Anda di halaman 1dari 35

PEMBUATAN TEMPE DARI KACANG HIJAU

OLEH :
AMELIA ARI MEILINDA
VIIIF / 16920

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG


DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 1 SUKODONO


FEBRUARI 2019
PEMBUATAN TEMPE DARI KACANG HIJAU

OLEH :
AMELIA ARI MEILINDA
VIIIF / 16920

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG


DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 1 SUKODONO


FEBRUARI 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah dengan identitas di bawah ini telah dibimbing dan
diselesaikan dengan baik pada 13 Februari 2019.
Judul : Pembuatan Tempe dari Kacang Hijau
Penyusun : Amelia Ari Meilinda
Kelas / NIS : VIIF / 16920

Kepala SMPN 1 Sukodono Pembimbing

Edy Purwanto, S.Pd.,M.M. Asmiah, S.Pd.


NIP. 197101121997021002 NIP. 196212141985122004

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Amelia Ari Meilinda
Kelas : VIII F
NIS : 16920
Sekolah : SMP Negeri 1 Sukodono
Menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya
tulis ini benar-benar tulisan saya, hasil pemikiran saya, bukan plagiasi baik
sebagian ataupun seluruhnya. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa karya tulis ilmiah ini hasil plagiasi, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Lumajang, 13 Februari 2019


Yang membuat pernyataan

Amelia Ari Meilinda

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillaahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis dengan judul “Pembuatan Tempe dari Kacang Hijau”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ini
melibatkan banyak pihak dan tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan
pengarahan serta do’a. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati dan penuh
rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Edy Purwanto, S.Pd., M.M., selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan
motivasi pada karya tulis ilmiah ini.
2. Asmiah, S.Pd., selaku Pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan
masukan dengan ikhlas dan sabar dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
3. Mas’udah, M.Pd., selaku wali kelas yang telah memberikan semangat pada
penulisan karya tulis ilmiah ini.
4. Teman-teman kelas VIII F yang banyak memberikan dukungan pada
penulisan karya ilmiah ini.
5. Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moril, spiritual serta materi
sehingga memperlancar tersusunnya penelitian ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat
balasan yang sesuai dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mohon maaf dan demi kebaikan
karya tulis ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh

Lumajang, Februari 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...............................................................iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................3
C. Hipotesis ........................................................................................................3
D. Tujuan Penelitian ..........................................................................................3
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tempe.............................................................................................................5
B. Kacang Hijau ..................................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..............................................................................................15
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................15
C. Alat dan Bahan ...............................................................................................15
D. Langkah-langkah Penelitian ...........................................................................16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ...............................................................................................................18
B. Pembahasan ....................................................................................................18
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................22
B. Saran ...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Curah hujan
yang seimbang membuat tanah Negara Indonesia menjadi subur. Berbagai
jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik, sehingga Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati. Akan tetapi, memasuki era globalisasi yang terjadi
saat ini, Indonesia masih menghadapi masalah persoalan kurang gizi. Salah
satu faktor yang dapat menyebabkan masalah persoalan kurang gizi yaitu
kurangnya persediaan makanan yang ada dimasyarakat (Maryam, 2015).
Keanekaragaman makanan yang ada merupakan salah satu program
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas gizi masyarakat. Hal ini
dilakukan karena tidak ada satupun bahan makanan yang memiliki kandungan
gizi yang lengkap. Usaha keanekaragaman makanan dapat menggunakan
bahan makanan yang sudah ada maupun bahan makanan yang baru
(Ketahanan Pangan, 2010). Keanekaragaman makanan dapat berupa makanan
tradisional maupun moderen. Salah satu makanan tradisonal yang merupakan
hasil dari keanekaragaman makanan tradisionala yaitu tempe.
Tempe merupakan salah satu makanan tradisional yang berasal dari
Negara Indonesia. Tempe di Indonesia sudah lama terkenal dari berabad-abad
silam. Makanan ini sudah diproduksi dan dikonsumsi secara turun-menurun,
khususnya berada di Daerah Jawa. Tempe adalah makanan tradisonal yang
terbuat dari biji kedelai atau kacang-kacanagan lainnya yang melalui proses
fregmentasi menggunakan jamur Rhizopus sp atau disebut dengan ragi tempe
(Badan Standar Nasional, 2012). Umumnya di masyarakat tempe digunakan
sebagai lauk-pauk dan digunakan sebagai makanan tambahan atau makanan
pelengkap.
Tempe memiliki potensi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Karena tempe memiliki harga yang relatif murah sehingga dapat memberikan
pilihan alternatif dalam melakukan pengadaan makanan yang bergizi yang
dapat dijangkau oleh lapisan masyarakat menengah kebawah (Dinar, 2014).

1
Prospek industri tempe yang ada di Indonesia saat ini sangat baik dimana
pertumbuhan akan permintaan tempe mencapai 4% pertahun (Sutrisno, 2006).
Pendapatan yang diperoleh para pengrajin tempe sangat tergantung dari biaya
penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Penjualan yang dilakukan oleh para
pengrajin tempe belum mendapatkan keuntungan yang optimal karena harga
penjulan yang murah. Disisi lain biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan
baku semakin besar dengan adanya krisis ekonomi.
Bahan baku pembuatan tempe selain menggunakan kedelai juga dapat
menggunakan kacang-kacangan seperti jagung, kacang tolo, lamtoro dan
kacang hijau (Vigna radiata) (Maryam, 2015). Ketersediaan bahan baku
kacang hijau (Vigna radiata) untuk pembuatan tempe di Indonesia sangat
melimpah. Kacang hijau (Vigna radiata) menduduki urutan ketiga dalam
tanaman kacang-kacangan setelah kedelai dan kacang tanah (Astawan, 2009).
Permintaan konsumen akan konsumsi kacang hijau (Vigna radiata) di
Indonesia termasuk stabil. Hal ini terjadi karena penggunaan kacang hijau
(Vigna radiata) berlanjut setiap hari dan sepanjang tahun.
Penggunaan bahan dasar tempe yang berbeda akan menghasilkan
karakteristik tempe yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
komposisi gizi yang ada, terutama kandungan protein, karbohidrat dan lemak
yang ada pada bahan dasar pembuatan tempe. Sehingga, tempe yang dibuat
dari jenis kacang-kacangan yang berbeda maka akan berbeda komponen gizi
yang dimilikinya. Kacang hijau (Vigna radiata) memiliki manfaat yang
sangat penting untuk kesehatan, karene memiliki kandungan gizi yang cukup
baik. Kacang hijau (Vigna radiata) dalam 100 gr mengandung karbohidrat
62,5 gr, protein 22,2 gr, lemak 1,5 gr, Vitamin A 9 IU, Vitamin B1 150-400
IU dan juga terdapat mineral seperti kalsium, belerang, mangan dan besi
(Maryam, 2015). Komponen ini sangat diperlukan untuk tumbuh kembang
dan menjaga kesehatan tubuh manusia.
Pemanfaatan kacang hijau (Vigna radiata) sebagai bahan baku tempe
maka akan dapat menghasilkan produk makanan baru yang kaya akan
kandungan protein dan antioksidan yang disebabkan oleh adanyan berbagai
senyawa dalam kandungan kacang hijau (Vigna radiata) (Winarti, 2010).

2
Adanya antioksidan yang terkandung di dalam tempe kacang hijau sebagai
makanan funsional yang apabila dimakan tidak hanya mengenyangkan tetapi
juga akan memiliki dampak positif bagi tubuh manusia karena dapat
meredam radikal bebas (Wijaya, 2007). Selain itu, dengan menggunakan
bahan baku kacang hijau (Vigna radiata) maka ketergantungan kedelai dalam
pembuatan tempe dapat teratasi. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
efisiensi produksi tempe yang meningkat, karena untuk memproduksi tempe
tidak hanya tergantung dari adanya kedelai sebagai bahan dasar akan tetapi
dapat diganti dengan menggunakan bahan baku kacang hijau (Vigna radiata).
Kondisi ini akan mendorong masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan gizi
serta dihasilkannya bahan makanan tempe yang beraneka ragam dengan nilai
tambah berupa pangan fungsional, sehingga nantinya keadaan gizi buruk
tidak akan terjadi di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan
masalah yaitu :
1. Apakah kacang hijau (Vigna radiata) dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan tempe?
2. Apakah alat dan bahan dalam pembuatan tempe kacang hijau (Vigna
radiata)?
3. Bagaimana cara pembuatan tempe dengan menggunakan bahan baku
kacang hijau (Vigna radiata)?
4. Apa saja kandungan gizi yang terkandung di dalam tempe kacang hijau
(Vigna radiata)?
C. Hipotesis
Hipotesis pada karya tulis ilmiah ini, adalah kacang hijau (Vigna
radiata) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Untuk membuktikan bahwa kacang hijau (Vigna radiata) dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe.

3
2. Untuk mengetahui alat dan bahan dalam pembuatan tempe kacang hijau
(Vigna radiata).
3. Untuk mengetahui cara pembuatan tempe dengan menggunakan bahan
baku kacang hijau (Vigna radiata).
4. Untuk mengetahui kandungan gizi yang terkandung di dalam tempe
kacang hijau (Vigna radiata).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penuisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan tempe dengan
menggunakan bahan baku kacang hijau (Vigna radiata).
2. Bagi guru dan sekolah
Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada guru dan sekolah yang berkaitan dengan pembuatan tempe
dengan menggunakan bahan baku kacang hijau (Vigna radiata).
3. Bagi masyarakat
Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat jika kacang hijau (Vigna radiata) memiliki
kandungan gizi yang sangat baik jika digunakan sebagai bahan
pembuatan tempe, karena akan menghasilkan karakteristik dan rasa
tempe yang berbeda.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tempe
1. Pengertian Tempe
Tempe adalah makanan tradisional dari Indonesia yang terbuat dari
biji kedalai atau dapat menggunakan beberapa bahan lain yang diproses
melalui fermentasi (Badan Standarisasi Nasional, 2012: 1). Dalam
melakukan proses fermentasi dari kedelai menjadi tempe maka diperlukan
ragi tempe. Melalui proser fermentasi yang terjadi ini, maka biji kedelai
dapat mengalami proses penguraian menjadi senyawa yang lebih
sederhana dari pada sebelumnya sehingga dapat dicerna dengan mudah
oleh tubuh.
2. Sejarah Tempe
Banyak makanan yang menggunakan bahan baku kedelai yang
berasal dari Negara Cina. Makanan tersebut seperti kecap, tahu dan tauco.
Tidak seperti makanan tersebut, tempe tidak berasal dari Cina melainkan
berasal dari Indonesia. Memang tidak ada kejelasan kapan tempe pertama
kali dibuat di Indonesia. Namun sejak berabad-abad tempe sudah dikenal
oleh masyarakatJawa, khususnya oleh masyarakat Yogyakarta dan
Surakarta.
Menurut Sarwono (2010: 5) mengatakan bahwa dalam bab 3 dan bab
12 manuskrip Serat Centhini dengan setingan Jawa abad ke-16 (Serat
Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata
“tempe”. Kata tempe disebutkan sebagai nama hidangan bernama jae
santen tempe (sejenis makanan tempe dengan santan) dan kadhele tempe
srundengan. Kata tempe diduga bersal dari bahasa Jawa kuno, pada
masyarakat Jawa kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari
tepung sagu yang disbut tumpi (Badan Standarisasi Nasional, 2012: 1).
Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan
tempe segar yang juga berwarna putih. Mungkin ini yang menjadi asal dari
mana kata “tempe” berasal.

5
3. Produksi Tempe di Indonesia
Indonesia adalah negara yang menjadi produsen tempe terbesar di
dunia dan menjadi pasar tempe terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari
konsumsi kedelai di Indonesia dijadikan untuk penggunaan produksi
tempe, 40% tahu dan 10% dalam produk lain (seperti tauco, kecap dan
lain-lain) (Badan Standarisasi Nasional, 2012 : 2). Rata-rata saat ini
konsumsi tempe masyarakat Indonesia per orang yaitu sekitar 6,45 Kg
pertahun. Tempe di Indonesia pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
sebagai panganan pendamping nasi. Saat ini, perkembangan tempe sangat
baik, tempe diolah dan disajikan sebagai aneka panganan siap saji yang
diproses dan dijual dalam kemasan. Misalnya makanan yang populer dari
bahan tempe yaitu keripik tempe.
4. Produksi Tempe di Dunia
Penyebaran tempe telah meluas diberbagai kawasan, tidak hanya di
Asia bahkan tempe sudah menjangkau diberbagai kawasan Eropa.
Masyarakat Eropa sudah cukup lama mengenal makanan tempe. Tempe
pertama kali diperkenalkan oleh imigran asal Indonesia yang menetap di
Belanda. Melalui Negara Belanda, keberadaan tempe menyebar ke
berbagai negara dikawasan Eropa seperti Belgia dan Jerman (Sarwono,
2010 : 5). Tercatat bahwa tempe cukup populer di beberapa negara Eropa
sejak tahun 1946.
Tempe di Negara Amerika Serikat populer sejak pertama kali dibuat
oleh Yap Bwee Hwa pada tahun 1958 (Badan Standarisasi Nasional, 2012
: 3). Yap Bwee Hwa adalah orang Indonesia yang pertama kali melakukan
penelitian ilmiah mengenai tempe. Tempe di negara Jepang diteliti sejak
tahun 1926 dan diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983 (Badan
Standarisasi Nasional, 2012 : 3). Sejak tahun 1984 sudah tercatat beberapa
prusahan di Eropa, Amerika dan Jepang yang memproduksi tempe. Selain
itu, dibeberapa negara seperti Selandia Baru, India, Kanada, Australia,
Meksiko dan Afrika Selatan tempe hanya dikenal oleh kalangan terbatas.
Tempe sudah lama dikenal sebagai makanan dengan nilai kandungan
gizi yang tinggi. Penelitian terhadap nilai gizi tempe terus dilakukan, dari

6
penerlitian tersebut diperoleh bahwa tempe mengandung elemen yang
berguna bagi tubuh, seperti asam lemak, vitamin, mineral dan anti oksidan
yang tinggi.
5. Bahan-bahan Pembuatan Tempe
Menurut Dinar (2014 : 43) terdapat terdapat tiga bahan utama yang
digunakan dalam pembuatan tempe, yaitu :
a. Kacang-kacangan
Bahan baku pembuatan tempe yang utama dan sering digunakan oleh
masyarakat adalah menggunakan kedelai. Selain menggunakan bahan
baku kedelai juga dapat menggunakan kacang-kacangan seperti jagung,
kacang tolo, lamtoro dan kacang hijau (Vigna radiata).
b. Ragi
Ragi yang digunakan dalam proses fermentasi dari kacang kedelai atau
menggunakan kacang-kacangan lainnya dalam waktu tertentu
menngunakan jamur Rhizopus sp.
c. Air
Air yang digunakan untuk pembuatan tempe dapat berupa air sumur
maupun air PDAM. Air digunakan sebagai bahan untuk mengelupas
kulit ari pada kedelai atau kacang-kacangan lainnya sebagai bahan baku
tempe, dan digunakan sebagai bahan untuk mengukus tempe.
6. Proses Pembuatan Tempe
Produksi pembuatan tempe yang ada, kebanyakan dilakukan oleh
industri sekala kecil. Metode yang dilakukan pada umumnya masih
menggunakan metode tradisional dan belum menerapkan teknologi
modern. Pada dasarnya proses membuat tempe terdiri dari 2 bagian yaitu
proses pemasakan dan dilanjutkan dengan proses fermentasi (Badan
Standarisasi Nasional, 2012 : 7-8) berikut ini adalah proses pembuatan
tempe, yaitu :
a. Proses pemasakan
1) Agar mendapatkan biji kedelai atau biji kacag-kacangan yang
bagus maka perlu dilakukan pernyortiran. Caranya dengan

7
menempatkan biji kedelai atau biji kacang-kacangan pada tampah,
kemudian ditampi.
2) Cuci biji kedelai atau biji kacang-kacangan dengan menggunakan
air yang bersih dan mengalir.
3) Biji kedelai atau biji kacang-kacangan yang sudah bersih masukkan
ke dalam panci yang berisi air, kemudian rebus selama 30 menit
atau sampai mendekati setengah matang.
4) Biji kedelai atau biji kacang-kacangan yang sudah direbus,
kemudian direndam selama semalam hingga mengahsilkan kondisi
yang asam.
5) Kemudian keesokan harinya kulit ari pada Biji kedelai atau biji
kacang-kacangan dikupas. Caranya, masukkan Biji kedelai atau biji
kacang-kacangan ke dalam air, kemudian diremas-remas sambil
dikuliti hingga didapatkan keping-keping kedelai atau kacang-
kacangan.
6) Keping kedelai atau kacang-kacangan dicuci sekali lagi, dengan
cara yang sama seperti mencuci beras yang hendak ditanak.
7) Kemudian masukkan keping kedelai atau kacang-kacangan ke
dalam dandang kemudian ditanak, mirip seperti menanak nasi.
8) Setelah matang, kemudian diangkat, lalu dihamparkan tipis-tipis di
atas tampah. Tunggu sampai dingin, airnya menetes habis, dan
keping kedelai mengering.
b. Proses fermentasi
1) Campurkan ragi pada kedelai yang telah matang sambil diaduk
hingga merata. Ukurannya, 1 kg kedelai menggunakan sekitar 1 gr
ragi.
2) Bungkus kedelai yang suda rata bercampur dengan ragi dengan
menggunakan daun pisang atau plastik.
3) Peram bungkusan kedelai. Bila pembungkusnya menggunakan
plastik, pemeraman dilakukan di atas kajang-kajang bambu yang
diletakkan pada rak-rak. Bila pembungkusnya menggunakan daun

8
maka pemeraman dilakukan pada keranjang bambu yang ditutup
menggunakan goni.
4) Sesudah diperam semalaman, dilakukan penusukan dengan
menggunakan lidi. Tujuannya agar udara segar dapat masuk
kedalam bahan tempe.
5) Peram lagi semalaman, keesokan harinya tempe yang dibuat telah
jadi dan siap untuk dikonsumsi.
7. Faktor-faktor Pembuatan Tempe Menjadi Higienis
Produksi tempe di Indonesia memang masih menngunakan proses
tradisional. Meskipun masih menggunakan proses yang tradisional bukan
tidak mungkin menghasilkan tempe yang higienis. Produksi tempe yang
higienis dimulai dengan memperhatikan kebersihan diri dan perilaku
produsen itu sendiri, peralatan kerja serta kebersihan lingkungan sekitar
tempat proses pembuatan tempe. Berikut ini hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk membuat produksi tempe yang higienis (Badan
Standarisasi Nasional, 2012 : 9-12), yaitu :
a. Kebersihan Pekerja
Kebersihan pekerja menjadi unsur penting agar tempe yang dihasilkan
menjadi higienis. Terkait dengan hal itu ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan yaitu :
1) Kesehatan karyawan
2) Kebersihan karyawan
3) Kebiasaan karyawan
b. Kebersihan Peralatan dan Fasilitas Produksi
Menjaga dan memelihara peralatan yang dipergunakan untuk produksi,
juga perlu diperhatikan agar menghasilkan produk tempe yang higienis.
Oleh kerena itu, setiap produsen tempe perlu memperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut :
1) Kepebsihan peralatan produksi
2) Suplai air bersih
3) Fasilitas sanitasi dan kebrsihan
4) Kondisi bangunan

9
c. Kebersihan Lingkungan
Memelihara lingkungan yang bersih merupakan faktor yang tidak bisa
diabaikan dalam kegiatan memproduksi tempe yang higienis. Berikut
ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga lingkungan
produksi tempe menjadi bersih, yaitu :
1) Kondisi Lingkungan
2) Pencegahan hama
d. Kebersihan Produk
Kebersihan produk tempe merupakan hasil akhir dari kegiatan produksi.
Dalam proses akhir ini perlu diperhatikan beberapa faktor sebagai
berikut, yaitu :
1) Pengendalian proses
2) Proses penyimpanan
e. Pengemasan dan Pelabelan
Pengemasan sangat penting agar produksi menjadi rapi dan bersih,
kemasan juga memiliki arti penting untuk mempengaruhi persepsi
konsumen. Hal ini dilakukan karena untuk meningkatkan penjulan
produk kepada konsumen. Berkaitan dengan pengemasan dan pelabelan
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :
1) Kemasan
Fungsi kemasan tidak hanya digunakan untuk melindungi produk
dari kerusakan, akan tetapi kemasan memiliki fungsi lain yaitu
sebagai alat untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan
produk kepada konsumen, selain itu juga dapat digunakan sebagai
nilai tambah dari produk itu sendiri. Pada produksi tempe segar
terdapat beberapa alternatif kemasan yang dapat digunakan, yaitu
dengan menggunakan daun pisang dan plastik.
2) Pelabelan
Sebelum melakukan pelabelan pada produk tempe yang telah di
produksi, maka dianjurkan terlebih dahulu untuk mendpatkan izin
dari dinas kesehatan di wilayah masing-masing. Terkait dengan
pelabelan terdapat beberapa informasi yang dapat dicantumkan

10
pada kemasan produk, seperti merek produk, berat bersih, nama
dan alamat produsen, daftar bahan yang digunakan, tanggal
kadaluarsa, kode produksi, nilai gizi, cara penggunaan dan barcode
(jika dijual disupermarket).
B. Kacang Hijau
1. Klasifikasi Kacang Hijau
Menurut Purwono dan Hartono (2005 : 12) mengatakan bahwa
adapun klasifikasi tanaman kacang hijau, yaitu :
Devisi : Spermatophyta
Subdevisi : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Keluarga : Leguminosae (Fabaceae)
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata
2. Morfologi Kacang Hijau
Menurut Fitriani (2014 : 6-7) mengatakan bahwa kacang hijau
mempunyai klasifikasi yang berbeda dari tanaman lainya, yaitu :
a. Daun
Daun kacang hijau termasuk trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan
letaknya berseling. Daunnya memiliki bentuk lonjong dengan bagian
ujung runcing. Tangkai daun lebih panjang daripada daunnya. Warna
daun hijau muda hingga hijau tua.
b. Bunga
Kacang hijau memiliki bunga berbentuk seperti kupu-kupu dengan
warna kuning pucat atau kehijauan tersusun dalam tandan, keluar pada
cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Bunga kacang hijau
termasuk hemaprodit atau berkelamin sempurna. Proses penyerbukan
terjadi pada malam hari sehingga pada pagi hari bunga menjadi mekar
dan pada malam hari sudah layu.
c. Polong
Polong menyebar dan menggantung, memiliki bentuk silindris dengan
panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbentuk pendek. Saat muda

11
polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau coklat.
Setiap polong berisi antara 10-15 biji. Polong menjadi tua sampai 60-
120 hari setelah masa tanam.
d. Biji
Kacang hijau memiliki biji yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
kacang-kacang lainnya. Kebanyakan biji kacang hijau berwarna hijau
kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning,
coklat dan hitam. Bagian-bagian biji kacang hijau terdiri dari kulit,
keping biji, pusar biji (hilum), dan embrio yang terletak diantara keping
biji.
e. Batang
Kacang hijau memiliki batang tegak dengan ketinggian yang bervariasi
antara 30-60 cm. Pada bagian utama cabang menyamping, berbentuk
bulat dan berbulu. Batang dan cabang memiliki warna hijau dan coklat
muda.
f. Akar
Kacang hijau memiliki akar yang tersusun dari akar tunggang, akar
srabut, dan akar lateral. Perakaran pada kacang hijau dapat membentuk
bintil akar (nodule).
3. Syarat Agar Kacang Hijau Dapat Tumbuh Dengan Baik
Menurut Fitriani (2014 : 7-8) mengatakan bahwa kacang hijau dapat
tumbuh dengan baik dan dapat memberikan hasil panen yang melimpah
jika ditanam pada lingkungan yang cocok dengan hidupnya, lingkungan
yang baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu udara dan
media tanah yang digunakan.
a. Suhu Udara
Lingkungan tempat untuk menanam kacang hijau harus memiliki
suhu udara yang baik agar kacang hijau dapat tumbuh dengan subur. Suhu
udara yang cocok pada kacag hijau berkisar antara 25 – 27 0C. Akan tetapi,
kacang hijau juga masih bisa tumbuh dengan baik pada lingkungan yang
memiliki suhu udara hingga 35 0C.

12
b. Tanah
Tanah yang digunakan sebagai tempat media menanam kacang hijau
juga harus memiliki sifat fisik yang sesuai yaitu tanah gembur dengan
struktur tanah lempung berdebu dan memiliki kedalaman lapisan olah
yang lebih dari 50 cm. Sifat fisik tanah yang baik maka akan dengan
mudah mengikat air dan memiliki drainase yang baik.
4. Kandungan Gizi Kacang Hijau
Menurut Dinar (2014 : 42) mengatakan bahwa dalam 100 gr kacang
hijau memiliki nilai gizi sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Kandungan Gizi Kacang Hijau.
Nilai Gizi Kacang Hijau Kacang Hijau Tanpa
Berkulit Kulit
Kalori (kal) 345 -
Protein (gr) 22,5 22,5
Lemak (gr) 1,2 1,2
Karbohidrat (gr) 62,9 62,9
Kalsium (mg) 125 125
Fosfor (mg) 320 320
Besi (mg) 6,7 6,7
Vitamin A (IU) 157 157
Vitamin B (mg) 0,64 0,64
Vitamin C (mg) 6 6
Air 10 10
Mineral - -

5. Manfaat Kacang Hijau


Menurut Dinar (2014 : 42-43) mengatakan bahwa kacang hijau
memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita, antara lain yaitu :
a. Mengandung antioksidan yang dapat memperlambat proses penuaan
dini dan mencegah tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh.
b. Menjaga kesehatan jantung, karena kacang hijau memiliki kandungan
lemak yang rendah berkisar 73% asam lemak tak jenuh.
c. Kandungan lemak yang ada pada kacang hijau lebih rendah dan jauh
lebih baik, sehingga bagi orang yang menghindari konsumsi lemak
tinggi baik digunakan untuk diet.

13
d. Dapat digunakan sebagai bahan kecantikan karena dapat menghaluskan
kulit, menyembuhkan jerawat, menyuburkan rambut dan
menglangsingkan tubuh.
e. Kacang hijau memiliki kadar serat yang dapat mencegah terjadinya
sembelit (susah buang air besar), serta penyakit lainnya yang
berhubungan dengan sistem pencernaan.
f. Kadar zat besi (Fe) yang terkandung dalam kacang hijau sangat tinggi,
sehingga sangat baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak dalam masa
pertumbuhan dan ibu hamil.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Karya tulis ilmiah ini memenggunakan metode penelitian eksperimen,
yaitu penelitian yang dilakukan dengan metode sistematis untuk mengetahui
pengaruh pemberian sebuah treatment atau perlakuan terhadap subjek
penelitian, dengan kata lain penelitian eksperimen adalah suatu cara yang
digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat yang sengaja ditimbulkan
untuk diteliti (Suharsimi-Arikunto, 2010 : 3). Penelitian karya tulis ilmiah ini
dilakukan dengan cara melakukan eksperimen terhadap pembuatan tempe dari
kacang hijau.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian karya tulis ilmiah ini dilakukan di rumah peneliti. Rumah
peneliti berada di alamat Dusun Elosan, Rt 01 Rw 12 Desa Randuagung,
Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Waktu
penelitian dilakukan pada tanggal 8 sampai 10 Januari 2019.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan oleh peneliti pada karya tulis ilmaiah
ini, yaitu :
1. Alat
a. Timbangan
b. Baskom stailesteel
c. Sendok
d. Dandang / alat pengukus
e. Panci
f. Kompor
g. Tampah
h. Tirisan
i. Plastik
j. Lilin
k. Stopwatch

15
2. Bahan
a. Kacang hijau (Vigna radiata)
b. Ragi tempe (jamur Rhizopus sp)
c. Air sumur
D. Langkah – langkah Penelitian
Lankah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk
pembuatan tempe dari kacang hijau, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan dalam pembuatan tempe dari kacang
hijau, yaitu :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan
tempe dari kacang kedelai.
b. Melakukan penimbangan pada bahan yang akan digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua
proses, yaitu proses pemasakan dan proses peragian.
c. Proses pemasakan
9) Agar mendapatkan biji kacang hijau yang bagus maka perlu
dilakukan pernyortiran. Caranya dengan menempatkan biji kacang
hijau pada tampah, kemudian ditampi.
10) Cuci biji kacang hijau dengan menggunakan air yang bersih dan
mengalir.
11) Biji kacang hijau yang sudah bersih masukkan ke dalam panci yang
berisi air, kemudian rebus selama 30 menit atau sampai mendekati
setengah matang.
12) Biji kacang hijau yang sudah direbus, kemudian direndam selama
semalam hingga mengahsilkan kondisi yang asam.
13) Kemudian keesokan harinya kulit ari pada kacang hijau dikupas.
Caranya, masukkan Biji kacang hijau ke dalam air, kemudian
diremas-remas sambil dikuliti hingga didapatkan keping-keping
kacang hijau.

16
14) Keping kacang hijau dicuci sekali lagi, dengan cara yang sama
seperti mencuci beras yang hendak ditanak.
15) Kemudian masukkan keping kacang hijau ke dalam dandang
kemudian ditanak, mirip seperti menanak nasi.
16) Setelah matang, kemudian diangkat, lalu dihamparkan tipis-tipis di
atas tampah. Tunggu sampai dingin, airnya menetes habis, dan
keping kedelai mengering.
d. Proses fermentasi
6) Campurkan ragi pada kacang hijau yang telah matang sambil
diaduk hingga merata. Ukurannya, 1/4 kg kacang hijau
menggunakan sekitar 0,5 gr ragi.
7) Bungkus kacang hijau yang suda rata bercampur dengan ragi
dengan menggunakan plastik.
8) Peram bungkusan kacang hijau. Pemeraman dilakukan di atas meja.
9) Sesudah diperam semalaman, dilakukan penusukan dengan
menggunakan lidi. Tujuannya agar udara segar dapat masuk
kedalam bahan tempe.
10) Peram lagi semalaman, keesokan harinya tempe yang dibuat telah
jadi dan siap untuk dikonsumsi.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian karya tulis ilmiah ini dilakukan di rumah peneliti. Rumah
peneliti berada di alamat Dusun Elosan, Rt 01 Rw 12 Desa Randuagung,
Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Waktu
penelitian dilakukan pada tanggal 8 sampai 10 Januari 2019.
2. Gambaran Umum Proses Penelitian
Karya tulis ilmiah ini adalah penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen. Penelitian karya tulis ilmiah ini
dilakukan dengan cara membuat tempe dengan menggunakan bahan
kacang hijau.
B. Pembahasan
1. Tempe Kacang Hijau
Tempe merupakan makanan tradisional berasal dari Indonesia yang
melalui proses fermentasi. Proses fermentasi yang terjadi pada tempe
dilakukan dengan menggunakan ragi tempe. Melalui proses fermentasi
maka bahan yang digunakan dalam pembuatan tempe dapat mengalami
proses penguraian menjadi senyawa yang lebih sederhana daripada
sebelumnya sehingga dapat dicerna dengan mudah oleh tubuh kita. Bahan
pembuatan tempe dapat menggunakan biji-bijian maupun kacang-
kacangan seperti jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau.
Menurut Radiati dan Sumarto (2016) mengatakan bahwa beberapa
kacang-kacangan yang ada di Indonesia dapat berpotensi untuk
dikembangkan menjadi bahan baku tempe seperti kacang merah, kacang
tanah, kacang bogor dan kacang hijau. Proses pembuatan tempe dari bahan
baku kacang nonkedelai pada prinsipnya sama seperti pembuatan tempe
dengang menggunakan kedelai mulai dari pembersihan, pencucian,
perendaman, perebusan, penambahan ragi tempe, pengemasan hingga
proses fermentasi.

18
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan tempe dengan menggunakan
kacang hijau, dapat diketahui bahwa kacang hijau dapat digunakan sebagai
salah satu bahan dalam pembuatan tempe. Penelitian ini seperti yang
dilakukan oleh Maryam (2015) mengatakan bahwa kacang hijau sangat
bagus digunakan sebagai bahan pembuatan tempe karena mengandung
antioksidan yang tinggi. Adanya antioksidan yang tinggi pada kacang
hijau, maka tempe kacang hijau dapat digunakan sebagai pangan
fungsional, yaitu pangan yang apabila dimakan tidak hanya dapat
mengenyangkan saja yaitu juga bertindak sebagai antioksidan.
Menurut Maryam (2015) mengatakan bahwa antioksidan adalah zat
yang dapat menagkap radikal bebas atau spesi reaktif yang tanpa disadari
dapat terus menerus terjadi, baik akibat metabolisme secara normal
ataupun akibat respon terhadap pengaruh luar tubuh seperti polusi
lingkungan, paparan sinar ultraviolet maupun akibat lainnya. Semakin
besar komponen antioksidan maka akan semakin tinggi kemampuan
sebagai penangkal radikal bebas, sehingga radikal bebas yang ada dalam
tubuh akan semaki sedikit, karena telah dinetralkan oleh antioksidan yang
ada. Semakin banyak radikal bebas yang ada di dalam tubuh, maka
kesehatan tubuh akan semakin rendah dan pada akhirnya tubuh akan
menjadi sakit. Adanya radikla bebas dalm tubuh maka akan memicu
proses penumpukan atau pengendapan kolesterol dan komponen lainnya
dalam aliran darah manusia (Maryam, 2015).
2. Cara Pembuatan
Pembuatan tempe dengan menggunakan kacang hijau memiliki cara
yang sama seperti membuat tempe pada umumnya. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan bahwa terdapat dua tahapan dalam pembuatan
tempe menggunakan kacang hijau yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Tahap persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan tempe. Sedangkan pada
tahap pelaksanaan terdiri dari dua proses, yaitu proses pemasakan dan
proses fermentasi.

19
Proses pemasakan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu sebagai
berikut pertama melakukan penyortiran agar mendapatkan biji kacang
hijau yang bagus. Setelah mendapatkan biji kacang hijau yang bagus maka
biji kacang hijau dicuci dengan menggunakan air yang mengalir. Biji
kacang hijau yang sudah bersih masukkan ke dalam panci yang berisi air,
kemudian direbus selama 30 menit. Setelah direbus, kemudian direndam
selama semalam. Kemudian keesokan harinya kulit ari pada kacang hijau
dikupas untuk mendapatkan keping kacang hijau. Setelah mendapatkan
keping kacang hijau kemudian dicuci sekali lagi. kemudian masukkan
keping kacang hijau ke dalam dandang kemudian ditanak. Setelah matang,
kemudian diangkat, lalu dihamparkan tipis-tipis di atas tampah. Tunggu
sampai dingin, airnya menetes habis, dan keping kedelai mengering.
Setelah proses pemasakan selesai maka dilanjutkan dengan proses
fermentasi dengan cara menyampurkan ragi pada kacang hijau yang telah
matang sambil diaduk hingga merata. Kemudian bungkus kacang hijau
yang suda rata bercampur dengan ragi dengan menggunakan plastik. Lalu
peram bungkusan kacang hijau. Sesudah diperam semalaman, dilakukan
penusukan dengan menggunakan lidi. Kemudian peram lagi semalaman,
maka keesokan harinya tempe yang dibuat telah siap dikonsumsi.
Penelitian ini seperti yang dilakukan oleh Dinar (2014) mengatakan
bahwa terdapat beberapa langkah dalam pembuatan tempe dari bahan
kedelai yaitu mulai dari pemilihan bahan baku dengan kualitas yang
diinginkan, penimbangan bahan sesuai dengan ukuran yang ditentukan,
pencucian bahan agar terbebas dari kotoran serta menghilangkan lendir
yang dihasilkan bakteri asam laktat, perebusan, pengupasan kulit,
pengukusan, pendinginan, peragian, pembungkusan, pemeraman dan
pengemasan. Dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam
pembuatan tempe, maka akan menghasilkan tempe yang sangat baik.
Selain memperhatikan langkah-langkah dalam pembuatan tempe, kita juga
harus memperhatikan kebersihan yang ada baik kebersihan pekerja,
peralatan, lingkungan, dan bahan yang digunakan. Sehingga, tempe yang
dihasilkan akan menjadi layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

20
3. Kandungan Gizi
Menurut Dinar (2014 : 42) mengatakan bahwa dalam 100 gr kacang
hijau memiliki nilai gizi sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Kandungan Gizi Kacang Hijau.
Nilai Gizi Kacang Hijau Kacang Hijau Tanpa
Berkulit Kulit
Kalori (kal) 345 -
Protein (gr) 22,5 22,5
Lemak (gr) 1,2 1,2
Karbohidrat (gr) 62,9 62,9
Kalsium (mg) 125 125
Fosfor (mg) 320 320
Besi (mg) 6,7 6,7
Vitamin A (IU) 157 157
Vitamin B (mg) 0,64 0,64
Vitamin C (mg) 6 6
Air 10 10
Mineral - -

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa kacang hijau memiliki


berbagai macam kandungan gizi yang baik. Kandungan gizi yang ada pada
kacang hijau seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor,
besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C, air dan mineral. Dengan adanya
berbagai macam kandungan gizi pada kacang hijau, maka kacang hijau
memiliki berbagai manfaat kesehatan bagi tubuh.
Menurut Dinar (2014 : 42-43) mengatakan bahwa kacang hijau
memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita, antara lain yaitu mengandung
antioksidan yang dapat memperlambat proses penuaan dini dan mencegah
tumbuhnya sel kanker, menjaga kesehatan jantung, karena memiliki
kandungan lemak yang rendah berkisar 73% asam lemak tak jenuh, dapat
digunakan sebagai bahan kecantikan, kacang hijau memiliki kadar serat
yang dapat mencegah terjadinya sembelit (susah buang air besar) serta
penyakit lainnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan, kadar zat
besi (Fe) yang terkandung dalam kacang hijau sangat tinggi baik untuk
dikonsumsi oleh anak-anak dalam masa pertumbuhan dan ibu hamil.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan tentang
pembuatan tempe dengan menggunakan kacang hijau, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Kacang hijau dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe.
2. Alat yang digunakan untuk pembuatan tempe dari kacang hijau yaitu
timbangan, baskom stailesteel, sendok, dandang / alat pengukus, panci,
kompor, tampah, tirisan, plastik, lilin dan stopwatch. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu kacang hijau (Vigna Radiata) dan ragi tempe
(Rhizopus sp.).
3. Cara pembuatan tempe menggunakan kacang hijau terdapat dua tahapan
yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan yang
dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pembuatan tempe. Sedangkan pada tahap pelaksanaan terdiri dari dua
proses, yaitu proses pemasakan dan proses fermentasi.
4. Kandungan gizi yang ada pada kacang hijau seperti kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C, air dan
mineral.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat beberapa saran
yang diberikan, yaitu:
1. Agar peneliti selanjutnya mencari referensi yang paten tentang
perbandingan antara bahan baku dan ragi yang digunakan untuk
fermentasi.
2. Agar menjaga kebersihan saat melakukan pembuatan tempe, baik
kebersihan peralatan, lingkungan, maupun produk yang digunakan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astawan. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian, Cetakan 1.


Jakarta: Penebar Swadaya.
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tempe: Persembahan Indonesia Untuk
Dunia. Jakarta: BSN.
Dinar, F. 2014.Tehnik Pengolahan Kacang Hijau menjadi Tempe untuk
Meningkatkan Penghasilan Keluarga di Desa Tembung. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. 20. 40-44. Maret 2014.
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpkm/article/viewFile/4809/42
35. Diakses Tanggal 2 Januari 2019.
Fitriani, A. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Organik Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau. Skripsi Tidak Dipublikasikan
Universitas Bengkulu. http://repository.unib.ac.id/8595/2/I%2CII%2CIII
%2CI-14-ade-FK.pdf. Diakses Tanggal 2 Januari 2019.
Ketahanan Pangan. 2010. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan. Jakarta:
Ketahanan Pangan.
Maryam, S. 2015. Potensi Tempe Kacang Hijau (Vigna Radiata L) Hasil
Fermentasi Menggunakan Inokulum Tradisional Sebagai Pangan
Fungsional. Jurnal Sains dan Teknologi. 4. 635-641. Oktober 2015.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JST/article/download/6055/429
9. Diakses Tanggal 2 Januari 2019.
Purwono., & Hartono, S. 2005. Kacang Hijau Teknik Budidaya di Berbagai
Kondisi Lahan dan Musim. Jakarta: Penebar Swadaya.
Radiati, A., & Sumarto. 2016. Analisis Sifat Fisik, Sifat Organoleptik, dan
Kandungan Gizi pada Produk Tempe dari Kacang Non-Kedelai. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. 5. 16-22. Januari 2016.
http://jatp.ift.or.id/index.php/jatp/article/viewFile/32/11. Diakses Tanggal
2 Januari 2019.
Sarwono, B. 2010. Usaha Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Suharsimi-Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno, E. 2006. Studi Profil Industri Tempe Berdasarkan Tingkat Kesuksesan.
Skripsi Tidak Dipublikasikan Institut Pertanian Bogor.
https://anzdoc.com/studi-kandungan-isoflavon-pada-kacang-hijau-vigna-
radiata-l-14f3af0fec7c4c48177f51195fa4e4e652896.html. Diakses
Tanggal 2 Januari 2019.
Wijaya H. 2007. Pangan fungsional dan kontribusinya bagi kesehatan. seminar
online charisma ke 2.
Winarti S. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lampiran
Tabel Bimbingan KTI
No Hari/Tangal, bulan, tahun Hal yang Tanda Tangan
dilaksanakannya bimbingan dikonsultasikan Guru Pembimbing
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

NILAI :

Anda mungkin juga menyukai