tetap
berpegang
pada
kaidah
tata
pengelolaan
perusahaan
yang
Governance/GCG). Berkat
dukungan shareholders dan stakeholders, PJB tumbuh dan berkembang dengan berbagai
bidang usaha, tanpa meninggalkan tanggung jawab sosial perusahaan demi terwujudnya
kemandirian masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup.
Awalnya PJB hanya menjalankan bisnis membangkitkan energi listrik dari enam Unit
Pembangkitan (UP) yang dimiliki, yaitu : UP Gresik (2.219 MW), UP Paiton (800 MW), UP
Muara Karang (908 MW), UP Muara Tawar (920 MW), UP Cirata (1.008 MW) dan UP
Brantas (281 MW). Kini PJB terus melakukan pengembangan usaha secara berkelanjutan
dengan menggeluti bisnis yang berkaitan dengan pembangkit tenaga listrik. Kegiatan
pengembangan usaha tersebut meliputi: penambahan pembangkit baru, perluasan pasar
jasa O&M dan jasa implementasi manajemen aset pembangkit, pembangunan pembangkit
baru serta penyedia material cadang pembangkit FTP-1 se Indonesia
2. Jenis Pekerjaan :
3. Alat-alat
- tang
- kunci inggris
- kunci pas
- avo meter
4. Bahan
- skun
kabel
R,S,T
pada
motor
kemudian
3.
1.
Materi pekerjaan
Perawatan panel
2.
Gangguan
Tegangan turun
3.
Jenis pekerjaan
4.
Pembongkaran
5.
Pemeriksaan
6.
Perbaikan
7.
Pemasangan
8.
Hasil
1.
Materi pekerjaan
2.
Gangguan
3.
Jenis pekerjaan
4.
Pembongkaran
5.
Pemeriksaan
6.
Perbaikan
7.
Pemasangan
8.
Hasil
Materi Pekerjaan
2.
Jenis Pekerjaan
3.
Alat-alat
- tang
- kunci inggris
- kunci pas
- avo meter
4.
Bahan
5.
Langkah-langkah
6.
Keselamatan
Kerja
dan
kesehatan
kerja
langkah-langkah
1. Memakai helm
Materi Pekerjaan
2.
Jenis Pekerjaan
Korektif/penggantian
3.
Alat-alat
- tang
- kunci inggris
- kunci pas
4.
Bahan
5.
Langkah-langkah
6.
Keselamatan
Kerja
dan
kesehatan
kerja
langkah-langkah
terhadap
bahaya Listrik : 1. Memakai helm safety
2. Memakai safety shoes
3. Memakai masker
4. Memakai googles
5. Memakai sarung tangan
4. Memakai masker
5. Memakai googles
6. Memakai sarung tangan
pengamanan
Materi Pekerjaan
2.
Jenis Pekerjaan
3.
Alat-alat
- kompresor
4.
Bahan
5.
Langkah-langkah
6.
Materi Pekerjaan
2.
Jenis Pekerjaan
3.
Alat-alat
- pompa air
4.
Bahan
5.
Langkah-langkah
6.
5. Memakai googles
6. Memakai sarung tangan
Selain mengembangkan pembangkit berbahan bakar energi primer, PT PJB juga mengembangkan
pembangkit energi terbarukan (renewable energy). Kebijakan tersebut sesuai dengan visi PJB tahun
2018 untuk menjadi perusahaan pembangkit terdepan dengan standar kelas dunia (Growth dan
Sustanaibility) dimana pengembangan energi terbarukan menjadi salah satu strategi penting untuk
masa depan perusahaan. Beberapa proyek energi terbarukan yang tengah digarap diantaranya
PLTA Batang Toru (510MW), pengembangan PLTBiogass rumput laut yang saat ini masih proses
kajian kelayakan oleh pihak Universitas Diponegoro, PLTS Cirata dengan kapasitas 1MW dan
sampai saat ini beroperasi dengan sangat baik, dan beberapa proyek PLTBiomassa yang saat ini
dalam tahap pengembangan.
Selain mengembangkan dan membangun pembangkit, PJB juga menangkap peluang bisnis di
bidang operasi dan maintenance (O&M). PJB yang pada awalnya hanya berfokus pada bisnis
produksi listrik, dalam perkembangan bisnisnya saat ini telah menjelma sebagai perusahaan yang
lebih luas lagi lini bisnisnya. Tak hanya melakukan O&M bagi pembangkit miliknya sendiri namun
juga melakukan layanan bagi pihak luar. Layanan terhadap pihak luar seperti PLN dan swasta
dilakukan melalui anak perusahaan PT PJB, yaitu PT PJB Services (PJBS) . Kiprah PT JBS cukup
diakui di Indonesia. Tahun 2015 lalu PT PJBS dinobatkan sebagai The Best OM company. PT PJBS
saat ini juga menjadi O&M Operator di beberapa Independent Power Producer (IPP), seperti PLTA
Asahan 2x90 MW dan PLTU Banjarsari 2x110 MW serta memberikan jasa overhaul di beberapa
pembangkit milik IPP.
PT PJB terus berupaya untuk berpartisipasi dalam program diversifikasi sumber energi
menggunakan energi terbarukan. PJB menghadirkan energi terbarukan melalui rencana investasi
pembangkit dengan energi terbarukan pada pembangkit baru dan peningkatan kapasitas pada
pembangkit lama. Perkembangan PJB dalam pengembangan energi alternatif adalah sebagai
berikut:
1. Pembangunan PLTMG Bawean
Pembangunan PLTMG Bawean ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat Bawean agar dapat
menikmati aliran listrik. PLTMG yang dibangun dengan bahan bakar gas (CNG) itu akan memiliki
kapasitas energi listrik sebanyak 3 MegaWatt (MW).
1. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) on grid 1 MW Cirata
Pembangunan dan Pengoperasian PLTS merupakan upaya pengembangan pembangkit yang
dilakukan Perusahaan dengan menggunakan energi terbarukan serta sebagai bentuk kontribusi
Perusahaan dalam program pemerintah untuk bisa memenuhi 25% renewable energi termasuk
PLTS di 2025. PLTS ini dibangun diatas lahan seluas 1 hektar yang memiliki kapasitas 1 MegaWatt
(MW). PLTS ini merupakan PLTS skala besar pertama yang dibangun di Pulau Jawa. Selain itu,
tujuan dari PJB dalam mengembangkan PLTS Cirata adalah sebagai research centre untuk
melakukan kajian/penelitian seputar PLTS.
1. Pembangunan CNG MuaraTawar
Storage CNG UP Muara Tawar memanfaatkan pasokan gas dari PGN melalui pipa SSWJ II (South
Sumatra West Java II) dan Pertamina EP yang tidak terserap saat pembangkit beroperasi di luar
beban puncak karena pola pembebanan Sistem Jawa Bali. Storage CNG UP Muara Tawar dengan
kapasitas 20 MMSCF akan memberi tambahan daya saat beban puncak sebesar 400 MW selama 9
jam yang tadinya menggunakan BBM menjadi gas, dengan total pasokan gas harian tetap 180
BBTUD. Secara keseluruhan setelah diperhitungkan dengan harga gas dan biaya kompresi, maka
penghematan yang didapat sebesar Rp1,187 triliun per tahun. Selain itu akan tercipta lingkungan
yang lebih baik dengan mengurangi emisi SO2 sebesar 350 ton per tahun. CNG merupakan gas
alam yang dimampatkan dalam tangki bertekanan tinggi dengan tekanan rata-rata 200-250 bar.
Spesifikasi gas: methane= 95%- 97%, Gross Heating Value= 8.000-10.658 Kcal/M3 (900-1200
BTU/SCF), Water Content= 0,16028 gr/m3 (10 Lbs/MMSCF), Temperature= 300C - 380C (850F 1000F), CO2= Max 5%, dan SG= 0,550,85.
1. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dari Rumput Laut dan Pembangkit
Listrik Tenaga (PLT) Gelombang Laut.
PJB bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (UNDIP) mempelajari upaya pembangunan dan
pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dari rumput laut dan Pembangkit Listrik
Tenaga (PLT) Gelombang Laut. Hal ini menjadi perhatian Perusahaan karena Indonesia merupakan
salah satu negara yang kaya akan rumput laut. Nantinya, dengan terealisasi pengembangan
pembangkit ini, PJB dapat memberikan manfaat besar karena dapat menerangi pulau-pulau yang
sulit terjamah dengan PLTU serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui budidaya
rumput laut.
Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis
teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan
memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan. Tujuan preventive maintenance
adalah untuk dapat mencapai suatu tingkat pemeliharaan terhadap semua peralatan
produksi agar diperoleh suatu kualitas produk yang optimum. Adapun kegiatan
Preventive Maintenance meliputi:
1.
Inspeksi (inspection), adalah kegiatan pemeliharaan periodik untuk memeriksa
kondisi komponen peralatan peralatan produksi dan area sekitar peralatan produksi.
Lihat, rasa, dengar, adalah kegiatan pemeliharaan untuk memeriksa kondisi peralatan
melalui penglihatan, perasaan dan pendengaran.
2.
Pemeliharaan berjalan (running maintenance), adalah kegiatan pemeliharaan
yang dilaksanakan tanpa mengehentikan kerja peralatan.
3.
Penggantian komponen kecil (small repair), adalah kegiatan pemeliharaan yang
berupa penggantian komponen kecil.
4.
Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance), adalah pemeliharaan yang
dapat dilakukan hanya pada saat peralatan produksi berhenti.
Kuantitas Stop peralatan produksi dapat dikurangi (down time peralatan produksi
diperkecil)
Salah satu dari tujuan Preventive Maintenance adalah untuk menemukan suatu tingkat
keadaan yang menunjukan gejala kerusakan sebelum alat-alat tersebut mengalami
kerusakan fatal. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan membuat perencanaan dan
penjadwalan kegiatan maintenance dengan interupsi sekecil mungkin terhadap proses
produksi.
Pada dasarnya tidak cukup hanya dengan membuat perencanaan penjadwalan
(scheduled maintenance) yang matang akan tetapi perlu diperhatikan usaha-usaha
untuk memusatkan perhatian pada unit-unit peralatan produksi yang dianggap rawan
dan kritis. Suatu kualifikasi terhadap unit yang rawan didasarkan pada:
1.
Kerusakan pada unit tersebut dapat membahayakan kesehatan atau
keselamatan kerja.
2.
3.
4.
Untuk memelihara atau memeriksa seluruh unit secara ketat dan teratur hanya sekedar
menghilangkan kemungkinan kerusakan pada peralatan produksi adalah suatu usaha
yang tidak praktis karena memerlukan manusia-manusia dengan persyaratan tinggi dan
biaya yang tidak sedikit. Akibat bentuk dan saat terjadinya gangguan sangat sulit untuk
diperkirakan secara dini, maka pemeliharaan perlu dilakukan secara teratur dan
periodik dari waktu ke waktu terhadap semua unit instalasi. Untuk melakukan hal
tersebut maka dibutuhkan usaha-usaha pemeliharaan yang antara lain meliputi :
1.
Pemeliharaan rutin
2.
3.
Inspeksi rutin adalah merupakan peninjauan secara visual terhadap kondisi fisik
komponen dari unit instalasi peralatan produksi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan
secara rutin setiap satu hari sampai satu minggu sekali, tergantung kebutuhan.
Membersihkan
mengetahui kemungkinan kerusakan yang terjadi pada mesin yang tidak dapat
diketahui hanya dengan pemeriksaan rutin. Contoh kegiatan seperti ini misalnya pada
penggantian batu tahan api di tanur/kiln pabrik semen.
Disamping dilakukan pemeliharaan dengan perencanaan dan penjadwalan yang
matang, didalam preventive maintenance dikenal pula kegiatan yang sering disebut
dengan pemeliharaan prediktif (predictive maintenance) yang dapat diartikan sebagai
strategi pemeliharaan dimana pelaksanaannya didasarkan pada kondisi peralatan
produksi itu sendiri
Mengingat tingkat kepastian 100% tidak pernah ada maka orang lebih suka
menggunakan istilah prediksi atau perkiraan untuk memastikan pendapatnya. Dalam
menduga-duga inipun pada dasarnya dibutuhkan dukungan data dan pengetahuan
yang cukup mendalam tentang perilaku dari peralatan produksi yang diamati.
Beberapa contoh dukungan pengetahuan yang diperlukan untuk mengantisipasi
keadaan ini antara lain :
Pengalaman pengoperasian alat yang sama di masa lalu baik oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Jadi Predictive maintenance adalah merupakan bentuk baru dari Planned Maintenance
dimana penggantian komponen/suku cadang dilakukan lebih awal dari waktu terjadinya
kerusakan. Untuk membantu melaksanakan predictive maintenance terdapat suatu
diagram analisa predictive yang sering digunakan yang mengacu pada kondisi
peralatan produksi besangkutan. Diagram analisa ini sering dikenal dengan instilah
Bath Tube Curve karena grafik yang dihasilkan yang menyerupai bak mandi.
Pada diagram analisa tersebut dibagi menjadi 3 phase lifetime dari suatu peralatan
produksi. Phase I atau sering juga disebut dengan early failure karena pada phase ini
peralatan produksi dalam kondisi running in/masih baru (penyesuaian) dan pertama kali
dioperasikan maka permukaan kerja (working surface) dari peralatan produksi masih
kasar. Pada kondisi ini terdapat proses penghalusan permukaan tersebut karena
terjadinya kontak kerja permukaan. Setelah melewati phase ini, karena permukaan
bidang kerja sudah halus maka tingkat kontak kerja permukaan juga sudah menurun
karena permukaan kerja peralatan produksi sudah pada kondisi stabil. Phase II ini
dikenal sebagai useful life-period. Pada periode inilah yang akan menentukan umur
peralatan produksi sebenarnya. Karena permukaan bidang kerja mempunyai lapisan
kekerasan dengan ketebalan yang terbatas maka bila lapisan keras ini sudah habis
terkikis maka laju keausan/kerusakan akan meningkat kembali. Hal ini akan
berlangsung selama phase III yang dikenal sebagai periode keausan cepat (wearing out
period).
Pada contoh kasus penggantian bearing peralatan produksi, dengan mengacu pada
diagram analisa predictive tersebut maka penggantian sebaiknya dilakukan sebelum
phase III atau menjelang phase II berakhir dengan demikian kondisi bearing tidak
sampai rusak parah sehingga kerusakan pada peralatan produksi yang fatal akibat
hancurnya bearing dapat dihindari dan tidak merambat pada komponen yang lain
sehingga terhentinya proses produksi yang lama dapat dicegah.
Dalam predictive maintenance terdapat beberapa metode dalam mamantau atau
monitoring kondisi dari suatu peralatan produksi, antara lain :
1.
Monitoring minyak pelumas Dengan cara mengambil sample oli dari peralatan
produksi untuk mengecek kekentalannya atau melihat kuantitas oli yang masih
tersimpan di tangki oli sesuai dengan anjuran dari manual book mesin merupakan caracara untuk monitoring minyak pelumas.
2.
Monitoring Visual Metode ini menggunakan panca indera yang meliputi lihat,
rasa, dengar guna mengetahui kondisi mesin. Untuk lebih akurat bisanya digunakan
alat Bantu.
3.
Monitoring kinerja Merupakan teknik monitoring kondisi peralatan produksi
dengan cara memeriksa dan mengukur parameter kinerja dan kemudian dibandingkan
dengan standarnya.
4.
Monitoring Geometris Diharapkan penyimpangan geometris yang terjadi pada
peralatan produksi dapat diketahui dan kemudian dilakukan kegiatan meliputi
pengukuran leveling dan pengukuran posisi (alignment).
5.
Monitoring getaran Monitoring ini memeriksa dan mengukur letak getaran secara
rutin dan terus menerus sehingga getaran yang akan mengakibatkan kerusakan
peralatan produksi lebih lanjut dapat dicegah.
Pencatatan riwayat peralatan produksi yang dirawat perlu dilakukan untuk memantau
perkembangan dan kondisi peralatan produksi dari waktu ke waktu. Adapun tujuan
pencatatan riwayat peralatan produksi secara umum adalah :
1.
Preventive maintenance dengan historical record yang baik akan menghasilkan
kerja yang lebih efektif karena kondisi peralatan produksi dapat termonitor.
2.
Bila menggunakan metode inspeksi dengan program-program yang ketat akan
mengasilkan hasil yang baik dengan biaya relative cukup murah dibandingkan dengan
nilai perbaikan dari sebuah kerusakan yang terjadi.
3.
Siklus Overhaul peralatan produksi dapat diprakirakan dengan baik bila data
historical record diperoleh dengan lengkap.
4.
Usaha untuk memperpanjang siklus overhaul akan berhasil bila data dari
historical record lebih ketat.
5.
Makin akurat penentuan diagnosis kerusakan pada peralatan produksi maka
biaya preventive maintenance semakin ekonomik.
oleh
PT.
PLN
(Persero)
Pembangkitan
dan
Penyaluran
Jawa
Bagian Timur dan Bali (PLN KJT dan BALI) Sektor Paiton. Restrukturisasi di PT.
PLN pada tahun 1995 mengubah PT. PLN menjadi PT. PLN Pembangkitan
Tenaga Listrik Jawa-Bali I dan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II.
Kemudian pada tahun 1997 Sektor Paiton namanya menjadi PT. PLN
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Paiton (UP
Paiton).
Berdasarkan
surat
keputusan
direksi
No.039K/023/DIR/1998
tentang
Pembangkitan
Paiton
sebagai
satu
unit
pembangkitan
utama.
dalam
rangka
penghematan
bahan
bakar
minyak
dan
4. Menunjukkan organisasi PT. PJB, bahwa PT. PJB adalah salah satu
perusahaan terbesar yang ada di Indonesia
Dalam menjalankan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PT.PJB UP
Paiton, terdapat struktur organisasi yang menjalankan kegiatan tersebut.
Dapat digambarkan dalam bentuk orchart dibawah :
Manajer
Manajer Enjiring
Enjiring
&
Quality
& Quality
Assurance
Assurance
SPV
Senior
SPV Senior
System
System
Owner
Owner
SPV
Senior
SPV Senior
Technology
Technology
Owner
Owner
SPV Senior
Senior
SPV
Teknologi
Teknologi &
&
Informasi
Informasi
SPV
Senior
SPV Senior
Manajemen
Manajemen
Mutu,
Mutu,
Resiko
&
Resiko &
Kepatuhan
Kepatuhan
General
General Manager
Manager UP
UP
Paiton
Paiton
Manajer
Manajer
Manajer
Manajer
Operasi
Pemeliharaan
Operasi
Pemeliharaan
SPV
SPV
SPV Senior
Senior
SPV
Rendal
Senior
Rendal
Senior
Pemelihar
Rendal
Pemelihar
Rendal
SPV
SPV
SPVaan
Senior
aan
Operasi
SPV
Senior
Operasi
Senior
Senior
Outage
Outage
Produksi
Produksi
Manageme
Manageme
PLTU
SPV
Senior
PLTU 1-2
1-2
SPV nt
Senior
nt
(A,
B,
C,
Har
Mesin
SPV
(A,SPV
B, C,
Har Mesin
D)
1,
Boiler,
Senior
D)
1, Boiler,
Senior
Turbin
&
Bahan
Turbin &
Bahan
Bakar
&
SPV
Senior
AAB
Bakar &
SPVAAB
Senior
Niaga
Har
Mesin
SPV
Niaga
Har Mesin
SPV
2,
Sistem
Senior
2, Sistem
Senior
BB
Abu
Kimia
&
BB &
&
Abu
Kimia &
SPV
Senior
SPV Senior
Lab
Lab
Har
Kontrol
Har Kontrol
&
&
Instrumen
Instrumen
SPV
Senior
SPV Senior
Har
Listrik
Har Listrik
Manajer
Manajer
Logistik
Logistik
SPV
SPV
Senior
Senior
Inventori
Inventori
Kontrol
&
Kontrol &
SPV
SPV
Kataloger
Kataloger
Senior
Senior
Pengada
Pengada
SPV
SPV
an
an
Senior
Senior
Administr
Administr
asi
asi
Gudang
Gudang
Manajer
Manajer
Keuangan &
Keuangan
&
Administrasi
Administrasi
SPV
SPV
Senior
Senior
SDM
SDM
SPV
SPV
Senior
Senior
Umum
Umum
SPV
SPV
Senior
Senior
Keuangan
Keuangan
SPV
Senior
SPV Senior
Sarana
Sarana
SPV Senior
Senior
SPV
Lingkunga
Lingkunga
n
n
SPV Senior
SPV
Senior
K3
K3
Manajer Operasi
Merencanakan, memonitor dan mengevaluasi program di bidang operasi dan pengendalian
bahan bakar yang mencakup penentuan dan penilaian kualitas ( efektifitas dan efisiensi )
pelaksanaan pengendalian operasi UP Paiton serta mengmupulkan data dan mengevaluasi
pelaksanaan bidang operasi dan bahan bakar.
-
Manajer Pemeliharaan
Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan bidang pengendalian dan
pemeliharaan agar selalu siap beroperasi setiap saat sehingga mampu mendukung upaya
pencapaian sasaran Unit Pembangkitan Paiton sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan
direksi.
-
serta
Supervisor Senior K3
serta
Manajer Logistik
Merencanakan, menentukan, dan menyediakan kebutuhan barang yang diperlukan untuk
menunjang kelancaran proses produksi listrik secara kontinyu di UP Paiton.
-
5. Proses pembangkitannya
Dari dearator, air turun kembali ke Ground Floor. Sesampainya di Ground Floor, air
langsung dipompakan oleh Boiler Feed Pump/BFP (Pompa air pengisi) menuju Boiler
atau tempat memasak air. Bisa dibayangkan Boiler ini seperti drum, tetapi drum
berukuran raksasa. Air yang dipompakan ini adalah air yang bertekanan tinggi, karena itu
syarat agar uap yang dihasilkan juga bertekanan tinggi. Karena itulah konstruksi PLTU
membuat dearator berada di lantai atas dan BFP berada di lantai dasar. Karena dengan
meluncurnya air dari ketinggian membuat air menjadi bertekanan tinggi.
Sebelum masuk ke Boiler untuk direbus, lagi-lagi air mengalami beberapa proses
pemanasan di HP Heater (High Pressure Heater). Setelah itu barulah air masuk boiler
yang letaknya berada dilantai atas.
Didalam Boiler inilah terjadi proses memasak air untuk menghasilkan uap. Proses ini
memerlukan api yang pada umumnya menggunakan batubara sebagai bahan dasar
pembakaran dengan dibantu oleh udara dari FD Fan (Force Draft Fan) dan pelumas yang
berasal dari Fuel Oil tank.
Bahan bakar dipompakan kedalam boiler melalui Fuel oil Pump. Bahan bakar PLTU
bermacam-macam. Ada yang menggunakan minyak, minyak dan gas atau istilahnya dual
firing dan batubara.
Sedangkan udara diproduksi oleh Force Draft Fan (FD Fan). FD Fan mengambil udara
luar untuk membantu proses pembakaran di boiler. Dalam perjalananya menuju boiler,
udara tersebut dinaikkan suhunya oleh air heater (pemanas udara) agar proses
pembakaran bisa terjadi di boiler.
Kembali ke siklus air. Setelah terjadi pembakaran, air mulai berubah wujud menjadi uap.
Namun uap hasil pembakaran ini belum layak untuk memutar turbin, karena masih
berupa uap jenuh atau uap yang masih mengandung kadar air. Kadar air ini berbahaya
bagi turbin, karena dengan putaran hingga 3000 rpm, setitik air sanggup untuk membuat
sudu-sudu turbin menjadi terkikis.
Untuk menghilangkan kadar air itu, uap jenuh tersebut di keringkan di super heater
sehingga uap yang dihasilkan menjadi uap kering. Uap kering ini yang digunakan untuk
memutar turbin.
Ketika Turbin berhasil berputar berputar maka secara otomastis generator akan berputar,
karena antara turbin dan generator berada pada satu poros. Generator inilah yang
menghasilkan energi listrik.
Pada generator terdapat medan magnet raksasa. Perputaran generator menghasilkan beda
potensial pada magnet tersebut. Beda potensial inilah cikal bakal energi listrik.
Energi listrik itu dikirimkan ke trafo untuk dirubah tegangannya dan kemudian disalurkan
melalui saluran transmisi PLN.
Uap kering yang digunakan untuk memutar turbin akan turun kembali ke lantai dasar.
Uap tersebut mengalami proses kondensasi didalam kondensor sehingga pada akhirnya
berubah wujud kembali menjadi air dan masuk kedalam hotwell.
6. Menjelaskan pentingnya PT. PJB dalam kehidupan masyarakat
Tahun 2016 tema yang diangkat oleh manajemen adalah The Year of Human Capital, SDM dirasa
penting dalam perkembangan bisnis, dan PJB juga memaknai bahwa Sumber Daya Manusia adalah
aset paling penting sehingga berbagai upaya dilakukan untuk mengembangkan SDM yang telah
ada, seperti:
1. Pembuatan kurikulum pembelajaran PJB Academy yang memenuhi kebutuhan strategic
business dan penanaman corporate culture
2. Optimalisasi budaya knowledge sharing dan inovasi sebagai bagian budaya pembelajaran
bagi insan PJB contoh : karya inovasi internal PJB, Knowledge Sharing Forum,Peer Group
Discussion (PGD), Community of Practice (CoP)
3. Pembekalan leadership melalui penugasan pada jabatan diatasnya (job enrichment, job
enlargement, Pelatihan)
4. Rekrutmen experienced
5. Penyiapan kader ekspertise (bidang kontrol instrumen, mekanik turbin, listrik
6. Upaya percepatan peningkatan kompetensi bidang operasi dengan melakukan program shift
5
7. Melakukan sertifikasi bidang Operation, Maintenance and Engineering dan non Operation,
Maintenance and Engineering bertaraf international
8. Melakukan kerjasama program OJT dengan perusahaan bertaraf international (OJT MHPS)
9. Melakukan pelatihan untuk pengetahuan teknologi baru (Ultra Super Critical Boiler)
10. Peningkatan Leadership & Global Talent,
11. Penguatan Budaya Organisasi Berwawasan Bisnis, Optimaliasasi PJB Academy dan
penguatan KM dalam peningkatan kompetensi SDM & Minimalisir Gap Generasi.
**Keseriusan PJB dalam mengurus SDM nya terbukti dengan penghargaan yang diperoleh dari
Indonesia Human Capital Award 2016 akhir Maret lalu.
Tidak tanggung-tanggung, PJB berhasil memborong 3 penghargaan sekaligus yaitu: 1 st The Best
Human Capital (kategori Anak Perusahaan BUMN/BUMN&Affiliation), The Best 10 Human Capital
of the Year 2016 (kategori 10 Besar Human Capital), The Big 5 The Best Human Capital Director
(Kategori HC Director-Leadership).
PJB sebagai perusahaan berskala nasional, dengan nilai aset yang cukup besar, secara otomatis
juga berkontribusi terhadap lingkungan sosial sekitar dan untuk mempertahankan kinerja dan
mencapai target-target perusahaan PJB menyadari bahwa SDM yang berkualitas merupakan kunci,
untuk itu PJB terus menerus mengembangkan tenaga kerjanya dalam bidang teknik dan manajerial.
PJB juga sadar bahwa lingkungan sekitar unit pembangkit merupakan hal penting yang perlu
menjadi perhatian. PJB berkomitmen untuk mampu memberikan kebaikan atau dampak positif
terhadap lingkungan sosial sekitarnya. Hal tersebut diimplementasikan melalui program CSR
Akademi Komunitas (AK), PJB juga mendukung peningkatan pendidikan dan keterampilan
masyarakat di sekitar lokasi pembangkit. Akademi Komunikasi (AK) PJB merupakan bentuk CSR di
bidang pendidikan untuk warga di sekitar unit, bekerjasama dengan PENS-ITS, dimana program
tersebut memberikan beasiswa D-1 bagi lulusan SMA/SMK yang berasal dari golongan kurang
mampu.