Anda di halaman 1dari 8

Laporan Deskripsi Riset Mini

KEARIFAN LOKAL BATAK TOBA DI KECAMATAN PAGARAN


SEKITARNYA
A. Pengantar
Setiap suku bangsa tentunya memiliki falsafah hidup,
kearifan-kearifan lokal, atau cara hidup yang inheren dalam
hidup sehari-hari. Falsafah itu lahir dari akal budi manusia
melalui refleksi, dan kemudian dikalimatkan sebagai meme dari
suatu generasi ke generasi. Falsafah itu menjadi pegangan atau
pedoman yang baik atau yang benar dalam menjalani hidup
sehari-hari.
Suku bangsa Batak, yang dalam pembahasan suku bangsa
Batak Toba, memiliki kearifan lokal yang terbilang sarat nilai.
Kearifan-kearifan yang dibahas di sini adalah kearifan-kearifan
yang menjadi mainstream di sekitar lingkungan penulis. Kearifankearifan

itu

masih

dipelihara

masyarakat

Batak

walaupun

memang tidak sekuat kehidupan masyarakat Batak dahulu.


Kearifan-kearifan itu mulai memudar oleh peradaban posmodern
yang secara langsung atau tidak mengajarkan nilai-nilai berbeda
dengan falsafah kehidupan Batak. Sementara itu sebagain
falsafah itu juga diadaptasi mengikuti perkembangan zaman.
Kearifan-kearifan pada bangsa Batak biasanya diungkap
dengan kalimat pada hidup sehari-hari atau ketika momen
khusus, seperti pada momen kelurga dan upacara adat. Uniknya,
banyak falsafah ini dituangkan dalam sebentuk pantun yang
disebut sebagai umpama atau umpasa, bahkan dengan lagu-lagu
daerah.
Dalam riset mini ini, yang menjadi subjek mini adalah suku
Bangsa Batak (Toba) di lingkungan penulis dan dengan objek
kearifan lokal, denga mengambil setting Kecamatan Pagaran
Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara.
Matakuliah Filsafat Ilmu

Page 1

B. Deskripsi

Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon,


Keturunan, Kehormatan, Kekayaan
Tujuan sekaligus pandangan hidup atau idealisme orang
Batak

ialah

mendapatkan

Hagabeon,

Hasangapon,

dan

Kekayaan. Hagabeon diartikan memiliki keturunan laki-laki dan


perempuan (maranak-marboru).
Apabila suatu keluarga Batak tidak maranak-marboru,
maka pandangan terhadap keluarga tersebut, bisa disebut
negatif. Orang Batak dulu memandang kondisi yang demikian
sebagai pertanda tidak baik. Kemandulan adalah aib atau cacat.
Sementara itu, apabila suatu generasi tidak memiliki anak lakilaki, maka garis keturunan generasi tersebut dipandang putus,
meskipun

masih

memiliki

anak

perempuan.

Sebab

garis

keturunan dibawakan oleh laki-laki. Batak bersifat patrilineal. Di


tempat

penulis,

keluarga

yang

tidak

memiliki

keturunan

mengadopsi anak sebagai penurus mereka.


Hasangapon diartikan sebagai kehormatan, martabat atau
kemuliaan. Orang Batak menjunjung tinggi kehormatan, dan,
kemuliaan. Untuk menggapainya direalisasikan dengan berbuat
kebajikan dan kebaikan, dimulai dengan mampu menjaga nama
baik keluarga, mendidik anak dengan baik sampai berhasil,
sampai dengan bisa berbicara dengan berwibawa dalam teknis
upacara adat. Hasangapon terkadang dikaitkan dengan memiliki
pekerjaan atau jabatan yang baik.
Hamoraon atau kekayaan adalah salah satu ukuran yang
dikaitkan dengan keberhasilan; bagian dari kepenuhan hidup.
Hamoraon disini diidentikkan dengan kepemilikan atas materi,
seperti uang atau tabungan, perhiasan, gedung rumah, tanah,
dan seterusnya.

Matakuliah Filsafat Ilmu

Page 2

Dari ketiga unsur itu, yang paling dekat nilai edukasi


adalah

hasangapon.

Orang-orang

yang

berkesempatan

mengecap pendidikan tinggi, juga dapat membangkitkan rasa


hormat di lingkungan masyarakat Batak. Orang yang telah
mengecap pendidikan memadai disebut sebagai parsikkola atau
na marpendidikan.

Pantun hangoluan, tois hamatean


Hormat, kehidupan; durhaka, kebinasaan
Falsafah ini bisa dimaknai bahwa sikap hormat dan ramah
mendatangkan kehidupan dan kebaikan; sikap angkuh atau
sombong membawa kematian/malapetaka. Sopan santun, sikap
hormat dan ramah
bahagia,

akan membuahkan hidup yang mulia dan

sedangkan

mengundang

hal

sikap

buruk,

angkuh

bahkan

dan

bisa

sombong

jadi

akan

mendatangkan

malapetaka atau kebinasaan.


Di dalam falsafah ini juga dituangkan bahwa betapa sikap
rendah hati mengambil peranan sangat dalam interaksi sosial.
Dan sikap tinggi hati, angkuh, arogan dan sombong harus
dihindari karena bersifat destruktif. Falsafah ini sangat sesuai
dengan ungkapan menyatakan bahwa kesombongan adalah awal
kejatuhan, dan orang yang rendah hati akan beroleh hidup.
Pada umumnya orang yang sopan memiliki banyak teman
atau sahabat yang setia, ke mana dia pergi selalu mendapat
perlindungan dan sambutan dari orang yang dijumpainya.
Sedangkan orang yang angkuh dan sombong sulit mendapat
teman bahkan sering mendapat lawan dan musuhnya banyak.
Yang seharusnya kawan pun menjadi lawan bagi orang yang
seperti ini.
Falsafah ini berisikan nasehat untuk memelihara etika atau
sopan

santun.

Biasanya

Matakuliah Filsafat Ilmu

digunakan
Page 3

pada

kesempatan

memberangkatkan anak, kerabat atau sahabat yang hendak


pergi ke perantauan. Dan pepatah ini digunakan sebagai nasehat
orang-orang tua kepada anak-anaknya.
Di lingkungan sekolah, sering juga falsafah ini disampaikan
oleh guru terhadap siswa. Falsafah ini bahkan dibuat slogan oleh
Dinas

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Pemerintah

Kabupaten

Tapanuli Utara.

Dalihan natolu
Tungku berkaki Tiga
Dalihan Na Tolu merupakan falsafah orang Batak dalam
tatanan berkehidupan mulai dari pijakan teknis upacara adat,
sampai dengan kehidupan sehari-hari. Ungkapan dalihan natolu
berisi tiga pernyataan yang hierarkis dan terikat satu sama lain,
yaitu:
Pertama, Somba Marhulahula: hormat (somba) kepada
keluarga

pihak

Istri

(hula-hula).

Hula-hula

adalah

kelompok marga istri, mulai dari istri kita, kelompok marga


ibu (istri bapak), kelompok marga istri opung, dan beberapa
generasi; kelompok marga istri anak, kelompok marga istri
cucu, kelompok marga istri saudara dan seterusnya dari
kelompok dongan tubu. Hula-hula ditengarai sebagai sumber
berkat.

Hulahula

sebagai

sumber

hagabeon/keturunan.

Keturunan diperoleh dari seorang istri yang berasal dari


hulahula. Tanpa hulahula tidak ada istri, tanpa istri tidak ada
keturunan.
Kedua, Elek Marboru: Sikap membujuk atau mengayomi
(elek) keluarga menantu (boru). Boru adalah anak perempuan
kita, atau kelompok marga yang mengambil istri dari anak
kita (anak perempuan kita). Sikap lemah lembut terhadap

Matakuliah Filsafat Ilmu

Page 4

boru perlu, karena dulu borulah yang dapat diharapkan


membantu

mengerjakan

sawah

di ladang. Tanpa

boru,

mengadakan pesta suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.


Ketiga, Manat Mardongan Tubu: Sikap menjaga diri atau
berhati-hati (manat) terhadap saudara satu marga (dongan
tubu). Hatihati dengan teman semarga. Kata orang tua-tua
hau na jonok do na boi marsiogoson yang berarti kayu yang
dekatlah yang dapat bergesekan. Ini menggambarkan bahwa
begitu

dekat

dan

seringnya

hubungan

terjadi,

hingga

dimungkinkan terjadi konflik, konflik kepentingan, kedudukan,


dan lain-lain.
Dalihan Na Tolu artinya tungku yang berkaki tiga, bukan
berkaki empat atau lima. Tungku yang berkaki tiga sangat
membutuhkan keseimbangan yang mutlak. Jika satu dari ketiga
kaki tersebut rusak, maka tungku tidak dapat digunakan. Inilah
yang

dipilih leluhur suku

Batak sebagai falsafah hidup

dalam

tatanan kekerabatan terhadap hula-hula, boru, dan dongan tubu.


Perlu keseimbangan yang absolut dalam tatanan hidup antara
tiga unsur. Untuk menjaga keseimbangan tersebut orang Batak
harus menyadari bahwa semua orang akan berperan menjadi di
suatu kesempatan hula-hula, di situasi yang lain berkesempatan
menjadi boru, dan pernah menjadi dongan tubu.
Inti ajaran Dalihan Natolu adalah kaidah moral berisi ajaran
saling

menghormati

(marsipasangapon)

dengan

dukungan

kaidah moral: saling menghargai dan menolong. Dalihan Natolu


menjadi media yang memuat asas hukum yang objektif.

Anakhon hi do hamoraon di ahu


Anak saya adalah kekayaan bagi saya

Matakuliah Filsafat Ilmu

Page 5

Bagi masyarakat Batak, anak adalah hal yang paling


berharga dalam kehidupan. Demi kehidupan sang anak yang
lebih baik, sang orang tua pun rela hidup bersusah payah. Sebab
anak adalah lambang kekayaan sesungguhnya dalam sebuah
kehidupan.
Orang tua Batak tidak mau anak-anak mereka ketinggalan
dari anak-anak sesamanya. Mereka akan berusaha menjaminnya
bila perlu dengan bekerja sekeras-kerasnya. Tidak jarang orang
tua Batak menjual harta bendanya ketika menyekolahkan anakanaknya. Ini bukan hal yang jarang di temui dari dulu sampai
sekarang dalam lingkungan Batak. Tidak heran, apabila orang
Batak termasuk suku bangsa yang pendidikannya cukup tinggi.

Arga do bona ni pinasa di akka na bisuk marroha


Kampung

halaman

berharga

bagi

orang

yang

bijaksana
Kampung halaman sangat berharga atau bermakna bagi
orang yang bijaksana, sebagimana pesan orangtua bahkan
nenek

moyang

kita.

Kampung

halaman

sangat

dikenang

(dirindukan) oleh orang yang baik hati, Oleh karenanya ingat dan
tidak lupa untuk pulang menjenguk kampung halaman.
Orang-orang Batak perantauan biasanya akan pulang
kampung

pada

momen-momen

tahun

baru

ke

kampung

halamannya. Banyak diantaranya akan melakukan ziarah ketika


pulang kampung.
Adalah hal yang lazim apabila orang Batak yang mengisi
masa muda, bekerja, berkeluarga dan membesarkan anak di
tanah rantau, namun kembali kampung setelah pensiun atau
telah lanjut umur. Dan sebisa mungkin, betapapun seorang telah
sangat lama, memiliki KK di negeri lain, atau bahkan telah

Matakuliah Filsafat Ilmu

Page 6

menjadi warga negara asing, setelah meninggal, jenazahnya


dibawa ke kampung halaman, dan dimakamkan di sini.
Orang tua juga menamkan kepada anak-anak mereka atau
generasi mereka (tak harus anak langsung dari orang tua itu)
supaya

membangun

kampung

halaman

atau

memajukan

daerahnya.

C. Penutup
Orang Batak adalah suku yang memiliki banyak falsafah
atau kearifan lokal. Sedikit banyak, falsafah itu mengalami
perubahan oleh perkembangan zaman, khususnya karena arus
informasi dan perkembangan teknologi.
Falsafah yang dipaparkan disini, baru sebagian saja, yaitu
Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon,
Keturunan, Kehormatan, Kekayaan
Pantun hangoluan, tois hamatean
Hormat, kehidupan; durhaka, kebinasaan
Dalihan natolu
Tungku berkaki Tiga
Anakhon hi do hamoraon di ahu
Anak saya adalah kekayaan bagi saya
Arga do bona ni pinasa di akka na bisuk marroha
Kampung

halaman

berharga

bagi

orang

yang

bijaksana
Sebenarnya, masih banyak kearifan lokal di daerah ini yang
bisa digali lagi yang sifatnya sangat luhur. Namun falsafah yang
lazim dipegang masyarakat Batak di daerah ini, penulis rasa
sudah terangkum. Dan deskripsi dari penulis sendiri pun bisa jadi

Matakuliah Filsafat Ilmu

Page 7

terlalu

dangkal

mengingat

keterbatasan

wawasan dan waktu. Horas!

Matakuliah Filsafat Ilmu

Page 8

penulis

dari

segi

Anda mungkin juga menyukai