Anda di halaman 1dari 11

DOSEN PEMBINA : SAGITA YUDHA, AMD,RAD S,Si

OLEH : Siti Hudriah


NPM : 1610070140041

FAKULTAS RADIOLOGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
padang, 08 november 2016
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................2
Tujuan ................................................................................2
ISI
Pengertian Film .................................................................3
Lapisan-Lapisan Film .......................................................3
Jenis Ukuran Film .............................................................6
Penggunaan Screen Film ..................................................6
Kecepatan Film .................................................................7
Faktor Pengaruhi Kontras .................................................7
PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................9
Saran .................................................................................9

BAB I
1.1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pemeriksaan radiografi merupakan salah satu upaya kegiatan medis dalam menegakkan
diagnosa. Keberhasilan menghasilkan radiograf yang berkualitas dan memiliki standar
estetika radiografi dipengaruhi oleh berbagai faktor.Pemeriksaan dengan menggunakan sinar3

X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali ditemukan oleh Wilhelm
Conrad Rontgenpada tanggal 8 November 1895.
Menghasilkan kualitas radiograf yang berkualitas di pengaruhi oleh banyak hal antara lain
adalah film yang baik, processing film , keamaanan safe light, faktor eksposi dan lain lain.
Kita sebagai radiografer yang baik harus bisa membuat radiograf yang berkualitas yang bagus
, sehingga hasil dari radiograf bisa meberikan banyak informasi kepada dokter spesialis
radiologi yang sebagai mitra kerja kita sehinnga diagnosa yang diberikan bisa lebih tepat.
Apabila kualitas yang dihasilkan radiografer tidak bagus maka dokter akan sulit dalam
mengdiagnosa suatu penyakit atau bahkan bisa salah diagnosa, maka bagi dokter spesialis
radiologi akan sulit untuk menentukan keperawatan yang cocok untuk suatu diagnosa
penyakitnya.
1.2

Tujuan

1.2.1

Agar mahasiswa mengetahui pengertian film

1.2.2 Agar mahasiswa mengetahui Lapisan-lapisan film rontgen


1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7

Agar mahasiswa mengetahui Jenis Ukuran Film


Agar mahasiswa mengetahui Penggunaan Screen Film
Agar mahasiswa mengetahui Kecepatan Film
Agar mahasiswa mengetahui Film Menurut Sensifitasnya
Agar mahasiswa mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontras Pada Film

BAB II
2.1

ISI
Pengertian film

Film adalah bahan pencatat bayangan radiografi yang sangat peka terhadap sinar-x
dan cahaya. film juga digunakan sebagai tempat terciptanya gambar radiograf dalam ilmu
radiologi. Bahan dasarnya adalah perak halida. Film sensitive terhadap sinar-x dan cahaya
tampak. Kenyataan lebih sensitive terhadap cahaya tampak, Sebab :
4

1. cahaya tampak > sinar-x


2. E cahaya tampak < E sinar-x
3. Penyerapan cahaya > Penyerapan sinar-x
Oleh karena itu, prosessing film dilakukan di kamar gelap
Struktur film : AgBr
Kristal AgBr berbentuk kubus dan Ag dan Br. Di sudut2 Ag mengelilingi Br dan
memberikan muatan negative yang menyeluruh. Penggunaan film single sobekan harus
pada kanan atas.
2.2

Lapisan-lapisan film rontgen


1. Lapisan dasar film (film base)
Terbuat dari bahan yang kuat, tipis dan transparan. Bahan yang digunakan yaitu

sellulose asetat yang mempunyai sifat tidak mudah terbakar. Tebalnya 0,175 0,2 mm.
Terbuat dari bahan tipis dan lemas, yaitu polyester. Biasanya bahan dasar film berwarna biru
agar dapat memberikan kontras yg lebih baik, disebut blue base.
2. Lapisan perekat (subtratum layer)
Lapisan ini berfungsi sebagai alat perekat antara dua bahan yang mempunyai sifat
berbeda, yaitu lapisan dasar film (Film base) yang tidak meresap air sehingg adalam
processing tidak mengalami perubahan dan lapisan Emulsi film, yang menyerap air dan
membengkak bila basah. Bahannya terbuat dari bahan campuran antara sellulose, gelatin dan
aceton. Tebalnya 0,01mm
3. Lapisan Emulsi
Merupakan lapisan yang sangat penting dari semua lapisan karena pada lapisan ini
akan terbentuk radiograf yang diinginkan. Lapisan ini sangat peka terhadap cahaya dan sinarx. Terbuat dari bahan kristal perak bromida. Tebalnya 0,01-0,02 mm

A. Jenis Film Menurut Butir Emulsi


Emulsi merupakan bahan film sinar-x yang rentan terhadap cahaya, yang bila terkena
cahaya / x-ray akan berubah dan membentuk warna hitam.
Adapun jenis film sinar x menurut butir emulsi dibagi menjadi 3 yaitu:
(a) Butir emulsi ukuran besar

Pada butir emulsi ukuran besar bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada
emulsi berukuran besar. Dengan ukuran butir perak halida yang besar, maka jarak antara butir
perak halida yang satu dengan yang lain lebih renggang. Hal ini mengakibatkan emulsi
mendapatkan sedikit cahaya karena cahaya lebih banyak yang diteruskan. Emulsi jenis ini
mempunyai sifat nilai kontras yang rendah tapi kecepatannya cepat karena emulsi
mendapatkan sedikit cahaya.

Besar
(b) Butir emulsi ukuran sedang
Pada butir emulsi ukuran sedang bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada
emulsi berukuran sedang.

Sedang
Dengan ukuran butir yang sedang ini maka sinar-x / cahaya yang menembus emulsi akan
lebih sedikit karena banyak dihalangi butiran perak halida yang jaraknya tidak terlalu
renggang. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang cukup tinggi tapi kecepatannya
lebih lambat karena emulsi mendapatkan cukup banyak cahaya.
(c) Butir emulsi ukuran kecil
Pada butir emulsi ukuran kecil bahan fotografinya yaitu perak halogen (grain) pada
emulsi berukuran kecil.

Kecil
Dengan ukuran butir yang kecil mengakibatkan jarak / celah antara butir perak halida agak
rapat. Sinar x / cahaya akan lebih banyak mengenai butiran perak halida dan sedikit sinar
yang diteruskan. Emulsi jenis ini mempunyai sifat nilai kontras yang tinggi tapi kecepatannya
lambat karena emulsi mendapatkan banyak cahaya.
B. Jenis Film Menurut Lapisan Emulsi
1) Double emulsi (emulsi ganda)
6

Yaitu film roentgen yang memiliki dua lapisan emulsi yang sama tebalnya di kedua
permukaan dasar film. Film ini dapat digunakan secara bolak balik.
Keuntungan : sensitifitas lebih tinggi shg nilai eksposi lebih rendah shg dosis juga dapat
ditekan. waktu eksposi lebih singkat sehingga pergerakan pasien bisa diminimalisasi. Kontras
radiograf semakin baik. Dapat mengurangi kerusakan film pada bentuk film lengkung.
Kerugian : larutan pembangkit cepat lemah. harga lebih mahal. efek paralak bila radiograf
tidak dilihat secara tegak lurus.
Contoh : untuk pemeriksaan radiografi secara umum (kepala, abdomen dll).
2) Single emulsion (emulsi tunggal)
Film yang mempunyai lepisan emulsi hanya pada satu permukaan. Perak lebih
sedikitkarena hanya satu emulsi dan cairan pembangkit awet. Hanya utk pemotretan tertentu,
tidak bisa digunakan bolak-balik
Contoh : film MCS, film mammografi, film gigi dll.
C.
(a)
(b)
(c)
(d)

Jenis Film Menurut Struktur Emulsi


ORTHO M
ORTHO G
T-MAT G
T-MAT M

4.

Lapisan Pelindung ( supercoat )


Disebut juga lapisan anti abrasi, karena berfungsi melindungi emulsi dari rangsangan

( misal : tekanan & gesekan ). Merupakan lapisan paling luar dari film yang terbuat dari
lapisan gelatin yang bersifat menyerap air.

2.3

Jenis Ukuran Film

13 x 18 cm
18 x 24 cm
24 x 24 cm
24 x 30 cm
30 x 40 cm
30 x 35 cm
35 x 35 cm
35 x 43 cm
7

2.4

Penggunaan Screen Film


a. Screen Film
Dalam pemakaiannya selalu digunakan screen. Eksposi rendah, dengan gambar yg baik.

Dalam penggunaanya selalu menggunakan kaset ( agar terlindung dari cahaya). Radiasi thd
penderita dapat ditekan sekecil mungkin. Akan tetapi resolusi lebih rendah karena kristal
peraknya lebih kasar dari single emulsi. Dapat timbul bayangan kurang tajam bila kontak
screen-film kurang sempurna.
b. Non-Screen Film
Film yang dalam penggunaanya tanpa menggunakan screen. Dosis radiasi lebih tinggi (525 kali lebih tinggi). Emulsinya lebih tebal (2-3 x). Detail yg dihasilkan lebih tinggi. Karena
butir-butir peraknya lebih halus. Gambaran yg dihasilkan 100% dari sinar X
2.5

Kecepatan Film
1) High Speed : film dengan kecepatan tinggi
Jenis film ini memiliki kristal perak halide yang relative kasar, sehingga film ini

menghasilkan kontras yg relative rendah/kurang baik, tetapi memerlukan jumlah penyinaran


yg relative kecil.
2) Medium Speed/Paar speed/jenis universal: Butiran sedang, ekpose sedang, kontras
sedang.
3) Low speed: kristal perak halus/kecil, kontras tinggi, resolusi baik, dan kecepatan
rendah. Hubungan speed dan kontras berbanding terbalik.
2.6
1.

Film Menurut Sensifitasnya


Blue sensitive
Blue sensitive adalah jenis film sinar x yang sensitif terhadap cahaya biru. Blue sensitive

ini mempunyai kualitas yang kurang bagus sehingga harganya pun relatif lebih murah.
Dampak lain dari penggunaan blue sensitive adalah bertambahnya pemakaian faktor exposi,
sehingga selain tingginya dosis yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap Xray tube meningkat sehingga automatis akan memperpendek masa hidup / usia dari X-ray
tube.
8

2.

Green sensitive
Green sensitive adalah jenis film sinar x yang sensitif terhadap cahaya hijau. Green

sensitive ini mempunyai kualitas yang bagus sehingga harganya pun relatif mahal. Dampak
lain dari penggunaan green screen adalah pengurangan pemakaian faktor exposi, sehingga
selain rendahnya dosis yang diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube
menurun sehingga automatis akan memperpanjang masa hidup / usia dari X-ray tube. Green
sensitive biasanya digunakan dalam mammografi.
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontras Pada Film
Perbedaan koefisien atenuasi bahan
Ketebalan bahan
Kemiringan kurva karakteristik film
Bentuk kurva karakteristik tergantung dari
a. Cara pembuatan film
b. Penyimpanan film
Cara Penyimpanan Film yang belum dieksposi :
Penyimpanan digudang dengan kondisi sbb;
Udara dingin dan kering. Sirkulasi udara yang cukup. Film harus disimpan berdiri.
Tersusun menurut ED. Hindari dari bahan kimia. Temperatur yang sesuai. Bebas
radiasi dan bahan radioaktif lainnya
Penyimpanan dikamar gelap;
Disimpan pada meja kering. Dibuka pada keadaan gelap (safe light). Disimpan
tegak jajar berdiri. Boks film selalu tertutup
Dikamar Pemeriksaan
Didalam kaset film. Jauh dari sumber radiasi. Terpisah antara film yang dieksposi
dan yang belum dieksposi.

c.

Pengolahan film

1. Pembangkitan (developing)
Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut
pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah
mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman
bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima
oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan
butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.
9

2. Pembilasan (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan
dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan
film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari
larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Proses yang terjadi
pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan
pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air.
3. Penetapan (fising)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan
menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Perak halida dihilangkan dengan
cara mengubahnya menjadi perak komplek. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk
menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh
emulsi film.
4. Pencucian (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan
garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap
ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam
keadaan bersih.
5. Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk
menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah
emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara
yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada
tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan
aliran udara yang melewati emulsi.
BAB III
3.1

PENUTUP
KESIMPULAN

Kita dapat mengetahui pengertian film, Lapisan-lapisan film rontgen, Jenis Ukuran Film,
Penggunaan Screen Film, Kecepatan Film, Film Menurut Sensifitasnya, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kontras Pada Film. Jadi, kita tidak hanya mengetahui manfaat film itu saja
melainkan kita harus mengetahui bagian-bagian yang terdapat di dalam film.

10

3.2

SARAN

Sebaiknya kita juga harus mengetahui bagian-bagian dari film. Jangan hanya
menggunakan dan tau fungsi nya saja. Tapi kita harus mengetahui bagaimana film dapat
menjadi gambaran melalui bantuan cahaya

11

Anda mungkin juga menyukai