Anda di halaman 1dari 7

1 Laporan Kasus Gagal Jantung Kongestif

Tatalaksana Gagal Jantung Kongestif disertai Anemia akibat Perdarahan


Kevin Rianto Putra, Suzanna Ndraha
Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak
Introduksi:
Gagal jantung kongestif (GJK) adalah sindrom klinis, ditandai oleh sesak napas dan fatik,
yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Kebanyakkan pasien yang datang
dengan gagal jantung, disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk menghasilkan cardiac output
yang adekuat. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara
praktis anemia ditunjukkan dengan kadar hemoglobin <13 g/dL pada laki-laki dewasa.
Kasus:
Laki-laki 53 tahun datang dengan keluhan utama nyeri dada kiri 1 hari SMRS. Nyeri dada
dirasakan menjalar ke punggung. Pasien juga mengeluh sesak napas, batuk berdahak, feses berwarna
hitam, dan lemas. Sesak napas terutama dirasakan setelah pasien beraktivitas dan membaik saat
pasien beristirahat. Sesak napas dirasakan memburuk pada posisi terlentang, dan membaik pada
posisi duduk. Batuk terutama pada saat malam dengan dahak sedikit, berwarna putih bening, dan
encer. Feses berwarna hitam sejak 1 minggu SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh, sehingga
terkadang membuat pasien sulit berdiri. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit ginjal,
dan hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg, konjungtiva anemis,
dan tekanan vena jugularis 5+3 cm. Pada pemeriksaan fisik jantung didapatkan kesan kardiomegali,
murmur sistolik dan gallop pada katup mitral, serta gallop pada katup aorta. Pada pemeriksaan darah
rutin, didapatkan hasil anemia.
Diskusi:
Pada kasus ini, penyakit GJK dan anemia diterapi sesuai standar. Penyakit ginjal kronik
(PGK) diobservasi karena tidak bergejala.
Kesimpulan:
Keluhan yang timbul akibat GJK dapat teratasi dengan terapi yang diberikan. Anemia dapat
teratasi setelah transfusi packed red cell (PRC).
Kata Kunci: Gagal Jantung Kongestif, Tatalaksana, Sesak Napas, Anemia akibat Perdarahan.

Halaman 1
2 Laporan Kasus Gagal Jantung Kongestif

Congestive Heart Failure with Anemia which Caused by Bleeding’s Therapy


Kevin Rianto Putra, Suzanna Ndraha
Internal Medicine Department, Faculty of Medicine Krida Wacana Christian University

Abstract
Introduction:
Congestive heart failure (CHF) is a clinical syndrome, with dyspnea and fatigue as its symptoms,
caused by heart’s structure and function abnormalities. Most of the patients who came with CHF,
caused by heart’s inability to produce adequate cardiac output. Anemia is a reduction of
erythrocyte’s mass, which makes oxygen can’t delivered in adequate amount to peripheral tissues.
Practically, anemia marked by hemoglobin amount <13 g/dL on men.
Case:
53 years old man came with left chest pain since 1 day before he went to hospital. Chest pain spread
into the back. He also felt dyspnea, productive cough, black-colored feces, and malaise. Dyspnea felt
after he did some activities and relieved if he took a rest. Dyspnea also felt worsen on recumbent
position, and relieved on sitting position. Cough felt on night, with a little aqueous transparent-
white-colored sputum. Black-colored feces produced since 1 week before he went to hospital.
Malaise felt on all of his body. Patient told that he had heart, kidney, and hypertension. On the
physical examination, patient’s blood pressure was 140/80 mmHg, conjunctivae was pale, and
jugular vein pressure was 5+3 cm. On heart’s physical examination, the heart was enlarged, systolic
murmur and gallop on mitral valve, and gallop on aortic valve. On blood test, the result was anemia.
Discussion:
In this case, CHF and anemia were treated according to standard. Chronic kidney disease was
observed.
Conclusions:
With an adequate therapy, the CHF’s symptoms can be resolved. Anemia can be resolved after
packed red cell’s transfusion.
Keywords: Congestive Heart Failure, Therapy, Dyspnea, Anemia which caused by Bleeding

Halaman 2
3 Laporan Kasus Gagal Jantung Kongestif

PENDAHULUAN nonkardiak lainnya (seperti anemia) dapat juga


Gagal jantung kongestif (GJK) adalah sindrom memberikan gejala ini. Sesak napas pada pasien
klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai gagal jantung awalnya hanya terjadi pada saat
oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau pasien beristirahat, lalu berkembang menjadi
saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan ortopneu, paroksismal nokturnal dispneu, dan
struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung sesak napas saat istirahat seiring dengan
dapat merupakan gagal jantung kanan, atau kiri, progresivitas penyakit. Batuk pada malam hari
atau keduanya. Pasien dengan gagal jantung kiri adalah gejala yang sering terjadi, namun sering
memiliki gejala cardiac output yang rendah, dan tidak diperhatikan sebagai gejala gagal jantung.
peningkatan tekanan vena pulmonal, dengan Pasien dengan gagal jantung juga dapat
dispnea sebagai keluhan utamanya. Pasien mengalami nyeri dada dan palpitasi.2,4,5
dengan gagal jantung kanan menunjukkan
tanda-tanda retensi cairan.1 Penatalaksanaan gagal jantung tidak saja
ditujukan dalam memperbaiki keluhan, tetapi
Kebanyakkan pasien yang datang dengan gagal juga diupayakan pencegahan agar tidak terjadi
jantung, disebabkan oleh ketidakmampuan perubahan disfungsi jantung yang asimtomatik
jantung untuk menghasilkan cardiac output menjadi disfungsi jantung yang asimtomatik.
yang adekuat. Gagal jantung dapat dicetuskan Selain dari pada itu, upaya juga ditujukan untuk
oleh perkembangan penyakit jantung yang menurunkan angka kesakitan dan diharapkan
medasari (seperti pelebaran stenosis aorta atau jangka panjang terjadi penurunan angka
katup mitral), atau kondisi yang beragam kematian.1
(demam, anemia, infeksi), atau efek obat
(kemoterapi, NSAID) yang mengubah Pendekatan terapi pada gagal jantung, dalam hal
homeostasis pada pasien gagal jantung.2 ini disfungsi sistolik, dapat berupa
penatalaksanaan umum, tanpa obat-obatan,
Gagal jantung merupakan masalah dunia, pemakaian obat-obatan, pemakaian alat,
dengan lebih dari 20 juta orang yang tindakan bedah, dan transplantasi jantung.
mengalaminya. Prevalensi gagal jantung pada Penatalaksanaan umum, tanpa obat-obatan pada
populasi dewasa di negara berkembang adalah pasien dengan gagal jantung dapat berupa
2%. Tren yang terjadi pada negara berkembang edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan
adalah penyebabnya biasanya non iskemik, bagaimana mengenal serta upaya bila timbul
pasien biasanya datang dengan usia yang lebih keluhan, dan dasar pengobatan, istirahat, olah
muda, outcome biasanya lebih buruk karena raga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas
penyedia kesehatan masih terbatas, serta gagal seksual, serta rehabilitasi, edukasi pola diet,
jantung kanan biasanya lebih menonjol, dengan kontrol asupan garam, air dan kebiasaan
penyebab beragam, seperti penyakit perikard alkohol, monitor berat badan, hati-hati dengan
tuberkulosis, penyakit paru dan polusi.2,3 kenaikan berat badan yang tiba-tiba,
mengurangi berat badan pada pasien dengan
Gejala utama pada pasien gagal jantung adalah obesitas, hentikan kebiasaan merokok, serta
fatik dan sesak napas. Meskipun fatik secara konseling mengenai obat, baik efek samping,
tradisional dianggap berhubungan dengan dan menghindari obat-obat tertentu seperti
cardiac output yang rendah pada pasien gagal NSAID, antiaritmia kelas 1, verapamil,
jantung, abnormalitas skelet-otot, dan penyebab diltiazem, dihidropiridin efek cepat, antitrisiklik,
dan steroid. Untuk langkah-langkah

Halaman 3
4 Laporan Kasus Gagal Jantung Kongestif

penatalaksanaan gagal jantung dapat dilihat latihan, dan menurunkan mortalitas. Beta-
pada gambar 1.1 adrenergic blockers direkomendasi pada semua
gagal jantung ringan, sedang, dan berat yang
stabil baik karena iskemi atau kardiomiopati non
iskemi dalam pengobatan standar seperti
diuretik atau ACE, dengan syarat tidak
ditemukan adanya kontra indikasi. Beta-
adrenergic blockers digunakan untuk modifikasi
neurohormonal, perbaikan gejala dan fraksi
ejeksi ventrikel kiri, menurunkan mortalitas,
mencegah aritmia, dan mengontrol denyut
ventrikel. Antagonis aldosteron, sebagai
tambahan obat lainnya untuk meningkatkan
Gambar 1. Langkah-langkah penatalaksanaan diuresis, mengontrol gejala gagal jantung,
gagal jantung sesuai dengan beratnya1 meningkatkan variabilitas denyut jantung,
mengurangi aritmia ventrikel, mengurangi
Panduan ACC/AHA 2013, panduan HFSA beban kerja jantung, meningkatkan fraksi ejeksi
2010, dan panduan ESC 2008 ventrikel kiri dan menurunkan mortalitas.
merekomendasikan penatalaksanaan gagal Digoksin merupakan indikasi pada fibrilasi
jantung dengan terapi farmakologis atrium pada berbagai derajat gagal jantung,
menggunakan diuretik, angiotensin-converting terlepas disebabkan gagal jantung atau bukan.
enzyme inhibitors (ACE), angiotensin receptor Digoksin dapat meningkatkan sedikit cardiac
blockers (ARB), hidralazine dan nitrat, beta- output, memperbaiki gejala gagal jantung, dan
adrenergic blockers, antagonis aldosteron, dapat menurunkan angka rawat inap. Obat-obat
digoksin, antikoagulan, dan obat-obatan inotropik digunakan untuk mengembalikan
inotropik. Diuretik merupakan obat yang paling perfusi organ dan mengurangi kongesti. Namun,
efektif bila ditemuan beban cairan berlebihan, pemakaian jangka panjang dan berulang tidak
kongesti parum dan edema perifer. ACE dan dianjurkan karena meningkatkan mortalitas.2,4,6
ARB digunakan untuk modifikasi
neurohormonal, vasodilatasi, dan meningkatkan Pasien dengan gagal jantung dan penurunan
fraksi ejeksi ventrikel kiri. Pemberian ACE fraksi ejeksi ventrikel kiri dipikirkan memiliki
dapat memicu hipotensi, terlebih pada peningkatan risiko pembentukan trombus akibat
pemberian awal, sehingga harus dimulai dengan cardiac output yang rendah. Anti trombotik
dosis rendah. Dosis harus dititrasi sampai dosis dengan target international normalized ratio
yang dianggap bermanfaat sesuai dengan bukti
(INR) 2-3 diindikasikan bila ada trombus
klinis, bukan berdasarkan perbaikan gejala. ventrikel kiri, fenomena tromboemboli dengan
ARB dapat digunakan untuk menggantikan atau tanpa trombus ventrikel kiri, aritmia atrium
ACE bila pasien mengalami efek samping kronik atau paroksismal.2,4,6
akibat ACE, seperti batuk.2,4,6
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah
Hidralazin dan nitrat dapat digunakan sebagai massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi
tambahan, pada keadaan dimana pasien tidak fungsinya untuk membawa oksigen dalam
toleran terhadap ACE atau ARB, untuk jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Kriteria
memperbaiki gejala, fungsi ventrikel, kapasitas anemia menurut WHO adalah kadar Hb <13

Halaman 4
5 Laporan Kasus Gagal Jantung Kongestif

g/dL pada laki-laki dewasa, <12 g/dL pada karena itu transfusi diberikan dengan tetesan
wanita dewasa tidak hamil, dan <11 g/dL pada pelan.7
wanita hamil. Di Indonesia, kriteria Hb <10
g/dL dianggap sebagai awal dari work up LAPORAN KASUS
anemia.7 Laki-laki 53 tahun datang ke IGD dengan
keluhan nyeri dada kiri sejak 1 hari SMRS.
Anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang Nyeri dada dirasakan sampai menjalar ke
disebabkan oleh bermacam penyebab. Pada punggung. Pasien juga mengeluh sesak napas,
dasarnya anemia disebabkan oleh karena batuk berdahak, feses berwarna hitam, dan
gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum lemas. Sesak napas terutama dirasakan setelah
tulang, kehilangan darah keluar tubuh pasien beraktivitas dan membaik pada saat
(perdarahan), dan proses penghancuran eritrosit pasien beristirahat. Sesak napas juga dirasakan
dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).7 memburuk pada saat posisi terlentang, dan
membaik pada posisi duduk. Dahak pada saat
Gejala umum anemia, disebut juga sebagai batuk pasien berwarna putih bening, encer, dan
sindrom anemia, timbul karena iskemia organ hanya sedikit. Batuk dirasakan terutama pada
target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh saat malam hari. Feses pasien berwarna hitam
terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala sejak 1 minggu yang lalu. Lemas dirasakan pada
ini muncul pada setiap kasus anemia setelah seluruh tubuh, yang terkadang membuat pasien
penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu tidak dapat berdiri. Pasien memiliki riwayat
(Hb <7 g/dL). Sindrom anemia terdiri dari rasa penyakit jantung, penyakit ginjal, dan juga
lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging penyakit hipertensi.
(tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa
dingin, sesak napas, dan dispepsia. Pada Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah darah 140/80 mmHg, konjungtiva anemis, dan
dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tekanan vena jugularis meningkat menjadi 5+3
tangan, dan jaringan di bawah kuku.7 cm. Dari pemeriksaan perkusi batas jantung,
didapatkan kesan kardiomegali. Pada
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan auskultasi jantung, didapatkan
pemberian terapi pada pasien anemia adalah bunyi murmur sistolik dan gallop pada katup
pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan mitral, dan didapatkan bunyi gallop pada katup
terapi definitif yang ditegakkan terlebih dahulu, aorta.
pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas
tidak dianjurkan, pengobatan anemia dapat Dari hasil pemeriksaan darah rutin, didapatkan
berupa terapi untuk keadaan darurat, terapi hasil anemia pada pasien ini. Dari pemeriksaan
suportif, terapi spesifik untuk masing-masing analisa gas darah, didapatkan kesan alkalosis
anemia, terapi kausal. Dalam keadaan dimana respiratorik.
diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan,
terpaksa diberikan terapi percobaan (ex Ada 4 masalah yang ditetapkan, yaitu GJK,
juvantibus). Transfusi diberikan pada anemia anemia, PGK dan hipertensi. Terapi yang
pasca perderahan akut dengan tanda gangguan diberikan adalah Isosorbide dinitrate 3x10 mg,
hemodinamik. Transfusi yang diberikan adalah Captopril 3x6,25 mg, Bisoprolol 1x1,25 mg,
PRC, jangan whole blood. Pada anemia kronik Erdosteine 3x300 mg, asam traneksamat 3x1300
sering dijumpai peningkatan volume darah, oleh mg, transfusi PRC sampai target Hb 11, dan

Halaman 5
6 Laporan Kasus Gagal Jantung Kongestif

pembatasan asupan protein 0,6-0,8 g/kg/hari. asam traneksamat 3x1300 mg, transfusi PRC
Edukasi yang diberikan adalah pola diet, kontrol sampai target Hb 11, dan pembatasan asupan
asupan garam, dan air, monitor berat badan, protein 0,6-0,8 g/kg/hari dilanjutkan. Lakukan
anjurkan mengurangi berat badan pada pasien pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui
overweight, istirahat cukup, jangan beraktivitas kadar Hb pasien.
dan berolahraga terlalu berat, edukasi bahwa
PGK adalah penyakit yang ireversibel dan terapi Pada perawatan hari ke-4, pasien masih batuk.
yang dilakukan hanya dapat menghambat Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
perburukan fungsi ginjal, serta edukasi darah 146/82 mmHg. Pada pemeriksaan darah
mengenai balans cairan. rutin didapatkan Hb 11,7 g/dL. Pemeriksaan
dilakukan setelah pasien menerima tambahan
Pada perawatan hari ke-1, keluhan nyeri dada transfusi PRC 423 mL. Pasien sudah boleh
masih dirasakan terutama saat batuk. Dari hasil pulang dengan terapi Isosorbide dinitrate 3x10
pemeriksaan EKG didapatkan kesan adanya mg, Bisoprolol 1x1,25 mg, Erdosteine 3x300
infark miokard pada anterolateral jantung. Dari mg, dan pembatasan asupan protein 0,6-0,8
hasil pemeriksaan echo, gagal jantung diduga g/kg/hari dilanjutkan. Terapi Captopril 3x6,25
diakibatkan oleh adanya regurgitasi katup mg diganti dengan Losartan 1x50 mg karena
mitral, sehingga darah di ventrikel kiri tidak dipikirkan Captopril memperberat batuk pasien.
terpompa seluruhnya ke aorta, melainkan Terapi asam traneksamat dan transfusi PRC
sebagian kembali ke atrium kanan dan dapat dihentikan.
menyebabkan beban cairan berlebih di jantung.
Pasien juga masih merasa lemas. Pada DISKUSI
pemeriksaan fisik pasien didapatkan tekanan Laki-laki 53 tahun dengan GJK, anemia,
darah 133/68 mmHg, dan konjungtiva anemis. hipertensi, dan PGK. Penegakkan diagnosis
Dari pemeriksaan darah rutin didapatkan Hb 7,7 GJK didapatkan dari keluhan pasien yang
g/dL. Pemeriksaan dilakukan setelah pasien mengalami nyeri dada kiri yang menjalar
menerima transfusi PRC 385 mL. Pada hasil sampai ke punggung, sesak napas yang terutama
USG abdomen pasien, didapatkan kesan PGK. dirasakan setelah pasien beraktivitas dan
Terapi Isosorbide dinitrate 3x10 mg, Captopril membaik pada saat pasien beristirahat, yang
3x6,25 mg, Bisoprolol 1x1,25 mg, Erdosteine juga dirasakan memburuk pada saat posisi
3x300 mg, asam traneksamat 3x1300 mg, terlentang, dan membaik pada posisi duduk,
transfusi PRC sampai target Hb 11, dan batuk berdahak yang terutama terjadi pada saat
pembatasan asupan protein 0,6-0,8 g/kg/hari malam hari, dan juga riwayat penyakit jantung,
dilanjutkan. penyakit ginjal, dan juga penyakit hipertensi.
Dari pemeriksaan fisik pasien didapatkan
Pada perawatan hari ke-2, keluhan nyeri dada tekanan vena jugularis meningkat menjadi 5+3
dirasakan sudah membaik, namun pasien masih cm, kesan kardiomegali pada pemeriksaan
batuk. Pasien masih merasa lemas. Pada perkusi batas jantung, bunyi murmur sistolik
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah dan gallop pada katup mitral, dan didapatkan
130/80 mmHg, dan konjungtiva sudah tidak bunyi gallop pada katup aorta pada auskultasi
anemis. Pasien sudah menerima tambahan jantung.
transfusi PRC 215 mL. Terapi Isosorbide
dinitrate 3x10 mg, Captopril 3x6,25 mg, Penegakkan diagnosis anemia didapatkan dari
Bisoprolol 1x1,25 mg, Erdosteine 3x300 mg, anamnesis pasien yang mengatakan lemas

Halaman 6
7 Laporan Kasus Gagal Jantung Kongestif

seluruh tubuh, hingga menyebabkan pasien sulit DAFTAR PUSTAKA


berdiri, dan riwayat BAB hitam sejak 1 minggu 1. Panggabean MM. Gagal jantung. Dalam:
SMRS. Dari pemeriksaan fisik pasien Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
didapatkan konjungtiva anemis. Dari Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar
pemeriksaan penunjang didapatkan kadar Hb ilmu penyakit dalam. Jilid II. Ed 5.
5,7 mg/dL. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h
1513-4.
Hipertensi pada pasien ini dipikirkan dari hasil 2. Dumitru I. Heart failure. 22 April 2015.
anamnesis pasien yang mengaku memiliki Downloaded from:
riwayat hipertensi, penyakit ginjal, dan penyakit http://emedicine.medscape.com/article/1
jantung. Dari pemeriksaan fisik didapatkan 63062-overview#a1, 29 Juni 2015.
tekanan darah pasien 140/80 mmHg. Hipertensi 3. Gray HH, Dawkins KD, Simpson IA,
pada pasien ini dipikirkan merupakan hipertensi Morgan JM. Lecture notes: kardiologi.
sekunder akibat komplikasi dari penyakit PGK Ed 4. Jakarta: Erlangga; 2006. h 80-97.
pasien. 4. Bashore TM, Granger CB, Hranitzky P,
Patel MR. Congestive heart disease. In:
Penegakkan diagnosis PGK didapatkan dari Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW
hasil anamnesis pasien yang mengaku memiliki (eds). Current: medical diagnosis &
riwayat penyakit ginjal. Dari pemeriksaan treatment. Philadelphia: McGraw Hill;
penunjang didapatkan hasil pemeriksaan ureum 2013. p 398-407.
pasien 29,1 mg/dL, dan hasil pemeriksaan 5. Mann DL, Chakinala M. Heart failure:
kreatinin pasien 1,96 mg/dL. Dari hasil ini, LFG pathophysiology and diagnosis. In:
didapatkan 48,76 mL/menit/1,76m2, yang Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL,
menunjukkan adanya kerusakan ginjal dengan Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J
penurunan LFG sedang. (eds). Harrison’s principle of internal
medicine. Philadelphia: McGraw Hill;
SIMPULAN 2015. p 1500-6.
Pasien laki-laki berusia 53 tahun, datang dengan 6. Ghanie A. Tatalaksana gagal jantung
keluhan nyeri dada kiri dan lemas yang kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
disebabkan GJK dan anemia akibat perdarahan, B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S.
dinyatakan membaik setelah menjalani rawat Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II.
inap di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
dengan terapi berupa pemberian Isosorbide h 1521-4.
dinitrate 3x10 mg, Captopril 3x6,25 mg, 7. Bakta IM. Pendekatan terhadap pasien
Bisoprolol 1x1,25 mg, Erdosteine 3x300 mg, anemia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
asam traneksamat 3x1300 mg, transfusi PRC B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S.
sampai target Hb 11, dan pembatasan asupan Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I.
protein 0,6-0,8 g/kg/hari. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
h 632-5.

Halaman 7

Anda mungkin juga menyukai