Skenario
Seorang dokter dipanggil segera ke ruang bersalin karena ada bayi baru lahir dengan terkulai
lemah, biru, dan tidak ada perbaikan setelah dilakukan stimulasi dan pemberian suplementasi
oksigen. Menurut bidan yang melakukan resusitasi awal, bayi tersebut lahir spontan dari
seorang ibu gravida 1 berusia 25 tahun yang datang dalam keadaan in partu fase aktif dengan
pembukaan lengkap. Cairan ketuban jernih. Selama hamil, ibu tersebut memeriksakan diri ke
bidan desa tanpa komplikasi. Berdasarkan haid terakhir ibu, bayi tersebut berusia 35-36
minggu. Berat lahir 2400 gram, panjang badan 48 cm.
Pendahuluan
Asfiksia adalah satu keadaan di mana sistem pernafasan terhenti disebabkan oleh kekurangan
oksigen di dalam darah dan tisu-tisu badan tidak dapat menerima bekalan oksigen yang
mencukupi. Asfiksia menyebabkan sekitar 19% dari 5 juta kematian neonates setiap tahun di
seluruh dunia, menurut WHO. Asfiksia merupakan
Bayi yang baru lahir biasanya tidak memerlukan bantuan penapasan. Hanya sebanyak 10 %
saja yang memerlukan bantuan untuk memulaikan pernapasan dan sebanyak 1% yang
membutuhkan bantuan lengkap dalam pernapasan seperti penanganan resusitasi.
Pembahasan
Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang yang
gagal bernafas secara spontan.
Sebuah sistem yang menjelaskan status klinis neonatus diperlukan untuk mengavaluasi hasil
akhir persalinan dan untuk mendokumentasikan respon terhadap resusitasi. Untuk
menentukan kebutuhan bayi terhadap resusitasi, tiga tanda skor APGAR sangat penting
pernafasan, warna dan denyut jantung. Semua neonatus harus diobservasi secara ketat selama
jam pertama kehidupan.1-2
Skor APGAR memberi status kesehatan bayi baru lahir dan merupakan garis panduan bagi
pelaksanaan intervensi terhadap bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi. 1-2
Skor APGAR ditetapkan dengan mengevaluasi bayi baru lahir berdasarkan lima kriteria
dengan skala 0-2, lalu menjumlahkan kelima kriteria tersebut. Skor Apgar keseluruhan
berkisar antara 0 sampai 10. Kelima kriteria tersebut (Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) digunakan agar lebih mudah diingat. Skor diberikan untuk setiap tanda-tanda
pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir. Jika ada masalah dengan bayi, maka skor tambahan
dibuat setelah 10 menit.1-2
Faktor resiko
Terdapat beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan kepada asfiksia kepada bayi
sehinggakan membutuhkan tindakan resusitasi adalah seperti berikut: 3-5
Faktor antepartum:
Diabetes Maternal
Hipertensi dlm kehamilan
Hipertensi kronik
Anemia / isoimunisasi
Riw kematian janin / neonatus
Hidrops fetalis
Kehamilan lewat waktu
Kehamilan ganda
Berat janin tidak sesuai masa
Perdarahan trimester 2 dan 3
Infeksi maternal
Ibu dng peny jantung, ginjal, paru,
tiroid, atau kel nerologi
Polihidramnion
Oligohidramnion
Ketuban Pecah Dini
kehamilan
Terapi obat spt mg-karbonat; _blocker
Ibu pengguna obat bius
Malformasi janin & anomali
Berkurangnya gerakan janin
Tindakan resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya.
Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.
Tindakan resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal sebagai ABC Resusitasi yaitu: 1,2,6
A: Airway, mempertahankan saluran nafas terbuka meliputi kegiatan meletakan bayi dengan
posisi sedikit ekstensi, menghisap mulut dan hidung bayi .
B: Breathing, memberikan pernafasan buatan meliputi kegiatan melakukan rangsang taktil
untuk memulai pernafasan, melakukan ventilasi tekanan positif dengan sungkup dan balon.
C:
Circulation,
mempertahankan
sirkulasi
(peredaran)
darah
meliputi
kegiatan
Tujuan Resusitasi
1.
2.
3.
Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
Berikan kehangatan
Keringkan
Nilai warna
Namun jika tidak maka diteruskan dengan langkah awal resusitasi yakni: 1,2,6
1. Jaga bayi tetap hangat.
Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat resusitasi.
2. Posisikan kepala setengah ekstensi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar kepala sedikit
ekstensi. Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu garis lurus.
3. Bersihkan jalan napas
Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
a. Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
b. Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
4. Keringkan dan Rangsang taktil.
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur. Setelah itu lakukan
penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
Lakukan evaluasi meliputi: 1,2,6
1. Pernafasan :
Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas
tersengal sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan misalnya apneu.
Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 50 x / menit dan menangis,
kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Frekuensi Jantung:
Frekuensi denyut jantung(FJ) harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah
dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai
keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung
selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi denjut jantung selama 1 menit)
Apabila setelah dilakukan VTP, FJ masih < 60x/menit VTP dan kompresi dada
Kompresi Dada
Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan
kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan
menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari
telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum. 6
Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman
penekanan lebih baik.
Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman 1,5 cm dan
dengan frekuensi 90x/menit. 6
Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon,
kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena itu
adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan. 6
FJ >100x/menit dan mulai bernapas spontan, VTP dihentikan secara perlahan dan
lakukan rawatan pasca resusitasi
Namun bila masih menetap FJ < 60x/menit, berikan Epinephrine 0.01 mg/kg of 1:10,000
untuk memicu jantung.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila
ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan
pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang
dibutuhkan.
Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode
Kangguru).
Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru
lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut
pada bayi.
Rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi: 6
Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit
Adanya retraksi (tarikan) interkostal
Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas inspirasi)
Bayi lemas
Kesimpulan
Bayi di dalam kasus ini di mana bayi baru lahir preterm dengan berat badan rendah, terkulai
lemah, biru dan tidak ada perbaikan setelah diberikan suplementasi oksigen perlukan
tindakan Ventilasi Tekanan Positif.
Daftar Pustaka
1. Kliegman. R.M., Behrman. R.E., Jenson. H.B., & Stanton. B.F. Kliegman: nelson
textbook of pediatrics. 18h edition. Philadelphia; Saunders; 2007.
2. Macdante. K.J., Kliegman. R.M., Jenson. H.B., & Behrman. R.E. Nelson essentials of
pediatrics. 6th edition. Saunders Elsevier
3. Pernoll. M.L. Benson & Pernoll's handbook of obstetrics & gynecology. 10TH
edition. McGraw-Hill Companies: 2011
4. Berek. J.S. Berek & Novak's gynecology. 14th Edition. Lippincott Williams &
Wilkins: 2007.
5. Cunningham. F.G., Leveno. K.J., Bloom. S.L., John. C.H., Rouse. D.J. & Spong. C.Y.
WIlliams obstetrics. 23rd Edition. McGraw-Hill COmpanies: 2010
6. Diunduh di http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/pocket%20book%20high
%20res_0.pdf pada 8 November 2013