KONGRUEN
Setelah memahami
sifat-sifat
pengamatan,
identifikasi dan analisis unsur-unsur pada bangun datar yang terkait dengan sisi
dan sudut beserta ukurannya. Selanjutnya kita dapat meningkatkan pemahaman
bangun datar terhadap kekongruenan. Beberapa bangun yang dapat kita amati
melalui konsep kongruen akan menemukan apakah bangun-bangun datar memiliki
bentuk dan ukuran yang sama. Karena itu pada Bab II ini akan dibahas tentang
kongruen yang menunjukkan dua bangun yang memiliki bentuk dan ukuran yang
sama.
Dalam mempelajari bangun-bangun yang kongruen diperlukan alat tulis
lengkap dan minimal dua orang yang belajar. Alat tulis yang diperlukan yaitu
kertas, pensil, penggaris, jangka, dan busur derajat. Dua orang yang belajar
masing-masing melakukan kegiatan yang sama untuk memudahkan pemahaman
kongruen.
A. Kongruen
Bangun datar yang digunakan adalah bangun segitiga. Dua segitiga
dikatakan kongruen atau dua segitiga bentuk dan ukurannya sama akan
menunjukkan unsur-unsur pada kedua bangun segitiga itu yang sama
besar(ukuran)nya. Terdapat beberapa syarat yang menunjukkan dua segitiga
kongruen. Syarat dua segitiga kongruen dapat dipahami dengan mudah melalui
bantuan membuat gambar segitiga. Terdapat beberapa cara untuk membuat gambar
segitiga yang dikehendaki.
Beberapa persyaratan yang diajukan berikut, harus ditunjukkan melalui
perbuatan. Kemudian apakah hasilnya dapat membentuk gambar segitiga atau
tidak. Di bawah ini terdapat beberapa kondisi segitiga melalui unsur-unsur yang
diketahui melalui besaran x, y, z. Silakan besaran itu ditentukan bersama.
Pertama, apabila diketahui tiga ukuran sisi pada segitiga (s, s, s). Misal sisi
1 = x cm, sisi 2 = y cm, sisi 3 = z cm. Langkah penggambarannya:
apabila diketahui ukuran dua sisi dan satu sudut pada segitiga,
secara berurutan adalah sisi, sudut, sisi (s, sd, s). Misal, secara berurutan sisi 1 = x
cm, sudut antara dua sisi yang diketahui = y 0, sisi 2 = z cm.
Langkah
penggambarannya:
1. Buat sisi 1= x cm dengan bantuan pensil dan penggaris.
2. Beri nama, simpan di titik pangkal dan ujung.
3. Tentukan besar sudut y0 di titik pangkal atau titik ujung dengan bantuan
jangka atau busur derajat.
4. Tentukan sisi 2 = y cm di kaki sudut.
5. Beri nama di titik ujung sisi 2.
Apakah sudah dapat menggambarkan segitiga yang dimaksud?
Ketiga, apabila diketahui ukuran satu sisi dan dua sudut pada segitiga,
secara berurutan adalah sudut, sisi, sudut (sd, s, sd). Misal, secara berurutan sudut
1 = x0, sisi 1 = y cm, sudut 2 = z0. Langkah penggambarannya:
1. Buat sisi 1= y cm dengan bantuan pensil dan penggaris.
2. Tentukan titik pangkal dan ujungnya kemudian beri nama.
3. Tentukan besar sudut 1 = x0 di titik pangkal dengan bantuan jangka atau
busur derajat.
4. Tentukan besar sudut 2 = z0 di titik ujung dengan bantuan jangka atau
busur derajat.
5. Perpanjang salah satu kaki sudut 1 dan sudut 2.
Apakah sudah dapat menggambarkan segitiga yang dimaksud?
Keempat, apabila diketahui ukuran satu sisi dan dua sudut pada segitiga,
secara berurutan adalah sisi, sudut, sudut (s, sd, sd). Misal, secara berurutan sisi 1
= y cm, sudut 1= z0, sudut 2 = x0. Langkah penggambarannya:
1.
2.
3.
4.
DAB =
ADC =
CBA
BCD
Pembuktian:
Perhatikan ABC dan BAD
AB = BA (berimpit)
Akibatnya semua unsur pada ABC dan BAD sama besar (ukuran)nya.
Jadi AC = BD atau diagonal-diagonal trapesium samakaki ABCD sama panjang.
Contoh 2:
Terdapat suatu teorema yang menyatakan bahwa: pada segitiga siku-siku, panjang
garis berat ke sisi miring sama dengan setengah panjang sisi miring.
Pembuktian:
Dengan menggunakan persegipanjang (dua segitiga siku-siku)
D
C
J
Diketahui:
DAB siku-siku
AE garis berat (BE = ED)
AC = BD (diagonal persegipanjang)
Dicari:
Apakah AE = BE = ED atau AE =
1
2
BD
Bukti:
Perhatikan ADE dan BCE
AD = BC (sisi berhadapan persegipanjang)
ADB =
CBE (sudut dalam bersebrangan)
DEA =
BEC (sudut bertolak belakang)
Ditemukan unsur sisi, sudut, sisi (s, sd, sd) pada ADE dan BCE yang sama,
maka ADE kongruen dengan BCE atau ADE
BCE.
Akibatnya semua unsur pada ADE dan BCE sama besar (ukuran)nya.
Karena AC = BD (diagonal persegipanjang)
AE = CE (kongruen)
AE + CE = AC
2AE = AC = BD
2AE = BD
AE =
1
2
BD
Terbukti bahwa panjang garis berat terhadap sisi miring pada segitiga siku-siku
ukurannya setengah panjang sisi miring.