Anda di halaman 1dari 47

PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA*

Oleh
Dr. Djainal Abidin Simanjuntak
Kordinator Komisi III BPKN
*Kuliah

Umum 24 Maret 2016 FEB Universitas Lampung

Agenda Bahasan
1. Mengenal Perlindungan Konsumen dan
Kasus Pelanggarannya ;
2. Kenapa Terjadi ;
3. Apa yang Bisa Dilakukan ;
4. Siapa atau Lembaga yang bisa Membantu ;
5. Potret Perlindungan Konsumen di Indonesia
dan Negara Lain ;
6. Agenda ke Depan
7. Catatan Penutup

Kasus Pelanggaran
Perlindungan Konsumen

Kenapa Terjadi ?
Berbagai Faktor yang memberi peluang terjadinya pelanggaran :
Konsumen (pengetahuan dan kesadaran rendah)
Produsen (terfokus pada keuntungan, orientasi jangka pendek,
tahu kelemahan konsumen)
Pemerintah (kelemahan regulasi, pengawasan, kelembagaan,
pendanaan)

Penduduk Indonesia Umumnya


Berpendidikan Rendah
INDIKATOR

2011

2012

2013

Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas (%)


Tidak/Belum Sekolah

6,41

5,88

5,58

Tidak Tamat SD

14,69

13,90

13,76

SD/Sederajat

28,72

28,09

28,20

Persentase Penduduk buta huruf tahun 2014 dan 2015 di


Lampung dan Indonesia

Provinsi

2014

2015

Lampung

0,42

0,34

Indonesia

1,24

1,10

Indikator Sosial Budaya 2003 - 2012


Indikator
1. Persentase Penduduk Berumur 10 tahun
ke Atas yang Mendengar Radio
2. Persentase Penduduk Berumur 10 tahun
ke Atas yang Menonton Televisi
3. Persentase Penduduk Berumur 10 tahun
ke Atas yang Membaca Surat
Kabar/Majalah
4. Persentase Penduduk Berumur 10 tahun
ke Atas yang Melakukan Olahraga

2003 2006 2009 2012


50,29 40,26 23,50 18,57
84,94 85,86 90,27 91,68
23,70 23,46 18,94 17,66
25,45 23,23 21,76 24,99

Indek pembangunan manusia (metode baru)


Lampung dan Nasional Tahun 2010 - 2014
Provinsi

2010

2011

2012

2013

2014

Lampung

63,71

64,20

64,87

65,73

66,42

Indonesia (BPS)

66,53

67,09

67.70

68,31

68,90

Apa yang bisa dilakukan?

Grand Strategy untuk melindungi konsumen :


Mencerdaskan konsumen (pendidikan,
edukasi/sosialisasi, kampanye)
Membangun sistem/mekanisme yang efektif

Undang-Undang Perlindungan Konsumen


Definisi , Azas dan Tujuan

Bab 1. Ketentuan Umum


Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Bab 2. Asas dan Tujuan


Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan,
keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.
10

Undang-Undang Perlindungan Konsumen


Hak-hak Konsumen
Bab 3. Hak dan Kewajiban
Menurut Undang-undang ada 9 Hak Konsumen, 5 yang
utama adalah :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsurnsi barang dan/atau jasa;
2. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
3. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan /
atau jasa yang digunakan;
4. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
5. Hak untuk mendapatkan komnpensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
11

Undang-Undang Perlindungan Konsumen


Kewajiban Konsumen
Menurut Undang-undang ada 4 Kewajiban Konsumen, 2 yang utama
adalah :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan ;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa ;

12

Undang-Undang Perlindungan Konsumen


Kewajiban Pelaku Usaha
Kewajiban pelaku usaha adalah:
1.
2.

3.
4.

5.

Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
pcnggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif;
Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/atau jasa yang berlaku;
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan;
13

Undang-Undang Perlindungan Konsumen


Pelaku Usaha Dilarang

Bab. 4. Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha

Pasal 8 - Pasal 17

14

Undang-Undang Perlindungan Konsumen

LPKSM
Bab. 9. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
1. Pemerintah mengakui lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat yang memenuhi syarat.
2. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam mewujudkan
perlindungan konsumen.

15

Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Tugas LPKSM
3. Tugas LPKSM meliputi kegiatan:
a.

b.
c.
d.
e.

Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran


atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;
Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen;
Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya,
termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen;
Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat
terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen.

16

BADAN PENYELESAIAN
SENGKETA KONSUMEN BPSK

Latar Belakang
Lahirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen dilatarbelakangi :
- Adanya globalisasi dan perdagangan bebas ;
- Kemajuan teknologi dan informatika ;
- Tumbuhnya dunia usaha menghasilkan barang dan atau jasa yang
beraneka ragam ;
- Mendapatkan kepastian atas barang dan atau jasa tanpa merugikan
konsumen
- Adanya kepastian atas mutu, jumlah, dan keamanan barang dan atau jasa
yang diperoleh dipasar ;
- Meningkatkan harkat dan martabat konsumen ;
- Menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab ;
- Segala upaya untuk menjamin adanya kepastian hukum.

VISI
TERWUJUDNYA LEMBAGA YANG DIPERCAYA MASYARAKAT MENCIPTAKAN
PERLINDUNGAN DAN KEADILAN BAGI KONSUMEN DALAM MEMILIKI BARANG DAN
ATAU JASA PADA ERA PERDAGANGAN BEBAS
Misi
1. MENINGKATKAN KENYAMANAN, KEAMANAN, DAN KESELAMATAN KONSUMEN
DALAM MENGKOMSUMSI BARANG DAN/ATAU JASA
2. MELAKSANAKAN KEADILAN DAN KEPASTIAN HUKUM DALAM
PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN
3. MEWUJUDKAN TRANSAKSI PERDAGANGAN BARANG DAN
ATAU JASA YANG ADIL
4. MENINGKATKAN PENGETAHUAN KONSUMEN DALAM
MENGKONSUMSI BARANG DAN ATAU JASA
5. MENINGKATNYA KUALITAS BARANG DAN ATAU JASA

Tujuan BPSK

- Menerima pengaduan dari konsumen dan


melaksanakan penanganan serta penyelesaian
sengketa konsumen dengan cara konsiliasi, mediasi
dan arbitrase
- Memberikan pelayanan konsultasi perlindungan
konsumen dan melakukan pengawasan terhadap
pencantuman klausula baku.
- Meneliti dan melakukan pemeriksaan terhadap
sengketa
kasus-kasus pengaduan konsumen.
- Menjatuhkan sanksi administratif pada pelaku usaha
yang melanggar ketentuan Undang-undang
Perlindungan Konsumen

Sasaran BPSK
Adanya perlakuan yang seimbang terhadap konsumen dan pelaku usaha
sehingga tidak saling merugikan, dengan sasaran sebagai berikut :
Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri.
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara meng
hindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
Menciptakan sistim perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan Bertanggung jawab
dalam berusaha.
Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan,
keamanan dan keselamatan konsumen

LANDASAN KEBIJAKAN BPSK

UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN


PP NO. 57 THN 2001
Tentang BPKN

KEPPRES NO.90 THN 2001

Tentang Pembentukan
BPSK

PP NO. 59 THN 2001


Tentang

LPKSM

KEPMEN NO.350 THN 2001

KEPMEN NO.302 THN 2001

Tentang Tugas dan


Wewenang BPSK

Tentang Tata Cara


Pendaftaran LPKSM

PP NO. 58 THN 2001


Tentang Pembinaan
Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen
KEPMEN
NO.634 /MPP/Kep/9/2002

Tentang Ketentuan
dan Tatacara
Pengawasan
Barang dan/atau
Jasa yang beredar
di pasar

PERATURAN
SEKTOR
TERKAIT
1. UU No. 2 Th 1966 tentang
Hygiene
2. UU No. 2 Th 1981 tentang
Metrologi legal
3. UU No. 20 Th 2002
tentang Ketenaga Listrikan
4. UU No. 23 Th 1992
tentang Kesehatan
5. UU No.7 Th 1996
tentang Pangan
6. UU No. 5 Thn 1999 ttg
Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan
Usaha Yang Tidak Sehat
7. PP No. 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan
Pangan
8. PP No 28 Tahun 2994
tentang Keamanan, Mutu
& Gizi Pangan
9. Dan Lain-lain.

FUNGSI BPSK DALAM MENANGANI DAN


MENYELESAIKAN SENGKETA
Kewenangan BPSK cukup luas dan strategis.
memberikan konsultasi perlindungan konsumen.
melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula
baku.
kewenangan-kewenangan lain seperti yang ditentukan
dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No. 350/MPP/Kep/12/2001.
Menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan
konsumen diluar pengadilan.

Tugas dan wewenang BPSK, antara lain


melaksanakan penanganan dan penyelesaian
sengketa konsumen dengan cara Konsiliasi,
Mediasi dan Arbitrase (sebagai tugas pokok).
Tata cara pemeriksaan oleh BPSK (Hukum Acara BPSK)
diatur oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan
dengan Keputusan No. 350/MPP/Kep/12/2001
tanggal 10 Desember 2001 tentang Pelaksanaan Tugas
dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen.

LANDASAN HUKUM BPSK


Landasan hukum perlindungan terhadap konsumen, sebagai
berikut :
1. Undang-undang Nomor 8 tentang Perlindungan
Konsumen.
2. Peraturan Pemerintah No.57/2001 Tentang BPKN.
3. Peraturan Pemerintah No.58/2001 Tentang
Pembinaan Pengawasan penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen.
4. Peraturan Pemeritah No. 59/2001 Tentan LPKSM.
5. Keputusan Presiden No. 90/Tahun 2001 Tentang
Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK).

KEWENANGAN BPSK

Mmberikan konsultasi perlindungan konsumen;


Melaporkan kepada penyidik umum jika terjadi pelanggaran ketentuan UUPK;
Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen
Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap UUPK;
Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran UUPK
Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau
setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan BPSK;
Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen;
Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen;
Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan
UUPK

KETENTUAN
BERACARA DI BPSK
Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (LNRI Tahun 1999 No. 42; Tambahan Lembaran
Negara RI No.3821) (disingkat UUPK)
Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR) (S.1941 No.44) &
Reglemen Hukum Acara untuk Daerah Luar Jawa dan
Madura (S.1927 No.227)
Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Peraturan Mahkamah Agung RI No. 01 Tahun 2006 tanggal 13
Maret 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan
terhadap Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Pengajuan Permohonan ( Gugatan )


Konsumen

yang

dirugikan

dapat

mengajukan

permohonan

penyelesaian sengketa konsumen kepada BPSK baik secara tertulis


maupun lisan melalui sekretariat BPSK

Dengan melampirkan:

a. Identitas konsumen (penggugat) atau ahli warisnya.


b. Data-data tentang pelaku Usaha yang digugat.
c. Fakta-fakta atau hal-hal yang dialami konsumen yang berkaitan
atau berhubungan dengan produk yang dilaporkan dan bukti
perolehan atau pembelian.
d. Kerugaian yang timbul atau yang dialami konsumen.
e. Ganti rugi yang dimohonkan atau dituntut.

27

SEKILAS MENGENAI
BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL

Lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8


Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
Anggota BPKN terdiri atas unsur Pemerintah, Pelaku Usaha,
Akademisi, Tenaga Ahli dan LPKSM
Anggota BPKN Periode 2013 2016 diangkat melalui Keputusan
Presiden RI No.80/P Tahun 2013 Tentang Pengangkatan Anggota
BPKN yang terdiri dari 23 orang Anggota BPKN

Menjadi Lembaga
Terdepan Bagi Terwujudnya
Konsumen
yang Bermartabat dan
Pelaku Usaha yang
bertanggungjawab

Misi yang diemban oleh BPKN adalah:


Memperkuat landasan hukum dan
kerangka kebijakan perlindungan
konsumen nasional.
Memperkuat akses jalur penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen.
Memperluas akses informasi
perlindungan konsumen serta
mengembangkan edukasi dan
informasi konsumen.

POSISI DAN PERAN BPKN


DALAM UUPK NO. 8 TAHUN 1999

Pasal 31 sampai dengan Pasal 43 Undang Undang


Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 .

BPKN dibentuk dalam upaya mengembangkan


Perlindungan Konsumen di Indonesia.

BPKN Berkedudukan di Negara Republik Indonesia


dan bertanggung jawab kepada Presiden

FUNGSI BPKN
Pasal 33 UUPK

Memberikan Saran dan Pertimbangan kepada


pemerintah dalam upaya mengembangkan
perlindungan konsumen di Indonesia

TUGAS BPKN
Pasal 34 UUPK
UNTUK MENJALANKAN FUNGSI-NYA, BPKN MEMPUNYAI TUGAS :
Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka
penyusunan kebijakan di bidang perlindungan konsumen
Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku di bidang perlindungan konsumen.
Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut
keselamatan konsumen.
Mendorong berkembangnya LPKSM.
Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan
memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen.
Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, LPKSM,
atau pelaku usaha.
Melakukan survei yang menyangkut kebutuhan konsumen
Mengadakan kerjasama dengan Kementerian/Lembaga Negara/Instansi lainnya
serta LPKSM dan LSM yang peduli terhadap isu-isu konsumen untuk memperkuat
perlindungan konsumen di Indonesia.

Keanggotaan BPKN
BPKN terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, serta sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang dan
sebanyak-banyaknya 25 (dua puluh lima) orang anggota yang mewakili semua
unsur
Anggota BPKN diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri,
setelah dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota BPKN selama 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya
Ketua dan wakil ketua BPKN dipilih oleh anggota
Anggota BPKN terdiri atas unsur pemerintah, pelaku usaha, Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), akademisi, dan tenaga
ahli

PERIODE BPKN

Periode I BPKN Tahun 2004 2007 melalui


Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
150/M Tahun 2004 tentang Pengangkatan anggota
BPKN. Anggota BPKN periode 2004 2007 terdiri
dari 17 orang Anggota BPKN.

Periode II BPKN Tahun 2009 2012 melalui


Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 80/P Tahun 2009 tentang Pengangkatan
anggota BPKN. Anggota BPKN periode
2009 2012 terdiri dari 18 orang Anggota BPKN.

Periode III BPKN Tahun 2013 2016 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 80/P Tahun 2013 tentang Pengangkatan anggota BPKN. Anggota BPKN periode
2013 2016 terdiri dari 23 orang Anggota BPKN.

SARAN DAN REKOMENDASI


BADAN PERLINDUNGAN KOSUMEN NASIONAL

10 SARAN DAN
REKOMENDASI
BPKN

36 SARAN DAN
REKOMENDASI
BPKN

21 SARAN DAN
REKOMENDASI
BPKN

25 SARAN DAN
REKOMENDASI
BPKN

TAHUN
2004 2007

TAHUN
2009- 2012

TAHUN 2013

TAHUN 2014

KEGIATAN CALL CENTER 153 BPKN


PELAYANAN DAN PENGADUAN KONSUMEN

Tujuan penyediaan Call Center BPKN Nomor 153 adalah untuk memfasilitasi
konsumen dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan dari BPKN. Melalui
Call Center BPKN 153 konsumen menjadi lebih mudah mengakses BPKN baik
dalam memberikan informasi, berkonsultasi, termasuk yang ingin
menyampaikan pengaduan.

RENCANA BPKN KE DEPAN

Mengawal Revisi/Perubahan Undang-undang Perlindungan Konsumen.


Menumbuhkembangkan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
Menerbitkan Saran dan Rekomendasi kepada Pemerintah yang berkualitas dan
bermanfaat bagi konsumen di seluruh Indonesia.
Mengupayakan Kemandirian BPKN

FLOWCHART PENANGANAN
PENGADUAN KONSUMEN

Potret Perlindungan Konsumen


di Indonesia
Sumber Pengaduan Konsumen pada BPKN :
Pengaduan langsung
Pengaduan Melalui Call Center BPKN 153
Melalui Media Online

PENGADUAN KONSUMEN TAHUN 2014


NO

KOMODITI

JUMLAH

PERSENTASE

Perbankan

177

52 %

Pembiayaan Konsumen

107

31.3 %

Perumahan/Properti

2.6 %

Transportasi

1.2 %

Asuransi

1.2 %

Listrik

1.2 %

Lainnya

36

10.5 %

Total

341

100 %

DIAGRAM PENGADUAN
KONSUMEN TAHUN 2014

42

PENGADUAN KONSUMEN TAHUN 2015

NO

KOMODITI

JUMLAH

PERSENTASE

Perbankan

48

54 %

Pembiayaan Konsumen

29

33 %

Kendaraan Bermotor

4%

Travel

1%

Barang Elektronik

1%

Lain-lain

7%

89

100 %

JUMLAH

PENGADUAN CALL CENTER BPKN 153


TAHUN 2015

NO

BARANG

KONSULTASI BPKN,
LPKSM & BPSK

JASA

Perumahan/Properti

Pembiayaan Konsumen

BPKN

17

Barang Elektronik

Transportasi

BPSK

Listrik/PLN

Asuransi

Kendaraan Bermotor

E-Dagang

Makanan/Minuman

Undian Berhadiah

LPG

Perbankan

Pakaian

Ekspedisi

Telekomunikasi

8
JUMLAH

18

16

22

Mengintip Perlindungan Konsumen


di Negara Lain
Iklan obat/herbal mengenai pelangsing tubuh. Harus ditampilkan oleh
orang yang memang mengkonsumsi produk tersebut
Kalau konsumen menemukan barang yang kadaluwarsa, maka konsumen
tersebut mendapat hadiah berupa 2 buah barang yang sama yang belum
kadaluwarsa
Di Belanda, Perjanjian Baku baru boleh digunakan oleh pelaku usaha
setelah mendapat persetujuan dari lembaga yang terdiri unsur
Pemerintah, Konsumen dan Pelaku Usaha.
Sudah bisa berjalannya dengan baik small court untuk menyelesaikan
sengketa konsumen yang nilai sengketanya relatif kecil.

UPAYA MENGEMBANGKAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
NASIONAL
UPAYA MENGEMBANGKAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL
MELALUI :

1. Revisi Undang-undang Perlindungan Konsumen


2. Memperkuat dan Mensinergikan Lembaga Perlindungan
Konsumen
3. Membangun Pusat Informasi Perlindungan Konsumen
Nasional

TERIMA KASIH
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
Republik Indonesia

Jalan M. I Ridwan Rais No.5


Gedung 1 Gedung Kementerian Perdagangan Lantai 8 Jakarta 10110
Telpon : 021-34833819 Fax 021 345 8867
Email : setbpkn@bpkn.go.id
Website : www.bpkn.go.id

Anda mungkin juga menyukai