Polisiklis PDF
Polisiklis PDF
SENYAWA POLISIKLIS
PENDAHULUAN
Senyawa polisiklis adalah senyawa yang tersusun dari dua atau lebih
sistem cincin. Terdapat banyak senyawa polisiklis yang telah diketahui, baik yang
diperoleh dari bahan alam, maupun yang merupakan hasil sintesis. Begitu pula
jenis senyawa polisiklis, ada yang aromatis, nonaromatis, homosiklis, heterosiklis,
cincin terpadu, maupun cincin terpisah. Senyawa-senyawa polisiklis telah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk hormon, vitamin, obat,
dan zat warna. Walaupun demikian sejumlah senyawa polisiklis, terutama
senyawa polisiklis aromatis yang berstruktur benzenoida, seperti benzopirena,
dilaporkan bersifat karsinogenik kuat. Senyawa-senyawa polisiklis aromatis ini
dipercaya yang merupakan penyebab kanker kulit pada orang-orang yang banyak
bekerja dengan tar batubara, atau penyebab kanker paru-paru pada para perokok.
merupakan senyawa
polisiklis yang tersusun dari dua cincin. Senyawa ini dalam kehidupan sehari-hari
lebih dikenal sebagai kapur barus atau kamper (Gambar 3.1). Naftalena sering
digunakan sebagai pewangi, antiseptik dan pengusir ngengat. Derivat naftalena
digunakan sebagai bahan aditif pada bahan bakar motor dan pelumas, seringkali
pula digunakan sebagai zat antara dalam pembuatan zat warna, plastik, dan
pelarut. Sebagian besar naftalena diproduksi dari tar batu bara, tetapi naftalena
juga dapat diperoleh dari minyak bumi. Naftalena dalam jumlah kelumit
ditemukan pula pada sejenis rayap, tampaknya digunakan sebagai penolak semut,
jamur beracun, dan cacing Naftalena tergolong senyawa polisiklis yang aromatis
karena menunjukkan ciri-ciri aromatis.
Pada modul ini diperkenalkan berbagai senyawa polisiklis. Untuk
memudahkan dalam mempelajari senyawa-senyawa polisiklis tersebut, dikenalkan
klasifikasi senyawa polisiklis. Tatanama senyawa polisiklis dipelajari baik untuk
senyawa polisiklis alifatis, maupun aromatis. Walaupun demikian, mengingat
begitu banyaknya senyawa polisiklis yang ada, pembahasan lebih difokuskan pada
senyawa polisiklis aromatis yang homosiklis, terutama pada pembahasan tentang
kereaktifannya (reaksi-reaksi). Hal ini dilakukan mengingat senyawa polisiklis
aromatis bersifat khusus, yang berbeda dengan senyawa berikatan rangkap biasa,
sedangkan senyawa-senyawa polisiklis nonaromatis bereaksi seperti senyawa
alifatis biasa. Senyawa-senyawa heterosiklis, khususnya yang aromatis, dibahas
dalam modul terpisah.
Dengan demikian, setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat
memahami struktur, klasifikasi, tatanama, dan reaksi-reaksi senyawa polisiklis
terutama yang aromatis. Secara lebih khusus setelah mempelajari modul ini Anda
diharapkan dapat :
1. menjelaskan pengertian senyawa polisiklis
2. memberikan contoh senyawa polisiklis
3. mengklasifikasikan senyawa polisiklis berdasarkan sifat kearomatisan,
jenis atom penyusun cincin, dan cara perpaduan cincin.
4. memberikan nama senyawa polisiklis aromatis dan nonaromatis
5. menjelaskan reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa polisiklis aromatis
6. menjelaskan reaksi adisi pada senyawa polisiklis aromatis
7. menjelaskan reaksi oksidasi pada senyawa polisiklis aromatis.
KEGIATAN BELAJAR 1
O
CH2-CH=C
CH2-C15H31
CH3
HO
estron
vitamin K1
OH
CH3
O
lawsona
OH
OH HO
H3C
OH
[7]sirkulena
CH3
p-Metil kaliks[4]arena
Gambar 3 2. Beberapa senyawa polisiklis
CH3
Berdasarkan
sifat
kearomatisannya,
senyawa
polisiklis
dapat
Senyawa
polisiklis
aromatis
adalah
senyawa
polisiklis
yang
naftalena
OH
OH
PhCH2CONH
S
N
CONH2
OH
OH
OH
CH3
CH3
COOH
penisilin G
tetrasiklin
beberapa contoh
berjembatan
antrasena
bisiklo[2.2.1]heptana
spiro
spiropentana
jembatan beranggota
bifenil
(1,4)(1,4)siklofena
jembatan
1 anggota
kepala jembatan
jembatan
2 anggota
jembatan 3 anggota
H2C
CH
bisiklo[1.1.0]butana
bisiklo[2.2.2]oktana
bisiklo[2.1.1]heksana
bisiklo[3.2.2]nonana
7
1
H3C
1
2
OH
bisiklo[2.2.1]hept-2-ena
5-metilbisiklo[2.2.2]oktan-2-ol
3
1
5
1
11
3
trisiklo[2.2.1.0
]heptana
2.6
trisiklo[4.2.2.1
2.8
]undekana
Cl
Cl
C2H5
7
6
8
2
3
5
10
naftalena
antrasena
6
5
1
2
9
7
10
4
8
9
1
10
5
3
fenantrena
pirena
Berikut ini beberapa contoh nama bila pada sistem cincin aromatis tersebut
terdapat substituen.
CH 3
CH 3
CH 2CH(CH 3)2
CH 3
CH=CH 2
CH 3
3-isobutil-1-metilnaftalena
9,10-dimetilantrasena
2-metil-9-vinilfenantrena
SO 3H
NO 2
Cl
nitro naftalena
asam m-kloronaftalensulfonat
(m = meta )
bibenzil
p-terfenil
m-terfenil
H
o
120
H
o
120
H
120o
H
H
H
Gambar 3.6 Struktur Naftalena
Ciri ketiga yang juga harus dipenuhi oleh senyawa aromatis adalah
terpenuhinya aturan Huckel. Struktur Kekule naftalena yang ditunjukkan pada
Gambar 3.6 menggambarkan terdapat 5 ikatan . Karena setiap ikatan tersusun
dari 2 elektron, maka jumlah elektron pada naftalena adalah 10. Hal tersebut
memenuhi aturan Huckel untuk n = 2, yaitu {(4 x 2) + 2} = 10. Ketiga ciri sifat
aromatis dapat ditunjukkan oleh naftalena, dengan demikian naftalena dapat
dipastikan merupakan senyawa polisiklis aromatis. Cobalah untuk menghitung
jumlah elektron pada
Molekul
Energi Resonansi
(kkal/mol)
36
61
84
92
karbon 1 dan 2 (1,36 ) lebih pendek dari panjang ikatan antara karbon 2 dan 3
(1,40 ) (Gambar 3.7).
1,36 A
1,42 A
1,40 A
1,39 A
rangkap lebih besar. Hal ini sejalan dengan fakta percobaan yang menunjukkan
reaksi-reaksi khas ikatan rangkap pada fenantrena selalu terjadi pada posisi karbon
9- karbon 10. Misalnya, reaksi adisi ikatan rangkap yang khas pada alkena terjadi
pada fenantrena di posisi 9-10 (Gambar 3.10), dan reaksi adisi ini tidak
berlangsung pada benzena. Cobalah untuk menjelaskan mengapa reaksi adisi
tidak terjadi pada benzena?
Br 2
Br
Br
Gambar 3.10 . Reaksi adisi brom pada fenantrena
3. Latihan
1. Berilah nama pada senyawa polisiklis berikut :
a.
NO 2
b.
Cl
c.
CH 3
H3C
CH 3
O
NO 2
substituen-substituen
mempuny ai nomor 1,4,7
substituen-substituen
mempuny ai nomor 2,5,8
Cl
5
Cl
3
1
salah
benar
mungkin dan gugus fungsi berprioritas lebih tinggi bernomor lebih kecil.
Sebagaimana telah diketahui gugus karbonil berprioritas tatanama lebih
tinggi dari ikatan rangkap, oleh karena itu sistem penomoran yang benar
adalah :
H3C
CH 3
H3C
CH 3
4
5
3
1
1
2
6
2
CH 3
O
penomoran benar
CH 3
O
penomoran salah
6. Rangkuman
Terdapat banyak senyawa polisiklis yang telah diketahui. Terdapat
senyawa polisiklis alami dan sintetis, terdapat senyawa polisiklis aromatis dan
non-aromatis (alisiklis), terdapat senyawa polisiklis homosiklis dan heterosiklis,
serta terdapat senyawa polisiklis cincin terpadu dan terpisah. Senyawa polisiklis
aromatis memiliki nama dan sistem penomoran khusus. Senyawa polisiklis
alisiklis dinamakan dengan menambahkan awalan yang menunjukkan jumlah
cincin pada senyawa tersebut, dan menyisipkan angka yang menunjukkan jumlah
anggota jembatan-jembatan. Struktur senyawa polisiklis aromatis distabilkan oleh
delokalisasi atau resonansi elektron . Resonansi dapat terjadi karena senyawa
polisiklis aromatis tersebut mempunyai struktur cincin yang datar dan mempunyai
ikatan rangkap terkonyugasi yang jumlahnya memenuhi aturan Huckel.
7 Tes Formatif 1
Petunjuk : pilihlah satu jawaban benar dari empat pilihan yang tersedia
untuk pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Berikut ini yang tidak termasuk senyawa polisiklis adalah .
a.
b.
c.
d.
N
a. terpadu ortho
b. terpadu berjembatan
c. terpadu spiro
d. terpisah dengan jembatan beranggota satu
b.
c.
d.
Cl
Cl
Cl
Cl
Cl
adalah .
a. 2,4,5,6,9-pentaklorobisiklo[3.3.1]nonana
b. 2,4,5,6,8-pentaklorobisiklo[3.3.1]nonana
c. 2,3,4,6,9-pentaklorobisiklo[3.3.1]nonana
d. 2,3,4,8,9-pentaklorobisiklo[3.3.1]nonana
5. Senyawa polisiklis
berikut, kecuali .
a.
c.
b.
d.
CH 3
CH 2CH 3
adalah .
b. 7-etil-8-metiltrisiklo[4.2.2.12,9]undekan-4-on
c. 9-etil-10-metiltrisiklo[4.2.2.15,7]undekan-3-on
d. 8-etil-7-metiltrisiklo[4.2.2.15,10]undekan-3-on
7. Struktur untuk 2-etil-1-metilfenantrena adalah .
a.
CH 3
b.
CH 2CH 3
CH 3
CH 2CH 3
CH 3
c.
d.
CH 3
CH 2CH 3
CH 2CH 3
NO 2
NO 2
dan
b.
NO 2
dan
c.
NO 2
NO 2
dan
NO 2
NO 2
d.
NO 2
dan
9. Senyawa berikut ini yang mempunyai jumlah elektron tidak sesuai aturan
Huckel adalah .
a.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
KEGIATAN BELAJAR 2
brominasi
naftalena
menghasilkan
1-bromonaftalena
atau
bromonaftalena. Hal serupa terjadi pula pada nitrasi naftalena yang menghasilkan
1-nitronaftalena, atau asetilasi naftalena yang menghasilkan 1-asetilnaftalena.
Sementara itu, reaksi sulfonasi naftalena dapat pula menghasilkan substitusi pada
posisi , asalkan reaksinya dilakukan pada temperatur rendah. Berbagai reaksi
substitusi elektrofilik yang dapat berlangsung pada naftalena ditunjukkan pada
Gambar 3.11.
Br
Br2, FeBr3
1-bromonaftalena
NO 2
HNO 3, H2SO4
1-nitronaftalena
SO3H
H2SO4 berasap
80oC
asam 1-naftalenasulfonat
O CCH3
CH3CCl, AlCl3
1-asetilnaftalena
H
+
E+
E
+
lambat
cepat
elektrof il
H+
H+
zat antara
+
+
E+
lambat
cepat
elektrof il
zat antara
H
E+
E
+
Akan tetapi, untuk mengubah naftalena menjadi zat antaranya dalam substitusi
elektrofilik, diperlukan energi yang lebih rendah, yaitu sebesar 25 kkal/mol.
Perhatikan bahwa nilai 25 kkal/mol merupakan selisih antara energi resonansi
naftalena (61 kkal/mol) dan benzena (36 kkal/mol) (Tabel 3.1). Hal ini dapat
terjadi karena pada naftalena energi tersebut hanya menghilangkan sebagian sifat
aromatisnya. Dengan demikian energi aktivasi yang menuju zat antara pada
naftalena lebih rendah dari benzena, oleh karena itu laju substitusi elekrofilik pada
naftalena lebih cepat dari benzena.
Kecenderungan naftalena untuk lebih tersubstitusi pada posisi dari posisi
, dapat difahami dari kestabilan zat antaranya. Cobalah untuk membandingkan
struktur-struktur resonansi zat antara bila substitusi berlangsung pada
posisi , dan posisi .
Struktur-struktur resonansi zat antara untuk substitusi :
H
+
+
+
keduany a masih mempertahankan struktur benzena,
sehingga merupakan peny umbang utama kestabilan zat antara
+
+
+
hany a terdapat satu y ang
mempertahankan struktur benzena
H
+
H
E
berlangsung pada posisi , hanya terdapat satu struktur resonansi yang bersifat
benzenoid. Dengan demikian, struktur zat antara substitusi lebih stabil dari
substitusi . Oleh karena itu, dapat dimengerti bila substitusi naftalena pada posisi
lebih disukai dari substitusi pada posisi . Hal ini berlaku pula pada reaksi
halogenasi dan nitrasi.
Hal menarik terjadi pada reaksi sulfonasi naftalena. Pada temperatur tinggi
(160oC), naftalena dapat disulfonasi pada posisi , sedangkan pada temperatur
rendah, naftalena tersulfonasi pada posisi .
SO3H
SO3H
80oC
91 %
+ SO3
9%
asam 2-naf talenasulf onat
SO3H
SO3H
160 oC
15 %
asam 1-naf talenasulf onat
85 %
asam 2-naf talenasulf onat
hal ini yang terjadi, maka dikatakan reaksi dikendalikan oleh faktor
termodinamika, yaitu faktor kestabilan produk yang diperoleh.
Dari sudut pandang kestabilan, asam 1-naftalensulfonat lebih stabil dari
asam 2-naftalensulfonat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari sudut pandang
energi. Berdasarkan perhitungan dan pengukuran, G lebih negatif dari G,
menunjukkan bahwa asam 2-naftalensulfonat lebih stabil dari asam 1-naftalensulfonat. Hal ini dapat dimengerti, karena pada asam 1-naftalensulfonat gugus
sulfonat yang berukuran besar berada pada posisi lebih sesak, dibandingkan
dengan pada posisi (Gambar 3.13).
asam 1-naftalensulfonat
asam 2-naftalenasulfonat
Dikatakan
bahwa
asam
2-naftalensulfonat
merupakan
produk
kendali
termodinamika.
G
G
G
G
SO3H
G
SO3H
Koordinat reaksi
Gambar.3.14. Diagram energi sulfonasi naftalena
Dari sudut pandang kerja sintesis, kondisi ini dapat menjadi keuntungan,
karena dapat memperoleh asam 1-naftalensulfonat, atau asam 2-naftalensulfonat
hanya dengan cara mengatur temperatur reaksi sesuai dengan yang diinginkan.
Kedua asam sulfonat aromatis itu sendiri sangat bermanfaat karena dapat diubah
menjadi fenol melalui reaksinya dengan basa (KOH) yang dilanjutkan dengan
penambahan asam (Gambar 3.15). Asam 1-naftalensulfonat dapat diubah menjadi
-naftol, sedangkan asam 2-naftalensulfonat menjadi -naftol, kedua senyawa
naftol tersebut sering digunakan sebagai bahan dalam pembuatan beberapa zat
warna penting.
OH
SO3H
(1) KOH
(2) H+
naftol
SO3H
OH
(1) KOH
(2) H+
-naftol
Gambar 3.15 . Sintesis -naftol dan -naftol dari asam naftalensulfonat
R
C
AlCl 3
CS 2
O
+
RCCl
C
AlCl 3
PhNO 2
OH
OH
OH
NO 2
HNO 3, H2SO 4
posisi ortho,
lebih sesak
posisi para,
tidak sesak
NO 2
banyak
sedikit
Produk substitusi para yang lebih banyak dari produk substitusi ortho,
dapat pula dijelaskan dari struktur-struktur resonansi zat antaranya (Gambar 3.16).
Substitusi pada posisi para melalui struktur zat antara dengan elektron-elektron
yang lebih terdelokalisasi dari substitusi pada posisi ortho. Hal tersebut ditandai
dengan jumlah struktur resonansi yang lebih banyak, yaitu enam untuk substitusi
para, sedangkan untuk substitusi pada posisi ortho hanya lima. Dengan demikian
substitusi pada posisi para akan lebih banyak terjadi, karena melalui struktur zat
antara yang lebih disukai (atau bernergi lebih rendah).
Struktur-stuktur resonansi zat antara substitusi para :
OH
OH
OH
+
+
+
H
NO 2
NO 2
OH
OH
NO 2
OH
+
+
+
H
NO 2
NO 2
NO 2
OH
NO 2
OH
NO 2
H
+
OH
+
OH
NO 2
H
NO 2
NO 2
H
Gambar 3.16. Struktur-struktur resonansi zat antara substitusi ortho atau para -naftol
OH
OH
NO 2
HNO3, H2SO4
NO 2
martius yellow
Hal menarik terjadi bila gugus hidroksil terdapat pada posisi 2 (),
serangan elektrofil pada cincin naftalena sebagian besar berlangsung pada posisi
1, sehingga dihasilkan 1-bromo-2-hidroksinaftalena dalam persentase paling
besar. Substitusi pada posisi 6 dan 3 juga berlangsung sehingga masing-masing
menghasilkan
6-bromo-2-hidroksinaftalena
dan
3-bromo-2-hidroksinaftalena
OH
Br 2, FeBr 3
OH
OH
Br
paling banyak
Br
sedikit
sangat sedikit
NO2 H NO2
NO2 H NO2
NO2 H NO2
NO2 H NO2
NO2 H NO2
NO2 H NO2
+
NO 2
NO 2
NO 2
+
+
H
+
NO 2
tolak menolak
muatan positif
+
N
NO 2
NO 2
NO 2
O
NO 2
NO 2
+
H
NO 2
NO 2
NO 2
SO3H
SO3H
Br2, FeBr3
Br
asam 5-bromonaf talensulf onat
sedikit
banyak
berlangsung pada posisi 8, terdapat satu struktur zat antara yang mempunyai
muatan positif pada posisi 2, persis bersebelahan dengan gugus penarik elektron
SO3H (Gambar 3.22). Sebagai gugus penarik elektron, keberadaan muatan positif
di C yang mengikatnya tentu tidak disukai.
Br
+
SO3H
Gambar 3.22. Salah satu struktur resonansi zat antara brominasi asam 2-naftalensulfonat.
berlangsung pada posisi 8, sedangkan bila gugus penarik elektron tersebut terikat
pada posisi 2, maka substitusi sebagian besar berlangsung pada posisi 5.
Untuk mengingat kembali gugus-gugus yang bersifat sebagai gugus
penarik elektron, dan gugus-gugus yang bersifat sebagai pendorong elektron maka
daftar gugus tersebut ditampilkan pada Gambar 3.23..
Gugus pendeaktivasi
Gugus pengaktivasi
Jenis
O-
NH2,
NHCOR, Ph,
F,
CO2R,
NO2,
NH3,
Cl,
CO2H,
SO3H,
NR3+
NR2,
Br,
CHO,
OH,
COR,
NHR, OCOR,
gugus
OR
CN
o, p o , p
Jenis
pengarah
substitusi
o,p
o,p
o,p
3
5
10
+ E+
10
4
5
E+
7
6
Na, etanol
Na, etanol
O
O
O
O
maleat anhidrida
khusus, yaitu karbon di dekat cincin benzena bersifat karbon benzilik. Kation
benzilik, anion benzilik, dan radikal bebas benzilik semuanya terstabilkan secara
resonansi dengan cincin benzena. Akibatnya posisi benzilik merupakan letak
kereaktivan dalam berbagai reaksi, termasuk oksidasi. Semua alkilbenzena,
apapun jenis alkilnya, dapat dioksidasi pada posisi benzilik menghasilkan gugus
karboksil. Hal tersebut terjadi pula pada senyawa polisiklis aromatis. Seperti
naftalena dapat dioksidasi menjadi asam o-ftalat yang kemudian langsung berubah
menjadi anhidrida asam ftalat (Gambar 3.25).
O
V2O5
COH
-H2O
udara
kalor
COH
O
O
O
asam o-ftalat
NO 2
CrO 3
CH 3CH 2OH
NO 2
HOC
HOC
1-nitronaf talena
O
asam 3-nitro-1,2-f talat
NH 2
CrO 3
CH 3CH 2OH
COH
COH
1-naf tilamina
O
asam o-ftalat
O
OH
naf tol
CrO 3
CH 3CH 2OH
COH
COH
O
asam o-ftalat
O
CrO 3
H2SO4
O
1,4-naftakuinon
O
CrO 3
H2SO 4
O
9,10-antrakuinon
CrO 3
H2SO 4
O
O
9,10-fenantrakuinon
Pengendalian kondisi reaksi hingga tercapai kondisi yang lunak, juga dapat
mengoksidasi gugus hidroksi yang terikat pada senyawa polisiklis aromatis
menjadi gugus karbonil, sehingga dihasilkan suatu kuinon (Gambar 3.28).
OH
O
OH
[O]
kondisi lunak
OH
O
[O]
kondisi lunak
OH
OH
[O]
kondisi lunak
HO
4 Latihan
1. Ramalkan produk organik utama dari brominasi senyawa berikut:
OCH3
a.
b.
O
d.
c.
CH2CH3
CCH3
O
COCH3
OCH3
Br
b.
Gugus etil adalah suatu gugus pengaktivasi cincin dan pengarah orthopara, oleh karena itu bagian cincin yang lebih aktif terhadap brominasi
adalah bagian cincin yang mengikat gugus etil. Terdapat dua posisi ortho
yang memungkinkan untuk terjadinya substitusi, tetapi tidak terdapat
posisi para yang memungkinkan untuk disubstitusi. Di antara dua posisi
ortho tersebut, posisi 1 lebih disukai karena mempunyai struktur zat antara
yang lebih stabil. Dengan demikian, substitusi akan berlangsung terutama
pada posisi 1, dan produknya adalah 1-bromo-2-etilnaftalena atau
Br
CH2CH3
.
c. Gugus asetil (-COCH3) adalah gugus yang bersifat mendeaktivasi cincin,
oleh karena itu cincin yang lebih aktif terhadap substitusi elektrofilik
adalah bagian cincin yang tidak mengikat gugus asetil. Karena gugus asetil
terletak pada posisi 2, maka posisi paling disukai untuk terjadinya
brominasi adalah posisi 8. Hal tersebut disebabkan struktur zat antara yang
menghasilkan substitusi pada posisi 8 paling stabil. Dengan demikian
produk organik utamanya adalah 8-bromo-2-metilkarbonilnaftalena, atau
O
CCH3
Br
Br
.
2. Gugus-gugus yang terikat pada senyawa tersebut berbeda dalam hal jenis
sifatnya sebagai pengaktif atau pendeaktif cincin. Gugus OCOCH3 bersifat
sebagai pengaktivasi cincin, sedangkan gugus COOCH3 bersifat sebaliknya
sebagai pendeaktivasi cincin. Gugus pengaktivasi mengaktifkan bagian cincin
yang mengikatnya, sehingga reaksi berlangsung pada cincin tersebut. Hal ini
berbeda dengan gugus pendeaktivasi yang mendeaktifkan cincin yang
mengikatnya, sehingga cincin yang lebih aktif bereaksi adalah cincin di
sebelahnya. Walaupun oksidasi keduanya sama-sama menghasilkan gugus
karboksil pada posisi karbon benzilik, tetapi letak karbon benzilik tersebut
berbeda. Produk oksidasi keduanya adalah
O
O
OCCH3
COH
[O]
COH
O
O
O
O
COCH3
[O]
HOC
HOC
O
COCH3
6 Rangkuman
Reaksi substitusi elektrofilik, adisi, dan oksidasi pada senyawa aromatis
polisiklis lebih mudah berlangsung daripada benzena. Reaktivitas yang lebih besar
tersebut disebabkan oleh senyawa polisiklis aromatis dapat bereaksi hanya pada
salah satu cincin, sehingga masih mempunyai setidaknya satu cincin benzena yang
masih utuh, baik dalam struktur zat antara maupun produknya. Substitusi
elektrofilik pada naftalena umumnya berlangsung pada posisi 1 (). Walaupun
demikian substitusi pada posisi 2 () dapat berlangsung pada kondisi tertentu.
Jenis substitusi elektrofilik yang dapat berlangsung adalah halogenasi, nitrasi,
asilasi, dan sulfonasi. Posisi substitusi kedua pada naftalena tergantung pada jenis
dan posisi substituen pertama. Bila naftalena telah mengikat suatu gugus
pendorong elektron pada posisi 1, maka sebagian besar substitusi berlangsung
pada posisi 8, tetapi bila gugus tersebut berada pada posisi 2, maka sebagian besar
substitusi berlangsung pada posisi 1. Pada kondisi naftalena telah mengikat suatu
gugus penarik elektron pada posisi 1, maka substitusi berlangsung pada posisi 8,
sedangkan bila gugus tersebut terikat pada posisi 2, maka substitusi sebagian besar
berlangsung pada posisi 5.
Reaksi adisi pada senyawa polisiklis aromatis paling banyak berlangsung
pada posisi dengan karakter ikatan rangkap paling kuat. Adisi pada naftalena
berlangsung pada posisi , , sedangkan pada antrasena dan fenantrena
berlangsung pada posisi 9,10. Reaksi oksidasi pada umumnya berlangsung hingga
mencapai tingkat oksidasi maksimum, yaitu menjadi gugus karboksil (COOH)
yang terjadi pada posisi karbon benzilik. Walaupun demikian, reaksi oksidasi
dapat dikendalikan hingga dihasilkan gugus karbonil (C=O).
7. Tes Formatif 2
c.
NO 2
NO 2
b.
NO 2 NO 2
NH 2
d.
CH 2CH 2CH 3
a.
CCH 3
b.
O
CCH 3
O
O
CCH 3
c.
d.
CH 2CH 2CH 3
3. Rute reaksi manakah yang dapat digunakan untuk memperoleh asam 5nitro-2-naftalensulfonat dari naftalena ?
a. Naftalena dinitrasi, kemudian disulfonasi pada suhu tinggi
b. Naftalena dinitrasi, kemudian disulfonasi pada suhu rendah.
c. Naftalena disulfonasi pada suhu rendah, kemudian dinitrasi.
d. Naftalena disulfonasi pada suhu tinggi, kemudian dinitrasi.
4. Diantara
senyawa-senyawa
berikut
yang
bila
dioksidasi
COOH
COOH , adalah .
tidak
OCH 3
b.
a.
HC
OH
NHCCH 3
c.
d.
OH
b.
c.
d.
[H]
[H]
[H]
[H]
OH
OH
a.
b.
OH
c.
d.
OH
HO
8. Berikut ini adalah diagram energi sulfonasi naftalena. Struktur yang tepat
untuk A dan B adalah .
pada 160oC reaksi lebih banyak yang mengikuti jalur ini
A
G
SO3H
G
SO3H
Koordinat reaksi
SO 3H
a.
b.
c.
+
A=
+
A=
A=
B=
SO 3H
SO 3H
H
SO 3H
B=
B=
SO 3H
SO 3H
d.
A=
SO 3H
B=
SO 3H
a.
V2O5
kalor
OH
OH
NO 2
b.
HNO3, H2SO4
Br
c.
Br 2
d.
H2
T dan P tinggi
Br
O
OCCH3
dari
Daftar Pustaka
Allinger, N.L., Cava, M.P., De Jongh, D.C., Johnson, C.R., Lebel, N.A., Stevens,
C.L., 1986, Organic Chemistry, New York: Worth Publisher Inc.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., Alih bahasa Pudjaatmaka, A.H.,.1982.,Kimia
Organik, Jilid 2, Jakarta: Erlangga
Solomons, T.W.G., 1990, Fundamentals of organis Chemistry, 3rd ed., New York
: john Wiley & Sons