Anda di halaman 1dari 11

Emergency Medicine

Resusitasi pada bayi baru lahir

Muhamad Azuan Bin Ayob


102010383
Kelompok F8
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta 2013
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
nauza_angel@yahoo.com

Skenario
Seorang dokter dipanggil segera ke ruang bersalin karena ada bayi baru lahir dengan terkulai
lemah, biru, dan tidak ada perbaikan setelah dilakukan stimulasi dan pemberian suplementasi
oksigen. Menurut bidan yang melakukan resusitasi awal, bayi tersebut lahir spontan dari
seorang ibu gravida 1 berusia 25 tahun yang datang dalam keadaan in partu fase aktif dengan
pembukaan lengkap. Cairan ketuban jernih. Selama hamil, ibu tersebut memeriksakan diri ke
bidan desa tanpa komplikasi. Berdasarkan haid terakhir ibu, bayi tersebut berusia 35-36
minggu. Berat lahir 2400 gram, panjang badan 48 cm.

Pendahuluan
Asfiksia adalah satu keadaan di mana sistem pernafasan terhenti disebabkan oleh kekurangan
oksigen di dalam darah dan tisu-tisu badan tidak dapat menerima bekalan oksigen yang
mencukupi. Asfiksia menyebabkan sekitar 19% dari 5 juta kematian neonates setiap tahun di
seluruh dunia, menurut WHO. Asfiksia merupakan

Bayi yang baru lahir biasanya tidak memerlukan bantuan penapasan. Hanya sebanyak 10 %
saja yang memerlukan bantuan untuk memulaikan pernapasan dan sebanyak 1% yang
membutuhkan bantuan lengkap dalam pernapasan seperti penanganan resusitasi.

Pembahasan
Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang yang
gagal bernafas secara spontan.
Sebuah sistem yang menjelaskan status klinis neonatus diperlukan untuk mengavaluasi hasil
akhir persalinan dan untuk mendokumentasikan respon terhadap resusitasi. Untuk
menentukan kebutuhan bayi terhadap resusitasi, tiga tanda skor APGAR sangat penting
pernafasan, warna dan denyut jantung. Semua neonatus harus diobservasi secara ketat selama
jam pertama kehidupan.1-2
Skor APGAR memberi status kesehatan bayi baru lahir dan merupakan garis panduan bagi
pelaksanaan intervensi terhadap bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi. 1-2
Skor APGAR ditetapkan dengan mengevaluasi bayi baru lahir berdasarkan lima kriteria
dengan skala 0-2, lalu menjumlahkan kelima kriteria tersebut. Skor Apgar keseluruhan
berkisar antara 0 sampai 10. Kelima kriteria tersebut (Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) digunakan agar lebih mudah diingat. Skor diberikan untuk setiap tanda-tanda
pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir. Jika ada masalah dengan bayi, maka skor tambahan
dibuat setelah 10 menit.1-2

Signifikasi Jumlah Skor APGAR


Jika skor dapat pada 7-10 berarti tidak memerlukan resusitasi. Namun jika terdapat skor
antara 3-6, diduga mengalami depress pernpasan yang sedeharan dan memerlukan resusitasi
dan pemerhatian yang rapi dan teliti. Kemudian jika skor diantara 0-2 itu menandakan bayi
mengalami depresi yang parah dan memerlukan resusitasi yang intensif. 1-2

Faktor resiko
Terdapat beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan kepada asfiksia kepada bayi
sehinggakan membutuhkan tindakan resusitasi adalah seperti berikut: 3-5
Faktor antepartum:
Diabetes Maternal
Hipertensi dlm kehamilan
Hipertensi kronik
Anemia / isoimunisasi
Riw kematian janin / neonatus
Hidrops fetalis
Kehamilan lewat waktu
Kehamilan ganda
Berat janin tidak sesuai masa
Perdarahan trimester 2 dan 3
Infeksi maternal
Ibu dng peny jantung, ginjal, paru,
tiroid, atau kel nerologi
Polihidramnion
Oligohidramnion
Ketuban Pecah Dini
kehamilan
Terapi obat spt mg-karbonat; _blocker
Ibu pengguna obat bius
Malformasi janin & anomali
Berkurangnya gerakan janin

Usia <16 atau >35 tahun


Faktor intrapartum: 3-5
SC darurat
Kelahiran dng Ekstraksi Vakum
Letak sungsang / presentasi
abnormal
Kelahiran kurang bulan
Persalinan presipitatus
Bradikardia janin persisten
FJJ tdk beraturan
Penggunaan anestesi umum
Hiperstimulasi uterus
Penggunaan obat narkotik dlm _ 4
jam sebelum persalinan
Korioamnionitis
Ketuban pecah lama (>18 jam)
Partus lama (>24 jam)
Kala 2 lama
Makrosomia
Air ketuban hijau kental bercampur
mekonium
Prolaps tali pusat
Solusio plasenta
Plasenta previa
Perdarahan intrapartum

Tindakan resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya.

Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.
Tindakan resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal sebagai ABC Resusitasi yaitu: 1,2,6
A: Airway, mempertahankan saluran nafas terbuka meliputi kegiatan meletakan bayi dengan
posisi sedikit ekstensi, menghisap mulut dan hidung bayi .
B: Breathing, memberikan pernafasan buatan meliputi kegiatan melakukan rangsang taktil
untuk memulai pernafasan, melakukan ventilasi tekanan positif dengan sungkup dan balon.
C:

Circulation,

mempertahankan

sirkulasi

(peredaran)

darah

meliputi

kegiatan

mempertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada.

Tujuan Resusitasi
1.

Memberikan ventilasi yang adekuat

2.

Membatasi kerusakan serebi

3.

Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada

otak, jantung dan alat alat vital lainnya


4.

Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri

Menentukan apakah bayi memerlukan resusitasi: 1,2,6


1. Apakah bayi lahir cukup bulan?
Prematur lebih memerlukan upaya resusitasi
2. Apakah cairan amnion bersih dari mekonium?
Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan setelah lahir
ternyata bayi tidak bugar perlu penghisapan mekonium dari trakea sebelum
melakukan langkah lain
3. Apakah bayi bernapas/menangis?
Perhatikan dada bayi, Tidak ada usaha napas maka perlu intervensi, Megap-megap
juga merupakan tanda untuk perlu intervensi

4. Apakah tonus otot baik?


Tonus otot baik : fleksi & bergerak aktif
Jika jawaban kepada soalan-soalan tadi adalah ya, maka hanya diteruskan dengan
pemeriksaan rutin: 1,2,6

Berikan kehangatan

Bersihkan jalan napas

Keringkan

Nilai warna

Namun jika tidak maka diteruskan dengan langkah awal resusitasi yakni: 1,2,6
1. Jaga bayi tetap hangat.
Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat resusitasi.
2. Posisikan kepala setengah ekstensi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar kepala sedikit
ekstensi. Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu garis lurus.
3. Bersihkan jalan napas
Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
a. Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
b. Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
4. Keringkan dan Rangsang taktil.
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:

1) Menepuk atau menyentil telapak kaki.


2) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan
Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan
dapat membahayakan bayi.
5. Reposisi.
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan).
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar
pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
c. Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).

Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur. Setelah itu lakukan
penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
Lakukan evaluasi meliputi: 1,2,6
1. Pernafasan :
Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas
tersengal sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan misalnya apneu.
Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 50 x / menit dan menangis,
kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Frekuensi Jantung:
Frekuensi denyut jantung(FJ) harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah
dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai
keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung
selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi denjut jantung selama 1 menit)

Hasil penilaian : 1,2,6


Apabila frekeunsi. > 100 x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit
Apabila frekuensi < 100 x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Tanda VTP efektif
Ada peningkatan frekuensi jantung dengen cepat, perbaikan tonus otot dan warna kulit,
terdengar suara napas da nada gerakan dada.
3. Warna Kulit : 1,2,6
Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika
masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis perifer, oksigen
tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain
karena suhu ruang bersalin yang dingin.
Secara klinis keadaan apneu primer atau apneu sekunder sulit dibedakan. Hal ini berarti
bahwa dalam menghadapi bayi dengan kondisi apneu, harus dianggap bahwa bayi mengalami
apneu sekunder dan harus segera dilakukan resusitasi.

Apabila setelah dilakukan VTP, FJ masih < 60x/menit VTP dan kompresi dada
Kompresi Dada

Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan
kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan
menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari
telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum. 6

Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman
penekanan lebih baik.

Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman 1,5 cm dan
dengan frekuensi 90x/menit. 6

Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga didapatkan 30x


ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi yang
dianjurkan adalah 3 : 1. 6

Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon,
kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena itu
adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan. 6

Tanda kompresis dada dihentikan


Apabila: 6

FJ >60x/menit, kompresis dapat dihentikan tetapi VTP dilanjutkan dengan kecepatan


40-60x/menit

FJ >100x/menit dan mulai bernapas spontan, VTP dihentikan secara perlahan dan
lakukan rawatan pasca resusitasi

Namun bila masih menetap FJ < 60x/menit, berikan Epinephrine 0.01 mg/kg of 1:10,000
untuk memicu jantung.

Perawatan pasca resusitasi6

Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila
ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.

Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan
pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang
dibutuhkan.

Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode
Kangguru).

Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru
lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut
pada bayi.

Rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi: 6

Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit
Adanya retraksi (tarikan) interkostal

Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas inspirasi)

Tubuh bayi pucat atau kebiruan

Bayi lemas

Kesimpulan
Bayi di dalam kasus ini di mana bayi baru lahir preterm dengan berat badan rendah, terkulai
lemah, biru dan tidak ada perbaikan setelah diberikan suplementasi oksigen perlukan
tindakan Ventilasi Tekanan Positif.
Daftar Pustaka
1. Kliegman. R.M., Behrman. R.E., Jenson. H.B., & Stanton. B.F. Kliegman: nelson
textbook of pediatrics. 18h edition. Philadelphia; Saunders; 2007.
2. Macdante. K.J., Kliegman. R.M., Jenson. H.B., & Behrman. R.E. Nelson essentials of
pediatrics. 6th edition. Saunders Elsevier
3. Pernoll. M.L. Benson & Pernoll's handbook of obstetrics & gynecology. 10TH
edition. McGraw-Hill Companies: 2011
4. Berek. J.S. Berek & Novak's gynecology. 14th Edition. Lippincott Williams &
Wilkins: 2007.

5. Cunningham. F.G., Leveno. K.J., Bloom. S.L., John. C.H., Rouse. D.J. & Spong. C.Y.
WIlliams obstetrics. 23rd Edition. McGraw-Hill COmpanies: 2010
6. Diunduh di http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/pocket%20book%20high
%20res_0.pdf pada 8 November 2013

Anda mungkin juga menyukai