Anda di halaman 1dari 14

INTOKSIKASI ARSENIK

A.PENDAHULUAN
Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom 33, berat atom 74.91. Biasanya
arsenik berwarna abu-abu dengan penampakan seperti logam (steel-gray). Selain abu-abu
dapat juga berwarna kuning, coklat, dan hitam.Pada saat arsenik dipanaskan, maka arsenik
akan menyublim menjadi gas (arsin)secara langsung. Arsenik termasuk elemen transisional
(intermediet) antara logam dan non logam, namun secara klasik digolongkan sebagai logam
berat. Arsenik tidak berbau dan tidak berasa. Bentuknya seperti bubuk giling dan tidak larut
dalam air. Senyawa arsen yang biasa kita temukan di alam ada 3 bentuk yakni Arsen
trichlorida (AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa
kristal putih dan berupa gas arsine (AsH 3). Secara garis besar arsen terdiri dari dua bentuk,
yakni organik dan inorganik. Bentuk inorganik merupakan kombinasi dengan elemen seperti
oksigen, chlorine, dan sulfur. Sedangkan bentuk organik merupakan kombinasi dengan
elemen karbon dan hidrogen. Bentuk inorganik memiliki sifat lebih toksik dibandingkan
bentuk organik.(1-3)
Gambar 1: Lambang Arsenc dalam gugusan rantai kimia

B.SUMBER-SUMBER ARSEN
a)Alam
Arsen terutama terdapat di dalam tanah dalam konsentrasi yang bervariasi. Tanah yang
normal mempunyai kandungan arsen tidak lebih dari 20 ppm (part per million). Arsen
dalam tanah akan diserap oleh akar tumbuhan dan masuk ke dalam bagian-bagian
tumbuhan sehingga tumbuhan mengandung arsen. Adanya arsen dalam tanah akan
menyebabkan sebagian arsen larut di dalam air. Arsen ini kemudian akan menjadi
makanan plankton yang kemudian akan dimakan ikan. Jadi secara tidak langsung
manusia yang mengkonsumsi ikan akan mengkonsumsi arsen. Senyawa arsen yang
paling sering dijumpai pada makanan adalah arsenobetaine dan arsenocholine, yang

merupakan varian arsen organic yang relatif non toksik. Senyawa arsen juga banyak
dijumpai pada daerah pertambangan, karena senyawa arsen merupakan produk
sampingan dari ekstraksi logam Pb, Cu maupun Au. Dalam pertambangan tersebut,
senyawa arsen tersebut merupakan kontaminan pada air sumur keadaan normal, setiap
hari tidak kurang dari 0,5 - 1 mg arsen akan masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan
dan minuman yang kita konsumsi.Dengan demikian, di dalam darah orang normalpun,
kita dapat menjumpai adanya arsen. (2-4)
b)Bahan-bahan industri
Arsen telah banyak digunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk bahan
pestisida, herbisida, insektisida, bahan cat, keramik, bahan untuk preservasi kayu,
penjernih kaca pada industri elektronik. Dalam masyarakat, arsen masih digunakan
sebagai anti hama, terutama tikus. Dalam bentuk bubuk putih, yang dikenal sebagai
warangan (As2O3), arsen merupakan obat pembasmi tikus yang ampuh. Racun ini tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan sangat beracun sehingga dapat mengecoh tikus
sehingga mau memakan umpan yang telah diberi racun tersebut. Tikus yang memakan
arsen akan mengalami gejala muntaber, kekurangan cairan (dehidrasi) dan mati dalam
keadaan kering. Karena bahayanya racun ini, maka saat ini arsen tidak banyak
digunakan lagi sebagai pembasmi hama dan perannya digantikan oleh bahan lain yang
lebih aman. Meskipun demikian, sampai saat ini arsen masih banyak digunakan sebagai
bahan preservasi kayu dan komponen dalam industri elektronika, karena belum ada
penggantinya.(2,4,5)
c)Bahan obat-obatan dan herbal
Arsenik inorganik telah digunakan untuk pengobatan lebih dari 2500 tahun lalu.
Bentuk yang paling sering digunakan adalah Fowler solution yang mengandung 1%
potasium arsenit, digunakan untuk terapi psoriasis. Selain itu Arsphenamine selama
beberapa tahun merupakan terapi standar untuk penyakit sifilis. Namun penelitian
retrospektif menyatakan adanya peningkatan insiden angiosarkoma hepatik pada orang
yang sering diterapi dengan Fowler solution. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat

untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan
tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain yang
lebih aman. Hingga saat ini arsen juga banyak terdapat pada obat-obat tradisional dari
india dan cina.(2,6,7)
C.FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK
Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik), valensinya, dan
kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang toksik. Arsen yang merupakan
racun adalah senyawa arsen. Senyawa arsen inorganik lebih bersifat toksik dibandingkan
organik. Dan arsenik trivalen (As3+) lebih bersifat toksik dibanding arsenik pentavalen (As 5+).
(2,3,7,10)

Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral, inhalasi, dan
absorpsi melalui kulit / mukosa membran. (2,7,10)
Senyawa arsen yang paling sering digunakan untuk meracuni orang adalah Arsen
trioksida (As2O3). Arsen bersifat sitotoksik, karena

menyebabkan efek racun pada

protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan
diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh
organ tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek
toksik ganda, yaitu :
a)Mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril (SH) pada
dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan transfer energi,
terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate oxidative pathway, dan tricarbxylic acid
(Krebs) cycle, yang menyebabkan berkurangnya produksi ATP sehingga menimbulkan
efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini dikatakan reversible karena dapat
dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3, dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAntiLewisite atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH.
Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan
oksidasi fosforilasi dalam tubuh. (2,4,5,7)

b)Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah, khususnya di
dearah splanknik dan menyebakan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas yang
patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan timbulnya petekie
subepikardial dan subendokardial yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal
arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta
trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan. (2,9)
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam waktu 24
jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di berbagai organ
tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat
gugus syulfhidril dalam protein jaringan. Hanya sebagian kecil dari arsen yang menembus
blood-brain barrier. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus
sawar darah plasenta dan masuk ke tubuh janin.Didalam tulang arsen menggantikan posisi
fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian. (2,4,5)
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan sebagian
lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting, karena setiap kali
ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di dalam kulit, kuku dan rambut. Dalam
penyidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan arsen, adanya peracunan kronis dan
berulang dapat dilacak dengan melakukan pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian
(fragmen) potongan rambut dari pangkal sampai ke ujungnya. (4,5)
Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi efeknya
pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan lebih cepat
penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam bentuk padat. Penyerapan senyawa
arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga gejala
klinis yang terjadi pun lebih berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh tergantung
dari sifat fisik dan kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi, serta
kecepatan dan jumlah eliminasi, baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare)
maupun buatan, misalnya akibat pengobatan (lavase). (3)
Dosis toksik

Sebelum membahas mengenai dosis toksik arsen, perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai kadar normal arsen dalam tubuh kita, karena dalam keadaan normal sekalipun
tubuh kita sering terpapar dengan zat yang mengandung arsen dan secara rutin tanpa sadar
kita juga mengkonsumsinya setiap hari, misalnya dari makanan dan minuman yang kita
konsumsi sehari-hari. Kadar normal arsen dalam serum adalah kurang dari 5 g /L.
Sedangkan dalam urin 24 jam kurang dari 50 g /L. (2,8)
a)Intoksikasi akut
Acute minimal lethal dose untuk arsenik trioksida pada orang dewasa adalah 70 200
mg atau 1 mg/kg/hari. Dosis arsenik inorganik kurang dari 1 mg/kg dapat menyebabkan
penyakit yang serius pada anak-anak. Sedangkan untuk gas arsen dapat menyebabkan
kematian pada kadar 150 250 ppm. Pajanan antara 25 50 ppm selama 30 menit atau
100 ppm selama kurang dari 30 menit dapat menyebabkan hemolisis dan kematian. (2,7)
b)Intoksikasi kronik
Sebuah sumber menuliskan frekuensi kanker jelas meningkat pada dosis 400g /hari.
The National Research Council menaksir pajanan terhadap air minum yang mengandung
10 g/L arsen setiap hari akan meningkatkan resiko terkena bladder cancer. (2)
D.GEJALA KLINIS
Gejala klinis intoksikasi arsen dapat dibagi menjadi gejala yang terjadi pada pemaparan
yang akut dan kronik.
1)Intoksikasi Akut
Intoksikasi arsen yang sifatnya akut saat ini jarang terjadi di tempat kerja, biasanya
terjadi karena konsumsi peroral akibat ketidaktahuan, bunuh diri, ataupun pembunuhan.
Timbulnya gejala biasanya dalam waktu beberapa menit hingga jam. (1,8)
Gejalanya dapat berupa:

Gastrointestinal
Sindrom gastrointestinal ini merupakan gambaran klasik keracunan akut arsen yang
masuk per oral. Masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar biasanya baru
menimbulkan gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2 jam setelah paparan
racun. Gejala yang timbul berupa rasa terbakar pada tenggorokan dan uluhati, diikuti
dengan mual, muntah, nyeri abdomen, diare dengan feses seperti air cucian beras,
yang kadang-kadang berdarah. (2,4,7)
Sistem respirasi
Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk, laringitis, bronkitis ringan, dan
sesak nafas, hal ini dapat terjadi akibat pemaparan akut terhadap debu arsen.
Selanjutnya mungkin dapat terjadi edema paru akut. (8,9)
Sistem kardiovaskuler
Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik, ventrikular disritmia, dan
congestive heart failure. Pada intoksikasi arsen terjadi dilatasi kapiler yang
mengakibatkan permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat dan cairan keluar
ke interstisial. Keadaan ini bisa menyebabkan hipovolemi dan hipotensi. (2,,8)
Sistem saraf
Intoksikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing, sakit kepala, lemah, lesu,
delirium, kejang, koma, ensefalopati, dan gejala neuropati perifer sensoris dan
motoris. Gejala neuropati dapat bersifat lambat (delayed) dan muncul 2-4 minggu
setelah gejala akut. (2,7,8)
Hati dan Ginjal

Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oliguria, proteinuria, renal


insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal
akut. (2,8)
Hematologi: anemia, leucopenia, trombositopenia, dan disseminated intravascular
coagulation (DIC). (1,3,7)
Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban menelan senyawa arsen yang
cepat diabsorpsi dalam jumlah besar. Namun jika korban tersebut dapat bertahan
hidup maka ia akan menderita gagal ginjal ataupun kegagalan fungsi hati.(3,8)
2)Intoksikasi Kronik
Intoksikasi kronis dapat terjadi akibat paparan arsen dalam dosis sublethal yang
berulang. Paparan kronis arsen dapat terjadi akibat paparan industri maupun pekerjaan,
kecerobohan dan ketidaktahuan disekitar rumah, akibat pengobatan maupun upaya
pembunuhan. Arsen yang masuk ke dalam tubuh secara berulang dan tidak diekskresi
akan ditimbun dalam hati, ginjal, limpa dan jaringan keratin (rambut dan kuku). Setelah
penghentian paparan, arsen yang tertimbun akan dilepaskan secara perlahan dari
depotnya dan menimbulkan gejala yang membandel. Keracunan arsen kronis dapat
menetap berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dengan menunjukkan satu atau lebih
sindroma yang berbeda. Pada keracunan kronis gejala klinis masih dijumpai untuk waktu
yang lama, meskipun paparan sudah tidak terjadi lagi. Gejala neuropati dan kelainan kulit
merupakan tanda dari suatu keracunan kronis, sedangkan gejala yang lain sifatnya minor.
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan gejala klinis keracunan Arsen kronis. (1,3,7):
Neuropathi perifer motoris dan sensoris dengan paralisis, parese, anestesi, parestesi (rasa
gatal, geli), dan ambliopia. Kelainan neurologis berawal di perifer dan meluas secara
sentripetal. Otot halus tangan dan kaki mungkin mengalami paralisis dan sering
disertai adanya kelainan tropik.
Erupsi kulit berupa perubahan pigmentasi coklat (melanosis) dengn spotty leukoderma
(raindrop hyperpigmentation) dan keratosis punktata pada telapak tangan dan kaki,

yang tampak mirip seperti kutil (warts). Keratosis dalam jangka panjang mungkin
berubah menjadi Carsinoma sel skuamosa. Carsinoma sel basal superfisial pada
daerah yang unexposed dan karsinoma sel skuamiosa intra epidermal (penyakit
Bowen) dapat juga terjadi pada paparan arsen jangka panjang. Pada kuku dapat
dijumpai adanya stria putih transversal (garis Mees) akibat konsumsi arsen jangka
panjang yang berlangsung beberapa bulan. Kuku yang rapuh dan kerontokan rambut
juga merupakan petunjuk kemungkinan adanya keracunan arsen kronis. Dermatits
eksfoliatif dapat terjadi pada intoksikasi kronis arsen organik.
Gastroenteritis kronis dengan anoreksia, nausea yang tidak jelas dan diare interminten.
Selain itu dapat dijumpai pula adanya rasa kecap metal pada mulut, napas berbau
bawang putih, tenggorokan kering dan rasa haus yang persisten
Ikterus akibat nekrosis sel hati subakut
Malaise dengan anemia dan hilangnya berat badan menyebabkan terjadinya kakeksia
dan terjadinya berbagai infeksi. Anemia sering disertai dengan leukopenia yang berat
dan eosinofilia relatif.
Kanker: arsenic inorganic merupakan karsinogen bagi manusia. Pajanan kronik arsenik
inorganik sangat berhubungan dengan kanker kulit dan kanker paru, dan dapat pula
mengakibatkan kanker pada berbagai organ seperti ginjal, kandung kemih, dan hepar.
(1,2)

E.PENEMUAN OTOPSI
Pada kematian akibat keracunan akut, pemeriksaan luar mayat memberi kesan telah
terjadinya dehidrasi hebat pada tubuh. Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai adanya
mukosa lambung dan esophagus yang mengalami inflamasi, erosi, kongesti, dan bercakbercak perdarahan. Membran mukosa mempunyai lekukan dan diantara lekukan tersebut
(rugae) bisa ditemukan lendir yang kental dan mengikat partikel racun. Isi lambung berwarna
gelap. Pada korban yang meninggal dalam satu atau dua hari setelah pajanan, kelainan
tersebut dapat meluas ke seluruh usus halus, bahkan kadang-kadang disertai juga oleh adanya

pseudomembran diatasnya. Jika korban meninggal lebih lama lagi dari itu, maka akan
dijumpai adanya deposit lemak pada jaringan hati, jantung dan ginjal. Selain itu pada otopsi
dapat juga ditemukan adanya perdarahan subserosa terutama pada jantung, jaringan longgar
mesenterium dan daerah retroperitoneal. Subendokardium ventrikel kiri merupakan tempat
predileksi untuk suatu perdarahan yang jelas dan kecil berupa flame like hemorrhage
atau efusi perdarahan yang luas.(3,8,9)
Pada kematian akibat keracunan kronis, pemeriksaan luar dapat dijumpai terjadinya
kelainan pigmentasi pada kulit, garis putih pada kuku, serta tubuh korban yang kahektis.
Pada pemeriksaan dalam akan menunjukkan kelainan pada saluran pencernaan yang ringan.
Lambung normal atau dapat juga menunjukan gastritis kronis dengan disertai penebalan
mukosa dan lapisan serosa. Usus halus berdilatsi dengan mukosa yang menebal dan
gambaran keseluruhannya edema kongestif yang non-spesifik yang umum ditemukan pada
penyakit enteritis. Jarang terjadi ulserasi pada mukosa, isi dari usus sendiri dapat berlebihan
atau berupa cairan dengan gambaran seperrti air cucian beras. Kelainan histologi degeneratif
juga dapat ditemukan pada hati dan ginjal.(9,10)
Apabila korban menelan arsen dalam bentuk padat, secara makroskopik kadang-kadang
dapat dijumpai adanya kristal putih melekat pada mukosa lambung dan esofagus. Jika korban
baru diotopsi setelah mayat membusuk, maka kristal putih arsen trioksida akan berubah
warna menjadi kuning. Sementara itu mukosa gaster warnanya juga berubah dari merah
padam menjadi hijau keunguan sampai hijau kecoklatan.(9)
Pada jaringan otak, arsen menyebabkan destruksi hemoragik dan perivaskuler (dikenal
sebagai Wernicke-like encepphalopathy, arsenical encephalopathy, hemorrhagic arsenical
encephalitis, atau cerebral purpura), yang terjadi akibat kerusakan endotel yang berat. Secara
mikroskopik pada kelainan ini ditemukan adanya trombosis arteriol dan kapiler serta nekrosis
simetris pada daerah pons, korpus kalosum, klaustrum dan thalamus.(9)
F.PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI
Dengan berkembangnya tehnik pemeriksaan arsen yang amat sensitif pada saat ini, maka
data temuan arsen harus dianalisis secara berhati-hati. Ditemukannya arsen dalam jaringan

belum tentu menunjukkan adanya intoksikasi kecuali jika data anamnesis, sindroma klinis,
pemeriksaan fisik antermortem dan temuan laboratorium serta perubahan anatomi sangat
menyokong kemungkinan adanya keracunan arsen. Konsumsi buah-buahan dan sayursayuran, yang disemprot dengan lead arsenat anti ulat dan tidak cukup dicuci sebelum
dimakan, konsumsi seafood dalam jumlah besar serta

inhalasi asap rokok dapat

menghasilkan akumulasi arsen dalam jaringan dalam jumlah yang cukup besar sehingga
dapat terdeteksi secara kimiawi, meskipun tidak dijumpai adanya gejala klinis maupun
kelainan anatomik. (1,4,7)
Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi adanya racun dilakukan terhadap sampel urin,
isi lambung, darah perifer, dan rambut (dicabut dari pangkalnya). Untuk korban keracunan
yang meninggal bahan pemeriksaan diambil juga dari jaringan otak dan hati, ginjal, cairan
empedu serta humor vitreus. Selain bahan-bahan tersebut, sebagai pembanding dapat juga
dilakukan pemeriksaan atas bahan makanan, minuman, obat-obatan yang dicurigai.
Pemeriksaan toksikologi terhadap arsen dilakukan dengan metode kolorimetrik maupun
atomic absorption spectroscopy, yang mendeteksi total arsen. Arsen biasanya telah dapat
terdeteksi dalam 2-4 jam setelah masuk secara per oral. Batasan nilai toksik arsen dalam
berbagai jaringan adalah sbb: dalam darah 0,69,3 mg/L, dalam hepar 2 20 mg/kg, dalam
ginjal 0,270 mg/kg, dalam otak 0,2-4 mg/kg, dalam rambut atau kuku lebih dari 1 g/gram
berat kering. (1,3,10,11)
Berikut ini dijelaskan beberapa pemeriksaan toksikologi yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya racun arsen dalam tubuh;
1.Pemeriksaan urin.
Arsen diekskresi melalui urin dalam bentuk methylated arsenic yang biasanya dapat
dideteksi paling lambat 1 3 hari, maka pengambilan sampel harus dilakukan secepat
mungkin. Penggunaan urin 24 jam lebih akurat. Peningkatan kadar arsenik dalam urin
mungkin saja terjadi setelah mengkonsumsi seafood. (1,3,4)
2.Pemeriksaan darah.

Pemeriksaan serologis: Pemeriksaan kadar arsenik dalam darah jarang digunakan


karena waktu paruhnya yang sangat singkat (kira-kira 2 jam). Kadar arsenik dalam serum
hanya dapat dideteksi dalam beberapa jam pertama setelah pajanan. Kadarnya dalam
darah sangat tergantung pada diet sehari-hari dan lingkungan sekitar. Pada komunitas
dengan kadar arsen normal pada air minumnya, konsentrasi arsen dalam serum antara 3
5 g/L. Sedangkan pada komunitas dengan kadar arsen 393 g/L dalam air minumnya,
didapati konsentrasi arsen dalam darahnya rata-rata 13 g/L. Pada pemeriksaan darah
lengkap bisa didapatkan gambaran anemia hemolitik. (2,7,8)
3.Pemeriksaan rambut dan kuku
Arsen disimpan secara selektif di jaringan ektodermal, terutama di jaringan keratin
kuku dan rambut. Kadar arsen kurang dari 0,1 mg/100 gram rambut umumnya tidak
punya makna. Kadar sebesar itu dapat terjadi akibat akumulasi arsen pada paparan
subklinik pada orang normal, misalnya dar air, debu atau bahan kosmetik. Arsen dapat
dideteksi pada rambut dan kuku dalam jumlah signifikan hanya 30 jam setelah paparan.
Kadar normalnya untuk orang yang tinggal di lingkungan yang bebas kontaminasi adalah
(2,7,8)
G.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan intoksaikasi arsen dilakukan dngan beberapa tindakan sbb (1,4,8):
1.Dekontaminasi usus: Pemberian arang aktif (norit), lavase dan/atau laksan dapat dilakukan
untuk dekontaminasi usus.
2.Percepatan eliminasi: Tindakan hemodialisis dapat dipertimbangkan jika arsen ditelan
dalam jumlah banyak dan ditemukan adanya gejala sistemik berupa hipotensi, kekacauan
mental, koma, oliguria dan / atau asidosis laktat. Dimercaprol atau BAL dapat diberikan
bersama hemodialisis untuk mencegah kemungkina redistribusi arsen.
3.Terapi suportif: Balans cairan dan elektrolit perlu mendapat perhatian karena arsen
menyebabkan vasodilatasi. Obati hipotensi yang terjadi dengan pemberian cairan

sebelum menggunakan obat vasopresor. Lakukan EKG dan monitor irama jantung.
Lakukan pemantauan fungsi liver dan ginjal secara ketat. Foto thoraks juga perlu
dilakukan karena pada intoksikasi arsen dapat terjadi komplikasi edema pulmonal,
meskipun jarang, dan dapat pula terjadi gagal napas akibat kelemahan otot yang
mungkin terjadi beberapa minggu setelah keracunan berat.
4.Antoidotum: British Anti Lewisite (BAL) dalam minyak (dimercaprol) merupakan
antidotum untuk semua kondisi keracunan arsen akut yang serius, kecuali untuk
intoksikasi arsine. Dosis pemberian BAL bervariasi tergantung dari berat ringannya
paparan arsen. Penicillamine merupakan terapi tambahan pada kelainan pencernaan yang
serius dan efek sampingnya lebih ringan dibandingkan BAL. Obat lainnya yaitu
Dimercaptosuccinic acid (DMSA) merupakan obat oral dan diduga bermanfaat untuk
pengobatan jangka panjang atau pengobatan lanjut keracunan arsen Dimercapto propane
sulfonate (DMPS) akan memproduksi kompleks yang larut air dengan arsen, sehingga
lebih baik dari BAL karena dapat menembus ssp.
H.ASPEK MEDIKOLEGAL
Pemeriksaa forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu
atas dasar dari tujuan pemeriksaan itu sendiri. Yang pertama bertujuan untuk mencari
penyebab kematian, dalam hal ini keracunan akibat arsen. Yang kedua untuk mengetahui
mengapa peristiwa keracunan itu bisa terjadi, misalnya pembunuhan, kelalaian/kecelakaan,
ataupun bunuh diri.(12)
Ditinjau dari segi kepentingan menurut medikolegal, maka dapat disimpulkan mengenai
arsen sbb (8) :
1.Arsen sangat sering digunakan utuk membunuh, karena:
Harganya murah
Mudah diperoleh

Tidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur dengan makanan
Sangat efektif karena hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit
2.keracunan karena ketidaksengajaaan biasanya karena salah menentukan identitas
3.bunuh diri menggunakan arsen sangat jarang ditemukan
4.kadang-kadang digunakan untuk membantu tindakan abortus.
Mengenai keracunan itu sendiri dalam KUHAP diatur dalam pasal 133 (1), yang
berbunyi: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya. (12)
DAFTAR PUSTAKA
1.Dyro, Frances M. Arsenic. Available from: URL: http://emedicine.org/html. [Access on:
24th August 2008].
2.Caravati, EM. Arsenic and arsine gas. In: Dart RC. Medical Toxicology. Third edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2004. p:1393-1401.
3.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic. Division of Toxicology and
Environmental Medicine. Atlanta. 2006. Available from: http://www.atsdr.cdc.gov.pdf.
[Access on: 24th August 2008].
4.DiMaio,Vincent J; DiMaio,Dominick. Forensic Pathology. Second edition. CRC Press
LLC. 2001. p:500-08, 523-24.
5.Marcus, Steven. Toxicity,Arsenic. Available from: URL: http://emedicine.org/html. [Access
on: 24th August 2008].
6.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic Toxicity Exposure Pathways.
Available from: http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/exposure_pathways.html.[Access
on: 24thAugust 2008].

7.Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic Toxicity Clinical Evaluation.
Available from: http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/.html.[Access on: 24th August
2008].
8.Chadha,Vijay. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakarta: Widya Medika.
1995 .p 258-63.
9.Atmadja, DS. Mendeteksi kematian karena arsen.Available
http://www.freewebs.com/arsenpapdi/caramendeteksi.html.

from:

URL:

10.Sampurna B,dr. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan 2. Jakarta: FKUI. p.101-106


11.Suyono
A.
Keracunan
Zat
Korosif
dan
logam.
Available
on
http://www.freewebs.com/reef_forensik/index.htm. [Access on: 24th August 2008].

12.Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.
1997. p.330-31.

Anda mungkin juga menyukai