Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA

MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata)

DisusunOleh:
Anshar Kurniawan
XII MIPA 1

SMA NEGERI 38 JAKARTA


Jl. Raya Depok LentengAgung, Jagakarsa, Jakarta Selatan
TahunAjaran 2015/2016

Kata Pengantar
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha
kuasa yang telah menciptakan alam jagat dengan segala kesempurnaannya.
Dengan rahmat dan karunia-Nya pun penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Laporan Hasil Praktikum Hidroponik Tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Hj. Purwani Susi Rahayu selaku guru
bidang studi Biologi yang telah membimbing kami dan tentunya kepada semua
pihak yang berperan untuk membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami mendapat suatu pelajaran baik
dalam penulisan makalah maupun pengetahuan tentang praktikum yang
dilakukan. Tentunya kami masih dalam tahap belajar baik dalam penulisan
makalah maupun dalam memahami dan menyajikan makalah ini dengan baik.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun dari pembaca. Kami berharap makalah yang telah disusun dan
diselesaikan ini dapat berguna serta bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Jakarta, 01 Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
1.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4 Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2 Konsep Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 4
2.3 Penelitian Sebelumnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
2.4 Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
3.2 Waktu dan Tempat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
3.3 Cara Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
3.4 Cara Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data-data dan Faktor-faktor yang Memengaruhi . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
4.1 Pengolahan Data dan Analisa Hasil Eksperimen . . . . . . . . . . . . . . . . . .15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
5.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...18
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan
air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih
efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang
terbatas.
Pada dasarnya semua tanaman bisa dihidroponikkan. Tapi pada akhirakhir ini tanaman yang paling banyak dihidroponikkan adalah tanaman buah
dan sayur karena dilihat dari segi ekonomis, tanaman buah dan sayur dapat
menghasilkan keuntungan yang lumayan. Selain itu, kualitas dan kuantitas
produksi / hasil panen lebih tinggi dibanding dengan media tanah. Pada
praktikum kali ini, kami menanam tanaman sawi jenis caisim (Brassica rapa)
dan bayam merah (Alternanthera amoena)
Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah
terhindar dari erosi dan kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman
pada sistem hidroponik dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam
konvensional. Panen dengan cara hidroponik juga terbilang lebih cepat
dibandingkan dengan cara konvensional, karena para petani tidak perlu waktu
terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen
Setidaknya terdapat enam teknik penanaman hidroponik yang dapat
dilakukan. Keenam teknik ini memiliki keunggulan dan kekurangannya
masing-masing, berikut adalah keenam teknik penanaman hidroponik:

1. Sistem Wick

Merupakan teknik yang paling sederhana dan populer digunakan oleh


para pemula. Sistem ini termasuk pasif dan nutrisi mengalir ke dalam
media pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan sejenis sumbu.
Sistem Wick hidroponik bekerja dengan baik untuk tanaman dan
tumbuhan kecil. Sistem hidroponik ini tidak bekerja dengan baik untuk
tanaman yang membutuhkan banyak air.
2. Ebb & Flow System
Sebuah media tumbuh ditempatkan di dalam sebuah wadah yang
kemudian diisi oleh larutan nutrisi. Kemudian nutrisi dikembalikan ke
dalam penampungan, dan begitu seterusnya. Sistem ini memerlukan
pompa yang dikoneksikan ke timer.
3. NFT (Nutrient Film Technique) System
Dalam sistem irigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air
dialirkan ke deretan akar tanaman secara dangkal. Akar tanaman berada
di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian
lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat
dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang
meskipun lembab tetap berada di udara sehingga tanaman tetap
mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Di sekeliling perakaran itu
terdapat selapis larutan nutrisi.
Teknik NFT ini adalah teknik yang kami pilih dalam praktikum kali ini.
4. Aeroponic System
Kecanggihan sistem ini memungkinkan Anda memperoleh hasil yang
baik dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainnya. Hal ini
disebabkan oleh larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut
langsung masuk ke akar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap
nutrisi yang banyak mengandung oksigen.
5. Drip System
Selain wick system, sistem tetes (drip system) merupakan cara yang
populer yang digunakan dalam berkebun hidroponik. Sistem ini

menggunakan timer mengontrol pompa, sehingga pada saat pompa


dihidupkan, pompa akan meneteskan nutrisi ke masing-masing tanaman.
6. Water Culture System
Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang tersuspensi dalam air
yang kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar. Tanaman dapat
ditempatkan di rakit dan mengapung di air nutrisi juga. Dengan sistem
hidroponik ini, akar tanaman terendam dalam air dan udara diberikan
kepada akar tanaman melalui pompa akuarium dan diffuser udara.
Semakin gelembung yang lebih baik, tanaman akar akan tumbuh dengan
cepat untuk mengambil air nutrisi.
Dalam sistem hidroponik, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
laju pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah tingkat konstentrasi larutan
nutrisi (ppm), kepekatan larutan untuk menghantarkan ion-ion ke akar tanaman
(Electrical Conductivity (EC)), pH, kualitas air, suhu, intensitas cahaya dan
faktor lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu:
1. Adakah pengaruh tingkat konsentrasi larutan nutrisi (ppm) terhadap
pertumbuhan tanaman dalam metode hidroponik?
2. Adakah pengaruh kepadatan jumlah benih yang ditanam dalam satu
media tanam (rockwool) terhadap ukuran dan dimensi tanaman?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah sebagai berikut;
1. Mengetahui sekaligus mempraktikkan bagaimana menanam dengan
metode hidroponik terutama teknik NFT

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja memengaruhi pertumbuhan tanaman


dalam metode hidroponik NFT
3. Mengamati pengaruh kepadatan jumlah benih yang ditanam dalam satu
media tanam (rockwool) terhadap ukuran dan dimensi tanaman
4. Mengetahui gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dalam metode
hidroponik teknik NFT

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat untuk peneliti
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini, menjadi salahsatu media untuk
meningkatkan wawasan serta dapat memberikan pengalaman bagi
peneliti tentang menanam atau berkebun dengan metode hidroponik
2. Manfaat untuk pembaca
Sebagai bahan referensi serta menambah wawasan dan pengetahuan
tentang metode menanam secara hidroponik beserta faktor-faktor
pendukung dan faktor-faktor penghambatnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam
hidroponik yang dikembangkan pertama kali di Inggris pada akhir tahun 1960an dan berkembang pada awal 1970-an secara komersial. Konsep dasar NFT ini
adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada
lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat
memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. (Dr. A.J Cooper di Glasshouse
Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris 1960)
Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman
terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus

menerus dengan pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat


berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian
atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam,
adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa
terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal.
Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan
pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan
baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi
yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis
tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang
pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan
variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dengan high planting density.
Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan
biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan
penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman
lain.
Pada sistem NFT, kebutuhan dasar yang harus terpenuhi adalah : Bed
(talang), tangki penampung dan pompa. Bed NFT di beberapa negara maju
sudah diproduksi secara massal dan disediakan oleh beberapa perusahaan
supplier greenhouse dan pertanian, di Jepang terbuat dari styrofoam, namun di
Indonesia belum diproduksi sehingga banyak petani Indonesia memakai pipa
PVC diameter 2 Inci maupun 3 Inci
Tangki penampung dapat memanfaatkan tempat atau tandon air. Pompa
berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari tangki penampung ke bed NFT
dengan bantuan jaringan atau selang distribusi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam NFT adalah : kemiringan talang (1-5%) untuk pengaliran

larutan nutrisi, kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur
oleh pembukaan kran berkisar 0.3-0.75 L/menit) dan lebar talang yang
memadai untuk menghindari terbendungnya larutan nutrisi.
NFT merupakan alat hidroponik sederhana yang bekerja mengalirkan
air, oksigen dan nutrisi secara terus-menerus dengan ketebalan arus sekitar 2-3
mm. Tanaman disangga dengan sedemikian rupa sehingga akar tanaman
menyentuh nutrisi yang diberikan.
Alat dibuat miring dengan salah satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya
yaitu sebesar 5% dari panjang alat agar arus dapat mengalir dengan lancar.Air
dan nutrisi yang diberikan tidak akan terbuang percuma karena aliran airnya
akan masuk ke bak penampung yang ada dibawahnya setelah itu dipompa
kembali ke atas dan dialirkan lagi ke akar tanaman.( Tim Karya Tani Mandiri,
2010)
Adapun keuntungan dan kelemahan tipe NFT sebagai berikut:
Beberapa keuntungan pemakain NFT, antara lain:
1. Dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman
2. Kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah
3. Keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis
tanaman
4. Tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang
pendek
Kelemahan tipe NFT adalah:
1. Investasi dan biaya perawatan yang mahal
2. Sangat tergantung terhadap energi listrik
3. Penyakit tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain

Pemberian nutrisi pada sistem pertanian hidroponik NFT berbeda dengan


pemberian nutrisi pada sistem pertanian biasa. Pada sistem hidroponik NFT,
makanan yang berupa campuran garam-garam pupuk dilarutkan dan diberikan
secara teratur, sedangkan bercocok tanam di tanah, pemberian pupuk untuk
tanaman hanya sekedar tambahan karena tanah sendiri pada dasarnya secara
alami telah mengandung garam-garam pupuk. Pada hidroponik NFT, media
tanam tidak berfungsi sebagai tanah. Media tanam hanya berguna sebagai
penopang akar tanaman serta meneruskan air larutan mineral yang berlebihan
sehingga Harusporus dan steril (Untung, 2000).
Sistem Fertigasi Pada teknik NFT, tanaman di tegakkan di talang berbentuk
tabung yang biasa digunakan untuk pipa saluran air. Pipa yang digunakan
biasanya berdiameter 2 atau 3 inci, yang kemudian dilubangi sesuai dengan
ukuran netpot yang digunakan, maisng-masing lubang diberikan jarak, untuk
sayuran daun 15-20 cm dan 30-40 cm untuk sayuran buah .Sistem fertigasi
sangat sesuai bagi tanaman sayur berbuah seperti tomat, timun jepang, cabai
merah, terong, melon, strawberry, dan juga tanaman hiasan. Umumnya tanaman
ini untuk kebanyakan tanaman bernilai tinggi dipasaran. (Karsono, dkk 2002)
Tanaman Sistem fertigasi bertujuan untuk mengelakkan tanaman daripada
serangan penyakit akar yang disebabkan oleh serangga ulat seperti pythium,
fusarium, rhizotondan juga penyakit layu bacteria yang berpunca daripada tanah
(Anonim, 2010).
Teknologi fertigasi merupakan teknologi baru dalam budidaya sayuran yang
bernilai tinggi seperti tomat, cabai, semangka dan melon. Fertigasi merupakan
singkatan dari fertilizer(pemupukan) dan irrigation(pengairan).
Pemupukan adalah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menambah
hara tanaman pada tanah. Sedangkan irigasi adalah pemberian air pada tanah
untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-

tanaman. Jadi, fertigasi merupakan suatu sistem pemupukan dan pengairan


yang diberikan secara bersamaan.
Pada sistem NFT, sebagian akar tanaman terendam dalam air yang
mengandung nutrisi dan sebagian lagi berada di atas permukaan air. Air
bersikulasi selama 24 jam terus-menerus. Lapisan air sangat tipis, sekitar 3 mm
sehinggaseperti film. Tanaman diletakkan dalam talang berbentuk segi
empat.talang disusun miring dengan sudut kemiringan 1-5% sehingga larutan
nutrisi mengalir dari bagian atas ke bawah mengikuti gaya gravitasi (Untung,
2000).

2.2 Konsep Penelitian

2.3 Penelitian Sebelumnya


Nama Penulis

: Ermawati Ulfa

Tahun Penelitian

: 2013

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pertmbuhan dan pekembangan kacang hijau.


2. Untuk mengetahui adanya pengaruh cahaya matahari terhadap
pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau.
3. Untuk mengetahui dan membuktikan bahwa cahaya matahari
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kacang
hijau.
4. Untuk mengetahui dan membuktikan adanya perbedaan pada
tanaman kacang hijau yang di letakkan di ruang yang terkena sinar
matahari secara langsung, dan yang terkena cahaya matahari melalui
celah dan di ruang yang sangat sedikit cahayanya.

Hasil Penelitian

Table Hasil Pengamatan Ditempat terang


NO
1
2
3
4
5
6
7

Hari Ke1
2
3
4
5
6
7

Tinggi Tanaman (cm)


1.7
3.2
6.8
9.3
13.1
15.4
18.9

Table Hasil Pengamatan Ditempat Gelap


NO
1
2
3
4
5
6
7

Hari Ke1
2
3
4
5
6
7

Tinggi Tanaman (cm)


2
5.4
9.6
13.8
16.7
18.1
20.3

Pembahasan
Bedasarkan pengamatan yang kami lakukan selama 7 hari, dan di
lakukan ada dua tempat yang berbeda. Ternyata tanaman kacang hijau yang
dietiolasi pertumbuhannya jauh lebih cepat daripada tanaman yang terkena
banyak sinar matahari maupun di tempat yang redup. Pada tempat yang gelap
batang tanaman tersebut tidak bisa tegak, melainkan membungkuk. Begitu juga
dengan daunnya, daun tanaman tersebut nampak layu dan tidak segar, serta
berwarna kuning kehijauan agak pucat. Hal ini terjadi karena tanaman tidak
mendapat sinar matahari sama sekali sehingga tanaman tidak mampu
menghasilkan karbohidrat untuk pembentukan klorofil. Tanaman ini juga

10

memiliki kadar air yang berlebih dan sedikit mengandung gula akibat tidak
terkena sinar matahari. Hormon auksin yang berfungsi untuk pertumbuhan.
Oleh karena itu tanaman tumbuh dengan sangat cepat dalam waktu singkat.
Sedangkan tanaman kacang hijau yang mendapatkan sedikit sinar
matahari / diletakkan di tempat redup, pertumbuhannya berjalan normal.
Tanaman nampak segar karena mendapatkan cukup sinar matahari, sehingga
mengandung airnya sedikit dan kadar gulanya banyak. Daun tanaman tersebut
berwarna hijau tua. Pertumbuhannya berjalan dengan normal ke atas. Hormon
auksin pada tanaman ini berjalan dengan normal yang mengakibatkan
tumbuhan tidak terlalu tinggi. Daun juga mendapatkan cukup sinar matahari
untuk pembentukan klorofil dari karbohidrat.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, kami menyimpulkan
bahwa perkecambahan banyak dipengaruhi oleh faktor cahaya, hormon, dan
sedikit faktor lain yang mempegaruhinya.
Hal itu terbuktikan bahwa kacang hijau yang ditempatkan didaerah yang
kurang gelap, akan menghasilkan pertumbuhan kacang hijau yang lebih cepat
dibandingkan dengan kaca kacang hijau yang diletakkan ditempat yang terang.
Dengan itu, hormon auksin yang dipengaruhi tanpa cahaya matahari akan
merangsang perpanjangan sel-sel pada titik tumbuh primer. Tetapi, kondisi
tumbuhan yang baik akan dialami oleh kacang hijau dengan pengaruh cahaya
lebih banyak. Yaitu tumbuh lebih kokoh, daunnya berkembang sempurna, dan
berwarna hijau. Hanya saja, batangnya lebih pendek dari pertumbuhan kacang
hijau ditempat gelap. Sedangkan kondisi tumbuhan yang kurang baik dialami
oleh kacang hijau yang tumbuh tanpa pengaruh cahaya matahari. Yaitu
batangnya lebih cepat tinggi, daunnya tidak mengandung klorofil, dan berwarna
kuning.

11

Jadi, dapat disimpulkan bahwa cahaya memperlambat atau menghambat


pertumbuhan kacang hijau, dan hal tersebut terjadi karena cahaya dapat
menguraikan auksin.

2.4 Hipotesis
H 0 Intensitas cahaya matahari tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
kacang hijau
H 1 Intensitas cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang
hijau
Biji kacang hijau yang ditempatkan ditempat yang terkena sinar matahari
tumbuh lebih lambat dikarenakan pengaruh hormone auksin, Namun, keadaan
tumbuhan baik dengan batang dan daun berwarna hijau karena adanya klorofil
yang cukup.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan

Alat

1.
2.
3.
4.

3 buah wadah
Kapas secukupnya
Penggaris
Alat tulis

Bahan
1. Benih kacang hijau sebanyak 45 butir
2. Air bersih secukupnya

3.2 Waktu dan Tempat

12

Eksperimen dilakukan pada hari Kamis, 30 Juli 2015 sampai Rabu, 5

Agustus 2015.
Percobaan dilakukan dirumah

3.3 Cara Kerja


Berilah label pada wadah A, B, dan C.
Letakkan kapas pada dasar ketiga wadah lalu basahi secukupnya.
Rendam 45 butir benih kacang hijau. Lalu bagi merata ke tiga wadah
(rendam kurang lebih 1 jam).
Letakkan wadah A di tempat gelap, wadah B di tempat terang, dan
wadah C di tempat minim cahaya. Agar kelembaban terjaga, beri air
secukupnya dengan teratur lalu amati.
Buatlah tabel pengamatan untuk mencatat pertambahan ukuran batang
kecambah setiap harinya
Berikan kesimpulan

3.4 Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan studi
pustaka

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data-data dan Faktor-faktor yang Memengaruhi

Kacang hijau pada wadah A(Gelap)

NO Kacang Hijau

Panjang Kacang Hijau Pada Hari Ke- (dalam cm)


1

0.5

5.3

7.2

16

21.1

27.6

13

0.7

15.2

19.3

25.3

0.6

3.3

7.4

13

18.6

25

0.7

4.2

12.6

17

26.8

0.3

2.9

7.3

14

19.6

26.6

0.6

3.4

7.4

13.3

17.6

25.2

0.6

3.5

6.5

12

19

26.6

0.4

3.1

15

20

25.1

0.4

3.8

5.8

15.6

19.6

24

10

0.5

3.5

13.4

18.6

26.9

11

0.3

3.4

7.6

15.2

19

25.6

12

0.2

6.7

13

17.6

24.8

13

0.3

3.6

7.9

12.6

17.1

25.3

14

0.6

3.7

7.7

12.7

18

24

15
RATA-RATA

0.2
0.82

3.5
3.61

6
6.96

13
13.77

17.6
18.64

26.6
25.70

Kacang hijau pada wadah B (Terang)

NO Kacang Hijau

Panjang Kacang Hijau Pada Hari Ke- (dalam cm)


1

0.2

5.6

13

18.2

0.3

3.6

10

14.6

17.6

0.4

3.4

10.6

13.3

16.2

0.6

11

13

17

0.2

3.3

5.1

10.6

13

16.5

0.3

3.9

5.6

10.3

12.6

16.9

0.3

3.2

12.6

17

0.3

3.1

5.2

8.6

12

18

10

0.2

3.3

4.6

13.2

17.5

11

0.2

3.6

9.3

12.1

16.9

12

0.3

3.1

12

18

13

0.2

3.2

4.9

9.4

13.6

18.3

14

0.1

3.3

5.3

8.9

11

16.5

15
RATA-RATA

0.3
0.26

3.4
3.16

5
4.68

8
8.71

13
11.93

16
16.04

14

Kacang hijau pada wadah c (redup)

NO Kacang Hijau

Panjang Kacang Hijau Pada Hari Ke- (dalam cm)


1

0.4

3.3

6.2

12

16.1

21.5

0.5

11.2

19.2

22.4

0.5

3.2

7.2

12

17.6

24.6

0.4

3.2

11.6

15

24.2

0.2

5.3

10

15.6

22.2

0.6

3.4

6.4

12.3

16.6

22.1

0.6

2.3

4.5

14

23.3

0.3

2.1

10

15.9

22.3

0.2

2.8

12.6

16.6

20.3

10

0.2

3.5

5.3

9.4

15.6

22.2

11

0.2

2.4

5.6

11.2

17

22.3

12

0.3

2.5

4.7

11

17.6

22.5

13

0.3

3.3

5.9

10.6

17.1

21.6

14

0.4

2.9

5.7

10.7

16

20.2

15
RATA-RATA

0.2
0.35

2.5
2.96

5
5.45

10
10.90

15.6
16.36

23.5
22.34

Grafik
(Terlampir)
Dapat dilihat dari hasil data pada eksperimen ini faktor-faktor yang

memengaruhi pertumbuhan adalah intensitas cahaya matahari. Sinar matahari


sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis. Jika suatu
tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu akan tampak pucat
dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru
sinar menghambat pertumbuhan, karena cahaya matahari dapat menghambat
kinerja hormone auksin yang berfungsi membantu pemanjangan sel.
Selain itu, kelembaban udara juga berpengaruh, semakin lembab
keadaan udara sekitar, semakin cepat pertumbuhan kecambah karena

15

berkurangnya penguapan yang berdampak pada pembentukan sel yang lebih


cepat.

4.2 Pengolahan Data dan Analisa Hasil Eksperimen


Berdasarkan data dapat dilihat bahwa kacang hijau yang diletakkan
ditempat yang terang tumbuh kebih lambat dibandingkan ditempat yang redup
ataupun gelap. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya cahaya
dan hormone. Walaupun ditempatkan ditempat yang terang, tetapi tekstur
batang kacang hijau yang diletakkan ditempat terang sangat kuat dan warna
daunnnya hijau. Proses pertumbuhan yang lambat dikarenakan kerja hormone
auksin dihambat oleh sinar matahari. Dalam keadaan banyak cahaya, auksin
mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan kecambah terhambat. Laju
tumbuh memanjang pada kecambah tersebut dengan segera berkurang sehingga
batang lebih pendek, namun tumbuh lebih kokoh, daun berkembang sempurna,
dan berwarna hijau. Kacang hijau yang tidak tumbuh terjadi karena faktor
hormone ataupun kualitas kacang hijau yang kurang baik dibandingkan yang
lainnya.
Untuk kacang hijau yang diletakkan ditempat yang redup
pertumbuhannya termasuk cepat walaupun tidak secepat ditempat yang benarbenar tanpa cahaya. Hal ini terjadi karena kecambah tersebut masih
mendapatkan sedikit sinar matahari yang memperlambat kerja hormone auksin,
sehingga pertumbuhan menjadi terhambat. Keadaan batang dan daun ditempat
redup sedikit layu dan tidak kokoh seperti yang diletakkan ditempat terang.
Kacang hijau yang diletakkan ditempat yang tidak terkena cahaya
matahari sama sekali, tumbuh dengan pesat, hal ini terjadi karena faktor cahaya
dan kelembaban. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan dimana
tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan
yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat. Kecambah yang

16

tumbuh ditempat gelap mengalami etiolasi. Dalam keadaan tidak ada cahaya,
auksin merangsang perpanjangan sel sehingga kecambah tumbuh lebih panjang
namun dengan kondisi pucat kekuningan karena kekurangan klorofil, kurus,
dan daunnya tidak berkembang.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa perkecambahan banyak dipengaruhi oleh faktor cahaya dan hormone,
walaupun faktor yang lain ikut memengaruhi. Ditinjau dari faktor cahaya,
dibuktikan bahwa kacang hijau yang ditempatkan di daerah berintensitas
cahaya kurang atau gelap akan memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan kacang hijau yang diletakkan di tempat berintensitas
cahaya banyak atau terang.

5.2 Saran
1. Sebelum kacang hijau direndam, pilihlah biji kacang hijau yang baik
dan dengan ukuran yang sama.
2. Dalam hal membasahi kapas, jangan terlalu banyak dan terlalu sedikit.
Karena apabila terlalu banyak biji kacang hijau akan membusuk,
sebaliknya jika terlalu sedikit, biji kacang hijau akan kering layu dan
mati.
3. Jarak antara benih sebaiknya tidak terlalu dekat atau berhimpitan,
karena dapat menghambat pertumbuhan.
4. Pantau selalu pertumbuhan biji kacang hijau setiap hari pada jam yang
sama, lalu ambil gambar dari biji kacang hijau tersebut setiap harinya.

17

DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, RahanadanWigatiHadiOmegawati. 2013. Biologi SMA kelas XII.
Klaten: IntanPariwara
http://laporan-praktikum-biologi.html
http://kecepatan-perkecambahan-biji-kacang.html
http://pengaruh-cahaya-terhadap-pertumbuhan-biji-kacang-hijau.html
http://ermawatiulfa.blogspot.com/2014/08/makalah-pertumbuhan-danperkembanga.html
http://iwanttohappierever.blogspot.com/2015/02/karya-tulis-pengaruh-cahaykacang-hijau.html

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Grafik Pertumbuhan

18

30

25

20
Terang

15

Redup
Gelap

10

0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6

Lampiran2

Gelap

: Foto Pengamatan

Terang

19

Redup

Anda mungkin juga menyukai