Anda di halaman 1dari 6

Page 1

Air Memegang Kapasitas


Tujuan
: Penelitian ini dimaksudkan untuk menunjukkan kemampuan tanah atau composting untuk mempertahankan kelembaban terhadap drainase akibat gravitasi.
Deskripsi
: Air diadakan di ruang, atau pori-pori, antara partikel tanah dan
film tipis yang mengelilingi partikel-partikel tersebut. Air ini tersedia untuk
vegetasi tumbuhing dalam campuran tanah. Bahan organik dan ukuran partikel mempengaruhi
kemampuan tanah untuk
mempertahankan kelembaban. Air memegang kapasitas tanah yang menentukan
kemampuannya untuk suspertahankan vegetasi bahwa selama periode kering.
Bahan
1. Saldo dengan akurasi g
2. Cincin berdiri
3. Saluran (kaca atau plastik)
4. Tubing (untuk melampirkan bawah corong)
5. Clamp (untuk mengamankan tabung)
6. Filter kertas (untuk corong line)
7. 250 mL gelas (2)
8. 100 mL silinder lulus (1)
9. Panjang batang mengaduk
10. 100 mL udara kering kompos, tanah, atau
kompos & tanah campuran
Prosedur
1. Menyeluruh udara kering kompos dan tanah
sampel.
2. Lampirkan dan klem tubing ke bawah dari corong
dan melampirkan saluran untuk berdiri cincin.
3. Tempatkan kertas saring dalam saluran
4. Isi saluran dengan 100 mL sampel-tidak
padat
5. Mengukur 100 mL air dengan menggunakan
ukur.
6. Secara bertahap tambahkan air untuk sampel sampai
tertutup. Catat jumlah air yang ditambahkan.
7. Aduk perlahan dan diamkan sampai sampel sepenuhnya
jenuh.
8. Lepaskan klem dan mengumpulkan kelebihan air
dalam silinder lulus.
9. Catat jumlah air dalam silinder.
Analisa

1. Hitung berapa banyak air dipertahankan dalam sampel mL 100 kompos, tanah
atau kompos /
tanah campuran:
____ ML air ditahan
---------=
Air tambah (mL) - air dikeringkan (mL)
100 mL sampel
(Dari Langkah 5)
(Dari Langkah 8)
2. Air kapasitas holding dinyatakan sebagai jumlah air ditahan per liter tanah,
sehingga
Langkah selanjutnya adalah kalikan dengan 10 untuk mengkonversi dari sampel
100 mL ke liter penuh:
Air memegang kapasitas (mL / L) = 10 x (____ mL air ditahan / 100 mL
sampel)

Hidrometri
Posted on 16 March 2011.

Deskripsi Singkat
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair berhubungan
dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada
permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari
pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih
rendah. Transpirasi pada dasarnya merupakan salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses
fotosintesis pada permukaan daun (tajuk). Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian
hidrometeorologi.

Relevansi
Dengan mempelajari proses terjadinya, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap evapotranspirasi, mahasiswa
dapat melakukan analisis neraca air suatu kawasan hutan melalui pendekatan dari model-model penghitungan
evapotranspirasi yang ada. Dengan menguasai metode ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
pengelolaan hutan dengan mendasarkan pada hasil neraca airnya.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa dapat melakukan pengukuran dan analisis evapotranspirasi melalui
pendekatan model-model neraca air. Harapannya mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi suatu
kawasan hutan melalui pendekatan neraca air kawasannya.

Pengertian dan Faktor Evapotranspirasi


Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut
evaporasi (penguapan). Peristiwa pengauapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama
disebut evapotranspirasi.
Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam Seyhan, 1977) :
1.

Faktor-faktor meteorologi

a.

Radiasi Matahari

b.

Suhu udara dan permukaan

c.

Kelembaban

d.

Angin

e.

Tekanan Barometer

2.

Faktor-faktor Geografi

a.

Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)

b.

Jeluk tubuh air

c.

Ukuran dan bentuk permukaan air

3.

Faktor-faktor lainnya

a.

Kandungan lengas tanah

b.

Karakteristik kapiler tanah

c.

Jeluk muka air tanah

d.

Warna tanah

e.

Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi

f.

Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain)


Model-model Analisis Evapotranspirasi
Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian hidrometeoro-logi. Pengukuran langsung
evaporasi maupun evapotranspirasi dari air maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak
kendala. Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan menggunakan input data-data
yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi. Apabila jumlah air yang tersedia tidak
menjadi faktor pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi yang maksimal dan kondisi
itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial tercapai atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan
berlangsung bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah.

Pada daerah-daerah yang kering besarnya evapotranspirasi sangat tergantung pada besarnya hujan yang terjadi
dan evapotranspirasi yang terjadi pada saat itu disebut evapotranspirasi aktual.

Analisis Evapotranspirasi Metode Meyer


E = 0,35 (ea ed) (1 + V/100) mm/hari
Ed = ea * RH
ea ===>lihat tabel berdasar t bola kering
RH ===>lihat tabel berdasar t bola basah & t
V = kecepatan angin (mile/hari)
Evapotranspirasi merupakan faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan
proses yang penting dalam siklus hidrologi.

Analisis Evapotranspirasi Potensial Metode Thornwaite


Data yang diperlukan dalam metode ini adalah suhu rata-rata bulanan yang didapat dari suhu rata-rata harian.
Data tersebut dianalisis dengan rumus-rumus :

Analisis Neraca Air Metode Thornwaite Mather


Perhitungan neraca air menurut fungsi meteorologis sangat berguna untuk evaluasi ketersediaan air di suatu
wilayah terutama untuk mengetahui kapan ada surplus dan defisit air. Neraca air ini umumnya dihitung dengan
metoda Thornthwaite Mather.
Data yang diperlukan berupa :
1. Curah hujan bulanan
2. Suhu udara bulanan
3. Penggunaan lahan
4. Jenis tanah atau tekstur tanah
5. Letak garis lintang
Langkah-langkah perhitungan :
1.

Hitung suhu udara bulanan rata-rata


Data suhu udara pada umumnya sulit diperoleh, oleh karena itu suhu udara dapat diperkirakan dengan data
suhu yang ada di suatu tempat : t = 0,006 x ht1 = t
2 t h = beda tinggi tempat lokasi 1 dengan lokasi 2 (dalam meter) t = beda suhu udara ( C);t2 = suhu
udara di lokasi 2.

2.

Hitung Evapotranspirasi dengan metode Thornthwaite Mather (Ep)

3.

Hitung selisih hujan (P) dengan evapotranspirasi

4.

Hitung accumulated potential water losses (APWL)

5.

Hitung Water Holding Capacity (Sto) berdasar Tabel (Lampiran 4)

6.

Hitung soil moisture storage (St.)

Sto dihitung atas dasar data tekstur tanah, kedalaman akar


7.

Hitung delta St tiap bulannya st = Sti bulan ke i dikurangi St bulan ke (i 1)

8.

Hitung evapotranspirasi aktual (Ea)


untuk bulan basah ( P > Ep), maka Ea = Ep
untuk bulan kering ( P < ea =" P">

9.

Hitung surplus air (S); Bila P > Ep, maka S = ( P EP) St.

10. Hitung defisit (D), D = Ep Ea.

Analisis Evapotranspirasi Metode Turc Langbein


Rumus umum yang digunakan yaitu konsep neraca air secara meteorologis pada suatu DAS (Seyhan, 1977) :
P = R + Ea St
Dalam hal ini :
P = curah hujan
R = limpasan permukaan
Ea = evapotranspirasi aktual
St = perubahan simpanan
Apabila neraca air tersebut diterapkan untuk periode rata-rata tahunan, maka St dapat dianggap nol, sehingga
surplus air yang tersedia adalah :
R = P Ea
Dan jumlah air yang tersedia diperkirakan sebesar 25% hingga 35% dari surplus air.
Menurut Keijne (1973), evapotranspirasi aktual tahunan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus TurcLangbein :

Dalam hal ini :


E = evapotranspirasi aktual (mm/tahun)
Eo = evaporasi air permukaan (mm/tahun)
P = curah hujan rata-rata (mm/tahun)
T = suhu udara rata-rata (oC)
Nilai suhu udara dapat diketahui berdasarkan data suhu udara rata-rata tahunan dari stasiun yang diketahui
dengan persamaan :
T1 = T2 (Z1 Z2) 0,006
Dalam hal ini :
T1 = suhu udara yang dihitung pada stasiun 1
T2 = suhu udara yang diketahui dari stasiun 2
Z1 = elevasi stasiun 1
Z2 = elevasi stasiun 2
sumber : di copy dari http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?page_id=111

Topik yang berhubungan:


hidrometri - Pengertian Hidrometri - makalah hidrometri - Jeluk tubuh air - materi mengenai hidrometri - arti
hidrometri - video mesum anak unhas karena sakit hati - makalah tentang hidrometri - kelebihan metode
evaporasi turc - neraca air meteorologis -

Posted in artikel kehutanan0 Comments

Macam macam neraca air


Posted on 16 March 2011.

Pengertian Neraca Air


Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu,
sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan
terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya.
Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara
lain:
1.

Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpana dan pembagi air serta saluran-salurannya. Hal ini
terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air.

2.

Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis
neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.
Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan hortikultura,

3.

perkebunan, kehutanan hingga perikanan.


Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain:
1. Model Neraca Air Umum.
Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui berlangsungnya bulan-bulan
basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air untuk penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi
maupun penguapan dari sistem tanaman atau transpirasi, penggabungan keduanta dikenal sebagai
evapotranspirasi).
2. Model Neraca Air Lahan.
Model ini merupakan penggabungan data-data klimatologis dengan data-data tanah terutama data kadar air
pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP), dan Air Tersedia (WHC = Water
Holding Capacity).

Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah tersebut akan terusmenerus diserap akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat
akar tanaman tidak lagi mampu menyerap airsehingga tanaman menjadi layu. Kandungan air pada kapasitas
lapang diukur pada tegangan 1/3 bar atau 33 kPa atau pF 2,53 atau 346 cm kolom air.

Titik layu permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana akar-kar tanaman tidak mampu lagi menyerap air
tanah, sehingga tanaman layu. Tanaman akan tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air pada
titik layu permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau 15.849 cm tinggi kolom air.

Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kapasitas lapang dan titik
layu permanen.
3. Model Neraca Air Tanaman.
Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah, dan data tanaman. Neraca air ini dibuat untuk
tujuan khusus pada jenis tanaman tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data koefisien tanaman pada
komponen keluaran dari neraca air.

Anda mungkin juga menyukai