Anda di halaman 1dari 6

Beberapa Catatan Praktis

1. Kematangan untuk masuk sekolah dasar sebenarnya primer harus tidak


didasarkan kepada umur kronologis, akan tetapi harus didasarkan kepada
kematangan jasmanimaupun rohani.
2. Penelitian mengenai sikap anak terhadap angka rapor menunjukkan, bahwa
dalam memberikan syarat-syarat evaluasi kita harus mengingat sikap anak
terhadap nilai tersebut serta pengaruhnya (effectnya).
3. Penelitian mengenai hadiah dan hukuman menunjukkan bahwa kita tidak
dapat mengharapkan terlalu banyak dari alat siasat ini, dan pula harus
menggunakannya dengan penuh kebijaksaan.
4. Kenakalan anak-anak yang timbul pada masa pueral tidak harus ditekankan,
melainkan harus disalurkan; disalurkan dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang
dipandang dari segi pendidikan adalah baik, seperti misalnya: berkemah,
permainan bersama, kepramukaan, kerja bakti, dan sebagainya.
5. Pada masa pueral ini murid-murid menghendaki guru yang adil, tegas calm,
zakelijk, yang nyata mempunyai kelebihan dari murid-muridnya, sehingga
memang pantas untuk ditiru. Kalau sikap tegas itu seiranya dilaksanakan
oleh guru yang prestasinya rendah, mungkin akan diterima oleh muridmuridnya sebagai main kuasa dan ini dapat menimbulkan sikap melawan.

5.

Masa Remaja

Pengantar pembicaraan
Masa remaja ini merupakan suatu masa yang sangat menarik
perhatian para ahli. Banyak ahli yang berpendapat bahwa hakikat masa ini
ialah kematangan kehidupan seksual; karena itu tidaklah mengeherankan
bahwa banyak penelitian mengenai anak-anak masa remaja itu dilakukan
dalam bidang kehidupan seksual itu, terutama oleh para dokter.
Tetapi sebenarya kematangan kehidupan seksual itu sebenarnya
bukanlah satu-satunya hal, melainkan salah satu aspek saja. Kalau ditinjau
secara psikologis, soalnya adalah sebagai berikut:
a. Sampai berumur kira-kira 3;0 anak merasa satu dengan dunia
luar. Aku dan sekitar adalah identic
b. Pada kira-kira umur 3;0 terjadilah Trotzperiode karena
perkembangannya anak secara tak sadar terpisah dari
lingkungannya, dan berdiri sebagai au ang bebas dan berhadapan
dengan lingkungannya sebagai subjek yang menghadapi objek.
c. Karena manusia dewasa itu harus hidup dalam alam nila-nilai
(kultur), dan harus menempatkan diri di antara nilai-nilai itu,
maka manusia muda itu perlu mengenal dirinya sebagai
pendukung dan pelaksana nilai-nilai.
1. Masa Praremaja

Istilah raremaja dipakai untuk menunjukkan suatu masa yang


langsung mengikuti masa puer, yang berlangsung dalam waktu singkat saja.
Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negative pada si remaja sehingga masa ini
seringkali disebut masa atau fase negative. Adapun sifat-sifat negatif itu
adalah sebagai berikut:
a. Sifat-sifat pada anak peremuan. H. Hetzer yang menyelidiki
sifat-sifat negatif pada anak perempuan, dan menentukan hal
ini sebagai kriteria:
1. Tak tenang
2. Kurang suka bekerja
3. Suasana hati tak baik, murung
4. On social:
a. Menarik diri dari masyarakat
b. Agresif terhadap masyarakat
b. Sifat-sifat negatif pada anak laki-laki Hanz Hochholzer (dalam
Ch. Buhler, 1950) yang mengadakan penelitian terhadap 300
orang anak remaja di Wina mengemukakan hal-hal yang
berikut ini sebagai kriteria:
1. kurang suka bergerak
2. lekas lelah
3. kebutuhan untuk tidur besar
4. suasana hati tidak tetap
5. pesimistis
Atas dasar hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas
itu dan juga pendapat-pendapat lain (Langeveld, 1950: 100-107) dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Negatif dalam prestasi, dan ini dapat dua macam, yaitu:
a. prestasi jasmani, dan
b. prestasi kejiwaan

2. Negatif dalam sikap sosial terdapat dua macam, yaitu:


a. menarik diri dari masyarakat (negatif-pasif)
b. agresi terhadap masyarakat (negatif-aktif)
Kebanyakan ahli berpendapat bahwa gejala ini mempunyai sebab
biologis, yaitu mulainya bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin. Bekerjanya kelenjarkelenjar kelamin ini membawa perubahan yang radikal di dalam tubuh anak, dan
perubahan ini seringkali tidak dapat dipahami oleh anak, sehingga menimbulkan
rasa ragu-ragu, kurang pasti, malu, dan sebagainya.

Berapa lamakah masa negatif ini taka da kesepakatan pendapat di


anatara para ahli, tetapi pendapat yang bermacam-macam itu umumnya
mengatakan bahwa fase tersebut berlangsung dalam waktu yang singkat saja.
Kapan berakhirnya? Yaitu kalau gangguan atau kejutan (shock) biologis itu hilang.
Pendapat H. Hetzer dan Ch. Buhler mengatakan, bahwa hal itu akan terjadi kalau
anak perempuan telah menarche dan anak laki-laki telah mengalami pollitio.
Akhir daripada masa negatif ditandai oleh:
1. kesegaran jasmani
2. kegembiraan dalam bekerja
3. suasana hati gembira
2. Masa Remaja
a. Merindu puja (mendewa-dewakan) sebagai geajala remaja
Di dalam fase negatif untuk pertama kalinya anak sadar akan kesepian
yang tidak pernah dialaminya pada masa-masa sebelumnya. Kesepian di dalam
penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang dapat mengerti atau emahami,
dan juga yang tidak dapat menerangkannya. Reaksi pertama-tama terhadap
gangguan akan ketenangan dan keamanan jiwanya itu ialah protes terhadap
sekitarnya, yang dirasanya sekonyong-konyong bersikap menterlantarkan dan
memusuhi.
Langkah selanjutnya adalah kebutuhan akan adanya teman yang
dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut serta merasakan suka
dan dukanya. Disini mulailah tumbuh dorongan untuk mencari pedoman hidup,
mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi, dipujapuja. Pada masa inilah si remaja mengalami kogoncangan batin, sebab dia tidak
mau lagi memakai sikap dan pedoman hidup kanak-kanaknya, tetapi belum
mempunyai pedoman hidup yang baru. Karena itulah muka si remaja itu tidak
tenang, banyak kontradiksi di dalam dirinya, mengeritik karena dirinya merasa
mampu, tetapi dalam pada itu dia mencari pertolongan pula karena belum dapat
menjelmakan keinginannya.
Proses terbentuknya pendirian hidup atau pandangan hidup atau citacita ini dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup di dalam eksplorasi si
remaja. Secara bagan proses tersebut melewati tiga langkah, yaitu:
1. Karena tiadanya pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dapat
dianggap bernilai, pantas dihargai dan dipuja. Pada taraf pertama ini
sesuatu yang dipuja itu belum mempunyai bentuk tertentu; bahkan
seringkali si remaja sendiri hanya tahu bahwa dia menginginkan
sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang diinginkannya itu. Dari keadaan
kejiwaan yang demikian itulah makan banyak terlahir sanjak-sanjak
alam.
2. Selanjutnya, pada taraf yang kedua, objek pemujaan itu telah menjadi
lebih jelas; yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung
sesuatu nilai (jadi personifikasi nilai-nilai). Dalam pemujaan ini
terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan; anak
laki-laki sering aktif meniru sedangkan anak perempuan kebanyakan

pasif, mengagumi dan memuja dalam khayal. Pada masa ini pulalah
tumbuh dengan suburnya rasa kebangsaan.
3. Pada taraf yang berikut, taraf ketiga, si remaja telah dapat menghargai
nilai-nilai lepas dari pendukungnya, nilai sebagai hal yang abstrak.
Pada saat inilah tiba waktunya si remaja menentukan pilihan atau
pendirian hidupnya. Penentuan ini tidak dapat satu kali jadi, tetapi
mengalami jatuh-bangun, karena nilai yang dipilihnya diujinya juga
dalam kehidupan nyata, sampai didapatkannya pandangan atau
pendirian yang tahan uji.

b. Tipe-tipe anak remaja


1. Perbedaan anak laki-laki dan anak perempuan
Sis Heyster (1950:242) menggolong-golongkan anak lakilaki ke dalam tipe-tipe tersendiri dan anak perempuan ke dalam
tipe-tipe tersendiri, yaitu: Anak laki-laki digolongkan menjadi:
a. Pencari kultur
b. Pencinta alam
c. Tipe karyawan (penjabat)
d. Tipe vital
e. Tipe hedonistic
Anak-anak perempuan digolongkan menjadi:
a. Tipe keibuan
b. Tipe erotis
c. Tipe romantic
d. Tipe tenang (nuchter)
e. Tipe intelektual
Perbedaan remaja laki-laki dan remaja perempuan
Laki-laki
1. aktif dan memberi

Perempuan
1. pasif dan menerima

2. cenderung untuk memberikan


perlindungan

2. cenderung untuk menerima


perlindungan

3. aktif meniru pribadi pujaannya

3. pasif mengagumi pribadi pujaannya

4. minat tertuju kepada hal-hal yang


bersifat intelektual, abstrak, zakelijk

4. minat tertuju kepada hal-hal yang


bersifat emosional, konkret, persoonlijk

5. berusaha memutuskan sendiri dan


ikut bicara

5. berusaha mengikut dan


menyenangkan orang lain.

Langeveld (1950 : 140) dengan mendasarkan diri kepada tiga


komponen, yaitu: terkendalikan atau bebas, konsekuen, sadar atau tak

sadar, menggolong-golongkan anak-anak remaja menjadi delapan tipe,


yaitu:
a. Golongan intelektual: terkendalikan, konsekuen, sadar
b. Golongan tenang (nuchter): terkendalikan, konsekuen, tak
sadar
c. Golongan perenung: terkendalika, tak konsekuen, sadar
d. Golongan tanpa pedoman: terkendalikan, tak konsekuen,
tak sadar
e. Golongan pemuja: tak terkendalikan, konsekuen, tak sadar
f. Golongan gegabah (Jawa: kaduk wani): tak terkendali,
konsekuen, tak sadar
g. Golongan perasa: tak terkendalikan, tak konsekuen, sadar
h. Golongan peribut: tak terkendalikan, tak konsekuen, tak
sadar.
Beberapa catatan praktis
1. Dipandang dari segi pendidikan masa negatif adalah masa yang sukar,
karena:
a. Dengan meninggalkan dunia serta pedoman-pedoman yang
lama, sedangkan belum mendapatkan pedoman-pedoman baru
akan menyebabkan anak mudah kena pengaruh yang tidak baik.
b. Dengan sikap sosialnya yang negatif, maka si remaja itu sukar
didekati
Karena keadaan yang demikian itu, maka sementara orang berpendapat,
bahwa apa yang perlu dikerjakan oleh pendidik adalah hanya menjaga
jangan sampai anak-anak itu kena pengaruh-pengaruh buruk atau
melakukan perbuatan yang merugikan dirinya. Pendirian itu tidak tepat
karena:
a. Pendirian itu berarti menganut paham paedagogispessimisme,
tak percaya bahwa pendidik mampu memberikan bimbingan
kepada anak-anak yang mengalami fase ini
b. Pendirian itu juga tidak memenuhi kebutuhan psikologis anak,
karena sebenarnya mereka butuh ada orang yang dapat
membantu mengatasi kesukaran-kesukaran mereka
Untuk petunjuk praktis dapat dikemukakan hal-hal berikut:
i. Jangan berdiri di depan mereka, tetapi beridirilah di samping
mereka

ii.

iii.

iv.

Jangan menunjukkan otoritas (kekuasaan), tetapi tunjukkanlah


simpati, usahakanlah mendapatkan penerangan supaya mereka
menghadapi anak-anak mereka dengan lebih bijaksana
Di samping hal yang telah dikemukakan di atas itu perlu kiranya
orang-orang tua mendapatkan penerangan supaya mereka
menghadapi anak-anak mereka dengan lebih bijaksana
Masa remaja merupakan pula masa berkembangnya rasa
kebangsaan, karena itu seyogianya masa peka ini dipergunakan
sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat patriotic kepada
mereka

2. Pada masa ini pribadi pendidik (sebagai pendukung nilai) sangat


berlangsung mempengaruhi perkembangan pendirian hidup si remaja,
karena itu segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya haruslah
benar-benar dapat dipertanggung jawabkan jika dipandang dari segi
pendidikan
3. Peranan pendidik sangat besar dalam penentuan pandangan hidup si
remaja. Karena itu kenalilah mereka dan berilah mereka bimbingan.

Anda mungkin juga menyukai