Anda di halaman 1dari 19

Diskusi Pagi

KELAINAN REFRAKSI DAN


AMBLIOPIA

Penyaji
Rikhy Halomoan
Zafika R M Nampira
Narasumber
Dr.M.Tanzil, SpM

Departemen Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta 2008

KELAINAN REFRAKSI
PENDAHULUAN
Kelainan refraksi merupakan kelainan mata yang sangat umum ditemui dan sangat
mudah untuk dikoreksi. Pemeriksaan visus merupakan pengukuran obyek terkecil
yang dapat diidentifikasi terhadap seseorang dalam jarak yang ditetapkan dari mata.
Setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan visus sebagai bagian dari pemeriksaan
fisik mata umum. Pemeriksaan visus jarak jauh juga harus dilakukan terhadap semua
anak-anak sesegera mungkin setelah usia 3 tahun, karena penting untuk deteksi dini
terhadap ambylopia.
Dalam penentuan derajat kelainan refraksi ada dua cara yaitu pemeriksaan secara
subjektif dan objektif. Pemeriksaan refraksi subjektif memerlukan komunikasi yang
tepat antara pasien dan pemeriksa. Jadi kemampuan pasien berkomunikasi dengan
pemeriksa atau sebaliknya akan menentukan hasil akhir dari pemeriksaan secara
subjektif. Pemeriksaan secara subjektif menggunakan alat bantu seperti kartu snellen,
penggaris untuk mengukur PD, trial lens, trial frame.
Apabila pemeriksa menemukan pasien yang kurang komunikasinya seperti anak-anak,
orang tuna wicara, maka pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan refraksi secara
objektif. Pemeriksaan refraksi objektif ini merupakan koreksi refraksi dimana hasil
pemeriksaan ditentukan oleh pemeriksa dengan menggunakan alat bantu seperti streak
retinoskop, opthalmoskop, auto refraktometer.
Pada masa sekarang ini pemeriksaan kelainan refraksi mata telah dapat dilakukan
dengan pemeriksaan baik secara subjektif maupun objektif.
TAJAM PENGLIHATAN (VISUS)
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memakai kartu Snellen. Jarak antara
kartu Snellen dengan mata 6 meter. Tajam penglihatan diperiksa satu per satu, dengan
mata kanan terlebih dahulu kemudian mata kiri. Tajam penglihatan adalah jarak
kemampuan melihat seseorang, yang dinilai sebelum dan sesudah koreksi dengan cara
menilai kemampuan melihat optotyp atau menghitung jari atau gerakan tangan. Tajam
penglihatan dinyatakan dengan rasio pembilang dan penyebut, dimana pembilang
merupakan jarak mata dengan kartu Snellen dan penyebut merupakan jarak dimana
satu huruf tertentu dapat dilihat mata normal. Sebagai contoh, visus 6/6 berarti pada
jarak 6 meter dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 6 meter.
Dan visus 6/10 berarti pada jarak 6 meter hanya dapat melihat huruf yang seharusnya

dapat dilihat pada jarak 10 meter. Visus 1/60 hanya dapat menghitung jari pada jarak 1
meter, visus 1/300 hanya dapat melihat gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter,
dan visus 1/ hanya dapat membedakan gelap dan terang saja.
Cara pengukuran tajam penglihatan:
-

Pemeriksaan dilakukan dengan monokuler (satu mata) dimulai dengan mata

kanan.
Penderita/pasien diperintahkan untuk melihat obyek pada kartu Snellen dari
yang terbesar sampai dengan yang terkecil sesuai batas kemampuannya
dengan jarak antara pasien dan kartu Snellen 5-6 meter tergantung pada kartu

Snellen yang dipakai.


Bila pasien tidak dapat melihat huruf yang terbesar (dengan visus 6/60) maka
dilakukan dengan cara finger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada

jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.


Bila tidak dapat melihat jari dari jarak 1 meter maka dilakukan dengan cara
hand movement dengan visus 1/300. Pasien harus dapat menentukan arah

gerakan tangan pemeriksa.


Bila dengan hand movement tidak dapat juga, dilakukan dengan cara
penyinaran dengan pen light pada mata pasien, dikenal dengan istilah Light

Perception.
Light Perception dinyatakan dengan visus 1/ proyeksi baik, bila pasien

masih dapat menentukan datangnya arah sinar dari berbagai arah (6 arah)
Bila pasien tidak dapat menentukan arah datangnya sinar maka visusnya 1/

proyeksi buruk.
Pasien dinyatakan buta total (visus 0) kalau pasien tidak dapat menentukan

ada atau tidak ada sinar (No Light Perception)


Visus pasien adalah baris terkecil yang dapat dilihat dengan benar semuanya

tetapi baris dibawahnya tidak bisa terbaca. Contoh: visus 6/18.


Apabila pasien bisa melihat hurf pada baris tersebut tetapi ada yang salah,
dinyatakan dengan f, contoh dapat membaca baris 6/18 tetapi terdapat satu

kesalahan, maka visus 6/18 f1.


Kesalahan jumlahnya tidak boleh sampai dari jumlah huruf yang ada di

baris tersebut.
Kalau jumlah kesalahan atau kebih maka visusnya menjadi visus di baris di
atasnya.

Kelainan refraksi terdiri dari :


1.
2.
3.
4.

Myopia
Hipermetrop
Astigmatism
Presbiop

Kelainan refraksi akan dikoreksi dengan pemberian kacamata atau lensa.


Kekuatan lensa diukur dalam satuan Dioptri (D). Lensa 1 D akan memfokuskan
sinar-sinar sejajar yang masuk sejauh 1 meter. Lensa spheris adalah lensa dengan
jari-jari kelengkungan yang sama sehingga pada setiap meridian power
refraksinya sama. Lensa spheris positif sama dengan lensa cembung. Sinar sejajar
yang jatuh pada lensa spheris positif akan disatukan (konvergen) pada satu titik.
Lensa spheris negatif sama dengan lensa cekung. Sinar sejajar yang jatuh pada
lensa spheris negatif akan disebarkan seakan-akan berasal dari satu titik.
1. Myopia
Mata myopia adalah mata yang kekuatannya berlebihan, yaitu terlalu banyak
kekuatan positifnya. Sinar sejajar dari jauh tak terhingga terfokus di depan
retina. Myopia dikoreksi dengan lensa konkaf/negatif. Myopia akan melihat
lebih baik dengan kedipan atau memicingkan matanya untuk membuat celah
horizontal.

Jenis myopia:
- Myopia axial

: karena diameter anterior posterios mata lebih

panjang dari normal.


- Myopia kelengkungan

: karena kelengkungan kornea atau lensa lebih

besar dari normal.


- Perubahan indeks bias
- Perubahan posisi lensa

: karena perubahan indeks bias.


: karena adanya perubahan posisi lensa.

Klinis myopia
Biasanya myopia tidak ada pada saat lahir, kecuali ada faktor keturunan.
Umumnya ditemukan di sekolah dengan tes VA yang sederhana sekitar kelas
atau 5 (usia 9 sampai 10 tahun). Myopia cenderung meningkat sampai
pertumbuhan tinggi terhenti dimana waktu itu tingkatan myopia relatif tak ada
perubahan yang penting.
Gejala-gejala myopia:
- Gejala utama dari myopia adalah penglihatan jauh yang buram
- Sakit kepala dapat ditemui
- Ada kecenderungan pasien untuk menyipitkan mata bila ingin melihat jauh,
untuk memberi efek pinhole dari celah palpebra sehingga ia melihat lebih
jelas.
2. Hypermetropia
Mata hypermetropia adalah mata yang kekurangan power refraktif karena itu
ini adalah mata negatif. Sinar-sinar dari tak terhingga tidak cukup dibiaskan
sehingga titik fokusnya ada di belakang retina. Mata kekurangan power
positif. Koreksi lensa positif diperlukan untuk hypermetropia.

Jenis hypermetropia berdasarkan struktur:


- Hipermetrop axial : karena diameter anterior posterior mata lebih pendek
dari normal.
- Hipermetrop kurvatur

: karena kelengkungan kornea atau lensa lebih

lemah dari biasa.


- Hipermetrop index bias

: karena perubahan indeks bias seluruh atau

- Hipermetrop posisi lensa

sebagian sistem optik dari normal.


:karena perubahan posisi lensa.

Klasifikasi klinis berdasarkan akomodasi:


- Hipermetropi laten
Kelainan hipermetropi tanpa sikloplegia diimbangi seluruhnya dengan
akomodasi. Semakin muda, makin besar komponen hipermetropi laten
seseorang. Makin tua seseorang, akan terjadi kelemahan akomodasi,
sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif kemudian
menjadi hipermetropia absolut.
- Hipermetropi manifes
Hipermetropi yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang
memberikan tajam penglihatan normal. Terdiri atas hipermetropia absolute
ditambah dengan hipermetropia fakultatif.
- Hipermetropi fakultatif
Kelainan hipermetropia yang dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun
dengan kacamata positif. Hipermetropia manifes yang masih memakai
tenaga akomodasi disebut hipermetropia fakultatif.
- Hipermetropi absolut
Kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan
kacamata positif untuk melihat jauh. Hipermetropia manifes yang tidak
memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia

absolut, sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia


absolute adalah hipermetropia manifes.
Hampir semua anak dilahirkan dalam keadaan hypermetropia, ini akan
cenderung berkurang dengan bertambahnya waktu dan kemungkinan
berhubungan langsung dengan angka pertumbuhan anak. Hypermetropia 3 D
biasanya ditemukan pada bayi atau anak-anak. Hal ini banyak berkurang pada
usia 12, akan tetapi pada hypermetropia herediter, perubahan mata sangat
sedikit.
Gejala hypermetropia adalah sebagai berikut:
- Penglihatan jauh buruk pada pasien dengan kelainan refraksi tinggi seperti
3D atau lebih dan pada pasien lanjut usia. Menurunnya visua acuity jauh
pada seseorang karena beranjak tua dan karena penurunan amplitudo
akomodasi yang menjadi tidak mampu mengkompensasi kelainan refraksi.
- Sakit kepala umumnya di daerah frontal terutama setelah melihat dekat pada
waktu yang lama.
- Ketidaknyamanan penglihatan, biasanya disebut dengan istilah asthenopia.
Umumnya keluhan timbul pada saat seseorang melihat pada jarak fiksasi dan
penglihatan tepat membutuhkan waktu yang lama. Penglihatan tidak kabur,
tapi pasien berkata bahwa matanya tegang.
3. Astigmatism
Astigmatism adalah kelainan pada mata dimana sinar-sinar sejajar yang
dibiaskan pada mata tanpa akomodasi, jatuh pada retina pada lebih dari satu
titik. Kelainan refraksi ini dikoreksi dengan diberikan lensa silinder.
Ada 5 jenis astigmatism:
1) Kedua-duanya di depan retina (astigmat myopious compositus)
Hasil refraksi: sph (-), cyl (-)

2) Satu titik di depan retina, satu titik tepat di retina (astigmat myopious
simplex)
Hasil refraksi: Plano cyl (-)

3) Satu titik di depan retina, satu titik lagi di belakang retina (astigmat
mixtus)

4) Satu titik tepat di retina, satu titik di belakang retina (astigmat


hypermetropious simplex)
Hasil refraksi: cyl (+)

5) Kedua-duanya di belakang retina (astigmat hypermetropious compositus)


Hasil refraksi: sph (+) cyl (+)

4. Presbiop

Presbyopia merupakan keadaan normala dihubungkan dengan usia dimana


akomodasi menurun sehingga mengganggu jangkauan baca yang umum.
Terjadi penurunan amplitudo akomodasi karena berkurangnya daya akomodasi
dari lensa mata. Besarnya presbiop dipengaruhi oleh pekerjaan individu dan
kelainan refraksi. Secara klinis, presbyopia terjadi setelah 40 tahun. Bila
seseorang memiliki hypermetropia tak terkoreksi dimana dia dapat
mengkompensasinya dengan baik, maka gejala presbyopia akan tampak lebih
awal.
Gejala-gejala presbyopia adalah:
-

Jarak baca makin jauh


Tidak mampu melakukan kerja dekat
Memerlukan terang yang lebih untuk membaca

Koreksi untuk presbyopia


Koreksi presbyopia adalah membantu daya akomodasi lensa dengan lensa
positif untuk dekat. Perbedaan dioptri antara koreksi jauh dan koreksi dekat
total diketahui sebagai addisi. Addisi berikut ditemukan sebagai rata-rata
untuk bermacam tingkatan usia.
40 tahun +1,00 D sampai +1,25 D
45 tahun +1,50 D sampai +1,75 D
50 tahun +2,00 D sampai +2,25 D
55 tahun +2,50 D sampai +2,75 D
60 tahun +2,75 D sampai +3,00 D
Pemeriksaan presbyopia
Ada banyak cara pemeriksaan presbyopia. Yang paling sederhana dan banyak
dipergunakan adalah subjektif test. Kelainan refraksi jauh dikoreksi terlebih
dahulu, lalu pasien memegang bacaan surat kabar kecil dan cetakan bible atau
lembaran test baca. Test dilakukan pada posisi jarak baca normal dengan dua
mata (binokuler).
Anisometropia
Anisometropia adalah keadaan dimana ada perbedaan kelainan refraksi 2 mata
yang cukup besar. Salah satu mata mungkin hypermetropia + 0,25 D dan

satunya + 3,50 D atau mungkin kasus satu mata hypermetropia +2,00 D dan
lainnya myopia -2,00 D. Penyebabnya pada umumnya kongenital. Selagi
anak-anak beranjak dewasa, dua mata berkembang tidak sama pada
penambahan dan pengurangan kelainan refraksi. Anisometropia akan
cenderung menyebabkan terjadinya ambylopia dan supresi, strabismus bisa
berkembang pada pasien muda.
Teknik koreksi kacamata
Berdasarkan visus dapat diasumsi kalau penurunan visus hanya karena kelainan
refraksi maka:
Visus 6/60 dapat dikoreksi dengan sekitar +3,00 D atau -3,00 D
Visus 6/30 dapat dikoreksi dengan sekitar +2,50 D atau -2,50 D
Visus 6/20 dapat dikoreksi dengan sekitar +2,00 D atau -2,00 D
Visus 6/15 dapat dikoreksi dengan sekitar +1,50 D atau -1,50 D
Visus 6/10 dapat dikoreksi dengan sekitar +1,00 D atau -1,00 D
Visus 6/7,5 dapat dikoreksi dengan sekitar + 0,50 D atau -0,50 D
Visus 6/6 dapat dikoreksi dengan sekitar +0,25 D atau -0,25 D atau plano/emetrop
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Lakukan pemeriksaan visus tiap mata


Berdasarkan hasil pemeriksaan visus lakukan koreksi sesuai asumsi diatas
Lalu ulang visus lagi setelah dikoreksi
Teruskan koreksi sesuai asumsi sampai visus 6/6 atau visus maksimal
Kalau visus setelah koreksi tercapai 6/6, koreksi selesai
Kalau visus setelah koreksi belum tercapai 6/6 pasang pinhole di depan lensa

koreksi
7. Periksa visus dengan lensa koreksi + pinhole. Kalau visus tetap tidak maju 6/6
berarti koreksi selesai dan ada kelainan pada mata selain kelainan refraksi,
misalkan kelainan pada media refraksi, kelainan pada sistem saraf mata. Kalau
visus maju berarti ada astigmatism, lakukan pemeriksaaan fogging.
Teknik pemeriksaan fogging:
1. Setelah mendapat koreksi terbaik tetapi tidak mencapai 6/6 misalnya 6/10,
tambahkan pinhole. Bila tidak maju maka kelainan organik, kemudian rujuk ke
dokter.
2. Bila maju berarti kelainan astigmat, lalu tambahkan lensa fogging S + 0,50 sampai
S +2,00.

3. Pasien diminta melihat garis clock dial, tentukan garis mana yang paling
jelas/hitam. Misalkan pasien melihat garis 90o yang jelas maka axis yang
diberikan adalah tegak lurusnya (180o).

4. Setelah itu berikan lensa cylinder dari yang terkecil dengan axis yang didapat
tegak lurus daris yang paling jelas/hitam misal C -0,25 x 180o sampai garis clock
dial sama jelas/hitam, misal didapat C -1,00 x 180o garis sudah sama jelas.
5. Lalu cabut lensa fogging dan pasien disuruh membaca ke objek visus terakhir dia
lihat sampai 6/6.
6. Apabila belum mencapai 6/6 berarti koreksi spheris terbaiknya kurang atau lebih,
jadi tambahkan atau kurangi lensa spherisnya.
Pemeriksaan presbyop dilakukan pada pasien yang berusia hampir 40 tahun atau
lebih:
1. Pasien telah mendapat koreksi terbaik
2. Tambahkan addisi yang telah ditentukan sesuai usia.

Kelainan refraksi dapat dikoreksi dengan:


1. Kacamata
2. Lensa kontak
3. Tindakan operatif

AMBLIOPIA
DEFINISI
Ambliopia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi tajam
penglihatan mata yang tidak mencapai optimal sesuai usia dan intelegensinya
meskipun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Kelainan ini dapat terjadi unilateral
maupun bilateral. Terminologi ambliopia saja biasanya merujuk pada ambliopia
fungsional, yaitu suatu ambliopia yang bersifat reversible dengan terapi oklusi.
Ambliopia organik adalah ambliopia yang ireversibel. Sebagian besar kasus
penurunan fungsi penglihatan karena ambliopia dapat dicegah/ dikembalikan
fungsinya dengan intervensi yang tepat. Pengembalian fungsi penglihatan bergantung
pada beberapa faktor seperti lamanya penurunan fungsi penglihatan, tingkat
kematangan visual, dan usia dimulainya terapi.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi ambliopia secara umum sulit ditentukan karena sangat bervariasi. Rentang
kejadian pada anak-anak yang sehat adalah 1-3,5% dan 4-5,3% pada anak-anak
dengan masalah mata sebelumnya.

Ambliopia terjadi pada periode kritis perkembangan visual. Resiko kejadian


ambliopia meningkat pada anak-anak yang mengalami perkembangan terlambat, lahir
prematur, dan/ atau memiliki riwayat keluarga dengan ambliopia. Ambliopia dapat
mengenai semua ras, dan tidak ada kecenderungan gender.
BENTUK-BENTUK
AMBLIOPIA FUNGSIONAL
Ambliopia dapat terjadi kongenital atau didapat. Ambliopia didapat adalah ambliopia
fungsional yang biasanya unilateral, tanpa kelainan organik, dan tidak dapat
diperbaiki dengan kacamata. Sampai usia 6 atau 7 tahun, anak-anak sensitif terhadap
ambliopia fungsional, namun pada usia ini ambliopia paling baik hasil
pengobatannya. Meskipun usia pasti untuk menentukan keberhasilan terapi tak dapat
ditentukan, ambliopia yang tidak diobati melewati usia 6-9 tahun, defek visual yang
terjadi mungkin tidak dapat diperbaiki.
AMBLIOPIA STRABISMIK
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada anak
sebelum penglihatan tetap). Terjadi supresi pada mata juling untuk mencegah
gangguan penglihatan (diplopia). Kelainan ini disebut sebagai ambliopia strabismik
dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan
pada benda yang dilihat.
Ambliopia bentuk ini hanya terjadi pada strabismus unilateral karena pada strabismus
bilateral terjadi proses fiksasi dan deviasi yang berganti-gantian pada kedua mata
sehingga terjadi proses pembelajaran.
Fiksasi silang (menggunakan mata kiri untuk melihat ke kanan dan mata kanan untuk
melihat ke kiri) merupakan anti uji ambliopia strabismik. Bila kondisi ini terjadi maka
tidak akan terdapat ambliopia.
Pengobatannya dengan menutup mata yang sehat dan dirujuk ke dokter mata.
Ambliopia strabismik dapat pulih kembali pada usia di bawah 9 tahun dengan
menutup total mata yang baik.
AMBLIOPIA REFRAKTIF
Ambliopia refraktif merupakan ambliopia yang terjadi pada mata dengan kelainan
refraksi yang tidak dikoreksi (ambliopia ametropik) atau terdapatnya kelainan refraksi

antara kedua mata (ambliopia anisometropik). Penglihatan dapat baik setelah


beberapa bulan memakai kacamata koreksi. Pengobatannya dengan menutup mata
yang baik setelah mata yang ambliopia mendapatkan kacamata yang sesuai.

Ambliopia Anisometropik
Ambliopia anisometropik terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata
yang berbeda jauh, sehingga bayangan benda pada kedua mata tidak sama besar
yang menimbulkan bayangan pada retina secara relatif diluar fokus dibanding
dengan mata lainnya, sehingga mata akan memfokuskan melihat dengan satu
mata. Bayangan yang lebih suram akan di supresi, biasanya pada mata yang lebih
ametropik. Pengobatannya dengan memberikan kacamata hasil pemeriksaan
refraksi secara objektif disertai penutupan mata yang baik.

Ambliopia ametropik
Pada kedua mata tidak mencapai tajam penglihatan 5/5, biasanya penderita
hipermetropia tinggi (+7.0D) atau astigmat tinggi (3.0D) karena mata tidak pernah
melihat dengan jelas. Pengobatannya dengan memberikan kacamata hasil
pemeriksaan refraktif secara objektif.

AMBLIOPIA EKS ANOPSIA


Ambliopia eks anopsia diduga disebabkan oleh supresi atau suatu proses aktif dari
otak untuk menekan kesadaran melihat. Menurunnya penglihatan pada suatu mata
akibat hilangnya kemampuan bentuk setelah fiksasi sentral. Kelainan ini dapat terjadi
pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun kekeruhan kornea sejak lahir atau
terlambat dilatasi. Pengobatannya dengan menutup mata yang sehat yang dilakukan
setelah mata yang sakit dibersihkan kekeruhan media penglihatannya.
AMBLIOPIA ORGANIK
Ambliopia terjadi akibat kerusakan fovea kongenital sehingga mengganggu penderita.
Ambliopia organik bersifat ireversibel.
PENYEBAB
Penyebab ambliopia antara lain:

Anisometropia

Ambliopia tipe ini lebih banyak ditemukan pada pasien anisohipermetropi


daripada anisomiopi. Anisometropi hiperopik yang kecil pun (1-2 dioptri) dapat
menginduksi ambliopia, sedangan pada miopi sampai -3 dioptri biasanya tidak
menyebabkan ambliopia. Inhibisi dari fovea mengeliminasi interaksi binokular
abnormal yang disebabkan oleh satu bayangan yang tidak fokus dan satu
bayangan yang fokus.

Strabismus
Pada pasien strabismus cenderung memfiksasi pandangan dengan satu mata saja
dan tidak mengganti ke mata lainnya. Hal ini menimbulkan inhibisi input visual
ke jalur retinokortikal. Kejadian ambliopia lebih sering pada esotropia daripada
eksotropia.

Anisometropia strabismik
Pada keadaan ini terdapat stabismus yang berhubungan dengan anisometropia

Deprivasi visual
Ambliopia terjadi karena kurangnya stimulasi dari retina. Hal ini dapat terjadi
bilateral atau unilateral. Penyebabnya antara lain katarak, kornea yang keruh,
ptosis, dan tertutupnya kelopak mata karena tindakan pembedahan.

Organik
Kelainan struktur pada retina dan saraf optik dapat menyebabkan ambliopia.
Keadaan ini dapat juga bertindihan dengan ambliopia fungsional.

PATOFISIOLOGI
Ambliopia dipercaya terjadi karena kurangnya rangsangan untuk meningkatkan
perkembangan

penglihatan.

Penyebab-penyebab

ekstraneural

seperti

katarak,

astigmatisme, strabismus, atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, merupakan


pemicu yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi visual pada orang yang sensitif.
Derajat ringan beratnya ambliopia ditentukan oleh lamanya penderita mengalami
kurangnya rangsang untuk penglihatan makula. Ambliopia yang ditemukan pada usia
dibawah 6 tahun masih dapat dilakukan latihan untuk perbaikan fungsi penglihatan.
Oleh karena itu, sangat penting pemeriksaan kesehatan mata anak sejak dini.
Pada patofisiologi ambliopia, terdapat dua mekanisme penyebab yaitu nirpakai dan
supresi. Ambliopia nirpakai terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual
retino-kortikal pada saat masa kritis perkembangan penglihatan, yaitu sebelum usia 9

tahun. Ambliopia supresi terjadi pada tingkat kortikal dimana terdapat skotoma
absolut pada penglihatan binokular untuk mencegah diplopia pada mata yang juling,
atau hambatan binokular pada bayangan retina yang tidak jelas. Supresi tidak
berhubungan dengan masa perkembangan penglihatan.
Masa kritis dalam perkembangan ketajaman penglihatan pada seseorang dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Perkembangan ketajaman penglihatan dari 20/200 sampai 20/20, yang terjadi dari
sejak lahir sampai usia 3 5 tahun.
2. Masa dengan resiko tertinggi terjadinya ambliopia, yaitu sejak usia beberapa
bulan hingga 7 8 tahun.
3. Masa dimana ambliopia dapat disembuhkan, yaitu dari waktu terjadinya ambliopia
sampai masa remaja, bahkan kadang-kadang sampai masa dewasa.
MANIFESTASI KLINIS
Pada pasien yang dicurigai menderita ambliopia harus ditanyakan tentang riwayat
penggunaan patch pada mata atau penggunaan obat tetes mata sebelumnya. Juga
harus dicari tentang riwayat penyakit mata dan operasi mata. Dari keluarga pasien
harus dicari tentang riwayat strabismus dan penyakit mata lainnya.
Ambliopia sering tidak terdeteksi karena tidak bergejala, kecuali terdapat
abnormalitas pada mata anak tersebut. Anak-anak sering mengeluh penglihatan satu
mata baik sedangkan mata lainnya buruk. Oleh karena itu peran orang tua sangat
dibutuhkan. Beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, seperti :

Berkurangnya penglihatan satu mata.

Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding.

Hilangnya sensitivitas kontras.

Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik.

Adanya anisokoria.

Tidak mempengaruhi penglihatan warna.

Biasanya daya akomodasi menurun.

Sering menutup satu mata bila membaca atau melihat papan tulis

Pada ERG dan EEG penderita ambliopia dapat normal yang berarti tidak terdapat
kelainan organik pada retina maupun korteks serebri.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding ambliopia adalah keadaan posisi abnormal bola mata, seperti pada
esotropia dan eksotropia, baik kongenital, maupun didapat. Selain itu sindrom
monofiksasi, serta ptosis kongenital juga perlu diperhatikan. Diagnosis lain yang perlu
diperhatikan setelah semua diagnosis banding tersingkirkan adalah hipoplasia nervus
optik, namun kejadiannya sangat jarang.
TES AMBLIOPIA
1. Uji Crowding Phenomena (untuk mengetahui adanya ambliopia)
Penderita diminta membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka
satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh
melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari
huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding
pada mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia.
2. Uji Densiti Filter Netral (untuk mengetahui adanya ambliopia)
Dasar uji adalah diketahuinya pada mata yang ambliopia secara fisiologik berada
dalam keadaan adaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia dilakukan uji
penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter densiti
netral) tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.
Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam
penglihatan pada mata normal turun 50%. Pada mata ambliopia fungsional tidak
akan atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan
sebelumnya.
Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan
berkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut
ambliopia organik maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan
pemakaian filter tersebut.
3. Uji Worths Four Dot (untuk fusi dan penglihatan stereosis)
Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina
abnormal, supresi pada satu mata dan juling.
Penderita memakai kacamata dengan filter merah pada mata kanan dan filter hijau
pada mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau,
dan 1 putih. Lampu atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau

oleh mata kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau
hanya dapat dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan
lampu putih terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan
dilihat oleh mata juling tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal.
Bila terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan dominan
atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik yaitu 3 merah dan 2
hijau yang bersilangan berarti mata dalam kedudukan eksotropia dan bila tidak
bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.
4. Visuskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah mata berfiksasi dengan
makula atau eksentrik (diluar makula). Caranya mata yang tidak diperiksa ditutup,
lalu periksa fundus dengan visuskop. Pasien diminta melihat sumber sinar
visuskop dan dilihat letak proyeksi gambar bintang visuskop terhadap makula
PENCEGAHAN
Pencegahan dengan menggunakan program skrining penglihatan. Pada anak berusia
kurang dari 5 tahun perlu pemeriksaan tajam penglihatan terutama bila
memperlihatkan tanda-tanda juling.
PENATALAKSANAAN
Ambliopia merupakan kelainan yang reversibel dan akibatnya tergantung saat mulai
dan lamanya. Saat yang sangat rentan adalah bayi pada umur 6 bulan pertama dan
ambliopia tidak akan terjadi setelah usia lebih dari 5 tahun.
Ambliopia bila diketahui dini dapat dicegah sehingga tidak menjadi permanen.
Perbaikan dapat dilakukan bila penglihatan masih dalam perkembangannya. Bila
ambliopia ini ditemukan pada usia di bawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan
latihan untuk perbaikan penglihatan.
Pengobatan dapat dengan :
1. Untuk memulihkan kembali ambliopia pada seorang pasien muda, harus dilakukan
suatu pengobatan antisupresi aktif menyingkirkan faktor ambliopiagenik.
2. Oklusi mata yang sehat.
3. Penalisasi dekat, mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan memberi lensa
+2,5 D sedang mata yang baik diberi atropin.sulfat (sikloplegik)

4. Penalisasi jauh dimana mata yang ambliopia dipaksa melihat jauh dengan
memberi atropin pada mata yang baik serta diberi lensa +2,5
KOMPLIKASI
Komplikasi utama dari ambliopia yang tidak ditangani adalah kehilangan penglihatan
ireversibel. Kebanyakan kasus ambliopia reversibel bila dideteksi dan ditangani dini.
PROGNOSIS
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien berhasil menggunakan terapi oklusi. Studi lain
menunjukkan setelah 3 tahun angka keberhasilan menurun menjadi 53%. Yang
menyebabkan kegagalan terapi ambliopia antara lain tipe ambliopia (pasien dengan
anisometropia yang tinggi dan dengan kelainan organik mempunyai prognosis lebih
buruk. Pasien dengan penyebab strabismus mempunyai hasil yang paling baik),
umumr saat diterapi (makin muda makin baik), keadaan penglihatan saat mulai terapi.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006

2.

Yen,KG.Amblyopia.Diunduhdari: http://www.emedicine.com. Pada tanggal 14


Desember 2008.

3.

Amblyopia (Lazy Eye) Diagnosis, Treatment, Prevention. Diunduh dari:


http://www.aafp.org. Pada tanggal 15 Desember 2008.

Anda mungkin juga menyukai