I. IDENTITAS
An. S, Perempuan 15 tahun. Bersekolah di salah satu SMP Negeri di Tangerang, agama
Islam, suku Sunda, tinggal di Kp. Kebon, Tangerang Banten. Pasien diantar ke RSJSH
oleh ibu dan ayahnya karena ssering banting barang dan menonjok pintu sekitar sejak 1
minggu SMRS.
A. KELUHAN UTAMA
Pasien banting barang dan memukul adik sekitar sejak 1 minggu SMRS.
1
Sejak 2 bulan SMRS, keluarga pasien juga sering mendapat pasien tertawa-tawa
sendiri dan sering bercerita dia mendengar suara-suara bising yang tidak jelas, pasien juga
suka menanyakan nama anak-anak kecil yang ia akui lihat sementara orang lain tidak
dapat melihatnya. Semenjak itu pula, pasien menjadi mudah marah. Pasien sering marah
tanpa sebab saat bangun tidur, saat marah pasien sering menonjok pintu kamar namun
tidak pernah memukul orang.
Saat ditemui di bangsal, pasien tampak tenang namun kurang kooperatif. Selama
wawancara, pasien sering menjawab asal-asalan dan hanya menjawab , “enggak tau lah.”
berulang-ulang kali. Pasien mengetahui saat ini pasien berada dibawa ke RSJH namun
tidak mengetahui alasannya dibawa ke sana. Pasien mengatakan ia berada di RSJH ini
karena ia sakit namun ia berkata ia sakit jantung karena jantungnya berdetak. Saat ditanya
alas an ia dulu sering marah-marah dan menonjok pintu, ia berkata ada suara yang
menyuruhnya untuk marah-marah atau membanting-banting barang. Pasien mengatakan
ia masih sering mendengar suara-suara yang ia ketahui sebagai halusinasi yang
menyuruhnya untuk pergi dari RSJH ini dan pulang ke rumah. Suara itu kadang berubah-
ubah dari suara wanita ataupun suara laki-laki. Pasien juga mengatakan di bangsal itu ia
tidak dapat untuk tidur karena ia melihat makhluk-makhluk halus seperti kuntilanak dan
juga pocong. Ia bercerita ia sering melihat pocongnya melompat-lompat di sekitar
bangsal. Pasien mengatakan pula bahwa ia sering merokok saat di rumah, ia merokok
dengan temannya bernama Dandi dan sering mabuk-mabukkan. Ia sering menghabiskan 1
botol minuman bir angker untuk mabuk.
Pasien saat ini terdapat disfungsi seperti tidak sekolah lagi, pasien juga dijauhi oleh
lingkungannya karena sering marah-marah tidak jelas.
2
Pasien mengaku ia sering merokok, pasien mengaku ia hanya menghisap 1 batang
rokok/ harinya, namun secara penampilan tidak mendukung hal tersebut. Dapat terlihat
bahwa bibir pasien tampak hitam yang membuktikkan pasien merupakan perokok
berat. Pasien juga mengaku bahwa ia sering mabuk-mabukkan dengan temannya dan
dapat minum 1 botol bir angker sendirian.
3
pasien merupakan seorang yang penyendiri, jarang bermain dnegan teman
sebayanya. Pasien kadang marah bila tidak dituruti keinginannya. Pasien lebih
senang menggunakan pakaian pria dibandingkan pakaian perempuan.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien dinilai sebagai anak yang cukup di sekolah. Prestasi akademik pasien
tergolong biasa saja.
4. Riwayat Keluarga
Genogram Keluarga:
Keterangan gambar :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal dunia
4
5. Riwayat Kehidupan Sekarang
Pada saat ini pasien tinggal bersama dengan ibu ayah dan saudara-saudaranya.
pasien diasuh dengan ayah dan ibunya. Biaya hidup keluarga ditanggung oleh ayahnya.
Masalah biaya pengobatan pasien juga ditanggung oleh ayah pasien. Saat ini ayah
asien bekerja sebagai buruh harian, karena permasalahan ekonomi ibu pasien yang
dulu seorang ibu rumah tangga juga ikut menanggung biaya hidup keluarga dengan
bekerja sebagai buruh harian juga.
B. Riwayat perkawinan
Kedua orangtua pasien menikah berdasar atas pilihan sendiri dan mendapat persetujuan
dari orang tua masing-masing. Kehidupan perkawinan mereka dikatakan berjalan dengan
apa yang diharapkan. Dalam pernikahan ini, orangtua pasien dikarunia ini 4 orang anak :
3 perempuan dan satu laki-laki.
C. Fungsi subsistem
a. Subsistem suami –istri
Ayah dan ibu pasien pernikahan keduanya didasarkan atas keinginan dan pilihan
bersama. Dalam kehidupan rumah tangga ibu dan ayah pasien jarang terlibat
pertengkaran suami istri. Seskali orangtua pasien bertengkar mengenai masalah
ekonomi keluarga.
5
b. Subsistem orangtua.
Pasien sejak lahir sampai sekarang diasuh oleh kedua orang tuanya, ibu pasien
mengatakan kurang memberikan perhatian kepada pasien, karena ibu pasien sibuk
mengurus kedua adik pasien. Ibu pasien juga menanggap bahwa pasien sudah besar.
c. Subsistem subling
Pasien anak kedua dari empat saudara. Pasien dikatakan dapat akrab dan berhubungan
baik dengan seluruh anggota keluarga. Keluarga besar cenderung untuk menghindari
timbulnya konflik dengan selalu rukun dan bersama-sama dalam memenuhi kehidupan
keluarga.
2. Kesadaran
Kesadaran : compos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan wawancara.
6
Pasien tidak dapat diam saat diwawancara pemeriksa. Pasien tidak dapat
mempertahankan kontak ama cukup lama dengan pemeriksa. Pasien sering berguling-
guling di lantai saat menjawab atau tiduran saat dilantai. Beberapa pertanyaan tidak
dijawab ke pasien dan hanya menjawab ,”engga tau lah.” Saat diwawancara pasien
juga sering keluar dari ruangan bila ia tidak mau menjawab pertanyaan dan kembali
lagi ke ruangan tersebut tidak lama sesudahnya.
c. Setelah Wawancara
Pasien berjalan mengambil makanan dan melambaikan tangan kea rah pemeriksa.
Pasien tidak menunjukkan perilaku atau gerakan yang tidak lazim.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : lancar, bicara pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi dan volume
cukup.
b. Gangguan berbicara : tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara
C. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi : auditorik (pasien mengatakan ia sering mendengar suara-suara
yang menyuruhnya untuk pergi dari RSJH ini dan pulang ke rumah, pasien saat ini
masih sering mendengar, pada saat diwawancara pasien mengatakan ia masih
mendengarnya). Visual (pasien mengatakan di ruang kamar pojok ia melihat adanya
kuntilanak dan pocong, pocong itu sering melompat-lompat di sepanjang koridor).
b) Ilusi : tidak ada
c) Depersonalisasi : tidak ada
d) Derealisasi : tidak ada
7
D. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktifitas : cukup ide
b. Kontinuitas : koheren
2. Isi pikir
a. Preokupasi : tidak ada
b. Waham : ada. (Pasien menyakini bahwa dirinya adalah seorang pria)
c. Obsesi : tidak ada
d. Kompulsi : tidak ada
e. Fobia : tidak ada
E. Interaksi orangtua-anak
Pasien terlihat acuh saat membicarakan orangtuanya. Pada saat dijenguk oleh orangtua,
pasien lebih sering diam.
H. Daya Nilai
Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya selama di
ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter, dan mengetahui bahwa
mencuri adalah perbuatan yang tidak baik).
8
Uji Daya Nilai
baik (pasien mengatakan bila ia menemukan dompet di jalan, ia akan mengembalikan
dompet tersebut).
Daya Nilai Realita
Terganggu (halusinasi auditorik dan visual, pasien berperilaku aneh, pasien tidak merasa
bahwa dirinya sakit)
I. Fungsi Intelektual
Taraf Pendidikan SD
Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui nama Presiden
Indonesia saat ini).
Kecerdasan Rata-rata
Konsentrasi dan Perhatian Konsentrasi baik (saat diajak berhitung
20 dikurangi 3, pasien dapat menjawab
dengan benar, saat diminta mengeja kata
JIWA secara terbalik, pasien juga dapat
menjawab dengan tepat).
Perhatian buruk (pasien mudah teralih
perhatiannya terhadap kegiatan atau
orang yang lewat didepannya, atau
terhadap benda yang menarik
perhatiannya)
Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan pagi,
siang dan malam hari).
- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang
berada di RSJ Soeharto Heerdjan
Grogol).
- Orang Baik (pasien mengetahui sedang
diwawancara oleh dokter muda dan
mengenal pasien lain yang berada di satu
ruangan dengan pasien).
Daya Ingat
9
Jangka Panjang Baik (pasien dapat mengingat tempat
sekolah pasien; SD dan SMP).
Jangka Pendek Baik (pasien mengingat menu makan
pagi dan kegiatan yang yang
dilakukannya pagi tadi di RS).
- Segera Baik (pasien dapat mengingat nama
dokter muda yang mewawancarai).
Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat menyebutkan
perbedaan dan persamaan antara bola dan
jeruk).
Visuospasial Baik (pasien dapat menggambar jam
yang waktunya ditentukan oleh
pemeriksa).
Kemampuan Menolong Diri Baik (pasien bisa makan, mandi, dan
berpakaian sendiri).
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 76x/ menit
Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu : 36,1 oC
10
IV. IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA
Telah dilakukan pemeriksaan AN. S, perempuan usia 15 tahun dibawa ke RSJSH
diantar oleh ibu dan ayahnya dengan keluhan anak sering banting barang dan memukul
adik. Pasien dirumah lebih sering menyendiri dan jarang bermain dengan teman-teman
sekolahnya. Keluarga merasakan pasien pertama kali sakit pada saat pasien naik ke
kelas 3 SMP, dan keluarganya harus menjual sepeda motor milik pasien. Pasien sejak
saat itu menjadi lebih sering diam dan ngamuk membanting barang, pasien juga tidak
mau masuk sekolah. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien lebih sering
berada di kamarnya dan tertawa sendiri, berbicara sendiri. Pasien juga kerap
menanyakan nama-nama orang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Saat ditanya,
pasien mengaku pasien merupakan seorang perokok aktif dan sering minum –minum
alcohol bersama dengan temannya.
Dari pemeriksaan pasien status mental didapatkan pasien perempuan, penampilan
sesuai usia dan tampak rapi dan rambut pendek seperti laki-laki. Pasien kurang
kooperatif, sopan. Untuk menjawab suatu pertanyaan, pasien harus ditanya berkali-kali
hingga pasien mau menjawab, tidak ada hendaya bahasa. Aktivitas psikomotor selama
wawancara, pasien tidak dapat duduk tenang tetapi respon perilaku baik. Pasien
berbicara dengan sopan, volume cukup, intonasi cukup, kecepatan normal, lancar
dengan irama teratur. Mood eutimik, afek luas, serasi. Perkiraan taraf intelegensia
dalam tingkat SD. Terdapat halusinasi auditorik yang sering meyuruhnya melakukan
sesuatu (commanding), halusinasi visual ( pasien mengaku melihat-lihat kuntilanak dan
pocong ada bangsal anak) , waham (pasien mengaku bahwa ia adalah seorang pria) .
Status internus dan neurologikus tidak dijumpai masalah.
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
Gangguan/hendaya dan disabilitas: pada saat awal masuk didapati hendaya
dalam fungsi sosial dan hendaya fungsi sehari-hari.
Distress/penderitaan: pada saat awal masuk marah-marah, mengamuk, sulit tidur,
bicara dan tertawa-tawa sendiri.
2. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena :
11
Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.
Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik, infeksi,
penyakit vaskuler, neoplasma).
Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang dibuktikan
dengan adanya:
Halusinasi auditorik: pasien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya
melakukan berbagai macam hal seperti marah-marah, banting barang.
Halusinasi visual: pasien mengatakan bahwa melihat pocong dan kuntilanak.
Pasien juga menanyakan nama-nama anak yang tidak dapat dilihat oleh orang
lain
Waham : pasien meyakini bahwa ia adalah seorang pria. Namun karena disuruh
oleh Nabi Muhammad ia diubah menjadi seorang perempuan.
4. Skizofrenia ini termasuk tipe paranoid karena:
Memenuhi kriteria umum skizofrenia.
Terdapat halusinasi yang menonjol (halusinasi auditorik dan visual).
Terdapat waham.
Terdapat gangguan afektif yang tidak menonjol.
Gejala sudah berlangsung selama lebih dari satu bulan.
Terdapat perubahan dalam perilaku seperti sikap larut dalam diri sendiri dan
penarikan diri secara sosial.
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Tidak ada diagnosis
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan sehingga
aksis III tidak ada diagnosis.
Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Dari anamnesis, pasien memiliki masalah dalam support keluarga. Pasien dianggap sudah
dewasa oleh orangtua sehingga kurang diperhatikan. Pasien juga memiliki masalah
dengan teman.
Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current: 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang, fungsi sosial baik)
12
GAF HLPY: 80-71 (gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, dll).
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
IX. PENATALAKSANAAN
Tiga dasar akan pertimbangan pengobatan gangguan pada skizofrenia adalah :1
Terlepas dari berbagai etiologi, skizofrenia terjadi pada seseorang yang memiliki sifat
individual, keluarga, serta social psikologis yang unik, maka pendekatan pengobatan
disusun berdasarkan bagaimana penderita telah terpengaruhi oleh gangguan dan
bagaiman apenderita akan terobati oleh pengobatan yang dilakukan (terapi
farmakologi).
1Sadock B, Sadock V. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta :
EGC;2010
13
Factor lingkungan dan psikologi turut berpesan dalam perkembanan skizofrenia, maka
harus dilakukan juga terapi non farmakologi.
Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan terapetik
jarang tercukupi untuk mengobati gangguan yang memiliki berbagai macam bentuk.
A. Psikofarmaka
Terapi dengan menggunakan obat antipsikosis dapat meredakan gejala-gejala
skizofrenia. Obat yang digunakan adalah chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazine
decanoate (prolixin). Kedua obat tersebut termasuk kelompok obat phenothiazines,
reserpine (serpasil), dan haloperidol (Haldol). Obat ini disebut obat penenang utama.
Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan tetapi tidak mengakibatkan
tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang tingi (orang tersebut dapat dengan mudah
terbangun). Obat ini cukup tepat bagi penderita skizofrenia yang tampaknya tidak
dapat menyaring stimulus yang tidak relevan.
B. Psikoterapi
Psikoterapi suportif
Mendengarkan permasalahan pasien dan memberikan respon yang empatik terhadap
berbagai permasalahan yang dialami pasien
Memfasilitasi pasien untuk menumbuhkan kesadaran akan penting dan manfaatmya
minum obat. Setelah itu, memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan
sesuai aturan pakai.
Memfasilitasi pasien untuk dapat mencari jalan keluar dan masalah-masalahnya
secara mandiri.
Mendukung pasien dalam mencapai harapan-harapan dalam hidupnya.
Psikoedukasi
Terhadap keluarga :
o Memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi dan
penyakit pasien.
o Mengingatkan keluarga pasien mengenai factor-faktor yang dapat mencetuskan
dan meringankan keadaan pasien.
o Mendorong keluarga untuk bersama-sama mendukung kesembuhan pasien
o Sebagai usaha menghilangkan stressor, dokter dpaat melakukan konseling
keluarga.
Terapi kelompok
14
Terapi kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistic. Pada terapi ini,
pasien berkumpul dan saling berkomunikasi dan therapist berperan sebagai fasilitator
dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para pasien saling memberikan feedback
tentang pikiran dan perasaan yang dialami. Pasien diposisikan pada situasi social yang
mendorong pasien untuk berkomunikasi sehingga dapat memperkaya pengalam pasien
dalam kemampuan berkomunikasi.
Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Terapi
ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal
bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari ungkapan-ungkapan
emosi yang mengakibatkan penyakit pasien kambuh kembali.
Dalam hal ini, keluarga diberiinformasi tentang cara-cara untuk mengekspresikan
perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negative secara konstruktif dan
jelas, dan untuk memcahkan stiap persoalan secara bersama-sama. Keluarga diberi
pengetahuan tentang keadaan pasien dan cara-cara untuk menghadapinya.
X. DISKUSI
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan
psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan
perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala
positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran,
gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan
(afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak
emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir
abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.
Penentuan diagnosis pasien ini berdasarkan pada kriteria diagnosis yang terususn
dalam DSM- IV. Tercantum dalam criteria tersebut pasien ini memenuhi beberapa kriteria
diantaranya :
Gejala karakteristik : waham (pasien mengaku bahwa ia adalah seorang laki-laki
yang disuruh oleh Nabi Muhammad untuk menjadi perempuan). Halusinasi (pasien
kerap mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk melakukan berbagai macam
hal). Gejala tersebut masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang sigifikan
selama periode 1 bulan atau lebih.
15
Disfungsi social/ okupasional : pasien tidak bersekolah lagi sejak 3 bulan terakhir.
Durasi : tanda kontiniu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6
bulan ini sudah mencakup 1 bulan gejala yang memenuhi gejala karakteristik.
Berdasarkan pada hal tersebut maka pasien ini didiagnosis skizofrenia paranoid.
Terapi farmakologi pilihan untuk pasien dengan skizofrenia adalah antipsikoti. Obat
antipsikotik mencakup dua kelas utama : antagonis reseptor dopamine (tipikal) dan
antagonis serotonin dopamine (atipikal).
Atas dasar ini pemberian terapi farmakologi yang diberikan cukup tepat untuk
mengurangi gejala psikotik dan juga terapi psikosoial dengn upaya bersama dari orang-
orang sekitar pasien.
16