suatu sistem bercocok tanam dimana beberapa jenis
tanaman ditanam dalam strip-strip yang berselang-seling pada sebidang tanah dan
disusun memotong lereng atau menurut garis kontur. Dalam hal ini, erosi hanya
terjadi pada tanaman tersebut tetapi ditahan oleh strip berikutnya yaitu tanaman
penutup tanah. Dalam sistem ini semua pekerjaan pengolahan tanah dan penanaman
125

dilakukan menurut kontur, dan dapat juga dikombinasikan dengan pergiliran tanaman
dan penggunaan sisa-sisa tanaman.
2. Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman adalah penanaman berbagai tanaman secara bergiliran pada
sebidang lahan menurut urutan waktu tertentu. Contohnya : padi – palawija, padi –
tanaman penutup tanah/pupuk hijau, palawija – tanaman penutup tanah/pupuk hijau.
Fungsi sistem ini selain untuk mengendalikan erosi (fungsi utama) juga untuk
mengendalikan hama/penyakit (memutuskan siklus hidup hama dan patogen),
memberantas tumbuhan pengganggu dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan
tanah.
3. Tanaman penutup tanah
Fungsi tanaman penutup tanah adalah :
- Menahan daya perusak butir-butir hujan dan jatuh dan aliran permukaan.
- Menambah bahan organik tanah.
- Meningkatkan transpirasi sehingga dapat menambah kemampuan tanah untuk
menyerap dan menahan air hujan.
4. Pemanfaatan sisa-sisa tanaman
Penggunaan sisa-sisa tanaman dapat dalam bentuk mulsa atau pupuk hijau. Mulsa
dapat mengurangi erosi dengan cara meredam energi hujan yang jatuh sehingga
merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
mengurangi daya kuras aliran permukaan.

b. Metode Mekanik

Metode mekanik adalah perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah
dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
Fungsi metode mekanik dalam konservasi tanah adalah :
- Memperlambat aliran permukaan.
126

- Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak


merusak.
- Memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerase
tanah.
- Penyediaan air bagi tanaman.
Yang termasuk dalam metode mekanik adalah :
1. Pengolahan tanah
Peranan pengolahan tanah dalam konservasi tanah adalah sedikit sekali, bahkan dapat
merugikan jika tidak memperhatikan keadaan ekologi. Pengolahan tanah
menyebabkan tanah menjadi gembur dan lebih cepat menyerap air hujan sehingga
mengurangi aliran permukaan. Akan tetapi pengaruh ini bersifat sementara. Tanah
yang telah diolah sehingga menjadi gembur lebih mudah tererosi.
Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah dan bersama dengan itu menghindari erosi,
maka cara yang paling baik adalah :
- Tanah diolah seperlunya saja.
- Pengolahan tanah dilakukan pada lingkungan air yang tetap, tidak terlalu basah
atau terlalu kering, kecuali untuk tanah sawah.
- Penggunaan bahan kimia untuk memberantas gulma.
- Mengubah dalamnya pengolahan untuk mencegah timbulnya lapisan padat.
- Melakukan pengolahan tanah menurut kontur.
2. Pengolahan tanah menurut kontur
Pada pengolahan tanah menurut kontur, maka pembajakan dilakukan menurut kontur
atau memotong lereng, sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang
menurut kontur atau melintang lereng seperti terlihat pada gambar. Pengolahan tanah
menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur
juga, yaitu barisan tanaman dibuat searah dengan arah garis kontur. Keuntungan
utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran
permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan pengangkutan
tanah.

Arah pengolahan tanah dan


barisan tanaman
127

Arah lereng

Gambar 9.1. Sketsa pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur.

3. Guludan
Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur
atau memotong lereng. Tinggi tumpukan tanah dibuat sekitar 25 – 30 cm dengan lebar
dasar 25 – 30 cm, jarak antara guludan tergantung pada kecuraman lereng, kepekaan
erosi tanah dan erosivitas hujan. Untuk tanah yang kepekaan erosinya rendah,
guludan dapat diterapkan pada tanah dengan kemiringan 6%. Guludan diperkuat
dengan penanaman rumput, perdu atau tanaman pohon yang dijaga agar tetap rendah.

4. Teras
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan tanah dan memungkinkan penyerapan air
oleh tanah. Dengan demikian erosi akan berkurang.
Terdapat tiga tipe utama teras yaitu :
- Teras bangku; dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di
bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk bangku atau tangga. Teras
bentuk ini cocok untuk bentuk lereng dengan kemiringan 20 – 30%.
128

- Teras berdasar lebar; merupakan suatu saluran berdasar lebar atau galengan yang
dibuat memotong lereng pada tanah yang berombak dan bergelombang. Teras ini
dapat digunakan pada tanah dengan kemiringan lereng antara 2 – 8%.

c. Metode Kimia
Metode ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki
struktur tanah, yaitu dengan meningkatkan kemantapan agregat dan struktur tanah.
Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini antara lain bitumen
dan krilium. Emulsi dari bahan kimia tersebut dicampur dengan air, misalnya dengan
perbandingan 1 : 3, kemudian dicampurkan dengan tanah.
Penggunaan bahan kimia untuk konservasi tanah belum banyak dilakukan.
Walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Pada waktu sekarang ini umumnya
penggunaan bahan kimia masih dalam tingkat percobaan.
129

a. Model Penanaman pada Lahan Miring b. Penggunaan Frame A pada Lahan Miring

c. Teknologi Pertanian Lahan Berlereng d. Pemilihan Tanaman Pertanian Yang Sesuai


Untuk Konservasi Lahan

e. Strip rumput gajah (Pennisetum f. Metode Sloping Agriculture Land


purpureum) sebagai tanaman penguat Technology (SALT)

Gambar 7.1. Beberapa model konservasi pada lahan-lahan miring.


Daftar Pustaka

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M. Amindiha, Go Ban Hong, dan
H.H. Bailey., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung

Hadi, Mochamad. 2012. Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengelolaan Lingkungan. Lab
Ekologi & Biosistematik Jurusan Biologi Fmipa Undip.

Hardjowigeno, S., 1989. Ilmu Tanah. Melton Putra, Jakarta

Harjadi, M.M. S.S., 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
130

Jumin, H.B., 1989. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Radjawali Press,
Jakarta.
Jumin H.B., 1990. Dasar-Dasar Agronomi. Radjawali Pers, Jakarta.

Pentewati, Preseila. 2011. Konservasi Air Pada Pertanian Lahan Kering. Sipil UNWIRA
Vol. 1 No. 3 Maret 2011: 175-184.

Satriawan, H. 2007. Perencanaan Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan di Das Sape


Lombok Tengah. ITB. Bogor.

Suyana, Jaka. 2003. Penerapan Teknologi Konservasi Hedgerows Untuk Menciptakan


Sistem Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan. Pengantar Falsafah Sains. Program
Pasca Sarjana/S3. IPB.

Pertanyaan dan Tugas Pembuatan Makalah (Dikumpulkan dan Diseminarkan):

1. Apa yang anda ketahui tentang erosi, jelaskan.

2. Sebutkan dan jelaskan teknik budidaya yang menyebabkan kerusakan lahan


pertanian.

3. Jelaskan 3 cara pendekatan untuk mempertahan kesuburan tanah.

4. Buatkan makalah yang terkait kerusakan tanah dan upaya


dengan
mempertahankan kesuburannya yang akan diseminarkan dalam kelompok
diskusi.

Jawaban:

1. Apa yang anda ketahui tentang erosi, jelaskan.

2. Sebutkan dan jelaskan teik budidaya yang menyebabkan kerusakan lahan pertanian.
X. ANALISIS EKONOMI USAHATANI TANAMAN PANGAN

Kompetensi Khusus : Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan


mampu memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip analisis ekonomi usahatani
tanaman pangan dan mampu menghitung biaya input dan keuntungan dari sistem
usahatani tanaman pangan.

Alokasi Waktu: 1 x 100 menit


131

10.1. Pengantar

Usahatani adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang
ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Mosher (1990) mendefinisikan
usahatani sebagai bagian dari permukaan bumi dimana seorang, sebuah keluarga tani atau
badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Selanjutnya dikemukakan
usahatani itu sendiri pada dasarnya adalah sebidang tanah.
Dikaitkan dengan analisis ekonomi, Fadholi (1989) mempertegas bahwa usahatani
adalah kegiatan ekonomi, karena ilmu ekonomi membantu pengembangannya.
Secara umum ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari alokasi sumber yang
terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Dengan kata lain ilmu
ekonomi adalah ilmu untuk mengambil atau menetapkan pilihan. Aplikasinya dalam
usahatani tanaman pangan adalah bagaimana individu petani memilih alternatif terbaik
dari banyak alternatif yang terbuka (tersedia) dari kombinasi faktor produksi yang
dimilikinya sehingga dapat diperoleh suatu hasil usahatani tanaman pangan yang
ekonomis.
Setiap petani pada hakekatnya menjalankan sebuah perusahaan pertanian di atas
usahataninya. Usahatani itu merupakan perusahaan karena tujuan setiap petani bersifat
ekonomis dalam memproduksi hasil, apakah untuk dijual atau digunakan oleh keluarga
sendiri (Mosher, 1990).
Dalam mengadakan suatu usaha ekonomis harus diperhatikan biaya dan
penerimaan. Semakin besar penerimaan dibandingkan dengan biaya produksi maka
kemungkinan memperoleh keuntungan atau pendapatan bersih lebih besar.
Penerimaan usahatani adalah nilai dari seluruh produk, baik yang dijual maupun
yang dikonsumsi oleh keluarga serta yang diberikan kepada orang lain sebagai
sumbangan, upah maupun hasil yang dapat dipergunakan pada proses produksi
selanjutnya. Pengeluaran adalah jumlah pengorbanan baik berupa bahan ataupun uang
yang dikeluarkan oleh petani untuk membiayai usahataninya. Sedangkan pendapatan
bersih usahatani merupakan selisih antara seluruh penerimaan dan seluruh pengeluaran
petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani.
132

Besarnya pendapatan suatu usahatani sangat berhubungan erat dengan luas


usahatani. Perbedaan pendapatan antar usahatani juga disebabkan oleh karena adanya
perbedaan dalam struktur sumberdaya lainnya seperti perbedaan jenis tanaman,
penggunaan pupuk, pestisida dan alat pertanian, serta penggunaan tenaga kerja (Sri
Widodo, 1980).
Soeharjo dan Patong (1977) menjelaskan analisis ekonomi usahatani memberikan
bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani berhasil
atau tidak. Suatu usaha dinyatakan berhasil atau sukses kalau situasi pendapatan kotor
(penerimaan) memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (1) cukup membayar semua
pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi yang melekat
pada pembelian itu; (2) cukup untuk membayar modal yang ditanamkan; (3) cukup untuk
membayar upah tenaga kerja.
Fadholi (1989) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
usahatani dari dua sisi yaitu pertama faktor yang berada pada usahatani itu sendiri (intern)
meliputi petani pengelola, tanah (usahatani), tenaga kerja, modal, tingkat teknologi,
kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah anggota keluarga.
Kedua, faktor faktor di luar usahatani (ekstern), meliputi tersedia atau tidaknya sarana
transportasi dan komunikasi, aspek pemasaran (saprodi dan hasil pertanian), fasilitas
kredit dan sarana penyuluhan.
Mengaplikasikan prinsip-prinsip analisis ekonomi usatani di atas terhadap
usahatani tanaman pangan dengan tujuan utama adalah memperoleh penampilan usahatani
yang ekonomi atau menguntungkan.
Usahatani tanaman pangan yang dimaksud adalah kegiatan pada usahatani yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Dalam kajian ini difokuskan pada
komoditi pangan utama yang sesuai dengan kondisi di NTT seperti jagung, padi, kacang
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, shorgum dan umbi-umbian (kentang , ubI jalar dan
ubi kayu).
Bagian selanjutnya dari tulisan ini akan mendiskusikan tentang struktur biaya
produksi, penerimaan dan pendapatan bersih dari setiap jenis usahatani tanaman pangan.
Data yang digunakan bayak disadur dari hasil-hasil penelitian yang relevan terutama
dalam kaitan dengan komoditi dan lokasi penelitian.
133

10.2. Struktur Biaya Usahatani Tanaman Pangan

Mubyarto (1990) menjelaskan bahwa persoalan yang paling sulit dalam ekonomi
usahatani (pertanian) adalah persoalan pembiayaan. Sehingga petani seringkali tidak
dapat meningkatkan produksinya karena kekurangan biaya. Konsekuensinya petani
mengusahakan usahatani mengusahakan usahatani berdasarkan kemampuan apa adanya
yang dimilikinya. Sementara Teken dan Asnawi (1977) menyatakan persoalan biaya
produksi memegang peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan dari suatu
usaha. Biaya produksi yang dimaksud adalah jumlah kompensasi yang diterima oleh
pemilik faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain biaya
yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi disebut biaya produksi.
Berkenaan dengan biaya, biasanya dinilai berdasarkan periode tertentu. Dalam
jangka pendek (per tahun atau musim tanam) satu kali produksi kita dapat membedakan
biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan dalam jangka panjang, semua biaya akan
berubah karena semua faktor yang dipergunakan menjadi variabel atau dikenal dengan
biaya variabel.
Secara umum ada empat kategori atau pengelompokan biaya yakni: (1) biaya
tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu masa
produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini adalah: pajak tanah, penyusut alat, dan
bangunan pertanian, pemeliharaan ternak, pemeliharaan pompa air, traktor dan
sebagainya. (2) Biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variable cost). Besar
kecilnya sangat tergantung pada besar atau kecilnya produksi. Biaya ini meliputi; biaya
untuk pupuk, bibit atau benih, pestisida, buruh/tenaga kerja upahan, biaya panen,
pengolahan tanah dan sebagainya. (3) Biaya tunai yaitu biaya yang dikeluarkan secara
tunai. Meliputi untuk biaya tetap misalnya pajak, iuran dan sebagainya. Sedangkan untuk
biaya variabel misalnya untuk pembelian pupuk, benih, pestisida maupun membayar
upah. (4) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya yang tidak dikeluarkan secara
tunai, namun dihitung sebagai biaya, seperti biaya panen (tenaga untuk panen), biaya
pupuk kandang, biaya tenaga kerja keluarga.
Selain keempat kategori biaya di atas, dikenal pula biaya langsung yakni biaya
yang langsung digunakan dalam proses produksi (imputet cost) seperti biaya penyusutan
134

alat maupun sarana lainnya. Selanjutnya dikenal pula istilah biaya tetap rata-rata, yaitu
biaya yang diperoleh dari rasio antara biaya variabel dengan out put.
Pada suatu sistem kegiatan usahatani yang semakin maju (komersil), semakin
banyak biaya dan penerimaan berupa uang tunai. Besarnya biaya yang dikeluarkan sangat
tergantung pada besarnya usaha yang dijalankan. Usaha yang besar membutuhkan biaya
yang besar pula, tetapi biaya per unit produk yang dihasilkan akan semakin menurun
dengan semakin besarnya usaha. Secara umum biaya-biaya yang dikeluarkan pada sistem
usahatani tanaman pangan per komoditi tertera pada Tabel 10.1.
Tabel 10.1. Alokasi biaya produksi per cabang usahatani tanaman pangan di NTT.
(data diolah dari beberapa hasil penelitian (1994-1999) dalam persen

Rincian Biaya Padi Jagung Shorgum Legume Umbi-Umbian


Kedele Kacang Kacang Kentang Ubi Ubi
Tanah Hijau Jalar Kayu
Biaya
Variabel
1. Lahan
2. Tenaga
kerja
3. Bibit/benih
4. Pupuk
5. Pestisida
6. Lain-lain

Rincian Biaya Padi Jagung Shorgum Legume Umbi-Umbian


Kedele Kacang Kacang Kentang Ubi Ubi
Tanah Hijau Jalar Kayu
Biaya Tetap
1. Penyusutan
2. Pajak
3. Lain-lain

10.3. Cara Menghitung Biaya (Tunai dan Tidak Tunai)

a. Tanaman Padi (untuk lahan irigasi dan tadah hujan)


Uraian Padi
Lahan Irigasi Tadah Hujan
1. Produksi, kg/ha 4.020,00 2.637,00
135

2. Benih, kg/ha 40,87 46,97


3. Pupuk Urea, kg/ha 145,90 97,67
4. Pupuk TSP, kg/ha 65,57 46,00
5. Racun/Pestisida, Rp/ha 11.867,00 13.047,59
6. TK U/Semua Aktivitas 931,28 974,04
a. Dalam Keluarga, jam/ha 357,86 423,53
b. Luar Keluarga, jam/ha 573,28 550,54

b. Biaya Usahatani Padi


Uraian Padi
Lahan Irigasi Tadah Hujan
Natura Rupiah Natura Rupiah
1. Produksi, kg/ha 4.020,00 6.532.500,00 2.637,00 4.285.125,00
2. Benih, kg/ha 40,87 204.350,00 46,97 234.850,00
3. Pupuk Urea, kg/ha 145,90 145.900,00 97,67 97.670,00
4. Pupuk TSP, kg/ha 65,57 144.254,00 46,00 101.200,00
5. Racun/Pestisida, Rp/ha 11.867,00 *) 27.148,82 13.047,59 *) 29.849,73
6. TK U/Semua Aktivitas 931,28 582.050,00 974,04 608.775,00
a. Dalam Keluarga, 357,86 223.662,50 423,53 264.706,25
jam/ha
b. Luar Keluarga, jam/ha 573,28 358.387,50 550,54 344.068,75
Keterangan :
1. Hasil Padi dikonversikan ke beras (dikalikan 65%), dihargai Rp. 2.500/kg
2. Benih, Rp. 5000/kg
3. Pupuk Urea, Rp. 1000/kg
4. Pupuk TSP, Rp. 2200/kg
5. Nilai Pestisida Tahun 1994 dihitung menggunakan metode Bunga Majemuk
dengan formulasi Ntn = Xo (1 + r)n
6. Dikonversikan ke Hari Orang Kerja (HOK), dinilai dengan upah lokal Rp.
5000/HOK atau Jam Kerja/8 x Rp. 5000

10.4. Penerimaan Usahatani Tanaman Pangan


Penerimaan kotor (gross return) atau nilai produksi (value of production) sering
disebut juga pendapatan kotor (gross farm income) yaitu jumlah kuantitatif dari suatu
produk pertanian tertentu dikalikan dengan harga pasar yang berlaku dari produk tersebut,
dinyatakan dengan nilai rupiah.

10.5. Pendapatan Usahatani Tanaman Pangan


136

Pendapatan bersih sering disebutkan sebagai keuntungan merupakan selisih antara


penerimaan (pendapatan kotor) dengan seluruh komponen biaya. Besar atau kecilnya
pendapatan merupakan salah satu indikator dari keberhasilan usahatani.
Banyak ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan usahatani.
Soekartawi at el (1986) mengemukakan ada dua ukuran dan penampilan usahatani yaitu
ukuran arus uang tunai dan tidak tunai. Ukuran arus uang tunai diterima dari penjualan
produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani (farm payment) didefinisikan sebagai
jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.
Penerimaan tunai tidak mencakup yang berbentuk benda jadi produk usahatani
yang dikonsumsikan tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani, dan nilai kerja
yang dibayar dengan benda tidak dihitung sebagai pengeluaran tunai usahatani. Selisih
antara penerimaan dan pengeluaran tunai disebut pendapatan tunai suatu usahatani (farm
net cash flow) dan merupakan kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai.
Pendapatan tunai suatu usahatani dapat pula menunjukkan tingkat dari corak usahatani
(subsisten transisi atau komersial).
Kelebihan uang tunai ditambah dengan penerimaan tunai di luar usahatani disebut
pendapatan tani rumah tangga (household net farm cash flow). Pendapatan tunai yang
sangat rendah merupakan indikator kemelaratan.
Untuk suatu usahatani dimanaproduksinya sebagian besar untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, maka untuk menilai produk (subsisten) ini dinilai dengan
menggunakan harga pasar. Pendapatan kotor/penerimaan usahatani didefinisikan sebagai
nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang
tidak dijual. Selisih antara penerimaan kotor dengan seluruh komponen biaya disebut
sebagai pendapatan usahatani (farm income).
Besarnya penerimaan, biaya dan pendapatan dari setiap cabang usahatani tanaman
pangan dideskripsikan pada tabel berikut ini.
a. Usahatani Padi
Uraian Padi
Lahan Irigasi Tadah Hujan
Rupiah Rupiah Rupiah Rupiah
Penerimaan per ha 6.532.500,00 4.285.125,00
137

1. Benih, kg/ha 204.350,00 234.850,00


2. Pupuk Urea, kg/ha 145.900,00 97.670,00
3. Pupuk TSP, kg/ha 144.254,00 101.200,00
4. Racun/Pestisida, Rp/ha 27.148,82 29.849,73
5. TK utk Semua Aktivitas 582.050,00 608.775,00
6. Biaya lain-lain diasumsi Tidak dihitung Tidak dihitung
Pengeluaran, per ha 1.103.802,82 1.072.344,73
Pendapatan 5.428.797,18 3.212.730,27

10.6. Analisis R/C Rasio


R/C rasio (Return and Cost atau R/C rasio) adalah analisis imbangan penerimaan
dan biaya, yang juga identik dengan analisis cabang usaha. Analisis ini biasa dipakai dari
suatu cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini yang
menjadi perhatian adalah unsur biaya yang merupakan unsur modal, sehingga dapat diuji
seberapa besar nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang
bersangkutan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.
R/C rasio tidak mempunyai satuan, tetapi batas besaran terkecil yang dapat
dianggap menguntungkan adalah satu (1) dengan demikian ada tiga kriteria besaran R/C
rasio yang sering dimanfaatkan dalam suatu kegiatan usahatani, yakni:
1. R/C rasio  1 dimaksudkan kegiatan usahatani tersebut tidak memberikan keuntungan
secara ekonomi.
2. R/C rasio  1 dimaksudkan kegiatan usahatani tersebut tidak memberikan kerugian
maupun keuntungan secara ekonomi impas.
3. R/C rasio  1 dimaksudkan kegiatan usahatani tersebut memberikan keuntungan secara
ekonomi.
Analisis ini juga memiliki keuntungan yakni sederhana dan mudah dikerjakan,
tidak tergantung pada suku bunga berlaku serta tingkat teknologi saat dianggap tetap.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat dipakai untuk menguji keuntungan
relatif dari kegiatan usahatani yang dikelola secara murni komersial atau investasi modal
secara besar-besaran, dimana tingkat suku bunga yang berlaku akan diperhitungkan.
Besarnya R/C rasio dari usahatani tanaman pangan adalah sebagai berikut :
a. Usahatani Padi
138

Uraian Padi
Lahan Irigasi Tadah Hujan
Rupiah Rupiah Rupiah Rupiah
Penerimaan, per ha 6.532.500,00 4.285.125,00
Pengeluaran, per ha 1.103.802,82 1.072.344,73
Pendapatan 5.426.797,18 3.212.780,27
R/C rasio 5,92 4,00
Keterangan : Penerimaan/Pengeluaran.

Daftar Pustaka

Mosher, A. T., 1985. Membangun dan Mengerakan Pertanian. PT. Yasaguna, Jakarta
Murbyato, 1976. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta
Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pembangunan Petani Kecil.
Universitas Indonesia, Jakarta
Prajnanta Final, 1997. Melon. Penebar Swadaya, Jakarta
Trubus, 1998. Agribisnis. Majalah Trubus Edisi Nopember No. 348 Tahun XXIX

Pertanyaan:

1. Apa yang anda ketahui tentang sistem usahatani, jelaskan.

2. Secara umum dalam strutur biaya usahatani tanaman pangan ada empat kategori atau
pengelompokan biaya dalam anilisis sistem usahatani, sebutkan dan jelaskan.

3. Bagaimana menghitung nilai R/C rasio dari suatu sistem usahatani.

Jawaban:

1. Usahatani adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan
kepada produksi di lapangan pertanian. Mosher (1990) mendefinisikan usahatani
sebagai bagian dari permukaan bumi dimana seorang, sebuah keluarga tani atau badan
usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Selanjutnya dikemukakan
usahatani itu sendiri pada dasarnya adalah sebidang tanah. Dikaitkan dengan analisis
139

ekonomi, Fadholi (1989) menyatakan bahwa usahatani adalah kegiatan ekonomi,


karena ilmu ekonomi membantu pengembangannya. Dalam mengadakan suatu usaha
ekonomis harus diperhatikan biaya dan penerimaan. Semakin besar penerimaan
dibandingkan dengan biaya produksi maka kemungkinan memperoleh keuntungan atau
pendapatan bersih lebih besar. Penerimaan usahatani adalah nilai dari seluruh produk,
baik yang dijual maupun yang dikonsumsi oleh keluarga serta yang diberikan kepada
orang lain sebagai sumbangan, upah maupun hasil yang dapat dipergunakan pada
proses produksi selanjutnya. Pengeluaran adalah jumlah pengorbanan baik berupa
bahan ataupun uang yang dikeluarkan oleh petani untuk membiayai usahataninya.
Sedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara seluruh penerimaan
dan seluruh pengeluaran petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Besarnya
pendapatan suatu usahatani sangat berhubungan erat dengan luas usahatani. Perbedaan
pendapatan antar usahatani juga disebabkan oleh karena adanya perbedaan dalam
struktur sumberdaya lainnya seperti perbedaan jenis tanaman, penggunaan pupuk,
pestisida dan alat pertanian, serta penggunaan tenaga kerja. Soeharjo dan Patong (1977)
menjelaskan analisis ekonomi usahatani memberikan bantuan untuk mengukur apakah
kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani berhasil atau tidak. Suatu usaha
dinyatakan berhasil atau sukses kalau situasi pendapatan kotor (penerimaan) memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut : (1) cukup membayar semua pembelian sarana produksi
termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi yang melekat pada pembelian itu; (2)
cukup untuk membayar modal yang ditanamkan; (3) cukup untuk membayar upah
tenaga kerja.

2. Empat kategori atau pengelompokan biaya dalam anilisis sistem usahatani: 1) biaya
tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu masa
produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini adalah: pajak tanah, penyusut alat, dan
bangunan pertanian, pemeliharaan ternak, pemeliharaan pompa air, traktor dan
sebagainya. (2) Biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variabel cost). Besar kecilnya
sangat tergantung pada besar atau kecilnya produksi. Biaya ini meliputi; biaya untuk
pupuk, bibit atau benih, pestisida, buruh/tenaga kerja upahan, biaya panen, pengolahan
tanah dan sebagainya. (3) Biaya tunai yaitu biaya yang dikeluarkan secara tunai.
Meliputi untuk biaya tetap misalnya pajak, iuran dan sebagainya. Sedangkan untuk
biaya variabel misalnya untuk pembelian pupuk, benih, pestisida maupun membayar
upah. (4) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya yang tidak dikeluarkan secara
tunai, namun dihitung sebagai biaya, seperti biaya panen (tenaga untuk panen), biaya
pupuk kandang, biaya tenaga kerja keluarga

3. Menghitung nilai R/C rasio dari suatu sistem usahatani: R/C rasio (Return and Cost
atau R/C rasio) adalah analisis imbangan penerimaan dan biaya, yang juga identik
dengan analisis cabang usaha. Analisis ini biasa dipakai dari suatu cabang usahatani
berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini yang menjadi perhatian adalah
unsur biaya yang merupakan unsur modal, sehingga dapat diuji seberapa besar nilai
rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat
memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya. R/C rasio  1, dimaksudkan
kegiatan usahatani tersebut tidak memberikan keuntungan secara ekonomi. R/C rasio
 1 dimaksudkan kegiatan usahatani tersebut tidak memberikan kerugian maupun
140

keuntungan secara ekonomi impas. R/C rasio  1 dimaksudkan kegiatan usahatani


tersebut memberikan keuntungan secara ekonomi. Sebagai contoh jika suatu usahatani
memliki nilai pengeluaran sebesar Rp. 1.500.000,00 dan nilai penerimaan sebesar Rp.
7.500.000,00, maka nilai R/C rasio  7.500.000/1.500.000 = 5, ini berarti kegiatan
usahatani ini memberikan keuntungan secara ekonomi atau dapat dinyatakan secara
ekonomi bahwa berarti setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan akan didapat hasil
penjualan sebesar Rp. 5.

XII. PENGELOLAAN KEBUN YANG


BERWAWASAN AGRIBISNIS
Kompetensi Khusus : Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan suatu model kegiatan usahatani yang
berorientasi agribisnis.

Alokasi Waktu: 1 x 100 menit

12.1. Pengantar
141

Dalam menunjang keberhasilan suatu usaha yang bergerak dalam bidang


pertanian (agribisnis), tentunya harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Satu dari faktor yang sangat penting dalam keberhasilan kita beragribisnis adalah
pengelolahan tanaman di lapangan yang berorientasi komersial.

12.2. Pengelolaan Kebun Melon Berwawasan Agribisnis

Suatu tanaman akan memberikan pertumbuhan dan hasil yang bagus (optimal),
jika periode pertumbuhan dan berkembang tanaman selama di lapangan mendapatkan
perhatian dan perawatan yang baik. Oleh sebab itu beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pengolahannya adalah sebagai berikut (sebagai contoh kasus di sini akan
ditampilkan tanaman melon):

1. Benih dan Varietas


Benih dan varietas yang cocok dan baik ini sangat diperlukan. Karena benih akan
sangat menentukan hasil tanaman yang akan didapat kelak. Sedangkan varietas haruslah
dipilih varietas yang cocok dengan lingkungan/agroklimat setempat dan juga varietas
yang yang dipakai merupakan varietas yang memiliki potensi hasil yang tinggi dan cocok
dengan selera pasar (untuk melon varietas sky rocket, action, aroma, emerald dan lain-
lain).

2. Pembibitan
Untuk tanaman melon, sebelum ditanam dilapangan sebaiknya dilakukan
pembibitan terlebih dahulu. Media pembibitan terdiri dari pasir: kompos adalah 1:1:1,juga
dapat dicampurkan sedikit insektisida pada media pembibitan, seperti furadan dan pupuk
NPK (2 tanah:1 pupuk kandang: 80 g NPK : 75 g furadan yang dicampur secara merata).
Tanah dimasukan ke dalam polybag ukuran 6 x 10 atau 8 x 10 cm.. Biji melon ditanam
pada polybag tadi satu biji yang kemudian diletakan pada pada rumah pembibitan. Rumah
pembibitan dibuat sederhana saja, dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan dengan
menghadap kebagian timur.

3. Perawatan Bibit
Perawatan yang diperlukan meliputi
a. Pembukaan sungkup/penjanrangan atap pembibitan.
142

b. Penyiraman.
c. Pemupukan.
d. Pengendalian hama dan penyakit.
e. Sortasi bibit.

4. Pengolahan Tanah dan Penanaman


Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan lahan pertanaman yang bersih
dan berstruktur yang ramah dan baik. Oleh sebab itu dalam pengolahan tanah beberapa
hal yang diperhatikan adalah :
a. Pembersihan dan pembajakan.
b. Pembentukan bedengan
Bedengan yang dibuat berukuran 30 x 50 cm (tinggi) 12 - 15 m (panjang) dan 55
- 65 cm lebar parit. Panjang bedengan jangan terlalu panjang, hal ini memudahkan
dalam perawatan tanaman kelak.
c. Penentuan jarak tanam
Jarak tanam yang sebaiknya digunakan pada budidaya melon sistem turus dengan dua
baris dalam satu bedeng adalah 60 x 70 cm. Dengan demikian dalam satu hektar
didapat 16.000 - 18.000 tanaman. Pada jarak tanam yang terlalu sempit akan
mengakibatkan tanaman kurang baik tumbuhnya, sedangkan untuk jarak yang lebar
berakibat tanaman tumbuh terlalu subur dan buah yang terlalu besar. Untuk besar
buah melon sesuai pasar biasanya beratnya berkisar 1,5 k (untuk ekspor). Oleh sebab
itu para petani biasanya menanam melon dengan sistem satu baris tanaman per
bedeng dengan jarak tanam 20 x 90 cm dengan demikian jumlah tanaman per hektar
sekitar 12.500 tanaman.

5. Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan untuk memberikan tambahan hara pada tanaman selama
pertumbuhannya di lapangan. Jenis pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk buatan
maupun pupuk organik. Sesuai dengan pengalaman petani, maka pupuk kandang yang
diberikan berkisar 27 ton/ha atau 1,5 kg/tanaman. Sedangkan pupuk kimia diberikan
sebanyak 4 kali yaitu pertama kali 5 hari sebelum tanam 30 gram pupuk campuran
kemudia 10 HST (40 gram pupuk campuran), 20 HST (50 gram pupuk campuran, dan 35
143

HST (30 gram pupuk campuran). Pupuk campuran terdiri dari 7 ZA : 5 Urea : 10
TSP (SP 36).

6. Pengendalian OPT
Beberapa hama dan penyakit yang sering mengganggu tanaman melon adalah :
Hama : lalat buah, sering menyerang buah melon dengan gejala buah melon berlubang
(kecil) dan busuk. Penanggulangannya dapat dengan memangkas buah yang terserang
atau dengan insektisida Decis 2,5 EC sesuai dengan aturan pemakaiannya. Kumbang
daun, menyerang bagian daun melon. Gejalanya terluhat jelas pada daun, yakni berbentuk
guratan konsentris. Untuk menanggulanginya, dapat dilakukan dengan insektisida Decis
2,5 EC dengan konsentrasi 0,5 cc/l.
Penyakit : layu bakteri, gejala yang ditimbulkan adalah daun tanaman layu
secara keseluruhan. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara pengaturan
drainase, pengolahan tanah dilakukan dengan sebaik mungkin atau dengan disemprot
dengan baktericida Agrept dengan konsentrasi 1,2 g/l pada umur 20 HST. Embun bulu,
serangan dimulai dengan adanya bercak-bercak berwarna kuning muda yang dibatasi oleh
urat-urat daun sehingga terkesan menjadi bercak bersudut. Penyebabnya adalah cendawan
(Pseudoperenosporas cubensis). Dapat ditanggulangi dengan cara lokasi tanaman
diusahakan jauh dari lokasi tanaman yang se famili, tanaman terserang dapat dimusnahkan
saja dan penyemprotan fungisida previcur N dengan konsentrasi 2 - 3 cc/l apabila
serangganya telah melampaui batas ambang ekonomi.

7. Panen dan Pasca Panen


Umur panen suatu komoditas tanaman akan sangat mempengaruhi kualitas buah
yang dihasilkan. Pemanenan yang tidak tepat (terlalu tua atau terlalu cepat) sangat kurang
baik, ini disebabkan akan menurunkan mutu buah. Sebagai contoh buah melon muda
sudah harus dipanen pada umur 55 - 85 HST, akan tetapi inipun sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
a. Sifat genetis tanaman.
b. Lingkungan tempat tumbuh tanaman.
c. Teknik budidaya.
144

Tanda-tanda tanaman melon yang siap dipanen adalah : pada verietas sky rocket,
action, aroma, sweet star, kulit buah telah penuh dengan “jaring”, warna kulit buah dari
hijau menjadi kekuning-kuningan sedangkan warna tangkai buah menjadi kekuning-
kuningan, mengeluarkan aroma yang harum, dan tampak pada tanaman mengalami
kemunduran fisik.
Sedangkan pada proses pasca panen meliputi sortasi dan grading buah. Buah
melon digolongkan menjadi tiga klas, yaitu :
b. Klas M1, dengan bobot buah 1,5 cc atau lebih dengan jaring terbentuk sempurna.
c. Klas M2, bobot buah 1 - 1,5 kg dengan jaring 70% terbentuk.
d. Klas M3, bobot buah bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak terbentuk sama sekali.

12.3. Analisis Usahatani Melon


Sebelum memulai penyusunan anggaran dan program kerja dalam beragribisnis,
maka faktor yang utama perlu diperhitungkan adalah tentang usaha taninya. Di bawah ini
diuraikan diuraikan usahatani salah satu komoditas (melon).
Luas lahan : 1 Ha
Populasi tanaman : 16.000 – 18.000 pohon
Varietas yang digunakan : Golden Prize

A. Biaya Produksi
1. Benih dan Mulsa PHP
a. Benih 500 g Rp. 10.500.000
b. Mulsa PHP 10 rol (200 kg) @ Rp. 25.000 Rp. 2000.000
145

Jumlah A Rp. 12.500.000


2. Pemupukan dan Pengapuran
a. Pupuk kandang 20 ton @ Rp. 500.000 Rp. 10.000.000
b. Pupuk NPK (15 : 15 : 15) 600 kg @ Rp. 10.000 Rp. 6.000.000
c. Pupuk Borate 18 kg @ Rp. 30.000 Rp. 540.000
d. Kapur pertanian 180 kg @ Rp. 12.000 Rp. 2.160.000
Jumlah B Rp. 18.700.000
3. Persiapan Lahan
a. Sewa tanah satu musim (4 bulan) Rp. 2.000.000
b. Pembersihan lahan 50 HK @ Rp. 30.000 Rp. 1.500.000
c. Pembajakan dan pencangkulan 65 HK @ Rp.
20.000 Rp. 1.300.000
d. Pembuatan bedengan 100 HK @ Rp. 30.000 Rp. 3.000.000
e. Pemberian kapur 10 HK @ Rp. 30.000 Rp. 300.000
f. Pemberian pupuk kandang 20 HK @ Rp. 30.000 Rp. 600.000
g. Pemberian pupuk kimia dan pemasangan mulsa
plastik 50 @ Rp 30.000 Rp. 1.500.000
Jumlah C Rp. 10.200.000
4. Pestisida dan Pupuk Daun
a. Plastik semai 5 kg @ Rp. 35.000 Rp. 175.000
b. Plastik transparan 50 m @ Rp. 10.000 Rp. 500.000
c. Tenaga kerja semai 60 HK @ Rp. 30.000 Rp. 1.800.000
d. Pembuatan lubang tanam 5 HK @ Rp. 30.000 Rp. 150.000
e. Penanaman 50 HK @ Rp. 30.000 Rp. 1.500.000
30 HKP @ Rp. 30.000 Rp. 900.000
Jumlah D Rp. 5.025.000

5. Pestisida dan Pupuk Daun


a. Karbofuran 36 kg @ Rp. 30.000 Rp. 1.080.000
b. Insektisida 15 L @ Rp. 150.000 Rp. 2.250.000
c. Fungisida 25 kg @ Rp. 150.000 Rp. 3.750.000
d. Pupuk daun 10 kg @ Rp. 50.000 Rp. 500.000
e. Perekat perata 75 @ Rp. 20.000 Rp. 1.500.000
Jumlah E Rp. 9.080.000

6. Pemeliharaan Tanaman
146

a. Turus 1.250 batang @ Rp. 10.000 Rp. 12.500.000


b. Tenaga pasang turus 50 HKP @ Rp. 30.000 Rp. 1.500.000
c. Kawat dan rafia pengikat Rp. 200.000
d. Tenaga semprot 30 HKP @ Rp. 30.000 Rp. 900.000
e. Tenaga pemupukan NPK dan penyiangan 25
HKW @ Rp 30.000 Rp. 750.000
Jumlah F Rp. 15.850.000
7. Panen
a. 20 HKP @ Rp. 30.000 Rp. 600.000
b. 10 HKW @ Rp. 30.000 Rp. 300.000
Jumlah G Rp. 130.000
8. Lain-lain
a. Belanja peralatan (3 sprayer embrat, drum, dll.) Rp. 3.500.000
b. Gubuk tempat tinggal dan penyimpanan alat Rp. 3.000.000
c. Tanaga keamanan 1 bulan Rp. 600.000
Jumlah H Rp. 7.100.000
Total A + B + C + D + E + F + G + Lain-lain Rp. 79.355.000
Biaya tak terduga 5% Rp. 5.000.000
Jumlah 84.355.000
Ket : HKP = Hari Kerja Pria (8 jam kerja)
HKW = Hari Kerja Wanita (6 jam kerja)

B. Penjualan
a. Rata-rata produksi tanaman 2,25 kg (hanya 1 buah yang dipelihara), maka
hasil/Ha 40.500 kg. Dengan tingkat kerusakan sebesar 5% maka hasil bersih
40.500 – 2.025 = 38.475 kg.
b. Jika kelas M1 = 65% x 38.475 kg x Rp. 7.500 = Rp. 187.566.625
M2 = 25% x 38.475 kg x Rp. 5.000 = Rp. 48.093.750
M3 = 10% x 38.475 kg x Rp. 3.500 = Rp. 13.466.250
Jumlah penerimaan Rp. 249.126.625
Pendapatan Kotor = Hasil – biaya produksi
= Rp. 249.126.625 – Rp. 84.355.000
= Rp. 164.771.625
147

Dengan demikian pendapatan bersih : bila 70% modal berasal dari pinjaman Bank,
maka bunga bank selama 3 bulan
= (10% x 3) x (70% x Rp. 85.000.000)
= 30% x Rp. 85.000.000
= Rp. 25.500.000
Keuntungan Bersih = pendapatan kotor – bunga bank
= Rp. 164.771.625 – Rp. 25.500.000 = Rp. 139.271.625

ROI (Efisiensi Penggunaan modal) sebesar Rp. 164.771.625 / ( Rp. 84.355.000 +


Rp. 25.500.000) x 100 % = Rp. 164.771.625 / (Rp. 109.855.000) x 100% = 149,99 %.
Jadi dapat dinyatatakan bahwa dengan modal Rp. 1 didapat keuntungan bersih sebesar Rp.
1,49. R/C (Ratio Biaya dan pendapatan) = Rp. 249.126.625 / Rp. 84.355.000 = 2,95, Nilai
R/C 2,95, berarti setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan akan didapat hasil penjualan sebesar
Rp. 2,95.
148

a. Pertumbuhan awal tanaman melon b. Kegiatan pemeliharaan tanaman melon

g. Pemeliharaan buah melon secara terencana h. Tampilan buah melon berkualitas yang siap
dipanen

i. Pelaksanaan pemanenan melon golden j. Buah melon berkualitas golden prize


prize hasil panen dan siap dipasarkan

Gambar 11.1. Kegiatan kebun agribisnis melon.


Daftar Pustaka
149

Mosher, A. T., 1985. Membangun dan Mengerakan Pertanian. PT. Yasaguna, Jakarta
Murbyato, 1976. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta
Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pembangunan Petani Kecil.
Universitas Indonesia, Jakarta
Prajnanta Final, 1997. Melon. Penebar Swadaya, Jakarta
Trubus, 1998. Agribisnis. Majalah Trubus Edisi Nopember No. 348 Tahun XXIX

Pertanyaan:

1. Hal-hal apa yang harus diperhatikan oleh seorang pengusaha/petani dalam melakukan
kegiatan usahatani yang berwawan agribisnis.

2. Jika seorang petani memiliki lahan yang sempit, bagaimana caranya agar usahatani
yang dilakukan dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi keluarganya..

Jawaban:

8. Beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan kebun berwawan


agribisnis:
Pemilihan benih dan varietas yang cocok dan baik ini sangat diperlukan. Karena
benih akan sangat menentukan hasil tanaman yang akan didapat kelak. Sedangkan
varietas haruslah dipilih varietas yang cocok dengan lingkungan/agroklimat setempat
dan juga varietas yang yang dipakai merupakan varietas yang memiliki potensi hasil
yang tinggi dan cocok dengan selera pasar (untuk melon varietas sky rocket, action,
aroma, emerald dan lain-lain). Selain itu juga perlu dilakukan perhitungan kebutuhan
benih secara optimal agar biaya pengeluaran dapat dikurangi. Yang menghendaki
pembibitan sebelum dilakukan penanaman di lapang maka perlu memperhatikan
media pembibitan yang ideal. Benih yang telah ditanam pada polibag kemudian
diletakan pada pada rumah pembibitan. Rumah pembibitan dibuat sederhana saja,
dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan dengan menghadap kebagian timur.
Perawatan Bibit; Perawatan yang diperlukan meliputi pembukaan
sungkup/penjanrangan atap pembibitan, penyiraman, pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit, sortasi bibit. Pengolahan Tanah dan Penanaman; Pengolahan
tanah dimaksudkan untuk mendapatkan lahan pertanaman yang bersih dan berstruktur
yang ramah dan baik. Oleh sebab itu dalam pengolahan tanah beberapa hal yang
diperhatikan adalah pembersihan dan pembajakan, pembentukan bedengan,
penentuan jarak tanam yang tepat sesuai dengan kondisi agroklimat setempat.
Pemupukan; Pemupukan dimaksudkan untuk memberikan tambahan hara pada
tanaman selama pertumbuhannya di lapangan. Jenis pupuk yang diberikan dapat
berupa pupuk buatan maupun pupuk organic, sesuai dengan dosis anjuran.
150

Pengendalian OPT; Hama dan penyakit yang sering mengganggu tanaman harus
dapat diidentifiksi secara baik untuk tindakan pengendalian secara tepat. Panen dan
Pasca Panen; Umur panen suatu komoditas tanaman akan sangat mempengaruhi
kualitas buah yang dihasilkan. Pemanenan yang tidak tepat (terlalu tua atau terlalu
cepat) sangat kurang baik, ini disebabkan akan menurunkan mutu buah. Tanda-tanda
tanaman buah siap yang siap dipanen harus diketahui dan dipelajari karena akan
mempengaruhi kualitas hasil maupun kuantitas hasil yang diperoleh. Selanjutnya
sortasi dan grading buah adalah hal yang sangat perlu untuk membagi dalam beberapa
kelas buah berdasarkan ukuran dan warna buah. Keseluruhan proses ini jika dijalani
secara benar akan meningkatkan pendapat usahatani secara berarti.
2. Suatu kegiatan usahatani sangat bergantung pada perencanaan awal. Jika seoorang
memiliki keahlian dan ketrampilan dalam berusahatani dan memiliki informasi pasar
yang baik, maka kegiatan usahatani akan dapat dilakukan secara intensif melalui
pemilihan komoditas pertanian yang bernilai ekonomis (sesuai permintaan pasa dan
memiliki harga jual yang tinggi) yang pada akhirnya dengan frekuensi penanaman
yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan yang maksimal walaupun pada skala
luasan lahan yang sempit

DAFTAR PUSTAKA
151

Brata, Kamir R. 2001. Falsafah Sains Untuk Penyempurnaan Teknik Budi Daya Lorong
(Alley Cropping) Pada Lahan Pertanian Berlereng. Makalah Pengantar ke Falsafah
Sains. Program Pasca Sarjana. IPB.

Bari, A., S. Musa, dan E. Samsudin, 1980. Pengantar Pemuliaan Tanaman.

Gardner, F.F.P., R.P. Pearce, dan R.L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia Pers, Jakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M. Amindiha, Go Ban Hong, dan
H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Hadi, Mochamad. 2012. Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengelolaan Lingkungan. Lab
Ekologi & Biosistematik Jurusan Biologi Fmipa Undip.

Haridjaja, O. 1990. Pengembangan Pola Usahatani Campuran pada Lahan kering yang
Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Sukabumi. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian, IPB, Bogor.

Hamzah, Umur. 2003. Prospek Pemanfaatan Lahan Kering Dalam Rangka Mendukung
Ketahanan Pangan Nasional. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca
Sarjana/S3. IPB.

Hardjowigeno, S., 1989. Ilmu Tanah. Melton Putra, Jakarta.

Harjadi, M.M. S.S., 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Indranada, H.K., 1985. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara, Jakarta.

Jumin, H.B., 1989. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Radjawali Press,
Jakarta.

Jumin H.B., 2002. Dasar-Dasar Agronomi. Radjawali Pers, Jakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1986. Klimatologi. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.
Bina Aksara, Jakarta.

Machfudz. 2001. Peningkatan Produktivitas Lahan Kritis Untuk Pemenuhan Pangan


Melalui Usahatani Konservasi. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca
Sarjana/S3. IPB.
Mosher, A. T., 1985. Membangun dan Mengerakan Pertanian. PT. Yasaguna, Jakarta.
Murbyato, 1976. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
152

Ndiwa, A. S. S., I. G. B. Arsa, dan Y. S. Mau, 2010. Genetika dan Pemuliaan Tanaman.
Modul Berbasi Bahan Ajar Mandiri. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Pertanian
Undana, Kupang.

Prajnanta Final, 1997. Melon. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pentewati, Preseila. 2011. Konservasi Air Pada Pertanian Lahan Kering. Sipil UNWIRA
Vol. 1 No. 3 Maret 2011: 175-184.

Satriawan, H. 2007. Perencanaan Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan di Das Sape


Lombok Tengah. ITB. Bogor.

Suyana, Jaka. 2003. Penerapan Teknologi Konservasi Hedgerows Untuk Menciptakan


Sistem Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan. Pengantar Falsafah Sains. Program
Pasca Sarjana/S3. IPB.
Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pembangunan Petani Kecil.
Universitas Indonesia, Jakarta.

Soemardjo P., 1988. Dasar_Dasar Pemuliaan Tanaman.

Trubus, 1998. Agribisnis. Majalah Trubus Edisi Nopember No. 348 Tahun XXIX.

Anda mungkin juga menyukai