Teknik Pemeriksaan THT
Teknik Pemeriksaan THT
a. Pars tensa
-Manubrium mallei
-umbo
-prosessus brevis
-reflex cahaya ( karena posisi membaran timpani di tempat itu tegak lurus pada
cahaya)
-plika anterior dan plika posterior
b. pars flacida: Mebrana scraphnelli
HISTOLOGI
a. Pars tensa terdiri dari 3 bagian
-lapisan luar : kulit tipis lanjutan MAE
b.Perubahan posisi
Retraksi :
-manubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan lebih horizontal
- refleks cahaya berubah bentuk atau hilang sama sekali
- prosesus brevis lebih menonjol
- plika posterior lebih jelas
-plilka anterior tak tampak karena tertutup prosessus brevis yang menonjol
bombanS
-membrana timpani terdesak ke lateral, cembung, warna merah
c. perubahn bentuk
perforasi: - letak: sentaral, marginal,atik
- Bentuk: bulat, oval, ginjal, jantung,total, subtotal
ruptur : akibat taruma ( berbentuk bintang dan ada bekuan darah )
Sikatriks : bekas perforasi yang sudah menutup
Granulasi
PELAKSANAAN
a. Cara memakai lampu kepala:
- Pasang lampu kepala sehingga tabung kepla berada di antara kedua mata
- Letakkkan telapak tangan kanan dengan jarak 30 cm di depn mata kanan
- Mata kiri ditutup
- Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan saling
-
bersinggungan
Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm
b.
-
Cara duduk
Penderita duduk di depan pemeriksa
Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita
Kepala dipegang dengan ujung jari
Waktu memeriksa telnga yang kontralateral, hanay posisi kepala penderita yang
diubah
Kaki, lutut peni derita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula
d.
-
TES PENDENGARAN
I. Tes Bisik
Syarat:
tempat: ruangan sunyi dan tidak ada echo, dan ada jarak sepanjang 6 m.
penderita: mata ditutup agar tidak dapat membaca gerakan bibir. telinga yang
diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa. telinga yang tidak diperiksa, ditutup atau di
masking dengan menekan-nekan tragus ke arah MAE leh pembantu pemeriksa. bila
tak ada yang membantu, telinga ditutup dengan kapas yang dibasahi gliserin.
mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan.
pemeriksa: kata yang dibisikkan dengan udara cadangan paru-paru sesudah ekspirasi
biasa. Kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang dikenal penderita.
harus mengandung huruf lunak dan desis.
Teknik pemeriksaan:
penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, pemeriksa yang berpindah tempat. mulai pada
jarak 1 m, bisikkan 5 kata. bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m
dibisikkan kata lain dengan jumlah yang sama, bila didengar semua-mundur lagi,sampai pada
jarak dimana penderita mendengar 80 % kata-kata, pada jarak itulah tajam pendengaran
telinga yang di tes. Untuk memastikan, misal tajam pendengaran 3m, maka bila pemeriksa
mau ke jarak 2m penderita akan mendengar semua kata-kata yang dibisikkan, dan bila
pemeriksa mundur ke jarak 4 m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80% kata yang
dibisikkan.
Hasil Tes:
normal
Tuli berat
: <1 m
tuli total
: 6m
semua garpu tala dibunyikan satu persatu, dengan cara kedua ujung kakinya
dibunyikan dengan lunak, didengar terlebih dahulu oleh pemeriksa sampai bunyi
hampir hilang untuk mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang normal,
kemudian diperdengarkan kepada penderita dengan meletakkan garpu tala didepan
MAE pda jarak 1 2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang
menghubungkan MAE kanan dan kiri.
Interpretasi :
2. Tes Rinne
Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada 1 telinga penderita.
Cara :
Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak lurus pada planum
mastoid penderita sampai penderita tak mendengar, kemudian cepat pindahkan
kedepan MAE penderita. Apabila penderita masih mendengar disebut rinne positif,
bila tidak mendengar rinne negatif.
bunyikan garputala frekuensi 512 Hz, kemudian di pancangkan pada planum mastoid,
kemudian segera dipindah kedepan MAE, penderita ditanya mana yang lebih keras.
Bila lebih keras didepan disebut rinne positif, bila lebih keras dibelakang disebut rinne
negatif.
Interpretasi :
kesalahan : false rinne telinga yang tidak dites pendengarannya jauh lebih baik dari
pada yang dites. letak garpu tala salah, penderita terlambat memberi isyarat waktu
garpu tala sudah tak terdengar lagi.
3. Tes Weber
Tujuan : Membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita.
Cara :
Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus
di garis median, biasanya didahi (bisa di vertex atau pada gigi insisivus) dengan kedua
kaki pada garis horisontal.
penderita diminta untuk menunjukan telinga mana yang mendengar atau mendengar
lebih keras. Bila mendengar pada 1 telinga disebut lateralisasi e sisi telinga tersebut.
bila kedua telinga tidak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tak ada
lateralisasi.
Interpretasi :
4. Tes Schwabach
Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan pemeriksa.
Cara :
Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus
pada planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya
garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita. bila enderita masih mendengar berarti
schwabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, berarti 2 kemungkinan
yaitu schwabach memendek atau ormal.
Untuk membedakan 2 kemungkinan ini maka tes dibalik. Garpu tala frekuensi 512 Hz
dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila penderita
sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid
pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa
masih mendengar berarti schwabach penderita memendek.
Interpretasi :
kesalahan : Garpu tala tidak diletakkan dengan benar, kaki tersentuh hingga bunyi
menghilang.Terlambat mamberi isyarat pada saat bunyi menghilang.
Bab II
Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasalis
ANATOMI
Dorsum Nasi
Batang hidung (dorsum nasi) terdiri atas :
1. Bagian yang keras ( kranial ) :
- Os. Nasalis kanan/kiri, pros. frontalis osis maksila
2. Bagian yang lunak ( kaudal ) :
- Kartilago lateralis dan kartilago alaris
Pada kartilago alaris kulit dihubingkan dengan perikondrium oleh jaringan ikat yang keras
(juga dalam vestibula nasi). Dalam vestibulum didapati rambut-rambut.
Septum Nasi
Septum nasi menopang dorsum nasi dan membagi dua kavum nasi.
Terdiri atas 2 bagian:
1. Bagian posterior terdiri atas tulang : lamina perpendikularis os ethmoidalis, vomer
2. Bagian anterior terdiri atas tulang rawan : kartilago quadrangularis
Di masa kranium masih dalam pertumbuhan, maka bagian-bagian dari septum tidak sama
cepat tumbuhnya, akibatnya septum letaknya miring/deviatio septi yang dapat berbentuk
septum bengkok dengan pembentukan krista septi dan spina septi.
Kavum Nasi
Batas-batasnya :
Medial
: Septum nasi
Lateral
Anterior
Posterior
: Koane
Superior
: Lamina kribosa
Inferior
: Palatum durum
c. perkusi :
- Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat diganti dengan perkusi.
- Syarat-syarat buat palpasi juga berlaku buat perkusi.
RINOSKOPIA ANTERIOR
1. Alat :
a. Spekulum hidung Hartmann
b. Pinset (angulair) bayonet (Lucae)
c. Aplikator
d. Pipa penghisap
e. Kaca rinoskopia posterior
Memasukkan spekulum
Mulut spekulum dalam keadaan tertutup, masukkan ke dalam kavum nasi dan
mulut spekulum dibuka pelan-pelan
Mengeluarkan spekulum
Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan.
Jika ditutup 100%, maka mungkin ada bulu rambut yang terjepit dan ikut tercabut
keluar.
3. Tahap-tahap pemeriksaan :
a. Memeriksa vestibulum nasi
b. Memeriksa kavum nasi bagian bawah
c. Memeriksa fenomena palatum mele
d. Memeriksa kavum nasi bagian atas
e. memeriksa septum nasi
a. Memeriksa vestibulum nasi
Pemeriksaan pendahuluan, perhatikan :
- Bibir atas : maserasi, (terutama pada anak).
- Pinggir-pinggir lubang hidung : kruste, merah.
- Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas dengan ibu jari dokter.
Pemeriksaan dengan spekulum :
- Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke lateral, sisi
medial
dengan
mendorongnya
ke
medial,
sisi
superior
dengan
palatum mole bergerak, akan tampak benda gelap yang bergerak ke atas
Gelap karena :
- Cahaya lampu tidak tegak lurus pada palatum mole, atau
- Dinding nasofaring yang terang benderang itu dikecilkan dari jurusan
-
bawah
selesai mengucapkan huruf iii, palatum mole bergerak ke bawah dan
tampak sebagai benda gelap menghilang ke arah bawah, atau dinding
menjadi kecil.
Fenomena palatum mole negatif pada :
- Paralisa dari palatum mole (post difteri)
- Spasmus dari palatum mole (abses peritonsil)
- Sikatrik (pasca ATE dengan sluder, arkus anterior ikut terambil)
- Tumor dalam nasofaring, misal karsinoma nasofaring, abses
retrofaring, adenoid.
d. Memeriksa kavum nasi bagian atas
Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi bagian atas (kepala ditengadahkan)
Perhatikan :
- Kaput dari konka media
- Meatus medius : pus, polip
- Septum bagian atas : mukosa, posisi (deviasi sampai menekan konka
media)
- Fissura olfaktoria
e. Memeriksa septum nasi (seluruhnya)
Septum deviasi berbentuk spina septi, krista septi, huruf S.
RHINOSKOPIA POSTERIOR
Ide Pemeriksaan:
Menyinari koane dan dinding-dinding nasofaring dengan cahaya yang dipantulkan
oleh suatu cermin yang ditempatkan dalam nasofaring.
Harus ada tempat yang cukup luas buat menempatkan kaca. Untuk itu maka lidah
Untuk keperluan itu penderita harus bernapas dari hidung, sehingga palatum mole akan
bergerak kea rah bawah, untuk memberi jalan kepada udara yang dari kavum nasi ke paruparu dan sebaliknya.
Alat-alat:
Teknik:
Pada penderita yang sangat sensitive pemeriksaan baru dapat dimulai 5 menit setelah
ke dalam faring diberikan tetrakain1% (3-4 x). Spatula dipegang dengan tangan kiri,
lebih cepat diperoleh bila lidah ditekan di paramedical kanan dari penderita.
Memasukkan cermin ke dalam faring antara faring dan palatum mole kanan
Cermin disinari.
Tahap 2
: Idem kiri
Tahap 3
Tahap 4
Tumor
: Poliposis, karsinoma
Kesulitan-kesulitan:
1. Kesulitan-kesulitan dari pihak dokter:
Menekan lidah, hendaknya lidah ditekan dengan tenagayang optimal.
Terlalu kuat : timbul rasa sakit
Kurang kuat : faring tidak kelihatan
TRANSLUMINASI (Diaphanoscopia)
Dikerjakan dalam kamar yang gelap.
Alat : lampu listrik dari 6 volt bertangkai panjang (Heyman)
Cara melakukan:
Sinus frontalis :
- lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis
Sinus maksilaris
Cara 1 :
- Mulut dibuka lebar-lebar
- Lampu diletakkan pada margo inferior orbita ke arah inferior
- Cahaya yang memancar ke depan ditutup dengan tangan kiri
Hasilnya :
- Bila sinus normal maka palatum durum homo lateral tampak terang
Cara 2 :
Hasilnya :
Mulut dibuka
Ke dalam mulut dimasukkan lampu yang telah diselubungi tabung gelas
Mulut ditutup rapat-rapat
Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas ditutup dengan tangan kiri
Pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan bawah orbita terlihat
bayangan terang berbentuk bulan sabit
Penilaian :
- Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan antara kiri dan kanan.
- Bila kedua sinus terang keemungkinan:
Pada pria : sinus normal
Pada wanita : sinus normal/ keduanya berisi cairan (karena tulang tipis)
- Bila sama gelap kemungkinannya:
Pada pria : sinus normal (karena tulang tebal)
PUNGSI PERCOBAAN
Hanya untuk sinus maksilaris, menggunakan alat pungsi yang disebut troicart dan dilakukan
melalui meatus inferior.
Bila keluar nanah atau secret mukoid, dilanjutkan dengan tindakan irigasi sinus.
X-FOTO RONTGEN
Posisi untuk menilai sinus maksilaris yang baik adalah posisi water.
Sinus yang gelap berarti sinus yang patologis. Perhatikan apakah batas-batas sinus (tulang)
masih utuh atau tidak.
BIOPSI
Pada sinus maksilaris dapat dilakukan:
1. Melalui lubang pungsi pada meatus inferior
2. Memakai cara Caldwell-Luc
Bab III
Pemeriksaan Mulut, Faring, Tonsil dan Laring
ANATOMI
Kavum Oris
Batas anterior : bibir
Batas posterior: arkus anterior
Batas inferior : dasar mulut
Batas superior : palatum mole dan paltum durum
Batas kavum oris dan orofaring disebut ismus fausium yang dibatasi
Lateral
: lengkungan arkus anterior
Inferior
: pangkal lidah
Medial
: uvula, selalu menunjuk vertikal ke bawah
Pada saat bicara aaa, naik simetris kanan dan kiri
Tonsil:
Menonjol dari fosa tonsilaris, di muka dibatasi arkus palatoglossus ( arkus anterior ) dan di
belakang oleh arkus palatofaring ( arkus posterior )
Belahan tonsil :
Terdiri atas jaringan limfoid dengan banyak kanalikuli ( saluran ) yang bercabangcabang
Ujung saluran berada di permukaan tonsil, sehingga tonsil tampak berlubang-lubang.
Dalam kanalikuli dapat dijumpai detritus yang merupakan kumpulan dari leukosit,
epitel, bakteri yang sudah mati dan terlihat pada ostia sebagai titik putih.
Faring
Pada dinding belakang dijumpai jaringan limfoid disebut granule lateral band .Di bagian
lateral merupakan bagian dari lingkaran Waldeyer yang terdiri dari adenoid, tonsila palatina,
lateral band, dan tonsila lingualis.
Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu epifaring ( nasofaring ), mesofaring ( orofaring ), dan
hipofaring ( faringofaring ).
Gerakan muntah :
Bila dinding faring disentuh, maka timbul reflex yang mengakibatkan konstraksi dari
muskuli-muskuli.yang perlu diperhatikan ialah konstraksi M konstriktor medius,yang
berakibat :
Dinding belakang faring ditarik ke muka, dinding lateral ditarik ke medial sehingga
lumen faring hilang.
Tonsil didorong keluar dari fosa tonsilaris, didorong ke medial dan aksisnya diputar
dari frontal menjadi sagital.
Akibatnya :
Lumen faring tak kelihatan yang kelihatan hanya 2 tonsil yang sangat besar.
Kesimpulan :
Waktu gerakan muntah, semua tonsil kelihatan besar dan semua tonsil menutup
faring.Sebaiknya tonsil diperiksa waktu respirasi.
Pemeriksaan:
Mulut
Inspeksi, perhatikan :
Ptialismus, trismus
Gerakan bibir dan sudut mulut ( N VII )
Mukosa dan ginggiva, misalkan ada ulkus
Gigi atau Graham rusak yang dapat menimbulkan sinusitis maksilaris ( caries gigi
P2,P1,M1,M2,M3 ) atas atau trismus yang disebabkan gigi M3 bawah yang letaknya
miring.
Lidah :parese N XII, atrofi, aftae, tumor malignan
Palatum durum ( torus palatinus ), prosessus alveolaris bengkak oleh karena radang
atau tumor sinus maksilaris
Palpasi
Perkusi
Ucapkan aa,ee
- Bergerak-gerak tetap simetris
Paresis bilateral
Waktu istirahat
- Seperti normal
Ucapkan aa,ee
- Seperti normal
eee
- Mungkin uvula sedikit bergerak
Paresis unilateral
Waktu istirahat
- Seperti normal
Ucapkan aa,ee
- Palatum mole terangkat ke arah yang sehat
- Uvula miring menunjuk ke arah sehat,konkavitas,tak simetris
Kondisi di atas dapat karena tumor nasofaring atau paresa N X
Memeriksa paresis faring :
Normal
- Bila disentuh sensitif,dijumpai refleks muntah
Paresis bilateral
- Dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh tidak sensitif dan reflek
muntah hilang
Paresis unilateral
- Bila disentuh muncul gerakan coulisse (yang bergerak hanya faring yang
sehat)
LARING
Pemeriksaan laring terdiri atas :
- Pemeriksaan dari luar dengan inspeksi dan palpasi.
- Laringoskopia indirekta dengan cermin laring.
- Laringoskopia direkta dengan laringoskop kaku, laringoskop fiber optik atau
mikroskop.
- Pemeriksaan kelenjar leher
Alat-alat :
- Cermin laringgoskop yang besar, lampu spiritus, larutan tetrakain buat faring yang
sensitif, kain kasa yang dilipat.
Tahap-tahap pemeriksaan :
- Memeriksa radiks linguae, epiglotis dan sekitarnya.
- Memeriksa lumen laring dan rima glotidis.
Perhatikan :
Posisi penderita berhadapan,
menyebabkan bayangan
cermin yang terlihat, kanan
untuk penderita adalah kiri
untuk pemeriksa.
- Dalam gerakan ke atas dan ke muka itu, ikut pula serta epiglotis.
- Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus laringis, sekarang terbuka sehingg cahaya
dapat masuk ke dalam laring dan trakea.
- Korda vokalis bergerak ke garis median.
Tahap 2 : Melihat laring dan sekitarnya.
Perhatikan anatomi laring, berupa :
- Epiglotis dan pinggirnya.
- Aritenoid kiri dan kanan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Epiglotis
Korda vokalis
Komisura anterior
Komisura posterior
Aritenoid
Plika ari epigiotika
Ulkus
Udem
Cairan
Tumor
Perhatikan gerakan dari korda vokalis kiri-kanan normal, simetris, tidak bergerak (parase)
unilateral atau bilateral.
Kausa paralisa, antara lain :
Kelainan syaraf otak
- Di leher :
Tumor colli, operasi struma
- Dalam toraks :
Karsinoma paru, tbc, paru, aneurisma.
Jantung
- Corbovinum, perikarditis, mitral insufisiensi stenosis.
- Nefritis, Diabetes.
Fiksasi dari aritenoid :
- Misalnya karsinoma aritenoid.
Tahap 3 : Melihat trakea
- Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium fonasi.
- Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis, sehingga mukosa trakea
hanya dapat dilihat waktu belum ada aduksi yang komplit, atau di waktu belum ada
aduksi yang komplit, atau di waktu permulaan abduksi.
- Perhatikan : anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret regio subglotik, udem,
tumor.
Kesalahan-kesalahan yang lazim dibuat oleh dokter.
a. Lidah penderita ditarik keluar sehingga frenulum linguae mungkin terjepit antara
insisivus inferior kanan dan kiri. Kalau terasa sakit, maka tangan kita akan ditolak oleh
penderita.
b. Lidah dipegang terlalu keras dapat menimbulkan rasa sakit, akibatnya penderita
menarik lidahnya ke dalam mulut, atau tangan dokter ditolak.
KATA PENGANTAR
Buku Pedoman Tehnik Pemeriksaan Telinga Hidung dan Tenggorok ini berisikan tehnik
pemeriksaan THT. Telinga, hidung dan tenggorok merupakan organ yang relatif kecil,
tersembunyi dan gelap, sehingga pada pemeriksaannya memerlukan lampu kepala untuk
meneranginya, serta alat lain dan tehnik tertentu.
Mengingat keadaan tersebut diatas, pembelajaran mengenai cara pemeriksaan serta
obyek apa yang harus dilihat ternyata sulit dilakukan. Oleh karena itu buku pedoman ini
diharapkan dapat memberikan keterangan yang lebih jelas. Seperti halnya pada pedomanpedoman skill lab yang lain, buku ini menitik beratkan kepada skills mahasiswa, sehingga
lebih trampil apabila menemukan kasus- kasus di klinik.
Terimakasih kami ucapkan kepada narasumber, sejawat, para kontributor dan seluruh
pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat memberi manfaat
yang seluas-luasnya bagi kita semua. Kritik dan saran kami harapkan demei kesempurnaan
buku ini.
Penyusun