Anda di halaman 1dari 3

Petrologi, Geokimia dan Signifikansi Tektonik

dari Batuan Ultrabasa Terserpentinisasi dari


Lengan Selatan Sulawesi, Indonesia
Adi Maulana, Andrew G. Christy, David J. Ellis

Inti Sari
Batuan ultrabasa yang terserpentinisasi terjadi di dua kompleks basemen
yang terpisah di Lengan Selatan Sulawesi, Blok Bantimala dan Barru. Kami
menyajikan data petrografi, kimia mineral dan data geokimia dari batuan ini,
dan menafsirkannya perihal petrogenesis dan setting tektonik. Batuan dari
kedua blok tersebut menunjukkan serpentinisasi yang kuat dari silikat
anhidrat asli. Batuan ultrabasa Bantimala utamanya terdiri dari peridotit
(harzburgit dan dunit) dan clinopyroxenite, dengan lensa podiform
chromitite. Metamorfisme ini dibuktikan dengan adanya amphibolite-facies
tremolite sekis. Sebaliknya, batuan ultrabasa Barru terdiri dari peridotit
harzburgit dan podiform chromitite, yang juga menunjukkan amphibolitefacies yang dalam kasus ini mungkin terkait dengan intrusi oleh tubuh
dasit/granodiorit yang besar. Analisis unsur jejak semua batuan dan
komposisi spinel menunjukkan bahwa harzburgit Barru relatif menurun
terhadap mantel primitif, dan telah memiliki beberapa cairan terekstraksi.
Sebaliknya, dunit, harzburgit dan clinopyroxenite Bantimala menyatu.
Keduanya berasal dari lingkungan zona supra-subduksi, dan yang terjadi
selama penutupan dari cekungan belakang busur yang berukuran kecil. Jika
telah tidak ada rotasi dari blok, maka batuan ultrabasa Bantimala
berkedudukan pada arah ENE, sementara ultrabasa Barru berkedudukan
pada arah WNW. Sederetan batuan ultrabasa dari dua blok ini bersanding
dengan kumpulan metamorf, yang kemudian diintrusi oleh batuan vulkanik
muda, khususnya di Blok Barru.
1. Pendahuluan
Pulau Sulawesi terletak di bagian tengah kepulauan Indonesia, yang terdiri dari empat
wilayah tektonik (Kadarusman et al, 2004; Maulana, 2009): (1) Busur Pluto-Volcanic Sulawesi
Utaradan Barat di lengan selatan dan utara pulau, (2) Sabuk metamorf Sulawesi Tengah,
membentang dari tengah pulau ke lengan tenggara, (3) Sabuk ofiolit Sulawesi Timur di lengan
timur, dan (4) Fragmen benua Banggai-Sula dan Tukang Besi (Gambar. 1). Setiap wilayah
tektonik terjadi pada batuan pra-Tersier yang terdiri dari deretan batuan metamorf dan basa-

ultrabasa. Deretan batuan basa-ultrabasa telah ditafsirkan dengan berbagai cara sebagai anggota
ofiolit dari setting tektonik yang berbeda (Sukamto, 1982; Smith dan Silver, 1991; Monnier et al,
1995;. Bergman et al, 1996;. Kadarusman dan Parkinson, 2000; Kadarusman et al., 2004).
Petrologi dan geokimia rangkaian batuan ultrabasa dari sabuk metamorfik Sulawesi Tengah dan
sabuk ofiolit Sulawesi Timur telah dipelajari dengan rinci ((Smith dan Silver, 1991; Kadarusman
dan Parkinson, 2000;. Kadarusman et al, 2002, 2004). Namun, tidak seperti tiga wilayah tektonik
tersebut, belum ada penelitian telah dilakukan sejauh ini dari batuan ultrabasa sabuk vulkanik
Sulawesi Barat, terutama dari lengan selatan Sulawesi, kecuali dari van Leeuwen (1981) dan
Sukamto (1982), yang hanya melaporkan geologi umum dari deretan batuan ultrabasa. Baru-baru
ini, Maulana (2009) menyelidiki deretan batuan ultrabasa lengan selatan dan menganggap
mereka bagian dari Kompleks Basemen Sulawesi Selatan. Terbentuknya deretan batuan ultrabasa
dapat memberikan informasi penting tentang evolusi tektonik daerah ini, studi rinci diperlukan
untuk menjelaskan arti/signifikansi tektoniknya.
Dalam tulisan ini, kimia mineral dan data geokimia keseluruhan batuan (unsur utana dan
jejak) dari batuan ultrabasa dari dua blok yang berbeda, Bantimala dan Barru, dilaporkan untuk
pertama kali. Data ini digunakan untuk mengetahui asal
batuan ultrabasa dengan
membandingkannya dengan data yang terpublikasi untuk batuan ultrabasa lain. Kesimpulan yang
ditarik digunakan untuk memberikan wawasan pada petrogenesa dan setting tektoniknya.
2. Geologi Regional
Daerah Sulawesi Selatan terletak pada lengan selatan Sulawesi, pada
wilayah lengan Pluto-Vulkanik Sulawesi Barat-Utara. Wilayah ini tersusun
atas sedimen dan produk lengan vulkanik yang menindih kompleks basemen
pra-Tersier. System tektonik saat ini didominasi oleh sesar geser utama
dengan trend NNW-SSE, sesar Walanae barat, dan sesar Walanae timur.
Pergeseran sesar ini utamanya ke kiri, tetapi komponen ekstesional telah
menyebabkan bukaan Graben Walanae Plio-Pleistosen di antaranya.
Geologi dari wilayah ini terdiri dari lima susunan utama; kompleks
basemen pra-Tersier, sedimen Upper Cretaceous, batuan vulkanik Paleogen,
sedimen Eosen-Miosen, dan sedimen dan batuan vulkanik MiosenResen.
Komplek basemen pra-Tersier terbentuk oleh kumpulan batuan
ultrabasa dan batuan metamorf, tersingkap pada Blok Bantimala dan Barru.
Blok Bantimala berukuran kira-kira 25 x 10 km, memanjang pada arah NNWSSE. Blok Barru yang lebih kecil ke utara, melingkar dan kira-kira
berdiameter 10 km, terpisah dari Blok Bantimala oleh celah dengan jarak 15
km. Blok Bantimala terdiri dari batuan metamorfik HP (eklogit dan sekis
biru), terbentuk oleh campuran retrograde dari salah satu fasies sekis hijau
atau sekis biru, sedangkan Blok Barru dicirikan oleh campuran fasies sekis
hijau-amfibolit dengan tidak ada jejak dari metamorfisme tekanan tinggi.

Batuan ultrabasa di blok Bantimala terdapat pada dua tempat, bukit Moreno
dan Batugarencing, sedangkan di blok Barru, batuan ultrabasa terdapat pada
desa Kamara, bukit Sabangnairi, dan gunung Lasitae. Batuan ultabasa
didominasi oleh peridotit pentinisasi yang mengandung lensa kromit di
beberapa area dan diintrusi oleh dasit setempat dan dike andesit.
Kompleks basemen pra-tersier ditindih oleh sedimen Cretaseus yang
dikelompokkan menjadi dua kelompok; formasi Marada dan Balangbaru.
Formasi Balangbaru tersusun dari perselingan batupasir dan serpih lanauan
dengan sedikit sekali konglomerat, batupasir kerakal, dan breksi
konglomerat. Formasi Marada terdiri dari suksesi batupasir yang tercampur
yang berselingan, batulanau, dan serpih. Batupasir kebanyakan greywacke
feldspatik yang tersusun atas kuarsa, plagioklas, dan ortoklas.
Volkanisme Paleogen di daerah tersebut diwakili oleh batuan vulkanik
Kalamiseng, Langi, dan Bua. Batuan ini terdiri dari lava dan endapan
piroklastik dengan komposisi andesitic-trachy andesitic, dengan sedikit
interkalasi batugamping dan lanau menuju ke bagian teratas urutan
perlapisan batuan. Batuan ini menunjukkan tekstur retakan yang kuat dan
tekstur berlapis yang buruk.
Sedimen Eosen-Miosen dibagi ke dalam Formasi Mallawa dan Tonasa.
Formasi Mallawa tersusun atas batupasir arkose, batulanau, batulempung,
marl, dan konglomerat, diinterkalasi dengan lapisan atau lensa batubara dan
batugamping, sedangkan formasi Tonasa terdiri dari batuan karbonat yang
dibagi menjadi empat anggota. Vulkanisme Miosen-Resen dan sedimentasi di
daerah ini terdari dari beragam formasi, termasuk, urutan dari usia paling
muda, Formasi Camba Atas, batuan Vulkanik Baturappe Cindako, batuan
Vulkanik Soppeng, batuan Vulkanik Pare-pare, batuan Vulkanik Lemo, dan
batuan Vulkanik Lompobattang.
3. Metode Analitik

Anda mungkin juga menyukai