PENGANTAR
Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Timur dalam mencapai Visi Daerah sebagai pusat perdagangan dan jasa
yang terkemuka di Indonesia Timur dan Asia Pasifik adalah pembangunan pertanian
dalam arti luas. Kalimantan Timur dengan kekayaan sumberdaya dan agroekologinya
menyimpan potensi pengembangan peternakan seperti ayam petelur.
Dalam upaya untuk mendorong dunia usaha menanamkan investasinya
di Kalimantan Timur, perlu diberikan informasi yang jelas tentang prospektif
pengembangan Ayam Petelur di Kalimantan Timur. Untuk memperoleh gambaran
yang komprehensif mengenai profil investasi Budidaya Ayam Petelur, Badan Perijinan
Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kalimantan Timur bekerjasama dengan
CV. HUTAMA PRIMA melakukan studi penyusunan profil proyek investasi budidaya
Ayam Petelur. Kami menyambut gembira atas tersusunnya laporan studi Pra FS Profil
Proyek Komoditi Unggulan Kaltim dengan judul: Budidaya Ayam Petelur, sebagai
wujud realisasi dari kerjasama tersebut.
Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia usaha
dan pemerintah sebagai dasar dalam mengambil kebijakan pengembangan Ayam
Petelur di Kalimantan Timur.
Akhirnya, kepada Direktur CV. HUTAMA PRIMA dan Tim Studinya kami
sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas usaha dan sumbangan
pemikiran yang diberikan. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada walikota/bupati
beserta jajarannya di daerah studi dan semua pihak yang telah memberikan
kontribusinya sejak awal hingga tersusunnya laporan.
Terima Kasih.
ii
DAFTAR ISI
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
i
iii
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang .......................................................................................
1.2
Maksud dan Tujuan Studi .....................................................................
1.3
Manfaat Studi ......................................................................................
1
1
2
SITUASI PEMASARAN
2.1
Pasar Dunia dan Pasar Domestik ..........................................................
2.2
Struktur Industri ...................................................................................
3
10
12
14
17
28
29
32
ANALISIS FINANSIAL
5.1
Asumsi dan Parameter .........................................................................
5.2
Kebutuhan Biaya Investasi ..................................................................
5.3
Proyeksi Rugi Laba dan Cast Flow .........................................................
5.4
Kriteria Kelayakan Proyek dan Analisis Sensitivitas ...............................
33
35
37
38
PENUTUP ........................................................................................................
45
46
LAMPIRAN ................................................................................................................................
47
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Perkembangan Volume Impor DOC Bibit Final Stock (FS) dan Telur Konsumsi tahun
2004-2008 ...............................................................................................................
5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Perkembangan Konsumsi Telur Penduduk Indonesia Tahun 2002, 2003, 2004, 2005,
2006 dan 2007 Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Perdesaan ................................
7
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Jumlah Kecamatan dan Desa serta Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Tahun
2008 ........................................................................................................................
13
Tabel 12
Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan
dan Penyinaran Matahari Menurut Stasiun ..............................................................
14
Tabel 13
Jumlah Unit Usaha dan Nilai Investasi Usaha Peternakan Ayam Petelur di
Kalimantan Timur, Tahun 2008 ................................................................................
15
Tabel 14
Penyalur Sapronak dan Nilai Investasi di Kalimantan Timur, Tahun 2008 ..................
15
Tabel 15
Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur dan Penyediaan Produksi Telur Tahun
2004-2008 di Kalimantan Timur ...............................................................................
16
Tabel 16
Populasi Unggas Penghasil Telur Akhir Tahun 2008 Menurut Jenis Unggas dan
Kabupaten/Kota (Ekor) ............................................................................................
16
Tabel 17
Produksi Telur Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2008 (Ton) ..... 17
Tabel 18
Produksi Telur Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2008 (Ton) ..... 17
Tabel 19
23
Tabel 20
25
iv
Tabel 21
Beberapa Jenis Penyakit, Gejala, Dampak, dan Pengendalian Penyakit yang Sering
atau Potensial Menyerang Peternakan Ayam Petelur ..............................................
26
Tabel 22
27
Tabel 23
Parameter Teknis dan Asumsi Dasar Aspek Finansial Budidaya Ayam Petelur ...........
33
Tabel 24
Rekapitulasi Biaya Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 ekor
dan 90000 ekor di Kalimantan Timur .......................................................................
35
Tabel 25
Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Petelur di
Kalimantan Timur (Skala Pemeliharaan 5000 ekor) ..................................................
36
Tabel 26
Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Petelur di
Kalimantan Timur (Skala Pemeliharaan 90000 ekor) ................................................
26
Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30
Tabel 31
37
38
39
40
41
Tabel 36
Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor ..................
41
Tabel 37
Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor ................ 42
Tabel 38
Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 2 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor .................. 42
Tabel 39
Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 2 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor ...............
Tabel 32
Tabel 33
Tabel 34
Tabel 35
42
Tabel 40
Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 3 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor .................. 42
Tabel 41
Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 3 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor ...............
43
Tabel 42
43
43
44
Tabel 43
Tebel 44
Tabel 45
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
11
Gambar 4
12
Gambar 5
18
Gambar 6
Tempat Pakan dan Minum Buatan Sendiri di Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake
19
Gambar 7
19
Gambar 8
19
Gambar 9
Tempat Pakan dan Minum pada Kandang Battery di Batu Besaung Samarinda ...
20
Gambar 10
Pemanas Berbahan Bakar Minyak Gas Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake ..........
20
Gambar 11 (a)
Pemanas Berbahan Bakar Gas LPG Jl. Rimbauan Kelurahan Lempake ...............
20
Gambar 11 (b)
20
Gambar 12
Gambar 13
21
Gambar 14
21
Gambar 15
21
Gambar 16
22
Gambar 17
22
Gambar 18
22
Gambar 19
34
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
48
Lampiran 2
Cash Flow Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 Ekor .....................
49
Lampiran 3
Cash Flow Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 90000 Ekor ..................
50
viii
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Studi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan kajian mengenai prospektif
komoditas ayam petelur sebagai komoditas unggulan daerah yang memiliki prospek baik
untuk memasok kebutuhan domestik maupun pasar internasional, untuk selanjutnya sebagai
bahan penyusunan profil proyek komoditas unggulan.
Secara spesifik, tujuan studi ini sebagai berikut :
a. Identifikasi komoditas ayam petelur berdasarkan aspek sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan infrastruktur yang prospektif untuk diusahakan oleh investor.
b. Mengkaji kelayakan pengembangan komoditas ayam petelur dari aspek pasar, teknis,
finansial, serta manfaat/dampak bagi perekonomian daerah.
c. Menyusun profil proyek investasi komoditas ayam petelur dari aspek kelayakan secara
pasar, teknis, dan finansial, serta potensial untuk ditawarkan kepada investor.
1.3.
Kegunaan
Hasil studi ini merupakan dokumen yang diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Pemerintah Provinsi dalam memberikan informasi peluang investasi komoditas
unggulan ayam petelur kepada investor.
b. Investor guna mendapatkan informasi secara jelas dan benar mengenai peluang
investasi dan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi di
Kalimantan Timur.
Dunia
Afrika
Asia
Eropa
Oesania
Amerika Utara
Amerika Selatan
2003
56.2
2.1
33.5
9.7
0.2
7.9
2.8
2004
57.9
2.1
34.8
9.8
0.2
8.0
2.8
2002
2003
2004
20.93
5.13
2.51
2.02
2.00
1.90
1.55
22.00
5.12
2.50
2.04
2.20
1.93
1.55
24.00
5.29
2.47
1.99
1.89
1.90
1.56
Perkembangan produksi telur dunia ini diikuti pula dengan peningkatan jumlah konsumsi
telur per kapita per tahun di beberapa negara di dunia. Perkembangan konsumsi telur dunia
pada tahun 2003-2004 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Konsumsi Telur di Beberapa Negara di Dunia (Kapita/Tahun)
2003
324
329
297
244
255
247
253
225
40
Meksiko
Jepang
Hungaria
Denmark
Amerika Serikat
Prancis
Rusia
Republik Cheko
India
2004
341
330
296
276
256
253
247
238
43
Produksi
Negara
US $ 1000
Volume (MT)
3970835
4326140
China
Thailand
286270
310000
Indonesia
166470
180270
Philipines
66488
72000
Brazil
54945
59500
Romania
32875
35600
Repubic of Korea
25857
28000
Bangladesh
24010
26000
United Kingdom
14775
16000
10
Myanmar
13113
14200
11
Russian Federation
12005
13000
12
Malaysia
10158
11000
13
Ukraine
7534
8158
14
Pakistan
6649
7200
15
Madagascar
4189
4536
16
Slovakia
4156
4500
17
Hungar
3878
4200
18
Cambodia
3463
3750
19
20
New Zealand
2309
2500
1847
2000
Bulgaria
Sumber: FAO, 2007.
5000000
4500000
4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
Produksi US $ 1000
Produksi Volume (MT)
Konsumsi telur di ASEAN dan RRC pada tahun 2005 sebagai berikut: a)Kambodja 16
Butir/Kap/Thn; b)Vietnam 41 Butir/Kap/Thn; c)Singapore 64 Butir/Kap/Thn; d)Indonesia 67
Butir/Kap/Thn; e)Thailand 93 Butir/Kap/Thn; f)Rep. China 304 Butir/Kap/Thn; g)Malaysia 311
Butir/Kap/Thn.
Impor telur konsumsi naik sebesar US$ 0,78 juta dari US$ 0,28 juta atau naik 178,44%.
Perkembangan volume impor Day Old Chick (DOC) bibit Final Stock (FS) dan telur konsumsi
tahun 2004-2008 Indonesia disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Volume Impor DOC Bibit Final Stock (FS) dan Telur Konsumsi tahun
2004-2008.
Tahun
No.
Jenis Komoditi
1.
2.
2004
2005
2006
2007
6.0
3,0
0,0
0,0
245,1
707,0
943,9
1.156,9
2008
0,0
1.299,0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
[4]
1,013.50
Berdasarkan data pada Tabel 7, diketahui bahwa sentra produksi telur di Indonesia
terdapat di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Banten, Sumatera
Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. Kabupaten sentra produksi di Kabupaten Blitar,
Kendal, Semarang, Blora, Sragen, Boyolali, Bekasi, Ciamis, Bandung, Sukabumi, Lampung
Tengah, Lampung Selatan, Ogan Komering Ilir, Bukittinggi, Padang, Lima Puluh Kota.
Agribisnis ayam petelur dari sisi permintaan menunjukkan kecenderungan
peningkatan. Konsumsi telur Indonesia memang masih rendah dibanding negara-negara
tetangga. Namun seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, maka
konsumsi telur akan meningkat.
Konsumsi telur di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah perdesaan. Konsumsi telur dari tahun ke tahun di Indonesia semakin meningkat. Pada
tahun 2000 konsumsi telur sebanyak 48 butir/kapita/tahun meningkat menjadi 80
butir/kapita/tahun pada tahun 2008. Perkembangan konsumsi telur dan pendapatan
masyarakat disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 7. Perkembangan Produksi Telur di Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun 2000-2009
(000 ton)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Provinsi
NAD
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka
Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I.Y.
Jawa Timur
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
2000
1.90
2001
1.99
2002
[4]
2.09
2003
0.55
2004
0.63
Tahun
2005
0.73
2006
1.00
2007
1.31
2008
0.80
90.82
91.43
123.88
100.37
123.89
55.46
48.82
73.89
68.90
[4]
31.23
23.92
29.75
33.89
38.43
40.38
43.24
49.31
48.90
[4]
2009
[4]
0.80
71.70
51.50
[4]
1.93
1.33
4.22
1.74
4.51
1.85
4.06
2.89
2.37
1.14
2.87
3.96
2.44
2.97
4.08
3.29
4.80
3.10
13.71
31.60
31.98
32.06
31.99
32.75
37.47
37.65
42.90
0.11
24.81
0.21
20.79
0.21
22.37
0.07
21.60
0.17
19.28
0.22
19.35
0.70
12.81
1.18
25.09
0.60
14.40
0.00
0.02
2.03
2.01
2.12
0.47
2.03
2.05
1.60
[4]
3.70
[4]
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
114.28
72.51
8.37
93.04
0.00
0.01
0.31
[7]
0.55
0.00
0.0
4
68.05
70.79
9.78
94.72
55.60
11.55
0.34
1.24
0.00
0.00
0.00
1.51
2.68
3.32
78.95
72.28
9.71
96.12
66.17
15.83
0.58
0.53
77.63
67.09
9.98
133.23
38.20
19.80
0.56
0.54
89.35
74.81
9.15
224.40
41.99
27.26
0.59
0.60
93.47
92.14
15.65
200.67
12.69
31.89
0.61
0.57
95.14
125.22
19.06
282.48
35.68
29.27
0.72
0.57
105.36
129.86
18.30
324.91
52.75
26.51
0.65
5.21
105.00
135.00
23.90
292.70
54.80
28.60
29.70
0.60
12.01
12.20
13.18
13.16
15.40
16.33
16.34
21.34
22.00
0.10
0.10
0.04
0.27
0.34
0.46
0.25
0.48
0.50
3.56
4.20
8.36
11.50
11.67
12.03
9.12
14.63
15.40
[4]
[4]
7.10
3.10
44.60
[4]
[4]
0.20
25.60
1.60
3.80
[4]
0.03
0.00
[4]
109.20
[4]
140.40
[4]
24.60
[4]
304.40
[4]
57.00
[4]
29.80
[4]
36.60
[4]
0.70
[4]
22.10
[4]
[4]
0.50
16.00
Tabel 7. Lanjutan
23
Kalimantan
Timur
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Papua
Maluku Utara
Papua Barat
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Status Angka
4.31
3.16
3.72
7.13
4.66
5.52
5.66
5.06
5.20
[4]
5.09
4.15
4.21
5.42
5.71
6.06
5.57
7.90
7.30
[4]
3.06
2.52
3.10
2.41
3.58
2.91
4.24
7.99
4.20
[4]
18.07
21.80
23.77
25.37
30.31
28.36
28.93
19.09
36.80
0.32
0.32
0.32
0.32
0.44
0.62
0.69
0.53
0.60
0.89
0.86
0.93
1.00
0.00
0.07
0.00
0.10
0.00
0.87
2.05
0.00
0.00
0.13
0.00
0.02
1.28
0.00
0.00
[4]
0.00
0.02
0.82
0.00
0.00
0.13
0.00
0.31
0.97
0.01
0.00
1.44
0.42
0.97
0.39
0.00
1.51
0.53
0.73
0.41
0.28
[4]
0.21
0.06
0.95
0.05
0.30
0.01
0.62
0.01
0.34
0.20
0.60
0.09
0.60
Tabel 8. Perkembangan Konsumsi Telur Penduduk Indonesia Tahun 2002, 2003, 2004, 2005,
2006 dan 2007 Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Perdesaan
Satuan : Kilogram/Kapita/Thn
No
1.
2.
3.
Tahun
Daerah
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+ Perdesaan
Sumber:
2002
7,11
4,30
5,55
2003
6,84
4,31
5,42
2004
7,33
4,54
5,78
2005
7,59
4,87
6,12
2006
6,98
4,82
5,80
2007
8,26
5,41
6,78
Susenas 2002, 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007; BPS diolah Badan Ketahanan Pangan - Departemen
Pertanian.
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
6,751
8,080
8,828
9,572
10,641
2,675
5,000
7,600
2,000
48
52
56
61
68
75
80
82
80
7.70
4.40
39.90
[4]
0.60
[4]
0.22
Sumber Data
[4]
5.40
1.00
0.00
[4]
0.20
0.60
[4]
0.10
[4]
0.60
[4]
Tahun
No.
Growth
Provinsi
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007*)
23.420
24.145
Sumatera Utara
Sumatera Barat
4
5
6
Sumatera Selatan
Bengkulu
4.132
5.163
Lampung
27.145
26.975
DKI Jakarta
150.726
113.219
4,00
10
Jawa Barat
131.824
91.245
0,00
11
Jawa Tengah
97.661 97.460
12
DI Yogyakarta
13
Jawa Timur
14
Bali
17.172
37
22
15
2.696
2.828
3.298
3.940
4.334
16
8.418
17
Kalimantan Barat
14.159
15.135
17.938
15.599
17.590
18
Kalimantan Tengah
3.970
4.146
4.146
4.349
4.421
19
Kalimantan Selatan
11
14
16
15.820
109.030 110.140
22.405 30.007
30.692
21.102
21.738
21.934
0,90
112.470
116,30
120,00
82.417
66.719
77.117
15,58
16.836
18.367
25.063
27.322
27.645
22.993
48.782
53.763
10,21
Riau
13.110
13.233
13.596
19.953 20.649
Jambi
5.898
9.934
34.349
27.422
8.612
11.195
119.404 131.442
7.154
17.704
18.779
6,07
61.241
20.933
13.807
13.575
-1,68
28.915 29.680
28.970
51.685
52.523
1,62
5.243 59.457
28.887
4.454
653
30.992 30.364
2.006
2.113
2.282
8,00
29.442 30.068
706
24.225
28.377
17,14
12.935
13.065
20.093
172.714 203.817
18,01
31.830
-0,38
31.709
2,40
33.908
32.808
-3,24
4.261
6.220
5.550
-10,77
10.000
4.417
4.516
2,24
19.787
18.640
20.458
9,75
4.421
2.820
3.441
22,02
16.611
27.566
26.286
34.807
32,42
-2,45
20 Kalimantan Timur
7.094
6.953
29.962
11.832
12.069
12.276
10.263
10.012
21 Sulawesi Utara
6.025
4.970
4.795
6.262
6.558
6.682
6.685
0,04
22 Sulawesi Tengah
7.024
4.568
3.317
3.560
3.595
4.266
5.592
6.335
13,29
23 Sulawesi Selatan
24.207
24.380
47.505
43
50
48.759
52.893
8,48
5.919
6.018
5.300
5.830
5.917
6.772
8.491
7.390
-12,97
24 Sulawesi Tenggara
25 Maluku
5.522
1.669
1.948
2.068
6,16
26 Papua
5.597
6.012
4.793
3.257
5.189
4.154
4.156
4.418
6,30
27 Bangka Belitung
4.091
232
358
3.853
1.887
2.651
4.261
60,73
28 Banten
29 Gorontalo
1.923
2.539
3.157
3.157
1.481
1.742
17,62
30 Maluku Utara
568
536
563
969
502
650
29,48
1 56.334
59.299 35.604
41.556 43.665
5,08
31 Kepulauan Riau
2.991
3.781
26,41
1.940
2.661
37,16
33 Sulawesi Barat
10.522
11.049
5,01
*) Angka sementara
- ) Data tidak tersedia
Rata-rata harga telur ayam, selama 24 tahun terakhir hanya meningkat sebesar 7,7 kali
lipat. Pada tahun 1980 harga rata-rata telur ayam di Indonesia sebesar Rp 931 per kg,
kemudian meningkat menjadi Rp 7.167 per kg pada tahun 2004. Rata-rata laju peningkatan
harga telur ayam hanya 10,6% per tahun, lebih rendah dari rata-rata tingkat inflasi yang
besarnya 11,5% per tahun. Fakta ini memberikan gambaran, masih adanya peluang untuk
memperoleh harga yang lebih baik bagi telur ayam.
Perkembangan Rata-rata Harga Telur Ayam di
Indonesia 1980-2009
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Harga telur ayam ras pada tingkat produsen pada bulan April tahun 2010 berkisar antara
Rp 8.800,- hingga Rp 12.800,- per kg. Harga grosir telur ayam ras pada bulan April tahun 2010
berkisar antara Rp 10.350,- hingga Rp 14.400,- per kg. Harga eceran telur ayam ras pada bulan
April tahun 2010 berkisar antara Rp 13.000,- hingga Rp 17.500,- per kg (Ditjen PPHP,
Departemen Pertanian, 2010). Data ini berdasarkan harga pada beberapa kabupaten sentra
produksi di Indonesia.
Faktor penting dalam aspek pemasaran budidaya ayam petelur selain produksi,
konsumsi, dan harga, maka keberadaan industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan
mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi telur dan produk
turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70%
dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah.
Secara umum industri pakan ternak nasional cukup memiliki peluang yang baik. Dilihat
dari tingkat produksi, industri pakan ternak mengalami pertumbuhan rata-rata 8,4% dalam
periode lima tahun terakhir. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), industri
pakan ternak nasional rata-rata mampu menyuplai 5 juta ton pakan ternak per tahun dari
kebutuhan sekitar 7 juta ton per tahun.
Menurut data dari GPMT, di Indonesia terdapat 42 pabrik pakan ternak yang masih aktif
hingga 2008. Industri pakan ternak nasional masih didominasi perusahaan asing seperti
Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed.
Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri peternakan dan pengolahan
produk ternak.
Dalam periode lima tahun terakhir dari 2002-2006 kapasitas produksi industri pakan
ternak nasional meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,5% per tahun. Kapasitasnya
tercatat sebesar 10,0 juta ton per tahun pada 2003, kemudian meningkat hingga menjadi 11,0
juta ton pada 2007.
Industri pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di 8 provinsi.
Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada10 pabrik dan DKI Jakarta
4 pabrik. Di Jawa Barat terdapat 4 pabrik dan Sulawesi Selatan 2 pabrik. Produsen pakan
ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik.
Wilayah Jawa Timur merupakan sentra industri pakan ternak dan peternakan terbesar di
Indonesia. Lingkup agribisnis Jawa Timur cukup kuat dengan dukungan tidak kurang dari 15
pabrik besar pakan ternak, 52 industri rumahan pakan ternak, 4 pabrik pengolahan susu, 201
pasar hewan, 99 Tempat Penampungan Akhir (TPA), 8 Rumah Pemotongan Ayam (RPA), 1
Rumah Potong Hewan-A (RPH-A), 33 Rumah Potong Hewan-C (RPH-C) dan 49 Rumah Potong
Hewan-D (RPH-D). Untuk jenis ayam petelur dengan sentra produksi (Malang, Blitar, Kediri,
Pasuruan dan Mojokerto). Sedangkan daerah yang berpotensi untuk pengembangannya
adalah Jombang, Nganjuk, Tulungagung dan Jember. Keunggulan Jawa Timur didukung oleh
melimpahnya produksi jagung sebagai bahan baku industri pakan ternak. Salah satu sentra
jagung adalah Kediri, rata-rata luas panen adalah 22.354 ha pada 2005. Dengan produksi jagung
per tahun, rata-rata 3,3 juta kuintal. Sementara lahan potensial jagung di Kediri mencapai
54.650 ha/tahun.
Tahun 2007 lalu, pemerintah telah mengembangkan pabrik pakan ternak skala kecil di 14
lokasi yaitu di Ciamis, Cirebon, Sukabumi, Subang, dan Bekasi (Jawa Barat), Magelang, dan
Banjarnegara (Jawa Tengah), serta Blitar (Jawa Timur). Untuk luar pulau Jawa antara lain di
Bangli dan Tabanan (Bali), Sawah Lunto (Sumatera Barat), Bengkulu Utara, Kapuas, dan Hulu
Sungai Utara.
Mulai tahun 2008 ini pemerintah kembali akan mengembangkan pabrik pakan ternak
skala kecil (mini feedmill) yang tersebar di 38 lokasi yang termasuk sentra produksi bahan baku
pakan seperti jagung dan kelapa sawit.
Pabrik pakan mini tersebut memiliki kapasitas produksi sekitar 3-5 ton per hari, serta
investasi sebesar Rp 250 juta per unit. Keberadaannya cukup mendukung kecukupan pakan
unggas lokal. Pengolahan pakan ternak ini nantinya akan dikelola oleh gabungan kelompok
tani (Gapoktan). Sedangkan pemenuhan bahan baku diambil dari jagung petani yang belum
terserap industri nasional. Hal itu terkait dengan lokasi perkebunan yang jauh dari industri
pakan yang sebagian besar berada di Jawa. Disamping itu, pemerintah juga akan
mengembangkan pabrik pakan besar di Subang dan Bekasi untuk mencukupi kebutuhan
pakan ayam ras dan petelur.
10
HULU
1. Industri Pakan
2. Industri obat dan vaksin hewan
3. Industri Pembibitan
4. Industri Peralatan Peternakan
1. Komersial Terintegrasi
2. Usaha Rakyat Bermitra
3. Usaha Mandiri
(Komersial dan Usaha
Rakyat)
INDUSTRI
PENGOLAHAN
NON
MAKANAN
TELUR SEGAR
PRODUK
Peralatan RT
Peralatan Olahraga
Bahan Baku Makanan
Ternak
INDUSTRI
PENGOLAHAN
MAKANAN
PRODUK
OLAHAN
Tepung Telur
Telur Asin
KONSUMSI
RUMAHTANGGA
11
12
Tabel 11. Jumlah Kecamatan dan Desa serta Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008
Kabupaten/Kota
Banyaknya
Kecamatan
(1)
1. Pasir
2. Kutai Barat
3. Kutai Kartanegara
4. Kutai Timur
5. Berau
6. Malinau
7. Bulungan
8. Nunukan
9. Penajam Paser Utara
10. Tana Tidung
11. Balikpapan
12. Samarinda
13. Tarakan
14. Bontang
Jumlah
Sumber:
Banyaknya
Desa/Kelurahan
(2)
(3)
10
21
18
18
13
12
10
9
4
3
5
6
4
3
125
223
225
135
107
108
81
223
47
23
27
53
20
15
136
1.417
%
(5)
5,51
15,59
13,27
16,07
11,35
20,06
8,69
6,99
1,62
2,40
0,28
0,36
0,13
0,08
100,00
Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Kalimantan Timur dan Kanwil Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Kalimantan Timur, 2009.
13
dan maksimum serta kelembaban udara rata-rata pada tahun 2008 di beberapa stasiun
pengamat meteorologi bisa dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan
dan Penyinaran Matahari Menurut Stasiun
Stasiun
Uraian
Samarinda Balikpapan Tarakan Tanjung Selor Tanjung Redeb Nunukan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
22,50
34,70
85,10
1.010,56
3,08
262,23
45,80
(6)
22,66
33,08
88,37
1.011,0
2,80
256,0
53,9
(7)
23,10
31,30
84,00
1.006,60
6,00
231,50
66,00
Curah hujan di daerah Kalimantan Timur sangat beragam menurut bulan dan letak stasiun
pengamat. Catatan curah hujan bulanan sepanjang tahun 2008 menurut stasiun disajikan pada
Tabel 12. Rata-rata curah hujan tertinggi dan terendah selama tahun 2008 tercatat pada Stasiun
Meteorologi Balikpapan dan Stasiun Meteorologi Samarinda masing-masing sebesar 339,40 mm
dan 229,80 mm.
Keadaan angin di Kalimantan Timur pada tahun 2008 yang dipantau di beberapa stasiun
pengamat, menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar antara 1,20 knot sampai 8,40 knot.
Kecepatan angin paling tinggi 10,30 knot terjadi di Kota Tarakan pada bulan Januari, sedang
terendah 1,20 knot terjadi di Kota Samarinda pada bulan April.
14
Tabel 13. Jumlah Unit Usaha dan Nilai Investasi Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kalimantan
Timur, Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Total
Kabupaten/Kota
Balikpapan
Berau
Bontang
Bulungan
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Malinau
Nunukan
Pasir
Penajam Paser Utara
Samarinda
Tarakan
3
10
1
4
2
2
0
0
2
0
18
6
3
51
Nilai Investasi
(Juta Rp)
4.100,00
434,00
25,70
64,60
155,00
4,30
0,00
0,00
46,10
0,00
1.881,20
12.100,00
7.400,00
26.210,90
Budidaya ayam ras petelur di Kalimantan Timur prospektif untuk dikembangkan, dengan
ketersediaan usaha penyaluran sarana produksi peternakan dibidang perunggasan yang
meliputi bibit, pakan, obat-obatan dan pemasaran hasil produksinya sebanyak 55 unit dengan
nilai investasi Rp 46.658.000.000,- dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 366 orang akan
sangat mendukung tumbuh kembangnya usaha peternakan ayam petelur. Rincian penyalur
sapronak dan nilai investasi di Kalimantan Timur Tahun 2008 disajikan pada Tabel 14.
Perkembangan produksi telur di Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan rata-rata
sebesar 14,14% per tahun selama tahun 2004-2009. Perkembangan populasi ayam ras petelur
dan penyediaan produksi telur tahun 2004-2009 di Kalimantan Timur disajikan pada Tabel 15.
Berdasarkan data pada Tabel 15, diketahui bahwa populasi ayam ras petelur mengalami
pertumbuhan sebesar 16,56% per tahun selama tahun 2004-2009 dan ini menunjukkan bahwa
produksi telur ayam ras juga meningkat.
Tabel 14. Penyalur Sapronak dan Nilai Investasi di Kalimantan Timur, Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Total
Kabupaten/Kota
Balikpapan
Berau
Bontang
Bulungan
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Malinau
Nunukan
Pasir
Penajam Paser Utara
Samarinda
Tarakan
5
7
2
3
4
2
2
3
1
5
16
5
55
15
Nilai Investasi
(Juta Rp)
3.900,00
1.550,00
1.900,00
750,00
1.020,00
187,70
280,10
700,00
170,20
600,00
6.400,00
29.200,00
46.658,00
Tabel 15. Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur dan Penyediaan Produksi Telur Tahun
2004-2008 di Kalimantan Timur
Uraian
Populasi (ekor)
- Ayam buras
- Ayam ras petelur
- Itik
Jumlah
Produksi telur (ton)
- Ayam buras
- Ayam ras petelur
- Itik
Jumlah
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
r
(%)
2009
3.448.000
697.700
250.400
4.396.100
2.754.600
733.800
189.900
3.678.300
2.855.500
656.500
172.700
3.684.700
3.129.800
947.600
161.000
4.238.400
3.173.445
1.041.819
138.540
4.353.804
4.051.476
1.394.680
195.614
5.641.770
4,44
16,56
(2,55)
6,24
2.324,68
4.532,34
1.902,34
8.759,46
2.372,22
5.518,81
1.356,73
9.247,76
1.895,16
5.804,36
1.026.21
8.725,74
1.964,58
5.192,92
935,73
8.093,23
2.253,30
7.495,52
876,02
10.524,84
2.160,18
8.240,79
876,02
11.276,99
(0,77)
14,14
(13,65)
5,97
Ayam Buras
835.654
213.700
277.762
282.911
251.992
144.356
104.360
150.116
49.949
377.500
272.848
76.227
14.072
3.173.445
Itik
5.949
9.900
24.593
13.108
10.972
15.284
19.800
16.250
682
13.410
1.880
666
754
138.540
Tabel 16 menunjukkan bahwa populasi ayam ras petelur di Kalimantan Timur pada Tahun
2008 paling banyak terdapat di Kota Samarinda sebanyak 407.500 ekor, diikuti dengan
Kabupaten Kutai Kertanegara sebanyak 338.370 ekor.
Tabel 17 menunjukkan bahwa ayam ras berkontribusi sebesar 7.495.5 ton telur atau
71,22% dari jumlah produksi telur di Kalimantan Timur. Kabupaten/kota yang memproduksi telur
terbesar adalah Kota Samarinda.
16
Tabel 17. Produksi Telur Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2008 (Ton)
Telur
Kabupaten/Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Ayam Buras
Pasir
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Malinau
Bulungan
Nunukan
Penajam P.U
Balikpapan
Samarinda
Tarakan
Bontang
Tana Tidung
Jumlah
446,4
134,9
173,2
234,3
173,3
98,7
52,9
63,0
215,0
72,2
252,8
183,1
53,6
2.153,3
2008
Itik
482,5
1.557,5
268,1
41,1
7,9
55,4
10,3
1.232,4
1.480,8
1.740,2
619,4
-
37,4
48,2
177,7
51,5
59,1
79,6
43,3
63,4
36,8
9,2
248,2
10,2
11,4
7.495,5
876,0
2004
2005
Tahun
2006
2007
2008
r
(%)
10.721,76
3,92
11.321.91
4,10
9.475,98
3,43
11.895,46
4,31
12.506,14*
4,04
4,99
1,91
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, 2009 dan BPS, 2008 (diolah).
Keterangan : *)Perhitungan diperoleh dengan menggunakan proyeksi penduduk dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 2,34% dari tahun 2007 sebesar 3.024.800 jiwa.
17
5. Daerahnya tidak lembab dan cukup memperoleh sinar matahari, serta bukan daerah yang
kecepatan anginnya sangat tinggi.
6. Lokasi usaha peternakan harus dibatasi dengan diberi pagar keliling yang rapat minimal 1,75
meter di atas tanah sehingga ternak lain tidak dapat keluar dan pagar tersebut berjarak
minimal 5 meter dari kandang terluar.
7. Lokasi peternakan ayam petelur minimal berjarak 1.000 meter dengan perusahaan
peternakan ayam bibit, berjarak 250 meter dengan perusahaan ayam petelur lainnya, atau
minimal 50 meter dengan perusahaan peternakan ayam yang sejenis apabila merupakan
satu kelompok usaha/koperasi, serta pembinaan dan pengendalian kesehatan ternaknya
dilakukan secara bersama.
Lokasi peternakan juga perlu
menggunakan biosecurity sebagai tindakan
pengamanan terhadap ternak melalui
pengamanan terhadap lingkungan dan
orang yang terlibat dalam siklus
pemeliharaan. Penerapan biosecurity ini
dilakukan
dengan
menyediakan
desinfektan di pintu gerbang peternakan
yang
secara
otomatis
akan
Gambar 5.
Pintu Gerbang Peternakan yang
menyemprotkan cairan pencuci hama
Dilengkapi dengan pengamanan
Biosecurity (Pengamanan Biologis)
apabila ditekan tombolnya.
di Rimbauan Kelurahan Lempake.
18
c. Kandang dengan lantai campuran litter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan
40% luas lantai kandang untuk alas litter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang
(terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).
3.3.2.3. Peralatan Kandang
Peralatan yang diperlukan pada kandang ayam petelur sebagai berikut:
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan
tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai
campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasil
serutan kayu dengan panjang antara 35 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat
dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 45 ekor ayam. Kotak diletakkan
di dinding kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar
mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta
dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar
sarang setelah bertelur dan dibuat lubang yang lebih besar dari besar telur pada dasar
sarang.
c. Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan
kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar
dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat pakan, minum dan tempat grit
Tempat pakan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, aluminium atau apa
saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak
khusus.
Untuk anak ayam yang dipelihara di kandang litter
dapat diberikan tempat minum yang berupa galon
tenteng (Gambar 7). Satu gallon ukuran 3,8 liter
dapat dipakai untuk 100 ekor anak ayam, tempat
minum galon ini berangsur-angsur diganti dengan
tempat minum otomatis (Gambar 8).
19
Satu tempat pakan (feeder tray) model baki yang berdiameter 37,5 cm dapat dipakai
untuk 80 ekor ayam dan baki tersebut dipergunakan pada umur 1-7 hari dan setelah itu diganti
dengan tempat pakan yang berbentuk tabung gantung supaya pakan tidak tercecer, tempat
pakan untuk anak ayam yang ditempatkan di dalam kandang battery dipergunakan tempat
makan yang bentuknya memanjang di dalam
kandang, setelah berumur 28 hari diganti dengan
tempat pakan yang diletakkan di luar kandang.
Pada kandang battery tempat pakan dan minum
dapat berikan dengan tempat yang memanjang
agar mudah pada saat pemberian pakan dan air
minum serta mudah saat membersihkannya, ini
dapat dilihat pada Gambar 9.
e. Brooder (alat pemanas)
Gambar 9.
20
Gambar 11(a).
Gambar 12.
Adapun kondisi dan model konstruksi kandang disajikan pada Gambar 13,14,dan 15.
Gambar
13.
21
Gambar 14.
Gambar 15.
Bahan atap kandang postal dan baterai sebagian besar menggunakan asbes dengan
tipe atap kandang monitor. Bahan asbes ini dipilih dengan pertimbangan mampu menyerap
panas dari teriknya sinar matahari pada siang hari sehingga suhu di dalam kandang dapat
terjaga dan melindungi ternak dari hujan, sinar matahari, mengurangi evaporasi,
mempertahankan suhu dan kelembaban kandang. Konstruksi atap kandang dan ventilasi pada
lokasi penelitian disajikan pada Gambar 16,17, dan 18.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Kandang postal bertingkat dengan dua jenis lantai slat yaitu lantai slat rapat pada
bagian kandang atas dan lantai slat renggang pada bagian kandang bawah. Lantai slat berasal
dari bilah-bilah bambu atau kayu dengan jarak antar bilah 2,5 cm dan besar bilah antara 2,5 cm
5 cm.
3.3.3. Sumber Pengadaan, Penentuan, dan Pemilihan Bibit
1. Penyiapan Bibit
1. Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara
lain:
a. Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
22
2. Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chick) atau ayam
umur sehari:
a. DOC berasal dari induk yang sehat.
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.
e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
3. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkriteria baik dalam hal ini tergantung sebagai
berikut:
a. Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan perbandingan antara ransum yang dihabiskan ayam
dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per
kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan
telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya.
Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan
cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka
bibit seperti itu yang diinginkan, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada
berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering
dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit
ayamnya.
b. Produksi Telur
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat
memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang
produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.
c. Prestasi Bibit Di lapangan/Di peternakan
Apabila kedua hal di atas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya
dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam
petelur dapat dilihat pada data yang tersaji pada Tabel 19.
Tabel 19. Beberapa Jenis Bibit dan Prestasi Ayam Petelur
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jenis/Strain
Babcock B-300 v
Dekalb Xl-Link
Hisex white
H & W nick
Hubbarb leghorn
Ross white
Shaver S 288
Babcock B 380
Hisex brown
Hubbarb golden cornet
Ross Brown
Shaver star cross 579
Warren sex sal link
Warna
Bulu
putih
putih
putih
putih
putih
putih
putih
cokelat
cokelat
cokelat
cokelat
cokelat
cokelat
Tipe
ringan
ringan
ringan
ringan
ringan
ringan
ringan
Dwiguna
Dwiguna
Dwiguna
Dwiguna
Dwiguna
Dwiguna
Produksi Telur
(Butir)
270
255-280
288
272
260
275
280
260-275
272
260
270
265
280
Konversi Pakan
(kg/dosin telur)
1,82
1,8-2,0
1,89
1,7-1,9
1,8-1,86
1,9
1,7-1,9
1,9
1,98
1,24-1,3
2,0
2,0-2,08
2,04
Ketersediaan bibit ayam ras petelur di Kalimantan Timur disuplai dari Surabaya, Jawa
Timur melalui PT Multi Breeder Adirama sebagai salah satu breeding farm di Kalimantan Timur.
23
Harga bibit berupa DOC layer Final Stock (FS) pada tahun 2009 berkisar antara Rp 3.825,-/ekor
hingga Rp 6967,-/ekor. Sistem pembayaran secara kontan jika dalam jumlah sedikit dan secara
angsuran jika dalam jumlah besar dengan sistem kerjasama.
3.3.4.
24
25
atau terdapat disisi samping kandang battery. Pemberian minum disesuaikan dengan umur
ayam.
3.3.5.3. Pengendalian Penyakit
Pada prinsipnya mencegah lebih baik dari pada mengobati ayam yang sudah sakit,
selain menghemat biaya pengobatan, ayam yang telah pulih dari suatu penyakit biasanya
kondisi tubuhnya tidak sebaik sebelum terserang penyakit, dan ini dapat mengganggu
produktivitas ayam petelur. Pencegahan terhadap penyakit yang intensif dapat memperkecil
ayam terserang penyakit.
a.
Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit dibagi melalui dua cara, yaitu melalui tata laksana harian dan
melalui obat-vaksin. Keduanya digunakan bersama dan saling mendukung satu dengan yang
lainnya (Rasyaf,1994).
Program vaksinasi yang dilakukan pada budidaya ayam petelur disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Program Vaksinasi Ayam Ras Petelur
Umur/hari
4 hari
7 hari
14 hari
16 hari
19 hari
22 hari
35 hari
42 hari
56 hari
71 hari
91 hari
105 hari
112 hari
122 hari
Jenis Vaksin
ND Lasota + IB
Gumboro
Gumboro
AI
ND Lasota
Gumboro
ND + IB + ND Kill
Coryza
AI
ND Lasota
Coryza
AI
ND + IB
(ND+IB+EDS)
Coryza
Aplikasi
Tetes + suntik
Tetes
Cekok/tetes mulut
Suntik/subkutan
Minum
Minum
Minum + Suntik
Suntik
Suntik
Minum
Suntik
Suntik
Minum
Suntik
Suntik
dosis
1 tetes, 0,25 cc
1 tetes
1 tetes
0,25 cc
1000 ekor dicampur 10 liter air
1000 ekor dicampur 10 liter air
0,5 cc, intramusculair
0,5 cc
0,5 cc
0,5 cc, intramusculair
1000 ekor dicampur 20 liter air
0,5 cc
0,5 cc
b.
26
Tabel 21. Beberapa Jenis Penyakit, Gejala, Dampak, dan Pengendalian Penyakit yang Sering
atau Potensial Menyerang Peternakan Ayam Petelur
No.
1.
Nama Penyakit
Pilek Ayam
(Infectious
Coryza, Snot)
Penyebab
Haemophilus
paragallinarum
Gejala
radang katar dari selaput
lendir alat pernafasan
bagian atas
2.
Tetelo
(Newcastle
Disease, Avian
Pneumoen
cephalitis)
virus ND
3.
Infeksi bronchitis
Virus
4.
5.
Gumboro
Flu Burung
(Avian Influenza)
Virus
Virus AI tipe A
Menyerang bursa
fabrisius
Dampak
Nafsu makan dan minum
menurun sehingga terjadi
penurunan produksi.
Pernafasan cepat, diare
dan ayam dapat menjadi
kerdil
Produksi telur menurun,
terjadi kelainan bentuk
telur dan daya tetasnya
menurun.
Pengendalian
Antibiotik/preparat
sulfa
Vaksin Coryza
Vaksin IB
Vaksin ND
dibakar atau dikubur
Vaksin Gumboro
Biosecurity
Desinfeksi
Vaksinasi
3.3.6.
27
Parameter
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Abu
Kadar air
Ca
Fosfor (P) total
Fosfor tersedia
Energi termetabolis (ME)
Total Aflatoksin
Asam Amino:
- Lisin
- Metionin
- Metionin + Sistin
Satuan
%
%
%
%
%
%
%
%
Kkal
g/Kg
Persyaratan
Min 16,0
Maks 7,0
Maks 7,0
Maks 14,0
Maks 14,0
3,25-4,25
0,60-1,00
Min 0,32
Min 2650
Maks 50,0
%
%
%
Min 0,80
Min 0,35
Min 0,60
28
29
4.1.6.
Perbankan/Asuransi
Lembaga keuangan di Kalimantan Timur tahun 2008 yang berbentuk kantor bank
berjumlah 322 unit. Dari 322 unit kantor bank tersebut, 112 unit berada di Kota Samarinda, 109
unit di Kota Balikpapan, 25 unit di Kota Bontang, 23 unit di Kota Tarakan dan 53 unit lainnya
tersebar di 9 kabupaten lainnya.
Posisi kredit bank yang telah disalurkan pada tahun 2008 berjumlah 30,30 trilyun rupiah,
dengan jumlah kredit terbesar pada sektor lainnya sebesar 6,55 trilyun rupiah, diikuti sektor
perdagangan 5,49 trilyun rupiah, sektor pertambangan sebesar 4,62 trilun rupiah, sektor jasa
dunia usaha 4,52 trilyun rupiah, sektor konstruksi 3,11 trilyun rupiah dan selebihnya adalah untuk
sektor Pertanian, Perindustrian, Pengangkutan serta Listrik, Gas dan Air. Sedangkan posisi
deposito bank dirinci menurut kabupaten/kota sampai dengan Desember 2008 sebesar 13,08
trilyun rupiah. Untuk tabungan pada tahun 2008 (periode Januari-Desember) tercatat sekitar
1,77 juta penabung dengan nilai tabungan sebesar 15,65 trilyun rupiah, berarti setiap penabung
mempunyai nilai tabungan rata-rata sebesar 8,82 juta rupiah.
Ketersediaan Koperasi Unit Desa (KUD) dan Koperasi Peternakan di Kabupaten/Kota
Kalimantan Timur mendukung pengembangan budidaya ayam petelur. Kota Samarinda memiliki
unit KUD dan unit Koperasi Peternakan. Kota Samarinda memiliki 19 unit KUD dan 7 unit
Koperasi Peternakan. Kota Balikpapan memiliki 5 unit KUD dan 2 unit Koperasi Peternakan.
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 61 unit KUD dan 4 unit Koperasi Peternakan. Kabupaten
Penajam Paser Utara memiliki 10 unit KUD dan 8 unit Koperasi Peternakan.
4.2.
Legalitas
Izin usaha pembukaan kawasan peternakan ayam petelur di kabupaten dan kota di
Kalimantan Timur mengacu kepada perundangan dan peraturan nasional yaitu Undang-undang
30
Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang-undang Nomor 24 Tahun
1997 tentang Tata Ruang (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3702; Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk Hukum
Daerah;
Adapun izin budidaya ayam petelur di daerah harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
1. Usaha (Industri) budidaya ayam petelur wajib mendaftarkan usahanya kepada Dinas;
2. IUP dapat diberikan kepada:
a. Koperasi;
b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Badan Usaha Milik Nasional;
d. Badan Usaha Swasta Nasional;
e. Patungan Badan Usaha Nasional dengan Badan Usaha Asing.
3.
Usaha (Industri) budidaya ayam petelur wajib memiliki IUP, diberikan oleh Bupati/
Walikota;
4.
IUP berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan periode waktu yang sama;
5.
Untuk memperoleh IUP, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada
Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas;
6.
Perusahaan pemohon IUP harus melengkapi persyaratan permohonan berupa:
a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya;
b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas;
c. Rencana kerja budidaya ayam petelur;
d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Rekomendasi dari dinas teknis;
f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);
g. Surat keterangan domisili kantor perusahaan;
h. Peta calon usaha dengan skala 1 : 100.000.
i. Menyetor uang jaminan kesungguhan pada Bank yang ditunjuk sebesar Rp. 15.000,(Lima Belas Ribu Rupiah) untuk setiap 1 ha luasan areal.
7. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima dengan lengkap,
pejabat pemberi IUP harus memutuskan IUP tersebut dapat diberikan atau ditolak.
Selanjutnya ijin usaha budidaya ayam petelur harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
1.
Untuk melaksanakan kegiatan usaha budidaya ayam petelur wajib memperoleh izin
tertulis dari Bupati;
2.
Ijin usaha budidaya ayam petelur dapat diberikan kepada pihak-pihak sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Daerah;
3.
Untuk memperoleh ijin, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada
Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas dengan melengkapi:
a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya;
b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas;
c. Rencana kerja usaha budidaya ayam petelur;
d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);
f. Surat keterangan domisili kantor perusahaan;
g. Ijin lokasi bagi perusahaan bukan pemilik lahan sumber bahan baku industri;
31
32
perlu juga diundang dari DPRD, Unsur Organisasi dalam masyarakat, Unsur Mahasiswa, LSM
dll.
IV. Hasil presentasi dinilai oleh bagian Perekonomian dan Penanaman Modal atas persetujuan
pemerintah kota/kab.
4.3.
33
V.
5.1.
ANALISIS FINANSIAL
Analisis keuangan suatu proyek terdiri dari proyeksi pendapatan dan biaya selama
periode proyek. Analisis keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran pendapatan
dan biaya, kemampuan melunasi kredit, dan kelayakan proyek dari aspek finansial.
Perhitungan finansial kelayakan proyek memerlukan parameter teknis yang menjadi
dasar sesuai perlakuan usaha yang bersangkutan. Asumsi dan parameter yang digunakan
dalam analisis keuangan budidaya ayam petelur adalah sebagai berikut:
Tabel 23. Parameter Teknis dan Asumsi Dasar Aspek Finansial Budidaya Ayam Petelur
Skala Pemeliharaan
No.
Parameter Teknis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Harga Telur
Berat ayam tua per ekor
Harga ayam tua/afkir
Jumlah panen ayam tua /afkir/sisa setelah
mortalitas
Konversi pakan
Harga pakan untuk DOC
Harga pakan untuk ayam dara
Harga pakan untuk ayam dewasa
Harga rata-rata pakan
Konversi telur
Periode roduksi th Ke 1
Siklus produksi
Umur proyek
Suku bunga kredit
Jangka waktu kredit
Proporsi modal sendiri: kredit
10.
11.
12.
13.
14
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21
Satuan
34
5000 ekor
90000 ekor
Ekor
Buah
Rp/ekor
%
kg/ekor
butir/ekor
Rp/kg
Kg
Rp/ekor
%
5.000
2
4.250
6
22,50-22,92
270-275
10.400
1,70-1,90
35.000
94
90000
50
4.250
6
22,50-22,92
270-275
10.400
1,70-1,90
35.000
94
Kg/ekor
Rp/kg
Rp/kg
Rp/kg
Rp/kg
Butir/kg
Tahun
Kali/tahun
tahun
%
Tahun
%
1,98
4.250
3.500
3.350
3.700
12
0,7
1
5
14
3
30:70
1,98
4.250
3.500
3.350
3.700
12
0,7
1
5
14
3
30:70
1-12
minggu
pullet berada
dalam kandang
postal
12-18
minggu
penyesuaian
Penyesuaian
dikandang
dikandangbatrey
battery
sebelum
sebelumayam
ayam
berproduksi
berproduksi
18-28
minggu
28-36
minggu
37-89
minggu
90
minggu
8-9
minggu
puncak produksi
telur
produksi telur
mulai menurun
secara bertahap
ayam diafkir
kering kandang
35
produksi awal
ayam bertelur
5.2.
Untuk budidaya ayam petelur digunakan antara lain lahan untuk rumah kandang
(tempat battery kandang ayam), rumah jaga, instalasi listrik, air, peralatan dan lain-lain. Nilai
komponen biaya investasi disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Rekapitulasi Biaya Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 ekor
dan 90000 ekor di Kalimantan Timur
No
Nilai (Rp)
Uraian
5000 ekor
90000 ekor
1
2
Tanah
Kandang
112,500,000.00
50,000,000.00
3,000,000,000.00
1,250,000,000.00
3
4
a
b
c
d
Rumah jaga
Peralatan Kandang:
Tempat makan gantung
Tempat minum otomatis
Tempat minum manual
Lampu
10,000,000.00
20,000,000.00
2,000,000.00
4,000,000.00
875,000.00
1,500,000.00
12,000,000.00
24,000,000.00
1,750,000.00
1,000,000.00
e
f
g
h
5
6
7
Pipa
Tong air
Brooder (alat pemanas)
Lembaran seng
Jalan dan Pemagaran
Sumber air dan listrik
Fasilitas penunjang lainnya
125,000.00
320,000.00
4,000,000.00
250,000.00
2,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
6,250,000.00
4,000,000.00
24,000,000.00
1,500,000.00
4,000,000.00
1,000,000.00
1,000,000.00
8
9
10
Gudang telur
Gudang Pakan
Kendaraan
Jumlah
189,570,000.00
15,000,000.00
15,000,000.00
45,000,000.00
4,425,500,000.00
Biaya operasional untuk budidaya ayam petelur meliputi biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap meliputi:biaya penyusutan, biaya tenaga kerja
tetap dan biaya listrik dan air. Biaya tidak tetap meliputi: biaya pembelian bibit ayam berupa
DOC , biaya pakan, biaya obat dan vaksin, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja tidak tetap,
biaya packing dan transportasi, serta biaya penunjang produksi. Total biaya operasional selama
5 tahun pada skala pemeliharaan 5000 ekor sebesar Rp 2.444.093.166,67 atau rata-rata sebesar
Rp 488.818.633,33 per tahun, sedangkan pada skala pemeliharaan 90000 ekor sebesar Rp
36.283.700.777,78 atau rata-rata sebesar Rp 7.256.740.155,56. Komponen biaya untuk
pembelian pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya operasional budidaya ayam
petelur.
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, diketahui bahwa kebutuhan biaya investasi
pada skala pemeliharaan 5000 ekor sebesar Rp 189.570.000,- dan kebutuhan modal kerja Rp
158.884.777,78. Kebutuhan investasi dan modal kerja pada skala pemeliharaan 90000 ekor
sebesar Rp 4.425.500.000,00 dan Rp 1.821.972.444,44.
Dengan asumsi proporsi kebutuhan modal investasi dan modal kerja oleh setiap
peternak 70% merupakan pinjaman bank dan 30% modal sendiri maka pada skala pemeliharaan
5000 ekor kredit investasi yang dibutuhkan peternak Rp 126.042.000,- dan kredit modal kerja
Rp 110.469.917,-.
36
Tabel 25.
No.
1.
2.
Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Petelur di
Kalimantan Timur (Skala Pemeliharaan 5000 ekor)
Komponen
Biaya
Investasi
Modal Kerja
Total
Sumber Pendanaan
Kredit (Rp)
Dana Sendiri (Rp)
132.699.000,00
56.871.000,00
111.219.344,00
47.665.433,33
243.918.344,45
104.536.433,33
Total (Rp)
189.570.000,00
158.884.777,78
348.454.777,78
Tabel 26.
No.
1.
2.
Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Petelur di
Kalimantan Timur (Skala Pemeliharaan 90000 ekor)
Komponen
Biaya
Investasi
Modal Kerja
Total
Sumber Pendanaan
Kredit (Rp)
Dana Sendiri (Rp)
3.097.850.000,00
1.327.650.000,00
1.275.380.711,11
546.591.733,33
4.373.230.711,11
1.874.241.733,33
Total (Rp)
4.425.500.000,00
1.821.972.444,44
6.247.472.444,44
Kredit
Pokok
Pinjaman
Bunga
Total Angsuran
132.699.000
Saldo Awal
Saldo Akhir
132.699.000
132.699.000
44.233.000
17.877.504
62.110.504
92.152.083
88.466.000
44.233.000
10.622.063
54.855.063
47.919.083
44.233.000
44.233.000
3.354.336
47.587.336
3.686.083
Jumlah
132.699.000
Sumber : Data primer (diolah), 2010.
30.778.796
163.477.796
Tabel 28.
Tahun
0
1
Pokok Pinjaman
Bunga
Total Angsuran
111.219.344
37.073.115
37.073.115
Saldo Awal
Saldo Akhir
111.219.344
111.219.344
14.983.717
52.056.832
77.235.656
74.146.230
8.001.614
45.074.729
40.162.541
37.073.115
37.073.115
2.811.378
39.884.493
3.089.426
Jumlah
111.219.344
Sumber : Data primer (diolah), 2010.
25.796.709
137.016.054
37
Tabel 29. Rekapitulasi Angsuran Kredit Investasi Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan
90000 ekor
Tahun
Pokok
Pinjaman
Kredit
0
Total
Angsuran
Bunga
Saldo Awal
3.097.850.000
Saldo Akhir
3.097.850.000
3.097.850.000
1.032.616.667
417.349.236
1.449.965.903
2.151.284.722
2.065.233.333
1.032.616.667
247.971.419
1.280.588.086
1.118.668.056
1.032.616.667
1.032.616.667
78.306.764
1.110.923.431
Jumlah
3.097.850.000
Sumber : Data primer (diolah), 2010.
718.529.097
3.816.379.097
86.051.3890
Tabel 30. Rekapitulasi Angsuran Kredit Modal Kerja Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan
90000 ekor
Tahun
0
Pokok
Pinjaman
Kredit
Total
Angsuran
Bunga
1.275.380.711
Saldo Awal
Saldo Akhir
1.275.380.711
1.275.380.711
425.126.904
171.822.124
596.949.027
885.681.049
850.253.807
425.126.904
91.756.557
516.883.460
460.554.146
425.126.904
425.126.904
32.238.790
457.367.694
35.427.242
Jumlah
1.275.380.711
Sumber : Data primer (diolah), 2010.
25.622.883
1.571.198.182
5.3.
Tabel 31. Rekapitulasi Produksi dan Pendapatan Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur
Skala Pemeliharaan 5000 ekor
Tahun
Penerimaan Penjualan
Panen/
Produksi
telur
Ayam
Tua/
Afkir
Kotoran
Ayam
(kg)
(ekor)
(kg)
56.500
64.125
56.500
64.125
56.500
4.700
4.700
Telur
(Rp)
Ayam
Kotoran
Ayam
(Rp)
(Rp)
Total
Penerimaan
(Rp)
37.290
587.600.000
14.916.000
602.516.000
42.323
669.900.000
164.500.000
16.929.000
848.329.000
37.290
587.600.000
14.916.000
602.516.000
42.323
669.900.000
164.500.000
16.929.000
848.329.000
37.290
587.600.000
14.916.000
602.516.000
38
Tabel 32. Rekapitulasi Produksi dan Pendapatan Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur
Skala Pemeliharaan 90000 ekor
Tahun
Penerimaan Penjualan
Panen/
Produksi
telur
Ayam
Tua/
Afkir
Kotoran
Ayam
(kg)
(ekor)
(kg)
624.000
1.358.250
28.200
Telur
(Rp)
Ayam
Kotoran
Ayam
(Rp)
(Rp)
Total
Penerimaan
(Rp)
411.840
6.489.600.000
164.736.000
6.654.336.000
896.445
14.125.800.000
987.000.000
358.578.000
15.471.378.000
10.643.832.000
813.000
56.400
536.580
8.455.200.000
1.974.000.000
214.632.000
1.358.250
28.200
896.445
14.125.800.000
987.000.000
358.578.000
15.471.378.000
813.000
56.400
536.580
8.455.200.000
1.974.000.000
214.632.000
10.643.832.000
Hasil proyeksi rugi/laba menunjukkan bahwa budidaya ternak ayam petelur mampu
menghasilkan total laba selama periode proyek (5 tahun). Budidaya ayam petelur pada skala
pemeliharaan 5000 ekor dapat menghasilkan total laba sebesar Rp 825.092.888,- atau ratarata per tahun sebesar Rp 170.418.578,-. Budidaya ayam petelur pada skala pemeliharaan
90000 ekor dapat menghasilkan total laba sebesar Rp 15.230.015.627,- atau rata-rata per
tahun sebesar Rp 3.046.003.125,-. Rekapitulasi rugi/laba dan BEP usaha ayam ras petelur
disajikan pada Tabel 33 dan 34.
5.4.
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu aliran
masuk (cash inflow) dan aliran keluar (cash outflow). Kas masuk diperoleh dari penjualan
produk usaha ternak ayam petelur selama satu tahun. Kapasitas terpakai usaha ini
berpengaruh pada besarnya nilai produksi yang juga akan mempengaruhi nilai penjualan,
sehingga kas masuk menjadi optimal. Untuk kas keluar, komponennya ditambah dengan biaya
angsuran kredit, biaya bunga, dan juga pajak sebesar 15%.
39
Tabel 33. Rekapitulasi Proyeksi Rugi/Laba dan BEP Usaha Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan
Tahun
Uraian
1
Penerimaan
1. Jumlah Produksi
a. Telur
56,500.00
b. Ayam
c. Kotoran
2. Total Penerimaan
B
64,125.00
4,700.00
56,500.00
37,290.00
64,125.00
4,700.00
56,500.00
-
37,290.00
42,322.50
42,322.50
37,290.00
602,516,000.00
848,329,000.00
602,516,000.00
848,329,000.00
602,516,000.00
455,289,000.00
485,699,750.00
Pengeluaran
1. Biaya Variabel
455,289,000.00
485,699,750.00
455,289,000.00
2. Biaya Tetap
11,400,000.00
11,400,000.00
2
11,400,000.00
11,400,000.00
11,400,000.00
3. Penyusutan
9,965,333.33
9,965,333.33
9,965,333.33
9,965,333.33
9,965,333.33
4. Angsuran Bunga
a. Kredit Investasi
17,877,504.17
10,622,063.47
3,354,335.83
14,983,717.24
8,001,613.95
2,811,377.87
509,515,554.74
525,688,760.75
482,820,047.04
507,065,083.33
476,654,333.33
322,640,239.25
119,695,952.96
341,263,916.67
125,861,666.67
17,954,392.94
51,189,587.50
18,879,250.00
101,741,560.02
290,074,329.17
106,982,416.67
5. Total Pengeluaran
C
Pajak 15%
BEP
1. Penjualan (Rp)
2. Produksi (kg)
93,000,445.26
13,950,066.79
79,050,378.47
46,653,687.16
44,873.94
48,396,035.89
274,244,203.36
26,668,975.54
47,798.05
40
46,653,687.16
44,873.94
26,668,975.54
47,798.05
46,653,687.16
44,873.94
Tabel 34.
No
Uraian
1
Penerimaan
Jumlah
1. Produksi
a. Telur
624,000.00
1,358,250.00
813,000.00
1,358,250.00
813,000.00
28,200.00
56,400.00
28,200.00
56,400.00
411,840.00
896,445.00
536,580.00
896,445.00
536,580.00
6,654,336,000.00
15,471,378,000.00
10,643,832,000.00
15,471,378,000.00
10,643,832,000.00
5,236,084,000.00
10,145,899,500.00
6,623,898,000.00
10,145,899,500.00
6,620,698,000.00
2.Biaya Tetap
54,000,000.00
54,000,000.00
54,000,000.00
54,000,000.00
60,000,000.00
3.Penyusutan
175,833,333.33
175,833,333.33
175,833,333.33
175,833,333.33
175,833,333.33
417,349,236.11
247,971,418.98
78,306,763.89
171,822,123.58
91,756,556.72
32,238,790.20
Total Pengeluaran
6,055,088,693.02
10,715,460,809.03
6,964,276,887.42
10,375,732,833.33
6,856,531,333.33
599,247,306.98
4,755,917,190.97
3,679,555,112.58
5,095,645,166.67
3,787,300,666.67
Pajak 15%
89,887,096.05
713,387,578.65
551,933,266.89
764,346,775.00
568,095,100.00
509,360,210.93
4,042,529,612.32
3,127,621,845.69
4,331,298,391.67
3,219,205,566.67
BEP
156,878,750.33
142,979,195.18
156,878,750.33
158,739,410.62
980,759.57
642,105.58
980,759.57
642,374.81
b. Ayam
c. Kotoran
2. Total Penerimaan
B
Pengeluaran
1.Biaya Variabel
4.Angsuran Bunga
a.Kredit Investasi
b.Kredit Modal
Kerja
1.Penjualan (Rp)
2. Produksi (kg)
41
Nilai
Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR (%)
Payback Period
Justifikasi Kelayakan
5000 ekor
232.226.621,82
90000 ekor
2.698.694.890,04
47
30
2,27
1,53
2 tahun 3 bulan
2 tahun 8 bulan
NPV> 0; layak
IRR>14% (suku bunga
kredit); layak
Net B/C >1; layak
Payback Period < umur
usaha; layak
5.4.2.
Analisis Sensitivitas
Selama usaha berjalan, kemungkinan beberapa faktor akan berubah dan
mempengaruhi kelayakan usaha, sehingga dilakukan analisis sensitivitas atau kepekaan untuk
kondisi normal dan kondisi dimana ada perubahan pada faktor-faktor seperti peningkatan
bunga kredit, harga pakan, obat-obatan, pullet dan biaya investasi. Dalam pola pembiayaan usaha
ayam ras petelur ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:
Skenario 1: Pendapatan Turun, Biaya Variabel Tetap
Pada skenario ini, pendapatan mengalami penurunan sedangkan biaya variabel tetap.
Penurunan pendapatan dapat terjadi dikarenakan harga jual produk yang menurun atau
volume produksi yang menurun. Hasil analisis disajikan pada Tabel 36 dan 37.
Tabel 36. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor
No.
1
2
3
4
Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR(%)
Net B/C Ratio
Payback period
Pendapatan Turun
13.5%
14%
9.506.771,37
(2.509.090,45)
15
14
1,04
0,99
3 tahun 8 bulan
3 tahun 9 bulan
42
Tabel 37. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor
No.
1
2
3
4
Pendapatan Turun
11%
12%
89.019.951,90
(307.125.186,54)
15
12
1,02
0,95
3 tahun 8 bulan
4 tahun
Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR(%)
Net B/C Ratio
Payback period
Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR(%)
Net B/C Ratio
Payback period
Sumber
: Data Primer (diolah), 2010.
Keterangan : Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak
layak dilaksanakan.
Tabel 39. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 2 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor
No.
1
2
3
4
Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR(%)
Net B/C Ratio
Payback period
Kriteria Kelayakan
1
NPV (Rp)
2
IRR(%)
3
Net B/C Ratio
4
Payback period
Sumber: Data Primer (diolah), 2010.
Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak
layak dilaksanakan.
43
Tabel 41. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 3 pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor
No.
Kriteria Kelayakan
1
NPV (Rp)
2
IRR(%)
3
Net B/C Ratio
4
Payback period
Sumber: Data Primer (diolah), 2010.
Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak
layak dilaksanakan.
Tabel 42. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Produksi)
pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor
No.
Kriteria Kelayakan
1
NPV (Rp)
2
IRR(%)
3
Net B/C Ratio
4
Payback period
Sumber: Data Primer (diolah), 2010.
Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak
layak dilaksanakan.
Tabel 43. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Produksi)
pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor
No.
1
2
3
Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR(%)
Net B/C Ratio
4
Payback period
3 tahun 7 bulan
4 tahun 1 bulan
Sumber: Data Primer (diolah), 2010.
Keterangan: Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan Kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak
layak dilaksanakan.
44
Jika dilakukan analisis sensitivitas pada skenario 1 (pendapatan turun akibat penurunan
harga jual), diperoleh hasil sebagaimana yang tersaji pada Tabel 44 dan 45.
Tabel 44. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan
Jual) pada Skala Pemeliharaan 5000 Ekor
No.
1
2
3
4
Harga
Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR(%)
Net B/C Ratio
Payback period
Tabel 45. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario 1 (Pendapatan Turun Akibat Penurunan Harga
Jual) pada Skala Pemeliharaan 90000 Ekor
No.
1
2
3
4
Kriteria Kelayakan
NPV (Rp)
IRR(%)
Net B/C Ratio
Payback period
Sumber
: Data Primer (diolah), 2010.
Keterangan : Kolom kiri menunjukkan bahwa usaha masih layak dan kolom kanan menunjukkan bahwa usaha tidak
layak dilaksanakan.
Berdasarkan Tabel 44 dan Tabel 45 diketahui bahwa faktor penurunan harga jual telur
lebih peka terhadap perubahan pendapatan. Penurunan harga jual hingga 15% pada skala
pemeliharaan 5000 dan penurunan harga jual hingga 12% pada skala pemeliharaan 90000 ekor
menunjukkan usaha masih layak untuk dilaksanakan
45
VI. PENUTUP
Berdasarkan pemaparan mengenai peluang investasi budidaya ayam petelur di
Kalimantan Timur, terlihat jelas bahwa wilayah Kalimantan Timur seperti Kota Samarinda, Kota
Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kutai Kertanegara memiliki potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi pada budidaya ayam petelur di Provinsi
Kalimantan Timur dinilai layak (feasible) dan menguntungkan untuk diusahakan. Para investor
tidak perlu ragu menanamkan modalnya untuk investasi dibidang ini, karena dari aspek teknis
maupun ekonomis serta dukungan pemerintah daerah setempat yang kuat akan memudahkan
para investor melakukan investasi dibidang budidaya ayam petelur ini.
Jika para investor menginginkan informasi lebih lanjut tentang budidaya ayam petelur
dapat melakukan kontak bisnis ke alamat yaitu:
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur
Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda Kalimantan Timur 75117 Telp. 62-0541-743235 742487 Fax :
0541-736446 E-mail : Humas@bppmd.kaltimprov.go.id
Website : http://www.bppmd.kaltimprov.go.id
46
DDAAFFTTAARR PPUUSSTTAAKKAA
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur. 2009. Kalimantan Timur Dalam Angka 2008. Badan
Pusat Statistik Kalimantan Timur, Samarinda.
Bappenas. 2008. Budidaya Ayam Ras Petelur. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Pedesaan, Bappenas, Jakarta.
Departemen Pertanian. 2010. Produksi Telur Indonesia. Departemen Pertanian, Jakarta.
Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. 2009. Laporan Tahunan Tahun 2008.. Dinas
Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.
Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. 2010. Statistik Peternakan. Dinas Peternakan
Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.
FAO. 2007. Negara Produsen Pangan Dunia.
Glory Farm. 2009. Perhitungan Investasi dan Kelayakan Usaha Ayam Petelur. Http:www.Glory
Farm/perhitungan ekonomi.download 7 Oktober 2009.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomis. LPFE-UI, Jakarta.
Kaltim Post. 2009. Konsumsi Protein Hewani Meningkat.Kaltim Post Online, Samarinda.
Rasyaf, M. 2001. Manajemen Peternakan Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan, N. 2006. Perkembangan Konsumsi Protein Hewani di Indonesia: Analisis Hasil Survey
Sosial Ekonomi Nasional 2002-2005. Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran,
Bandung.
Sudaryani, T., dan H. Santoso. 1995. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur di Kandang Baterai.
Penebar Swadaya, Jakarta.
47
Lampiran
48
Model 1 / PMDN
Kelengkapan
Akte perusahaan atau
KTP bagi perorangan
Copy NPWP
Proses dan flowchart
Uraian produksi / kegiatan
usaha
Surat kuasa, apabila
bukan ditandatangani
Direksi
2. PERSETUJUAN
PENANAMAN
Surat Persetujuan
untuk PMDN
Surat Persetujuan
untuk PMA
RENCANA PERUBAHAN
- Perubahan bidang usaha atau produksi
- Perubahan investasi
- Perubahan/pertambahan TKA
- Perubahan kepemilikan saham
- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN
- Perpanjangan WPP
- Perubahan status
- Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN
oleh asing atau sebaliknya
3.
PERIZI
NAN
PELAKSANAA
N
4.
REALIS
ASI IZIN
USAHA
49
Lampiran 2. Cash Flow Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 5000 Ekor
No
Uraian
0
A
1
a
b
c
2
a
b
c
3
a
b
c
4
a
b
B
1
2
3
4
a
b
5
a
b
6
C
D
E
F
G
H
I
J
132,699,000
111,219,344
243,918,344
Tahun
2
56,500
0
37,290
64,125
4,700
42,323
56,500
0
37,290
64,125
4,700
42,323
56,500
0
37,290
10,400
35,000
400
10,400
35,000
400
10,400
35,000
400
10,400
35,000
400
10,400
35,000
400
587,600,000
0
14,916,000
602,516,000
666,900,000
164,500,000
16,929,000
848,329,000
587,600,000
0
14,916,000
602,516,000
666,900,000
164,500,000
16,929,000
848,329,000
587,600,000
0
14,916,000
602,516,000
602,516,000
848,329,000
602,516,000
848,329,000
602,516,000
455,289,000
11,400,000
485,699,750
11,400,000
455,289,000
11,400,000
485,699,750
11,400,000
455,289,000
11,400,000
44,233,000
37,073,115
44,233,000
37,073,115
44,233,000
37,073,115
17,877,504
14,983,717
13,950,067
594,806,403
7,709,597
0.8772
6,762,804
-182,807,196
10,622,063
8,001,614
48,396,036
645,425,578
202,903,422
0.7695
156,127,595
-26,679,601
3,354,336
2,811,378
17,954,393
572,115,221
30,400,779
0.6750
20,519,660
-6,159,941
51,189,588
548,289,338
300,039,663
0.5921
177,647,567
171,487,625
18,879,250
485,568,250
116,947,750
0.5194
60,738,997
232,226,622
189,570,000
189,570,000
-189,570,000
1.0000
-189,570,000
-189,570,000
232,226,621.82
47%
2.27
2.28
50
Lampiran 3. Cash Flow Budidaya Ayam Petelur Skala Pemeliharaan 90000 Ekor
No
Uraian
Tahun
0
A
1
a
b
c
2
a
b
c
3
a
b
c
4
a
b
B
1
2
3
4
a
b
5
a
b
6
C
D
E
F
G
H
I
J
Arus Kas
Masuk
Jumlah
Produksi
Telur
Ayam
Kotoran
Harga
Telur
Ayam
Kotoran
Penjualan
Telur
Ayam
Kotoran
Penerimaan
Penjualan
Kredit
Investasi
Modal Kerja
Total Arus Kas
Masuk
Arus Kas
Keluar
Biaya Investasi
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Angsuran
Pokok
Kredit
Investasi
Kredit Modal
Kerja
Bunga
Kredit
Investasi
Kredit Modal
Kerja
Pajak 15%
Total Arus Kas
Keluar
Arus Kas
Bersih
DF
Present Value
Cumulative
Present Value
NPV
IRR
Net Benefit
Cost Ratio
Payback
Period
624,000
0
411,840
1,358,250
28,200
896,445
813,000
56,400
536,580
1,358,250
28,200
896,445
813,000
56,400
536,580
10,400
35,000
400
10,400
35,000
400
10,400
35,000
400
10,400
35,000
400
10,400
35,000
400
6,489,600,000
0
164,736,000
14,125,800,000
987,000,000
358,578,000
8,455,200,000
1,974,000,000
214,632,000
14,125,800,000
987,000,000
358,578,000
8,455,200,000
1,974,000,000
214,632,000
6,654,336,000
15,471,378,000
10,643,832,000
15,471,378,000
10,643,832,000
6,654,336,000
15,471,378,000
10,643,832,000
15,471,378,000
10,643,832,000
5,236,084,000
54,000,000
10,145,899,500
54,000,000
6,623,898,000
54,000,000
10,145,899,500
54,000,000
6,620,698,000
60,000,000
1,032,616,667
1,032,616,667
1,032,616,667
425,126,904
425,126,904
425,126,904
417,349,236
247,971,419
78,306,764
171,822,124
89,887,096
91,756,557
713,387,579
32,238,790
551,933,267
764,346,775
568,095,100
4,425,500,000
7,426,886,026
12,710,758,625
8,798,120,391
10,964,246,275
7,248,793,100
-4,425,500,000
1.0000
-4,425,500,000
-772,550,026
0.8772
-677,675,461
2,760,619,375
0.7695
2,124,206,968
1,845,711,609
0.6750
1,245,802,763
4,507,131,725
0.5921
2,668,583,802
3,395,038,900
0.5194
1,763,276,819
-4,425,500,000
2,698,694,890.04
30%
-5,103,175,461
-2,978,968,494
-1,733,165,731
935,418,071
2,698,694,890
3,097,850,000
1,275,380,711
4,373,230,711
4,425,500,000
1.53
2.84
51