Latar belakang1
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara penyakit
menular seksual. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan
oleh Nesseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicilinase
Producing Nesseria gonorrhoeae (P.P.N.G). Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk
Indonesia. Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
penunjang yang terdiri atas lima tahapan.
Hipotesis
Laki-laki, 27 tahun dengan keluhan kencing nanah yang terasa nyeri disertai demam
subfebril, menderita penyakit gonorea.
Fokus penelitian
Gonorrhea Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, Diagnosis (working
diagnosis dan differential diagnosis), Etiologi, Epidemiologi, Patofisiologi, Penatalaksanaan
(Medika mentosa dan Non medika mentosa), Komplikasi, serta Prognosis.
1|P a g e
Skenario kelompok
Seorang laki-laki usia 27 tahun, buruh migran, datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan
keluhan kencing nanah yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu. Nanah terutama banyak saat
bangun tidur dan menodai celana dalam. Kelainan disertai dengan demam subfebril. Pasien
mengaku 1 minggu yang lalu sempat berhubungan dengan pekerja sek komersial tanpa
menggunakan kondom. Pasien belum mengobati keluhan tersebut.
Istilah yang tidak diketahui
Demam subfebril demam subfebril adalah demam yang suhunya tidak tinggi, yaitu sekitar
38 C.
2|P a g e
Pembahasan
2.1 Anamnesis
Pada anamnesis terdapat koitus suspek. Pada skenario ini, pasien mengaku satu
minggu yang lalu sempat berhubungan dengan pekerja sek komersial tanpa
menggunakan kondom.
Masa inkubasi kebanyakan 1-7 hari. Ditanyakan sejak bila timbulnya gejala atau rasa
nyeri.
Pada uretritis : ditanyakan pada pasien jika ada mengalami sebarang rasa gatal atau
nyeri pada ujung kemaluan, BAK sakit atau pedih, keluar cairan dari kemaluan
terutama pagi makin lama makin banyak. Selain itu ditanyakan juga jika si pasien
2.2 Pemeriksaan
2.2.1 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Kelamin Laki-laki
Inguinal
Inspeksi : Pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : Jika terdapat pembesaran, deskripsi jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas,
nyeri, tanda radang akut pada kulit di atasnya
Pubis
Inspeksi : Pedikulosis, folikulitis, kutil kelamin dan lesi lain
Skrotum
Inspeksi : Asimetris, lesi superfisial
Palpasi : Testis, epididimis : ukuran, konsistensi, nyeri
Penis
Memegang penis dengan jari telunjuk dan ibu jari, tarik preputium bila menutupi O.U.E,
naikkan ke atas
Inspeksi subpreputium, O.U.E : eritema, edema, ektropion, sekret ( jumlah, warna,
konsistensi)
Anus dan perineum
Pasien diminta dalam posisi menungging
Inspeksi : lesi kulit (vegetasi, erosi, ulkus, sekret)
3|P a g e
Pada uretritis : tampak mukosa uretra eritem, edema, discharge mukopurulen (kuning
kehijauan, ektropion
Pada servisitis : vulva tenang; dinding vagina eritem/ normal; endoserviks eritem,
edema, ektopi ,discharge mukopurulen
Pemeriksaan Gram dari urethral smear : leukosit pmn 5, DGNI (+) atau dari specimen
Pemeriksaan pembantu1
A.Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokokus negatif
Gram, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah
fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin,
serviks, dan rektum.
B. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan :
1. Media transport
2. Media pertumbuhan
Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan.
Media Transgrow
-
Media ini selektif dan nutritif untuk N. Gonorrhoeae dan N. Meningitidis; dalam
perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor
dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan.
Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.
4|P a g e
pertumbuhan
kuman
positif-Gram,
kolestimetat
untuk
menekan
sukrosa.
Pemeriksaan
laktamase
betadengan
menggunakan cefinase
TM disc. BBL 961192
yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari
kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.
E. Tes Thomson
- Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan
setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :
a) sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
b) urin dibagi dalam dua gelas
c) tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
5|P a g e
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100 ml,
jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra
anterior.
Hasil pembacaan :
Gelas I
Gelas II
Jernih
Jernih
Keruh
Jernih
Keruh
Keruh
Jernih
Keruh
Tabel 1. Hasil pembacaan Tes Thomson1
Arti
Tidak ada infeksi
Infeksi uretritis anterior
Panuretritis
Tidak mungkin
Sensitivitas
Spesifisitas
90-95
45-65
95-99
90-99
+
+
+
+
+
+
94-98
85-95
>99
>99
+/+/-
+
+
+
+
pemeriksaa
n
Gram :
Uretra
Endoserviks
Kultur :
Uretra
Endoserviks
2.3 Diagnosis
2.3.1 Working Diagnosis
Gonorrhoea
Definisi1 Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseri
gonorrhoeae.
Gejala dan tanda3
6|P a g e
Respons peradangan yang cepat disertai destruksi sel menyebabkan keluarnya sekret
purulen kuning-kehijauan khas dari urethra pada pria dan dari ostium serviks pada
perempuan.
Laki-laki
Gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul sedini 2 hari setelah pajanan dan mulai
dengan uretritis, diikuti dengan sekret purulen, disuria, dan sering berkemih serta
malese. Sebagian besar laki-laki akan memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah
Wanita
dan
rapuh
dengan
drainase
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai karena
berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonokokus di faring sering asimtomatik tetapi dapat
juga menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen, demam, dan limfadenopati leher.
7|P a g e
Infeksi gonokokus di perianus dan rectum mungkin asimtomatik, menimbulkan rasa tidak
nyaman dan gatal ringan, atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianus, serta sekret
mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum.
Bakteremia akibat infeksi gonokokus diseminata jarang dijumpai. Gejala dan tanda adalah
berupa lesi kulit popular dan pustular di tangan dan kaki, poliartritis, dan peradangan tendon
tangan dan kaki yang nyeri.
2.3.2 Differential Diagnosis4,5
Non-gonococcal urethritis (NGU)
Uretritis non-gonokokus (sinonim dengan uretritis non-spesifik) merupakan penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual yang paling sering ditemukan. Pada pria, lender uretra
yang mukopurulen dan disuria terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
melakukan hubungan kelamin dengan wanita yang terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah
tetapi gonokokus tidak dapat dideteksi secara mikroskopis atau kultur.
Etiologi
Bukti dari kultur mikrobiologis dan pemeriksaan serologis sugestif bahwa paling sedikit dua
mikroorganisme merupakan penyebab uretritis non-spesifik yang signifikan, walaupun
kepentingannya yang tepat sebagai faktor penyebab tetap belum jelas. Organisme ini ialah
Chamydia trachomatis dan Ureaplasma urealiticum.
Chlamydia trachomatis adalah organisme intraselular dengan bentuknya yang mirip bakteri.
Serotype D-K berhubungan dengan infeksi traktus genitalis. Bentuk infeksius dari agen,
badan elementer, masuk ke dalam sel mukosa uretra, membesar dan membentuk badan inisial
yang mempunyai metabolisme aktif. Badan ini membelah untuk membentuk organisme yang
lebih banyak di dalam vakuola yang akan terlihat secara mikroskopik sebagai inklusi
sitoplasmik yang basofilik. Organisme ini dilepaskan pada waktu sel mengalami ruptur untuk
menginfeksi sel di dekatnya.
Diagnosis NGU ditolak karena tidak dijumpai gonokokus secara mikroskopis atau kultur.
Bacterial urethritis
Dapat dikaitkan dengan gonore karena gejala klinisnya juga mirip seperti gonorea yaitu
adanya sekret purulen, sedang selain pasien turut mengalami gejala disuria.
Diagnosis bacterial uretritis ditolak karena pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
Staphylococcus aureus atau enteric Gram Negative Rods pada pewarnaan Gram dan kultur.
8|P a g e
Organisme
Sekret uretra
Gejala disuria
Uji korfirmasi
Gonorrhea
penyebab
N. gonorrheae
Purulen, paling
Sedang sampai
Diplokokus
hebat
kotor
negatif Gram
dalam sel-sel
nanah
PCR atau EIA
Non-
Chlamydia
Dari mukoid
Ringan sampai
gonococcal
trachomatis
sedang
Ureaplasma
encer
Sama dengan
Sama dengan
Kultur khas
urealyticum
S. aureus atau
gonorrhoea
Purulen, sedang
gonorrhea
Sedang sampai
Pewarnaan
urethritis
Bacterial
urethritis
enteric GNR
nyeri yang hebat
Tabel 3. Klasifikasi dan perbedaan pada organisme penyebab uretritis4,6
2.4 Etiologi1
Penyebab gonorea adalah gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879
dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalamm grup
Neisseria dan dikenal ada 4 species, yaitu N.gonorrhea dan N.meningitidis yang
bersifat patogen serta N. Catarrhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat komensal.
zat desinfektan.
Secara morfologik gonokok ini terdir atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai
pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersigat
nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi
radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa dengan epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina
wanita sebelum pubertas.
9|P a g e
2.5 Epidemiologi3
Penularan melalui hubungan intim, bayi melalui jalan lahir, belum pernah ditemukan
PPNG,
sekarang
bahkan
ditemukan
strain
resisten
terhadap
Floroquinolone.
High risk group adalah remaja usia 20-24 tahun, terutama pada perkotaan dengan
Gambar 3. Epidemiologi pengidap gonorea di Amerika Serikat mengikut usia dan sek, 20092
10 | P a g e
2.6 Patofisiologi
Infeksi mulai dengan adhesi pada sel mukosa (urethra, vagina, rektum, tenggorok)
penetrasi ke submukosa menyebar :
1. Langsung
- Pada laki-laki dapat menyebabkan prostatitis, epididimitis
- Pada wanita dapat mengenai pada kelenjar Bartholin, paraserviks, tuba Falopii dan
sebagainya.
2. Hematogen
- Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada wanita. Ini
disebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya defisiensi C6-C9 atau bakteri
yang kebal terhadap antibodi dan komplemen, bakteri dengan protein porin A pada
dinding sel yang mengakibatkan inaktivasi C3b. Manifestasi berupa arthritis, lesi kulit
dan tenosynovitis.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Medika mentosa1,3
Gonorea dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun 1940an; namun, sekarang banyak
berkembang galur-galur N. gonorrhoeae yang resisten-penisilin. Terapi yang saat ini
direkomendasikan adalah golongan sefalosporin atau fluorokuinolon (CDC, 1998).
Sayangnya, di banyak bagian dunia sudah dilaporkan adanya galur-galur N. Gonorroeae yang
resisten-fluorokuinolon (QRNG).
Karena ancaman galur-galur N. gonorrhoeae yang resisten ini maka pada semua kasus yang
tidak sembuh harus dilakukan uji kepekaan. Karena tingginya insidensi koinfeksi dengan
C.trachomatis pada pasien dengan gonorea, maka dianjurkan pemberian terapi untuk kedua
penyakit sekaligus. Dalam petunjuk-petunjuk CDC dapat dijumpai regimen-regimen terapi
spesifik untuk gonorea, gonorea dan klamidia, gonorea faring dan rektum, gonorea pada
perempuan hamil, dan gonorea pada pasien yang terinfeksi HIV (CDC, 1998). Semua kontak
seksual pasien yang terinfeksi harus dievaluasi dan ditawarkan terapi profilaktik.
Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid.
Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1991 ialah 92,1%. Di RSCM 3 juta
unit + 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis.
Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
11 | P a g e
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1
gram probenesid. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1987 hanya 61,4%,
sehingga tidak dianjurkan. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya
ialah alergi penisilin. Untuk daerah dengan Neisseria gonorrhoea penghasil
Penisilinase (NGPP) yang tinggi, penisilin, ampisilin, dan amoksisilin tidak
dianjurkan.
Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m, sefoperazon
dengan dosis 0.50 sampai 1.00 g secara intramuskular. Sefiksim 400 mg per oral dosis
tunggal memberi angka kesembuhan > 95%.
Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. baik untuk penderita alergi penisilin, yang mengalami
kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka
menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.
Kanamisin
Dosisnya 2 g i.m. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1985 ialah 85%.
Baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan
tersangka sifilis.
Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1988
ialah 97,7%. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.
Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
siprofloksasin 250-500 mg, dan norfofloksasin 800 mg secara oral. Angka
kesembuhan di bagian kami pada tahun 1992 untuk ofloksasin masih tinggi, yakni
100%. Mengingat pada beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin
dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah
12 | P a g e
resisten relatif.
Gejala klinis dan komplikasi gonorea dengan galur N.G.P.P. ini tidak berbeda dengan
gonorea biasa. Cara diagnostiknya ialah dengan melakukan tes iodometrik atau
asidometrik pada koloni yang tumbuh pada pembiakan.
Ag nitrat 1%.
Belum ada vaksin untuk gonorea
2.8 Komplikasi4,8
Komplikasi pada gonorea adalah jarang sekali berlaku kecuali terapi yang diberikan lambat
atau tidak adekuat.
Local spread Ini menyebabkan terjadinya abses periurethral, urethral stricture, epididimitis
atau prostatitis, salfingitis dan pelvic inflammatory disease (PID)
Distant spread -
sendi. Hal ini jarang sekali terjadi pada laki-laki, tetapi timbul pada 1-3% wanita, umumnya
jika terdapat servisitis yang asimtomatik dan tidak diketahui.
Co-existent infection rektum dan faring dapat diinfeksi melalui kontak langsung dengan
sekret infeksius, biasanya melalui uretra. Proctitis mungkin dapat bersifat asimtomatik tetapi
lebih sering menyebabkan rasa nyer dan sekret pada anal.
13 | P a g e
Postgonococcal urethritis (PGU) merupakan simptom yang menetap pada uretritis selepas
terapi gonorea. PGU terjadi karena gonokok resisten tehadap antibiotik yang diberikan, reinfeksi, atau terjadinya infeksi Chlamydia atau infeksi ureaplasmal.
2.9 Prognosis9
Gonorea yang diobati dengan cepat dapat menghindarkan pasien dari sikatrik yang permanen
dan infertilitas. Apabila pengobatan lambat, pasien akan terdedah kepada risiko yang lebih
besar untuk mendapat sebarang komplikasi dan menjadi steril. Lebih separuh daripada wanita
dengan gonorea juga mendapat infeksi dari Chlamydia, yang juga dapat menyebabkan wanita
menjadi steril. Chlamydia dapat dirawat seperti infeksi gonorea.
Kesimpulan
Hipotesis diterima. Laki-laki, 27 tahun dengan keluhan kencing nanah yang terasa nyeri
disertai demam subfebril, menderita penyakit gonorea.
Tindakan epidemiologis dan perundang-undangan harus dilakukan yaitu pemeriksaan klinis,
deteksi kuman dan bila mungkin ikut mengobati pasangannya 7. Selain itu, dapat juga
dilaporkan secara anonim pada setiap kasus kepada jawatan kesehatan setempat. Laporan
dengan menyebut nama, dilakukan bila penderita menolak untuk berobat7.
14 | P a g e
Daftar pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Gonore. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2008 ; 5 :
369-81
2. Centres for Disease Control and Prevention. Rapid acid detection tests. Edisi 17
Oktober 2008. Diunduh dari http://www.cdc.gov/std/Gonorrhea/lab/tests/acid.htm, 28
April 2011
3. Hartanto H. Gonore. Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes 2006 ;
6 : 1336-7
4. Spicer WJ. Urethritis. Clinical Microbiology and Infectious Disease 2008 ; 2 ; 180-81
5. Sarjadi. Uretritis gonokokus dan uretritis non-gonokokus. General and Systemic
Pathology 2000 ; 2 : 623-624
6. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Sexually transmissible pathogens and associated
disease syndromes. Fitzpatricks Colour Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology
2007 ; 5 : ebook
7. Rassner. Gonore. Buku Ajar dan Atlas Dermatologi 1995 ; 4 : 353-354
8. Astikawati R. Uretritis, komplikasi klinis. Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan 2008 ;
5 : 362
9. MedlinePlus. Prognosis (outlook) of gonorrhea. Edisi 30 Mei 2009. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007267.htm, 27 April 2011
15 | P a g e