Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ELIMINASI URINE

1. Konsep Kebutuhan Eliminasi Urine


1.1 Definisi/deskripsi kebutuhan eliminasi urine
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai
hasil filtrasi dari plasma darah di glomerulus (Tartowo dan Wartonah,
2015)
1.2 Fisiologi sistem/ fungsi normal sistem perkemihan
Saluran perkemihan terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
1.2.1 Sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi urine
1.2.1.1 Ginjal
Ginjal pada orang dewasa memiliki panjang kira-kira 11
cm, lebar 5-7,5 cm, tebal 2,5 cm dan berat sekitar 150 gram.
Organ ginjal berbentuk kurva yang terletak di area
retroperitoneal, pada bagian belakang dinding abdomen di
samping depan vertebra, setingga torakal ke-12 sampai
lumbal ke-3. Ginjal terdiri atas tiga area, yaitu korteks,
medulla, dan pelvis.
Nefron merupakan unit fungsional ginjal, dimana pada
masing-masing ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Nefron
terdiri atas komponen vaskular dan tubular. Salah satu
kmponen

penting

nefron

adalah

glomerulus

yang

merupakann cabang dari arteriola aferen dan membentuk


anyaman-anyaman kapiler. Di dalam glomerulus terjadi
proses filtrasi.
1)
2)

Fungsi utama ginjal adalah:


Menyaring darah
Mengekskresikan zat-zat yang jumlahnya berlebih serta

3)

berbahaya
Mengatur keseimbangan aor dan garam dengan cara

osmoregulasi
4)
Mengatur keseimbangan asam basa
1.2.1.2 Ureter
Ureter adalah saluran yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih. Ureter jumlahnya sepasang dan terdapat
pada setiap ginjal. Panjang ureter sekitar 35-40 cm dengan

diameter 1,25 cm. Ureter dimulai dari pelebaran hilum


ginjal dan masuk kedalam pelvis melalui rongga abdomen
1.2.1.3 Kandung kemih
Kandung kemih merupakan kantung muskular yang
berfungsi sebagai penampung urine. Dinding kandung
kemih terdiri atas lapisan berotot, lapisan submukosa, dan
lapisan mukosa dari epitelium transisional.
1.2.1.4 Uretra
Uretra merupakan saluran yang berfungsi mengalirkan urine
keluar tubuh. Pada pria, selain sebagai saluraan untuk
mengalirkan urine, uretra juga berperan dalam mengalirkan
1.2.2

sperma dari saluran reproduksi.


Proses pembentukan urine
1.2.2.1 Filtrasi
Filtrasi berlangsung di badan malpighi. Pada saat darah
melewati glomerulus, terjadi filtrasi darah dari kapiler
glomerulus ke kapsula bowman. Hasilnya disebut urine
primer atau fltrat glomerulus. Urine ini masih mengandung
zat seperti air, protein, glukosa, asam amino, dan ion
anorganik
1.2.2.2 Reabsorbsi
Reabsorbsi terjadi pada tubulus kontoortus proksimal,
lengkung henle, hingga sebagian tubulus kontortus distal.
Reabsorbsi dilakukan oleh ssel-sel epitelium di seluruh
tubulus ginjal. Zat-zat yang direabsorbsi antara lain air,
glikosa, asam amino, natrium, kalium, kalsium, kalium,
dan sebagian urea. Hasil reabsorbsi adalah urine sekunder
yang mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu.
1.2.2.3 Augmentasi
Augmentasi terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal
sampai tubullus pengumpul. Pada tubulus pengumpul
masih terjadi penyerapan ion natrium, kalsium dan urea

1.2.3

sehingga terbentuk urine yang sesungguhnya.


Proses berkemih
Berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih (vesika
urinaria) dari urine. Urine yang terkumpul dalam kandung kemih
menyebabkan peregangan serat otot dinding kandung kemih. Hal
inimerangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding kandung kemih.
Jumlah urine yang dapat menyebabkan rangsangan tersebut adalah

sekitar 240-450 ml pada orang dewasa dan 200-250 pada anakanak.


Rangsangan akan dibawa ke pars lumblis medula spinalis melalui
serabut aferen. Rangsangan kemudian ditransmisikan ke pusat
pengendali berkemih di korteks serebral. Otak akan memberikan
rangsangan ingin buang air kecil ke kandung kemih. Rangsangan
tersebut berjalan melalui saraf parasimpatis sakralis sehingga
menyebabkan otot dinding kandung kemih berkontraksi dan otot
lingkar (spincter) kandung kemih relaksasi. Hal ini menyebabkan
urine keluar dari dalam tubuh. Pengeluaran urine juga dibantu oleh
kontraksi otot dinding abdomen dan diafragma (Lyndon, 2013)
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem perkemihan
1.3.1 Asupan cairan dan makanan
Jumlah dan tipe cairan makanan yang dikonsumsi merupakan
faktor utama yang mempengaruhi jumlah urine yang dihasilkan.
Konsumsi minuman tertentu yang banyak mengandung zat
diuretik (misalnya kopi, teh dan alkohol) dapat menghambat
hormon antidiuretik sehingga reabsirbsi air berkurang. Hal ini
1.3.2

menyebabkan jumlah urine meningkat.


Pertumbuhan dan perkembangan
Jumlah urine yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan
berat

badan

seseorang.

Bayi

dan

anak-anak

normalnya

mengekskresikan 400-500 ml urin per hari, sedangkan pada orang


dewasa mengekskresikan 1.500-1.600 ml urine per hari.
Pada lansia umumnya terjadi perubahan pola eliminasi urine
karena mereka mengalami perubahan fungsi ginjal. Lansia
umumnya menjadi sering berkemih dan mengalmi residu urine.
Ibu hamil umumnya menjadi sering sering berkemih karena tejadi
1.3.3

penekanan pada kandung kemih oleh janin yang dikandungnya.


Kebiasaan dan gaya hidup
Kebiasaan dan gaya hidup dapat mempengaruhi keinginan
seseorang untuk berkemih. Misalnya seseorrang yang terbiasa
buang air kecil di toilet duduk akan kesulitan pada saat buang air

1.3.4

kecil di toilet jongkok.


Stress psikologis

Kondisi stress dan kecemasan dapat meningkatkan frekuensi


keinginan berkemih. Hal ini dapat disebabkan oleh sendivitas
1.3.5

untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang dihasilkan.


Aktivitas dan tonus otot
Eliminasi urine terjadi karena kontraksi otot-otot kandung kemih,
abdomen, dan pelvis. Apabila terjadi gannguuan pada kemampuan
tonus otot-otot tersebut, kemampuan pengontrolan berkemih
menurun dan dorongan untuk berkemih juga berkurang.

1.3.6

Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.


Kondisi sakit
Kondisi sakit, misalnya demam dapat menyebabkan penurunan
produksi urine. Sedangkan penyakit tertentu, misalnya diabetes
mellitus dan diabetes insipidus dapat menyebabkan peningkatan

1.3.7

produksi urine.
Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat menguarangi pengeluaran urine. Hal
ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu stress akibat pembedahan
dan efek darii pemberiann obat anastesi.
Tindakan pemebedahan dapat menyebabkan stress yang memacu
sindrom adaptasi umum, misalnya pelepasan Adh oleh hipofisis
anterior sehingga mengurani pengeluaran urine. Respon strees
juga menyebabkan peningkatan kadar aldosteron sehingga
menurunkan pengeluaran urine. Obat anastesi yang diberikan pada
saat pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus sehingga

1.3.8

menurunkan jumlah urine yan dihasilkan.


Medikasi (pengobatan)
Penggunaan obat dapat meningkatkan atau menurunkan produksi
urine. Obat-obat tertentu, misalnya diuretik, dapat meningkatkan
pengeluaran urine. Pemberian obat antikolinergik atau hipertensi

1.3.9

dapat menyebabkan retensi urine.


Pemeriksaan diagnostik
Prosedur diagnostik untuk pemeriksaan saluran kemih (uriner),
misalnya intravenous pylogram (IVP) atau pielogram intravena
menyebabkan jumlah asupan cairan pasien berkurang. Hal ini
menurunkan produksi urine (Lyndon, 2013)

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem perkemihan


1.4.1 Perubahan eliminasi urine
1.4.1.1 Inkontinesia urine

Inkontinensia urine adalah kondisi ketika otot spincter


eksternal tidak mengendalikan dorongan berkemih untuk
sementara atau permanen. Inkontinensia urine dapat dibagi
menjadi lima jenis yaitu:
1) Inkontinensia funsional
Inkontinensia funsional merupakan keadaan ketika
seseorang merasakan dorongan untuk berkemih, tetapi
tidak dapat menahannya hingga mencapai ke toilet.
Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan fisik, seperti
kerusakan neurologis (lesi medula spinalis) serta
keterbatasan mobilitas, berpikir atau komunikasi.
2) Inkontinensia refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan ketika
pengeluaran urine tidak dirasakan. Urine langsung
dikeluarkan pada interval tertentu ketika kandung
kemih mencapai jumlah tertentu. Iinkontinensia refleks
dapat disebabkan oleh gangguan saraf akibat penyakitt
diabetes, kerusakan neurologis (lesi medula spinalis),
dan penyumabatan saluran kencing
3) Inkontinensia stress
Inkontinensia stress merupakan

keadaan

ketika

tekanan intra abdomen meningkat dan menyebabkan


kompresi kandung kemih. Urine yang dikeluarkan
kurang dari 50 mL. Kondisi ini biasanya terjadi ketika
seseorang seseoran batuk, terttawa, bersin, berolahraga
atau

gerakan

lain

yang

meningkatkan

tekanan

intrabdomen dan dengan demikian meningkatkan


tekanan pada kandung kemih.
4) Inkontinensia urgensi (dorongan)
Inkontinensia urgensi adalah

keadaan

ketika

seseoranng mengalami pengeluaran urine involunter


segera setelah dorongan yang kuat dan tiba-tiba untuk
bekemih. Waktu antara dorongan untuk berkemih dan
pengeluaran urine sangat singkat, mulai dari beberapa
detik sampai beberapa menit, sehingga seringkali tidak
terdapat cukup waktu untuk samapai ke toilet.
5) Inkontinensia total

Inkontinensia total adalah keadaan ketika seseorang


mengalami pengeluaran urine secara terus-menerus
dana tidak dapat diperkirakan.
1.4.1.2 Retensi urine
Retensi urine merupakan kondisi penumpukkan urine
didalam kandung kemih karena kandung kemih tidak
dapat mengosongkan isinya sehingga kandung kemih
menjadi

regang

(distensi).

Pada

keadaan

normal,

kandungan urine di dlam kandung kemih adalah sekitar


240-450 mL. Dalam keadaan distensi, jumlah urine yang
dapat ditampung kandung kemih meningkat menjadi 30004000 mL.
1.4.1.3 Enuresis (mengompol)
Enuresis adalah peristiwa berkemih yang tidak disadari.
Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak serta lansia,
dan umumnya terjadi pada malam hari saat tidur.
Enuresis dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
1) Kapasitas kandung kemih yang lebih kecil dari normal
2) Infeksi saluran kemih
3) Konsumsi makanan yang pedas atau yang banyak
1.4.2

mengandung garam dan mineral


Perubahan produksi urine
1.4.2.1 Poliuria
Poliuria atau diuresis adalah peningkatan produksi urine
oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
Kondisi ini dapat terjadi pada penderita diabetes,
ketidakseimbangan hormon (misaknya ADH), dan nefritis
kronik. Poliuria dapat menyebabkan kehilangan cairan
sehingga dapat mengakibatkan dehidrasi.
1.4.2.2 Oliguria dan anuria
Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yaitu 100-500
mL/24 jam, sedangkan anuria adah produksi urine yang
sangat rendah, yaitu <100 ml?24 jam. Kedua kondisi ini
disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau
pengeluaran cairan yang abnormal. Oliguria dan anuria
dapat mengindikasikan gangguan ppada aliran daraha
menuju ginjal. Oliguria da anuria umumnya disebabkan
oleh penyakit ginjal, gagal jantung, luka bakar, dan syok
(Lyndon, 2013).

2. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Pola berkemih pasien
2.1.1.2 Gejala dari perubahan berkemih dan sejak kapan, lamanya
2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi berkemh dan usaha yang
2.1.2

dilakukan selama mengalami masalah eliminasi urine


Pemeriksaan fisik: data fokus
2.1.2.1 Penampilan umu pasien seperti ekspresi wajah, pasien
gelisah, atau menahan sakit
2.1.2.2 Keadaan kulit
Kulit kering, mukosa mulut kering, turgor kulit kurang,
lidah menjadi kering karena tanda kekurangan cairan.
Kulit berkeringat, basah dapat disebabkan karena pasien
menahan nyeri saat berkemih. Kaji adanya edema atau
stress mungkin terjadi
2.1.2.3 Abdomen
Pemmbesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi
kandung

kemih,

pembesaran

ginjal,

nyeri

tekan,

tenderness, dan bising usus.


2.1.2.4 Genitalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, dan
keadaan atrofi jaringan vagina.
2.1.2.5 Genitalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness,

dan

adanya

pembesaran skrotum
2.1.3

Pemeriksaan penunjang
2.1.3.1 Pemeriksaan urine (urinalisis)
1) Warna (normalnya jernih kekuningan)
2) Penampilannya(normalnya jernih)
3) Bau (normalnya beraroma)
4) Ph (normalnya 4,5-8,0)
5) Berat jenis (normalnya 1,005-1,030)
6) Glukosa (normalnya negatif)
2.1.3.2 Kultur urine (normalnya kuman patogen negatif) (Tartowo
dan Wartonah, 2015)

2.2 Diagnosa keperawatan


2.2.1 Diagnosa 1: gangguan eliminasi urine: inkontinensia
2.2.1.1 Definisi: kondisi dimana seseorang tidak
mengendalikan pengeluaran urine
2.2.1.2 Batasan karakteristik:
1) Inkontinensia
2) Keinginan berkemih yang segera
3) Sering ke toilet

mampu

4) Menghindari minum
5) Spasme kandung kemih
6) Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550

2.2.2

ml
2.2.1.3 Faktor yang berhubungan:
1) Gangguan neuromuskular
2) Spasme kandung kemih
3) Trauma pelvis
4) Infeksi saluran kemih
5) Trauma medula spinaliS
Diagnosa 2: retensi urine
2.2.2.1 Definisi: kondisi dimana seseorang

tidak

mampu

mengosongkan kandung kemih secara tuntas


2.2.2.2 Batasan karakteristik
1) Tidak tuntasnya pengeluaran urine
2) Distensi kandung kemih
3) Kanker
4) Infeksi saluran kemih
5) Pembedahan besar abdomen
2.2.2.3 Faktor yang berhubungan
1) Obstruksi mekanik
2) Pembesaran prostat
3) Trauma
4) Pembedahan
5) Kehamilan (Tartowo dan Wartonah, 2015)
2.3 Perencanaan
2.3.1 Diagnosa 1: gangguan eliminasi urine: inkontinensia
2.3.1.1 Tujuan dan kriteria hasil
1) klien dapat mengontol pengeluran urine setiap 4 jam
2) tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine
3) klien berkemih dalam keadaan rileks
2.3.1.2 Intervensi keperawtan dan rasional
Intervensi
Rasional
Identifikasi faktor penyebab Beberapa fakto
inkontinensia

yang

menyebabkan
inkontinensia diantaranya
penurunan

kesadaran,

proses

penuaan,

ggangguan fungsi saraf,


dan kelemahan sfingter
Monitor

frekuensi,

uretra
volume, Mengidentifikasi

warna, bau dan nyeri saat miksi, inkontinensia


serta pola miksi
Lakukan pengaturan

jenis
seperti

stress atau urgensi


minum Melatih pola berkemih

pasien secara berpola

dengan

mengatur

produksi urine
Lakukan bladder training secara Bladder

training

berkala

melatih

bertujuan

menahan dan menguatkan


kontraksi otot kandung
Lakukan latihan kegel

kemih
Latihan kegel bertujuan
menguatkan otot panggul
dan pelvis sehingga dapat
melatih

kemampuan

berkemih
Anjurkan pasien untuk tidak Kopi dapat menstimulasi
mengkonsumsi

kopi

atau berkemih

minum yang mengandung soda


Kolaborasi dengan tim medis Mempermudah

dalam

dalam pemasangan dower atau penngaturan pengeluaran


intermitten kateter

2.3.2

urine

Diagosa 2: retensi urine


2.3.2.1 Tujuan dan kriteria hasil
1) Pasien dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih
setiap 4 jam
2) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada

2.3.2.2 Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi
Rasional
Menidentifikasi faktor penyebab Beberapa faktor
retensi urine

menyebabkan
urien
saluran

Monitor

frekuensi,

seperti

yang
retensi

obstruksi

kemih,

batu

ginjal, atau struktur uretra


volume, Mengidentifikasi derajat

warna, bau dan nyeri saat miksi, retensi urine


serta pola miksi
Monitor
keadaan
bladder setiap 4 jam

distensi Retensi
menyebabkan

urine
distensi

Tanyakan

kepada

kandung kemih
pasien Mengetahui

bagaimana pancaran miksi


Lakukan

pengaturan

obstruksi

jenis

apakah

total

atau parsial
minum Melatih pola berkemih

pasien secara berpola

dengan

mengatur

produksi urine
Lakukan bladder training secara Bladder

training

berkala

bertujuan

melatih

menahan

dan

menguatkan
Monitor

intake

dan

kontraksi

otot kandung kemih


output Mengetahui

cairan
keseimbangan cairan
Anjurkan pasien untuk tidak Kopi dapat menstimulasi
mengkonsumsi kopi atau minum berkemih
yang mengandung soda
Kolaborasi dengan tim medis Mempermudah

dalam

dalam pemasangan dower atau penngaturan pengeluaran


intermitten kateter
urine
Kolaborasi dengan tim medis Mengetasi

penyebab

dalam perencanaan penanganan reteni

misalnya

urien,

penyebab retensi urine, seperti karena hipertensi prostat,


tindakan operasi atau sitotomi

batu ginjal membutuhkan


tindakan operasi

(Tartowo dan Wartonah, 2015)

3. Daftar Pustaka
Saputra, Lyndon. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.
Tartowo dan Martonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Preseptor Akademik

Banjarmasin, November 2016


Preseptor Klinik

Firman Arief, S,Kep., Ns

Helda Iriani, S.Kep., Ns


19830715 2011 01 2003

Anda mungkin juga menyukai