Anda di halaman 1dari 118

rusunawa

komitmen bersama
penanganan permukiman kumuh

2 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

pencapaian

rusunawa

komitmen bersama
penanganan permukiman kumuh

Kuatkan Sinergi, Tuntaskan


Permukiman Kumuh
Undang-undang yang mengatur
penyelenggaraan
perumahan
dan kawasan permukiman serta
rumah susun telah disempurnakan
sesuai
dengan
tuntutan
perkembangan keadaan saat ini
dan mengantisipasi perkembangan
dimasa-masa mendatang. Kedua
Undang-Undang tersebut yaitu
UU No. 1 tahun 2011 tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman serta UU No. 20
tahun 2011 tentang Rumah Susun;
keduanya mengamanatkan tugas
dan wewenang serta tanggung
jawab masing-masing pemangku
kepentingan dalam berkoordinasi,
berintegrasi dan bersinergi dalam
penyelenggaraan
perumahan
dan kawasan permukiman serta
penyelenggaran rumah susun.
Pencegahan dan peningkatan
kualitas
terhadap
perumahan
kumuh dan permukiman kumuh
yang diatur dalam UndangUndang salah satunya dapat

2 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

dilakukan dengan penyelenggaraan


hunian vertikal atau rumah susun,
dan diamanatkan pula bahwa
rumah susun umum dan atau
rumah susun khusus merupakan
tanggung jawab pemerintah, untuk
itulah maka Kementerian Pekerjaan
Umum melalui Direktorat Jenderal
Cipta Karya pada RPJMN 20102014 mendapatkan mandat, tugas
dan wewenang untuk membangun
250 twin block Rumah Susun yang
diperuntukkan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dengan
cara sewa, dalam konteks penataan
permukimaan perkotaan.
Penanganan perumahan kumuh
dan permukiman kumuh tidak
hanya semata-mata didasarkan
atas alasan fisik dan lingkungan
serta estetika kawasan perkotaan
saja, tetapi tinjauan dan sentuhan
dari sisi sosial, budaya serta
ekonomi kemasyarakatan menjadi
hal penting yang mendasari
perencanaan dan perancangan

sambutan

Mari kuatkan sinergi lintas sektoral seperti


yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Semua
pihak diharapkan kontribusi nyatanya, sehingga
percepatan pencapaian target program dapat
terpenuhi.

penyelenggaraan perumahan dan


permukiman
pada
umumnya,
dan penyelenggaraan rusunawa
khususnya.
Penyelenggaraan Rusunawa oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya
senantiasa dikembangkan untuk
mendapatkan hasil yang memadai
dalam memberikan pelayanan
bagi
masyarakat,
membantu
pemerintah kota/kabupaten dalam
menata kembali perumahan dan
permukiman di wilayahnya serta
mendorong efisiensi pemanfaatan
lahan perkotaan.
Keberhasilan
penyelenggaraan
rusunawa
tidak
lepas
dari
kerjasama dari seluruh pemangku
kepentingan termasuk masyarakat
banyak, khususnya masyarakat

yang akan mendapatkan manfaat


dari pembangunan rusunawa, dan
keberhasilan
penyelenggaraan
rusunawa adalah bagian keberhasilan menuntaskan permasalahan
perumahan
dan
permukiman
kumuh yang sudah di deklarasikan
akan selesai pada tahun 2020 nanti.
Jakarta, September 2012

budi Yuwono P

Direktur Jenderal Cipta Karya

Solusi Percepatan
Pembangunan Rusunawa
Hunian vertikal atau rumah susun
merupakan salah satu solusi
untuk penanganan perumahan
dan permukiman kumuh sekaligus
mencegah tumbuhnya enclaves
kumuh baru sebagai konsekuensi
dari
pesatnya
pembangunan
kawasan perkotaan yang menuai
dampak
seperti
meningkatnya
kepadatan penduduk, tingginya
kepadatan bangunan, rendahnya
kualitas infrastruktur serta makin
langkanya lahan yang diperuntukkan
bagi permukiman.
Rusunawa yang akan dibangun
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya
pada RPJMN 2010-2014 adalah
sejumlah 250 twin block, sehingga
sekitar 24.750 unit satuan rumah
susun akan tersedia untuk melayani
masyarakat berpenghasilan rendah
dalam kaitan penanganan kawasan
kumuh dengan cara sewa. Tentu
bukan suatu hal yang mudah
bagi Ditjen Cipta Karya untuk
menyelenggarakannya tanpa kerja

4 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

sama yang baik dengan berbagai


pihak terutama Pemerintah Daerah,
masyarakat dan institusi lain
yang kebijakan dan kegiatannya
berdampak
dalam
kelancaran
proses hulu-hilir penyelenggaraan
rusunawa ini.
Undang-undang No. 20 tahun
2011 tentang Rumah Susun
mengamanatkan tentang tugas
dan wewenang bagi masingmasing pemangku kepentingan
untuk
mendukung
percepatan
penyelenggaraan rusunawa ini,
sehingga output dan outcome
dari penyelenggaraan rusunawa
ini dapat tercapai sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan, dan
lebih dari itu Ditjen Cipta Karya akan
menangkap momentum tersebut
untuk membangun kesadaran dan
kesamaan pemahaman dari seluruh
pemangku
kepentingan
untuk
bersinergi mencapai target : tepat
waktu dan tepat mutu.

kata pengantar

Saat ini merupakan momentum yang tepat untuk


melakukan percepatan pembangunan Rusunawa.
Telah diaturnya dengan jelas tugas dan kewajiban
masing-masing pihak sangat membantu kelancaran
proses pembangunan rusunawa.
Diakui bahwa masih ada kendala
yang
sedikit
menghambat
percepatan
penyelenggaraan
Rusunawa,
namun
dengan
semangat kerjasama yang tinggi
dan sinergitas dari banyak sektor
serta makin sempurnanya sistem
penyelenggaraan rusunawa, maka
kendala tersebut dapat diperkecil
dan pada gilirannya tidak akan ada
lagi kendala yang berarti.
Dengan itikad baik seluruh pemangku
kepentingan, semoga apa yang
telah dirintis oleh Ditjen Cipta Karya
melalui pembangunan rusunawa
yang menjadi salah satu entry
point penanganan perumahan dan
permukiman kumuh spektrumnya
tidak sekedar berdampak lokal
maupun regional tapi lebih dari itu
selain memberi pelayanan prima
bagi seluruh warga masyarakat dan

memperindah estetika kota juga


memberikan kontribusi bagi negara
untuk memenuhi komitmen bangsa
dalam forum dunia yaitu menjadikan
Indonesia bebas kawasan kumuh
pada tahun 2020.
Jakarta, September 2012

amwazi idrus

Direktur pengembangan permukiman

rusunawa untuk nelayan, kota baubau



02

Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya,


Kementerian PU.
Kata Pengantar Direktur Pengembangan
Permukiman, Kementerian PU.

04

10
12
13
13
17

latar belakang : komitmen dan


kesadaran Bersama
Penanganan Multi Sektoral
Pemahaman Sebagai Landasan Rencana Aksi
Strategi Pembangunan infrastuktur
Permukiman dan Pengembangan Perkotaan
Penanganan Kualitas Lingkungan/Kawasan
Upaya Pencegahan Kawasan Permukiman
Kumuh
rusunawa sebagai salah satu solusi

22 Landasan Hukum : Menegaskan Keberpihakan


23 Rusunawa sebagai Strategi Penataan

6 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Permukiman Kumuh
24 Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai Penyelenggara
Rusunawa

28
28
29
29

mempersiapkan pembangunan
rusunawa
Kriteria Kota; Lokasi
Lokasi
Lahan
Pemanfaatan

daftar isi

aktifitas bermain anak-anak di rusunawa

30
30
30
31
31
31
31
31

Peluang Komersialisasi
Status Aset
Teknis
Pengelolaan
Penghunian
Bantuan Teknis
Uang sewa atau iuran
Kelembagaan

proses dan tahapan pembangunan


rusunawa
35 Perjanjian Kerja sama
35 Usulan
36 Kelengkapan Usulan
37 Sosialisasi Hingga Konstruksi
38 Pelaksanaan Fisik
38 Persiapan Penghunian dan Hibah
39 Proses dan Persyaratan Hibah
39 Status Penghunian Rusunawa

peran dan kontribusi para pemangku


kepentingan
44 Pemerintah Pusat
45 Pemerintah Provinsi
45 Pemerintah Kabupaten/Kota.

6
7
8

best practices rusunawa


Kota Probolinggo

penutup

peta & Tabel Pembangunan Rusunawa


ta 2003-2011

8 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

latar belakang

komitmen dan kesadaran bersama

latar belakang

komitmen dan kesadaran bersama


Indonesia telah menyampaikan komitmennya di mata dunia untuk
ikut berpartisipasi menghapus kawasan kumuh. Tekad tersebut
dikukuhkan dengan telah ditandatanganinya Deklarasi Millenium,
yang menegaskan kesepakatan Pemerintah Indonesia untuk
mengikatkan diri bersama-sama beberapa negara lain di dunia
mencapai target-target MDGs.
Dalam kaitan tersebut, Ditjen Cipta Karya bertugas dan bertanggungjawab
menuntaskan target ke 11 MDGs, yaitu mencapai perbaikan yang berarti
untuk meningkatkan kehidupan sedikitnya 100 juta masyarakat miskin yang
hidup di permukiman kumuh hingga tahun 2020. Target tersebut salah
satunya diimplementasikan dengan kegiatan penyelenggaraan Rusunawa
yang telah dirintis pelaksanaannya sejak tahun 2003.
Dalam perjalanannya, program ini cukup berdampak untuk mengurangi
luasan dan jumlah enclaves permukiman kumuh secara parsial dibeberapa
daerah, namun belum sepenuhnya memberikan dampak yang signifikan
pada pengurangan jumlah kawasan permukiman kumuh secara nasional.
Berbagai upaya perbaikan dan terobosan telah dilakukan, termasuk
dengan lahirnya regulasi tentang Rumah Susun (Rusun). Kelahiran UndangUndang No. 20 tahun 2011 ini diharapkan dapat membangkitkan semangat
dan menyuntikkan energi baru untuk mendorong kemajuan program
pembangunan Rusun yang lebih baik bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR).
Berbekal kesungguhan komitmen dan kerja keras semua pemangku
kepentingan yang bergerak dengan kesadaran dan pemahaman yang sama,
diharapkan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan dan
permukiman kumuh di Indonesia dapat segera diatasi.

Penanganan Multi Sektoral


Penanganan kawasan/lingkungan permukiman kumuh perkotaan harus
menjadi kesadaran bersama. Kawasan permukiman kumuh perkotaan
yang dapat berupa Slum : kawasan atau lingkungan permukiman dengan
kondisi fisik dibawah standar kelayakan, atau Settlement : permukiman

10 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

latar belakang

kawasan permukiman kumuh

yang dihuni sekelompok warga masyarakat tanpa


adanya kepastian hukum yang umumnya juga
berada dibawah standar kelayakan hunian jika
tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan
berbagai ekses yang merugikan.
Penanganan menyeluruh terhadap masalah ini
membutuhkan kesadaran dan komitmen berbagai
kalangan berdasarkan kewenangan dan fungsinya
masing-masing. Sinergi multi sektoral antara
Pemerintah Pusat, Daerah, wakil masyarakat,
masyarakat umum dan pihak-pihak yang memiliki
kompetensi dan kepedulian yang bergerak
berdasarkan koridor-koridor yang telah ditetapkan
akan mampu mendorong pencapaian hasil yang
lebih baik.
Kesadaran akan pentingnya sinergi penanganan
lintas sektoral dilandasi ketentuan Undang-Undang
yang telah menetapkan lingkup tugas Pemerintah

Pusat dalam melaksanakan pembinaan dan


penyelenggaraan rumah susun. Kewenangannya
terbatas meliputi : perumusan kebijakan dan
strategi, sinkronisasi dan sosialisasi, koordinasi,
fasilitator, pengalokasian dana pembangunan,
pencadangan
dan
pengadaan
tanah,
penyelenggaraan fungsi operasionalisasi serta
pengembangan lingkungan dan pemberdayaan
pemangku kepentingan ditingkat nasional. Adapun
wewenang implementasi pembangunannya berada
ditangan Pemerintah Kota/Kabupaten.
Pemerintah Kota/Kabupaten memulai langkah ini
dengan terlebih dahulu mengenali permasalahan
sekaligus mengidentifikasikan sebab dan akibat dari
keberadaan perumahan dan permukiman kumuh
tersebut sebagai dasar perencanaan permukiman
yang mengacu pada produk perencanaan penataan
ruang serta strategi pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan yang dimiliki. Dalam

11

kondisi saat terjadi penyesuaian kebijakan


Pemerintah Pusat yang mewajibkan Pemerintah
Kota/Kabupaten melakukan revisi atas RTRW-nya,
rencana penanganan perumahan dan permukiman
kumuh dapat dipertimbangkan sebagai masukan
untuk saling memperbaiki dalam rangka kontrol
kualitas yang menerus (quality control circle).
Kesadaran dan kemauan untuk melakukan
penanganan secara komprehensif dan terintegrasi
ini nantinya diharapkan dapat memberikan dampak
yang lebih signifikan pada upaya penanganan
perumahan dan permukiman kumuh yang
selama beberapa tahun pelaksanaannya belum
memberikan hasil memuaskan secara kumulatif
nasional. Namun demikian, dibeberapa daerah
yang memiliki pemimpin yang berkemauan kuat dan
bersedia bekerja keras menangulangi masalah ini,
hasilnya sudah dapat dilihat serta dinikmati langsung
oleh masyarakat. Upaya terintegrasi secara vertikal
dan horisontal dalam penanggulangan kawasan
kumuh ini diharapkan dapat terus mengurangi
jumlah luasan kantungkantung kumuh perkotaan.
Kunci keberhasilannya adalah kemauan pimpinan
daerah dan jajarannya untuk serius dan benar
benar mau memperjuangkan dan berkeinginan
untuk membangun dan memperbaiki wajah kota
secara terencana tanpa meninggalkan semangat
keberpihakan bagi warga masyarakat perkotaan
yang kurang beruntung.

Pemahaman Sebagai Landasan


Rencana Aksi
Untuk melakukan penanganan yang berhasil
dan tepat sasaran, penanganan perumahan dan
permukiman kumuh harus dilakukan dalam satu
strategi besar yang telah mengantisipasi berbagai
kemungkinan dan dampak atas keterlibatan
berbagai
elemen
dalam
pelaksanaannya.
Penanganan fisik saja seperti pembangunan
dan perbaikan insfrastrukstur, atau pemugaran
rumah tidak dapat serta merta memecahkan

12 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

masalah. Untuk menjamin keberlanjutan program


pendekatan sosial dan ekonomi kemasyarakatan,
termasuk aspek sosial budaya sangat dibutuhkan.
Kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat
Indonesia belum terbiasa hidup di hunian vertikal
membutuhkan kerja keras pemerintah untuk
mensosialisasikan kebiasaan baru tersebut. Program
sosialisasi yang terencana dan berkelanjutan
harus terus menerus dilakukan untuk meyakinkan
masyarakat bahwa hidup pada hunian vertikal
yang layak, akan jauh lebih baik daripada hidup di
lingkungan permukiman kumuh yang tidak terjamin
keamanan, kenyamanan maupun kesehatannya.
Untuk menjamin keberhasilan dan keberlanjutannya,
proses penyelenggaraan rusunawa memerlukan
koordinasi yang serius sejak tahap awal. Format
penanganan sebaiknya dirumuskan melalui
pendifinisian bersama atas berbagai komponen

latar belakang

Strategi Pembangunan infrastuktur


permukiman
dan
pengembangan
Perkotaan
Strategi penanganan permukiman kumuh harus
menjadi bagian Strategi Pengembangan Perkotaan
(SPPIP/RPKPP). SPPIP/RPKPP mutlak harus
disusun oleh semua Kota/Kabupaten di Indonesia
sebagai landasan turunan produk-produk penataan
ruang yang ada dan sudah direvisi sesuai UU no 26
tahun 2007 tentang penataan Ruang.

kawasan
permukiman
kumuh

yang telah disepakati antara para pemangku


kepentingan. Kemudian berlandaskan pemahaman
yang sama tersebutlah dilakukan kesepakatan yang
akan menjadi acuan rencana tindakan sekaligus
target yang ingin dicapai oleh para pihak. Adanya
persamaan pemahaman akan sangat membantu
saat masing-masing instansi menjalankan tugasnya
berdasarkan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat
Jenderal Cipta Karya akan lebih fokus melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan
insfrastruktur yang meliputi kegiatan: perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatannya.
Selanjutnya, masing-masing pihak kemudian
menentukan rencana tindakan berdasarkan tugas
pokok dan fungsinya, sehingga dalam pelaksanaan
di lapangan semua pihak yang terlibat telah
memahami dengan baik tugas dan kewenangannya.

SPPIP/RPKPP sebagai skenario pembangunan


infrastuktur permukiman kota yang sudah
menetapkan arah dan ikon yang diyakini
akan mampu membawa sebuah kota ke arah
perkembangan disegala bidang dan memiliki daya
saing sesuai dengan kekhasan masingmasing,
yang kemudian dipilih dan dipilah sesuai dengan
tupoksi Cipta Karya dan dimasukkan dalam format
Rencana Program Investasi jangka Menengah
(RPIJM) sesuai anjuran Direktorat Jenderal Cipta
Karya sejak tahun 2005.
Didalam SPPIP/RPKPP, rencana penanganan
perumahan dan permukiman kumuh perkotaan
sudah harus dimuat secara jelas, sementara detail
kebutuhan infrastrukturnya tercantum dalam
RPIJM. Untuk menetapkan sasaran yang tepat,
didalam RPKPP sudah harus menampilkan profil
kawasan kumuh kota yang bersangkutan. Melalui
profil tersebut akan dapat diketahui kategori
kekumuhan, penyebab serta dampaknya jika tidak
segera diatasi. Kategori dan tingkatan kekumuhan
akan menentukan jenis penanggulangannya.

Penanganan Kualitas Lingkungan/


Kawasan
Kawasan kumuh yang identik dengan kemiskinan
tidak hanya memperburuk citra dan wajah kota
namun juga menimbulkan masalah kemanusiaan,
sosial dan lingkungan. Permasalahan ini tidak
hanya menjadi perhatian pemerintah Indonesia,

13

namun juga dunia sejalan dengan tumbuh


masifnya berbagai kawasan perkotaan untuk
menunjang gaya hidup modern. Dunia tak hentihentinya menghimbau dan mengirimkan pesan
agar semua negara peduli terhadap penghapusan
kemiskinan dan kawasan kumuh perkotaan melalui
perencanaan kota yang baik dan tetap berpihak
kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Salah satu upayanya adalah penyediaan hunian
sehat yang berkaitan dengan peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan.
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan
Umum bekerjasama dengan berbagai pihak telah
melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan
meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman
kumuh melalui berbagai program peningkatan
kualitas permukiman kumuh sejak lama, misalnya :

14 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Program perbaikan kampung, program penanganan


lingkungan
permukiman
kumuh,
program
peningkatan kualitas lingkungan serta, programprogram lain dibidang perumahan dan permukiman
seperti rumah susun sederhana sewa (rusunawa),
rumah susun sederhana (rusuna), dan Neighborhood
Upgrading and Shelter project (NUSSP), serta
program-program lain yang dilakukan bersama
pihak swasta dan masyarakat.
Dalam proses penanganan perumahan dan
permukiman kumuh diterapkan 2 (dua) pendekatan
yang disesuaikan dengan skala masalah dan kondisi
eksisting kawasan tersebut yang diuraikan sebagai
berikut :

latar belakang

Peningkatan Kualitas Perumahan dan


Permukiman Kumuh
Dalam upaya peningkatan kualitas terhadap
perumahan dan permukiman kumuh, Pemerintah
dan/atau
pemerintah
daerah
menetapkan
kebijakan, strategi, serta pola-pola penanganan
yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan
ekonomis.
Peningkatan kualitas terhadap perumahan dan
permukiman kumuh didahului dengan penetapan
lokasi perumahan dengan pola-pola penanganan:
a. Pemugaran;
b. Peremajaan; atau
c. Pemukiman kembali.
Pola-pola pengelolaan penanganan dilanjutkan
melalui pengelolaan untuk mempertahankan tingkat
kualitas perumahan dan permukiman.

Penetapan Lokasi
(1) Penetapan lokasi perumahan dan permukiman
kumuh wajib memenuhi persyaratan:

a. Kesesuaian dengan rencana tata ruang


wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah
provinsi, dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota;
b. Kesesuaian dengan rencana tata bangunan
dan lingkungan;
c. Kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan
utilitas umum yang memenuhi persyaratan
dan tidak membahayakan penghuni;
d. Tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. Kualitas bangunan; dan
f. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
(2)
Penetapan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh wajib didahului proses
pendataan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
lokasi dilaksanakan oleh pemerintah daerah
dengan peraturan daerah.

15

Pemugaran

Pemukiman Kembali

Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/


atau pembangunan kembali, perumahan dan
permukiman menjadi perumahan dan permukiman
yang layak huni.

(1) Pemukiman kembali sebagaimana dimaksud


dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan, dan permukiman yang lebih baik
guna melindungi keselamatan dan keamanan
penghuni dan masyarakat.
(2)
Pemukiman
kembali
dilakukan
dengan
memindahkan masyarakat terdampak dari lokasi
yang tidak mungkin dibangun kembali karena
tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/
atau rawan bencana serta dapat menimbulkan
bahaya bagi barang ataupun orang.
(3) Pemukiman kembali dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah
kabupaten/kota. Lokasi yang akan ditentukan
sebagai tempat untuk pemukiman kembali
ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat.

Peremajaan
(1)
Peremajaan sebagaimana dilakukan untuk
mewujudkan kondisi rumah, perumahan,
permukiman, dan lingkungan hunian yang
lebih baik guna melindungi keselamatan dan
keamanan penghuni dan masyarakat sekitar.
(2) Peremajaan harus dilakukan dengan terlebih
dahulu menyediakan tempat tinggal bagi
masyarakat terdampak.
(3) Kualitas rumah, perumahan, dan permukiman
yang diremajakan harus diwujudkan secara
lebih baik dari kondisi sebelumnya.
(4)
Peremajaan
dilakukan
oleh
pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan melibatkan peran
masyarakat.

16 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

latar belakang

Upaya Pencegahan Kawasan


Permukiman Kumuh
Pemerintah melalui Kementerian PU juga telah
melakukan upaya-upaya nyata pencegahan
(preventif) di daerah-daerah yang berpotensi menjadi
kawasan perumahan dan permukiman kumuh.
Salah satu contohnya adalah dengan membangun
rusunawa untuk mahasiswa di kota-kota yang
menjadi tempat beroperasinya beberapa perguruan
tinggi yang menampung ribuan mahasiswa.
Langkah pencegahan dilakukan untuk mengantisipasi
meluasnya dampak akibat tingginya permintaan
hunian mahasiswa, yang dijawab masyarakat
dengan membangun kos-kos-an secara liar, tidak
terkendali dan dilakukan parsial tersebar di berbagai
lokasi tanpa memperhatikan aturan pengembangan
tata ruang wilayah. Jika dibiarkan, kondisi ini
berpotensi menggangu keindahan wajah kota
yang berdampak pada menurunnya kenyamanan

dan kualitas hidup masyarakat serta menggangu


semangat belajar para mahasiswa yang tinggal dan
belajar di kota tersebut.
Pada tanggal 30 Agustus 2012, Kementerian
PU telah meresmikan rusunawa mahasiswa ITB
sebagai salah satu upaya preventif pencegahan
perumahan
dan
permukiman
kumuh
di
Jatinangor. Keberadaan rusunawa berikut fasilitas
penunjangnya di lingkungan kampus ini telah
dibangun dengan konsep eco campus dan green
campus untuk mendukung green city yang sejalan
dengan upaya Kementerian PU dalam mencapai
prinsip permukiman yang berkelanjutan. Kawasan
rusunawa ITB Jatinangor menjadi istimewa karena
telah dilengkapi penataan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) yang akan menjadi model bagi penataan
dan pengembangan rusunawa Kementerian PU
ditahun-tahun yang akan datang.

17

18 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

pencapaian

rusunawa

sebagai salah satu solusi


19

rusunawa

sebagai salah satu solusi


Multidimensionalnya penanganan kawasan kumuh melalui
pembangunan rusunawa membutuhkan kerjasama lintas sektoral
yang didasari pemahaman dan komitmen untuk membantu
masyarakat mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik

Landasan Hukum : Menegaskan Keberpihakan


Era baru yang lebih menjanjikan bagi pengembangan program rusun baru
saja dimulai. Indonesa kini telah memiliki Undang-Undang (UU) Rumah
Susun (rusun) baru. UU No. 20 tahun 2011 yang telah disyahkan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dalam Sidang Paripurna tanggal 18 Oktober 2011
ini menggantikan UU No. 16 tahun 1985 yang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan hukum, kebutuhan setiap individu dan partisipasi masyarakat
serta tanggungjawab dan kewajiban negara dalam penyelenggaraan rusun.
Disamping dinamika perubahan masyarakat, globalisasi dan budaya yang
turut mempengaruhi dan menjadikan Undang-Undang sebelumnya tidak lagi
memadai sebagai pedoman dalam pengaturan penyelenggaraan rusun.
Undang-Undang yang memperkuat konsepsi program penanganan
Perumahan dan Permukiman Kumuh dan penyelenggaraan rusunawa
yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam beberapa
tahun terakhir ini jelas mengamanatkan penanganan terpadu lintas sektoral,
mengingat penanganan masalah ini tidak mungkin diselesaikan oleh satu
sektor saja. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten/Kota diamanatkan
mempersiapkan diri terutama dalam menetapkan lokasi-lokasi kawasan
kumuh dan merencanakan penanganan secara terpadu. Adapun Pemerintah
Provinsi diharapkan perannya sebagai fasilitator yang membantu koordinasi,
dan pembinaan dalam proses pelaksanaan fisiknya.
Keberadaan Undang-Undang ini jelas telah memperkuat legitimasi serta
menciptakan dasar hukum yang tegas berkaitan dengan penyelenggaraan
rusun berdasarkan asas kesejahteraan, keadilan dan pemerataan,
kenasionalan, keterjangkauan dan kemudahan, keefisienan dan kemanfaatan,
kemandirian dan kebersamaan, kemitraan, keserasian dan keseimbangan,
keterpaduan, kesehatan, kelestarian dan berkelanjutan, keselamatan,
kenyamanan, dan kemudahan, serta keamanan, ketertiban, dan keteraturan.

20 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

rusunawa sebagai salah satu solusi

rusun asrama mahasiswa itb jatinangor

Rusunawa Sebagai Strategi penataan


permukiman Kumuh
Permukiman kumuh bisa diatasi dengan
perencanaan kawasan dan implementasi yang
terintegrasi dengan hunian vertikal sebagai salah satu
solusinya. Kelangkaan lahan serta tingginya harga
lahan di perkotaan telah mengisyaratkan pemangku
kepentingan khususnya pemerintah, masyarakat
dan swasta untuk mulai mempertimbangkan
konsepsi hunian vertikal sebagai upaya efisiensi
lahan yang juga akan berdampak pada penurunan
biaya hidup masyarakat serta penghematan energi
terutama dikaitkan dengan pembelanjaan dibidang
transportasi.

Rusunawa sebagai salah satu strategi penataan


permukiman
kumuh
perkotaan
membawa
beberapa implikasi positif antara lain :
(1) Membantu mengatasi permasalahan pemukiman
kumuh perkotaan dengan penerapan urban
renewel atau peremajaan kota.
(2)
Sebagai
bentuk
keberpihakan
kepada
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang
belum atau tidak mampu menghuni rumah
milik.
(3) Menjamin kepastian dan keamanan tinggal
(secure tenure) terutama bagi komunitas
yang semula menghuni lingkungan dan atau
kawasan ilegal.

21

(4) Penggunaan lahan yang efisien akan


berdampak pada pelestarian lingkungan
karena memperluas daerah resapan air dan
Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta memberikan
ruang/lahan untuk fungsi-fungsi sosial yang
bermanfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan
komunitas yang tinggal dilingkungan tersebut.
(5) Teknik
pembangunan
fisik
rusunawa
telah dikembangkan (diantaranya dengan
sistem prototype dan sistem terkini) yang
mempercepat proses konstruksi yang dapat
diandalkan dalam efisiensi waktu, pengatasan
permasalahan runtuh dan tahan gempa.
(6) Bentuk bangunan vertikal menekankan pada
efisiensi pemanfaatan lahan.
(7) Konsentrasi hunian yang terpusat menciptakan
efisiensi dalam investasi dan pemeliharaan
infrastruktur perkotaan.
(8) Radius pencapaian yang relatif dekat dengan
pusat kota akan mengurangi pemborosan
biaya hidup keluarga dan penghematan energi
berkaitan dengan transportasi.

jawab dan memfasilitasi penyediaanya


diperuntukan bagi MBR dengan cara sewa.

yang

Renstra
Kementerian
PU
2010-1014
mengamanatkan pembangunan 250 Twin Block
(TB) yang difokuskan untuk membantu Pemda
dan menata permukiman perkotaan. Pada periode
tahun 2010-2012 telah dibangun sebanyak 110
TB, sisanya sebanyak 140 TB direncanakan akan
dibangun pada periode tahun 2013-2014.
Menurut UU No. 20/2011, penyelenggaraan rusun
meliputi :
1. Perencanaan, Pembangunan dan Penguasaan.
2. Pemanfaatan, Pengelolaan dan Pemeliharaan.
3.
Perawatan,
Pengendalian,
Kelembagaan,
Pendanaan dan Sistem Pembiayaan.
4. Peran serta masyarakat yang dilaksanakan
secara sistematis, terpadu, berkelanjutan dan
bertanggungjawab.

Direktorat jenderal Cipta Karya


sebagai Penyelenggara Rusunawa
Keberadaan Undang-Undang No.1 tahun 2011
tentang Perumahan Kawasan Permukiman yang
menyempurnakan UU No. 4 tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman, UU No. 20 tahun
2011 tentang Rumah Susun menggantikan UU
No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, telah
memperkuat konsepsi program penanganan
perumahan dan permukiman kumuh serta
penyelenggaraan Rusunawa yang sudah dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya sejak tahun
1993.
UU No. 20/2011, mengkategorikan rumah susun
komersial, umum, khusus dan Negara. Sebagian
besar rusun yang dibangun oleh Kementerian PU
sampai saat ini adalah rusun umum dan khusus
yang mewajibkan pemerintah untuk bertanggung

22 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Renstra Kementerian PU
mengamanatkan pembangunan
250 TB sepanjang tahun 20102014. Dalam periode tahun
2010-2012 telah dibangun 110
TB. Sisanya sebanyak 140 TB
direncanakan dibangun tahun
2013-2014

rusunawa sebagai salah satu solusi

rusunawa cingised, bandung, jawa barat

23

24 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

pencapaian

mempersiapkan

pembangunan rusunawa

25

mempersiapkan
pembangunan rusunawa

Rumah adalah tempat pertama pembentukan karakter dan jati diri.


Pada anak-anak yang tumbuh di rumah dengan lingkungan yang
baik dan sehat, masa depan bangsa dipertaruhkan
Kriteria Kota
Kota yang sudah harus mempertimbangkan pengembangan hunian vertikal
adalah kota metropolitan, kota besar dan kota sedang (yang memiliki
permasalahan kawasan kumuh yang ada diwilayahnya melalui penyusunan
SPPIP/RPKPP, RPIJM).
Disamping karena faktor besarnya jumlah penduduk dan kepadatannya,
maka kota-kota yang berciri sebagaimana disebutkan dibawah ini sudah
harus bersiap mengembangkan penanganan hunian vertikal. Ciri-cirinya
adalah sebagai berikut :
1. Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) sesuai PP No. 26 tahun 2007 tentang RTRWN.
2. Kota potensial pendorong pertumbuhan yang dicirikan sebagai pusat jasa,
pusat pengolahan dan atau simpul transportasi regional maupun nasional.
3. Kota penyangga kota besar/metropolitan dengan basis kegiatan
ekonomi perkotaan, kawasan-kawasan industri, pelabuhan/transportasi,
perdagangan dan lain sebagainya yang berada diwilayahnya dan atau
berada disekitar wilayah administrasinya.

Lokasi
Lokasi tempat rusunawa akan dibangun ditetapkan sendiri oleh masingmasing Pemerintah Daerah sesuai kebijakan lokal berdasarkan kriteria dan
peraturan nasional yang berlaku serta pertimbangan radius atau jarak serta
kemudahan transportasi bagi warga calon penghuni dari tempat awal dan
atau tempat mereka bekerja. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan
antara lain adalah :
Bertolak dari penanganan permukiman kumuh yang diawali dengan
pemetaan dan kajian kelayakan untuk menetapkan tingkatan kekumuhan
sehingga memerlukan upaya peremajaan yang berdampak pada
kebutuhan akan hunian sewa vertikal sebagai salah satu solusinya.
Tinjauan terhadap RTRW untuk menentukan kelayakan lokasi ditilik dari
fungsi lahan dan tata guna tanah.

26 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

mempersiapkan pembangunan
tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan
(diperlukan kajian amdal).
4. Tidak berdampak sosial negatif, artinya bahwa
pembangunannya diyakini tidak menimbulkan
gejolak sosial yang merugikan dan berlangsung
lama.
Luas lahan minimal yang disyaratkan adalah :
50m2 x 100m2 = 5000 meter persegi dan kondisi
lahan matang/siap bangun.

Pemanfaatan
Pola Investasi

kontruksi pembangunan rusunawa

Tinjauan sosial dan ekonomi yang akan


meyakinkan bawah komunitas yang dipindahkan
dan nantinya menghuni rusunawa di lokasi yang
baru tidak tercabut dari akar kehidupan dan
penghidupannya yang mendasar.

Lahan
Tempat gedung negara yang berupa rusunawa
tersebut dibangun harus dijamin bahwa :
1. Memenuhi syarat administratif yang diartikan
bahwa lahan tersebut adalah milik Pemda (atau
perguruan tinggi/lembaga-lembaga lain yang
telah selasai diseleksi dan disetujui oleh Ditjen
Cipta Karya) yang syah dan tidak menyalahi
peraturan lokal, regional maupun nasional.
2. Memenuhi persyaratan fisik yang dimaksudkan
bahwa lahan tersebut tidak rawan bahaya dan
atau bencana permanen periodik yang tidak
bisa diatasi.
3. Memenuhi persyaratan ekologi yang artinya
dibangunnya hunian bertingkat jamak tersebut

Stimulus awal pembangunan rusunawa berasal


dari Pemerintah Pusat yang bersumber dari APBN
dan APBD, sehingga tidak dituntut pulih biaya.
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa kutipan iuran
biaya pengelolaan atau sewa kepada penghuni
tidak diperhitungkan atas besaran investasi
tetapi maksimal hanya sebesar nilai pengeluaran
untuk pengelolaan yang diperhitungkan
tiap
bulannya. Berdasarkan kondisi tersebut jelas
bahwa keberadaan rusunawa dari APBN tidak
bisa diharapkan menjadi sumber pendapatan bagi
pemerintah setempat maupun pengelola.
Sementara disisi lain keberlanjutan operasionalisasi
bangunannya tetap harus dipikirkan. Dengan
demikian diperlukan terobosan kebijakan lokal
yang inovatif agar kegiatan operasionalnya tetap
berkesinambungan.
Salah satu cara misalnya dengan memberikan
subsidi silang antar penghuni dengan membedakan
fasilitas unit hunian untuk sasaran penghuni yang
berbeda kelas. Tujuan kebijakan ini adalah agar
unit yang lebih representatif dapat mensubsidi unit
yang dihuni oleh masyarakat yang benar-benar
tidak mampu. Untuk dapat menerapkan kebijakan
inovatif yang tepat sasaran dan tujuan, diperlukan
pengamatan yang cermat dari pengelola sehingga
dampaknya dapat dirasakan oleh warga yang
benar-benar berhak untuk dibantu.

27

Peluang Komersialisasi
Peluang komersialisasi sangat mungkin dilakukan
dengan cara membangun hunian vertikal campuran
dalam satu lingkungan, yang terdiri atas hunian
sewa bagi masyarakat menengah keatas dengan
tarif sewa sesuai dengan harga pasar yang
pengadaan dan pengelolaannya dikelola swasta
dengan hunian rusun sewa bagi MBR. Disamping
itu juga bisa didirikan bangunan komersial lainnya
sebagai sumber pendapatan. Kondisi ini tentu
hanya bisa dilakukan jika lokasi bangunannya
terletak di kawasan yang strategis dengan luas
kawasan memadai serta dukungan peraturan yang
kondusif untuk implementasinya.

Status Aset
Gedung negara berupa rusunawa sebelum
diserahkan kepada Pemda sebagai status
aset tetap, masih menjadi aset Negara yang
pembangunannya telah dibiayai APBN. Penyerahan
kepada Pemda secara bertahap dimulai saat proses
konstruksi dimulainya yaitu dengan melengkapi
dokumen-dokumen sesuai peraturan yang ada,
yakni berdasarkan UU No.1 tahun 2004, dan PP
No.6 tahun 2006.

Teknis
Teknis pelaksanaan pembangunan rusunawa
ditetapkan
sebagai
kebijakan
Kementerian
Pekerjaan Umum C/q Ditjen Cipta Karya yang telah
dipertimbangkan secara matang dari berbagai
sisi baik teknis sosial maupun ekonomi dengan
tidak mengabaikan peraturan yang ada baik lokal,
regional maupun nasional.
Beberapa hal yang menjadi ketentuan spesifikasi
teknis bangunan rusunawa adalah sebagai berikut :
1. Bangunan vertikal berlantai 5 (lima), sebuah
bangunan vertikal masih diijinkan tanpa elevator.
2. Satuan bangunan yang disebut twin blok yang
memuat 48 unit sarusun setiap bloknya atau 96
unit sarusun. Setiap twin block ditambah 3 (tiga)

28 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

rusunawa siap huni

unit hunian yang diletakkan di ground floor bagi


warga penderita cacat.
3.
Prasarana dan sarana dalam bangunan,
lingkungan dan atau kawasan disediakan sesuai
dengan persyaratan yang mempertimbangkan
jumlah pemakai dan intensitas pemakainya.
4. Dilaksanakan melalui desain prototype yang
dikembangkan dan masih memungkinkan
adanya sentuhan arsitektur lokal dan adaptasi
kondisi lokal lainnya yang tidak banyak
berpengaruh terhadap garis kebijakan yang
ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
5. Luasan unit satuan rusun adalah 24 m2
dilengkapi dengan pantry dan kamar mandi dan
WC.
6. Persyaratan bangunan termasuk penyediaan
instalasiinstalasi dalam bangunan dipenuhi
sesuai peraturan yang ada.
7. Menggunakan sistem precast sesuai dengan
persyaratanpersyaratan yang ditetapkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum .

mempersiapkan pembangunan

Pengelolaan
Pengelolaan rusunawa paska konstruksi menjadi
tanggungjawab Pemerintah Daerah. Berdasarkan UU
No. 20 tahun 2011 pasal 57 ayat 3 dimungkinkan bagi
Pemerintah Daerah untuk memberikan subsidi biaya
pengelolaan bagi rusunawa tersebut.
Pengelolaan rusunawa merupakan tahap lanjut yang
menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan
termasuk masyarakat berkaitan dengan keberlanjutan
kemanfaatan yang harus senantiasa dijaga, dimulai
sejak gedung rusunawa tersebut dinyatakan layak
untuk dihuni. Dalam hal ini peran aktif Pemerintah
Daerah sangat berpengaruh pada keberhasilan
pemanfaatan rusunawa sebagai salah satu program
penanggulangan kemiskinan dan bentuk keberpihakan
kepada MBR hingga keberadaannya sebagai ikon kota
yang bebas dari kawasan kumuh.

Penghunian
Penghunian rusunawa merupakan bagian penting
dari pengelolaan yang harus segera dilakukan oleh
Pemerintah Kota/Kabupaten pada proses paska
kontruksi. Hal terkait penghunian semestinya telah
dipersiapkan dengan matang, termasuk penghuni
yang diperbolehkan menyewa atau tinggal di unit-unit
sarusun saat Pemerintah Kota/Kabupaten mengusulkan
pembangunan rusunawa.

Bantuan Teknis
Bantuan teknis pengelolaan dan penghunian rusunawa
akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini
Ditjen Cipta Karya untuk mengantisipasi pra dan pasca
konstruksi. Kegiatan tersebut berupa pendampingan
dilapangan yang sebelumnya telah diawali dengan proses
sosialisasi dengan panduanpanduan sebagai berikut :
Pra Konstruksi
Bantuan teknis pra konstruksi kepada Pemda dapat
berupa :
1. Pemahaman tentang penanganan kawasan kumuh.
2. Pemahaman tentang pemberdayaan masyarakat.

3. Pemahaman tentang kebijakan perencanaan


bangunan gedung negara dan pelaksanaan
konstruksi.
4. Pemahaman lain berkaitan dengan tugas dan
tanggung jawab masingmasing Pemangku
Kepentingan.
Pasca Konstruksi
Bantuan teknis Paska Konstruksi kepada Pemda
dapat berupa :
1.
Administrasi
pengelolaan
termasuk
kelembagaan.
2.
Pelaksanaan penghunian termasuk sistem
sewa.

Uang sewa atau iuran


Uang sewa atau iuran pengelolaan yang dikutip
dari penghuni merupakan tulang punggung
pembiayaan pengelolaan rusunawa. Namun
demikian, saat Pemda meyakini bahwa jumlah
iuran yang dikutip tidak cukup untuk menutupi
pengeluaran pengelolaan maka Pemda harus
memutuskan untuk memberikan subsidi demi
menjaga keberlangsungan operasionalnya.

Kelembagaan
Pengelolaan rusunawa pada awal penghunian
dilakukan oleh UPT (Unit Pengelola Teknis) yang
keanggotaan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Setelah berkembang dan status gedung
negara tersebut sudah dihibahkan kepada Pemda,
maka Pemda dianjurkan untuk mengembangkan
manajemen pengelolaan yang disesuaikan dengan
kondisi lokal tempat gedung tersebut berada.
Badan Layanan Umum (BLU) atau sistem
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
adalah kelembagaan dan cara legal yang dapat
dipertimbangkan dalam rangka pengelolaan aset
rusunawa ketika gedung negara tersebut telah
diserahkan sebagai aset tetap .

29

30 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

pencapaian

proses dan tahapan


pembangunan rusunawa

31

proses dan tahapan


pembangunan rusunawa

Proses pembangunan rusunawa telah diatur melalui tahapan yang


jelas untuk memudahkan para pemangku kepentingan menjalankan
tugas dan fungsinya dengan tepat dan efisien.

Proses dan tahapan pelaksanaan pembangunan


rusunawa meliputi :
1. Usulan dari Pemda diterima dan dibahas oleh
Tim Pokja rusunawa di Pusat;
2. Sosialisasi dan pematangan usulan oleh Tim
Sosialisasi Pokja rusunawa;
3. Investigasi terhadap (form 1 s/d 4) dan tinjauan
lapangan termasuk melihat kemungkinan

32 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

dampak sosial dan aspirasi masyarakat secara


selintas;
4. Sosialisasi kepada masyarakat dilakukan oleh
Pemda;
5. Alokasi kegiatan pada tahun yang telah
disepakati oleh Pemerintah Pusat maupun
daerah berkaitan dengan kesiapan sesuai
dengan persyaratan;

proses dan tahapan pembangunan

tahap penyelenggaraan usulan hingga tandatangan perjanjian kerja sama


Tahap Penyelenggaraan
Usulan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah yang
merencanakan penanganan masalah
perumahan dan permukiman kumuh
dengan hunian vertikal.

Mengajukan proposal dengan lebih


dulu menyusun SPPIP dan RPKPP
serta RPUM yang mengidentifikasikan
kebutuhan Rusunawa.

Verifikasi Administrasi dan Fisik


Tim Direktorat Jenderal Cipta Karya dan
Pemerintah Provinsi akan mendalami proposal
dan mencocokkan dengan keadaan di
lapangan, baik yang bersifat :
1. Kesesuaian program.
2. Status tanah.
3. Luasan dan dimensi tanah.
4. Kematangan tanah.
5. Lingkungan sekitar termasuk kelengkapan
kemudahan pelaksana konstruksi.

Tandatangan Perjanjian
Kerjasama
Jika seluruh persyaratan dipenuhi dan
masing-masing pihak (Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
KabupatenKota) telah memahami
tugas dan tanggungjawabnya, maka
PKS ditandatangani ketiga belah
pihak sebagai pegangan pemenuhan
tugas dan tanggungjawabnya.

Mengkondisikan dampak sosial,


ekonomi dan lingkungan.

6. Pembuatan DED yang mempertimbangkan


persyaratan/peraturan yang berlaku, kebijakan
teknis Kementerian Pekerjaan Umum serta
semaksimal mungkin mengadaptasi aspirasi
masyarakat;
7. Pelaksanaan fisik;
8. Bantuan teknis pengelolaan dan penghunian
dan pendampingan pelaksanaan di lapangan.

Perjanjian Kerja sama


Setelah dipenuhinya seluruh persyaratan dan
dipahaminya tugas dan tanggungjawab oleh
masing-masing pihak maka akan dilanjutkan
dengan proses penandatanganan kerjasama yang
proses dan ketentuannya diuraikan sebagai berikut :
Perjanjian kerjasama ditandatangani bersama oleh
Direktur Pengembangan Permukiman, Kepada
Dinas Provinsi dan Walikota/Bupati.
Ruang lingkup perjanjian kerjasama meliputi hal-hal
sebagai berikut :

1. Program dan pembiayaan penyelenggaraan


rumah susun umum sewa (rusunawa).
2. Sosialisasi penyelenggaraan rusunawa.
3. Pelaksanaan pembangunan rusunawa.
4. Pengelolaan yang terdiri dari pemanfaatan,
penghunian, pemeliharaan dan perawatan.
5. Pelaksanaan hibah aset Barang Milik Negara.
Tugas dan tanggungjawab, pendanaan, jangka
waktu, penyelesaian perselisihan, keadaan
memaksa, perubahan perjanjian dan ketentuan
penutup.

Usulan
Usulan pembangunan rusunawa oleh Pemerintah
Kota/Kabupaten disampaikan kepada Kementerian
Pekerjaan Umum c/q Ditjen Cipta Karya dengan
memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Pemerintah Kota/Kabupaten sudah memiliki
rencana penanganan kawasan pemukiman
kumuh perkotaan (tercantum dalam Rencana
Strategis Daerah), SPPIP/RPKPP yang memuat
profil kawasan kumuh.

33

2. Tercantum dalam RPIJM bahwa rusunawa


merupakan salah satu solusi permasalahan
penanganan kawasan permukiman kumuh
perkotaan.
3.
Pemerintah Kota/Kabupaten menyediakan
lahan (milik Pemerintah Daerah) yang memenuhi
persyaratan administratif, sosial, teknis (siap
bangun) dan ekologis.
4.
Pemerintah Kota/Kabupaten menyelesaikan
semua ijin yang berada dalam kewenangannya.
5.
Pemerintah
Kota/Kabupaten
bersedia
menyediakan prasarana dan sarana dasar
antara lain sambungan air minum dan listrik.
6. Pemerintah Kota/Kabupaten bersedia mengelola
secara baik dan berkelanjutan setelah bangunan
secara teknis dinyatakan siap huni.

Kelengkapan Usulan
Usulan pembangunan rusunawa yang dipersiapkan
Pemerintah Daerah harus dilengkapi Surat

34 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Permohonan Pembangunan rusunawa yang ditujukan


kepada Dirjen Cipta Karya, Kementerian PU yang
dilengkapi lampiran berupa proposal yang bermuatan
halhal sebagai berikut :
1. Konsepsi penanganan kawasan pemukiman kumuh
dikaitkan dengan rencana kebutuhan rusunawa yang
diusulkan termasuk SPPIP/RPKPP atau draft atau
proses penyusunan SPPIP/RPKPP dan profil kumuh.
2. Produk perencanaan yang ada (memuat rencana
penanganan pemukiman).
3. Gambar lahan, peta kota yang memuat informasi
kawasan kumuh dan rencana lokasi rusunawa
serta datadata pendukung lainnya luasan, kondisi
sekitar, status lahan, dll.)
4. Sertifikat lahan atau tanda bukti sewa tanah lebih
lama dari 20 tahun terhitung mulai bangunan
difungsikan.
5. Bukti bahwa tanah sudah siap bangun dan tidak
terganggu oleh segala bentuk aktifitas yang berada
diatas lahan tempat rusunawa akan dibangun .

proses dan tahapan pembangunan

tahap penyelenggaraan sosialisasi hingga pelaksanaan konstruksi


Tahap Penyelenggaraan
Sosialisasi dan Pemberdayaan
Masyarakat

Penyusunan Detail Engineering Design


(DED)

Dilakukan oleh Pemerintah Daerah


sehubungan akan dibangunnya
rusunawa dengan tujuan :
Masyarakat siap menerima
keberadaan rusunawa
dilingkungannya;
Siap dipindahkan bagi calon
penghuni;
Tidak ada gangguan/hambatan
baik selama proses konstruksi
maupun saat dimanfaatkan.

Dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta


Karya melalui Satker PKPPS Direktorat
Pengembangan Permukiman.
Desain gedung prototype.
DED dibuat untuk penyesuaian dengan
keadaan lahan dan kondisi lahan dan
kondisi tanah berkaitan dengan desain sub
struktur.

Sosialisasi Hingga Konstruksi


Setelah
dipenuhinya
seluruh
persyaratan
dan ketentuan, akan diadakan sosialisasi
pemberdayaan yang dilaksanakan secara pararel
dengan penyusunan Detail Engineering Design
(DED) untuk mempersiapkan proses pelaksanaan
konstruksi secermat dan tepat mungkin. Berikut
diuraikan secara detail setiap tahapan sejak proses
sosialisasi, penyusunan DED hingga pelaksanaan
konstruksi.

Pelaksanaan Konstruksi
1. Penyerahan lokasi kerja.
2. SPMK.
3. Program mutu.
4. Rapat pra pelaksanaan kontrak.
5. Mobilisasi
6. Pemeriksaan bersama.
7. Pekerjaan dimulai.
8. Pekerjaan selesai PHO-FHO.

konsultan perencana dan wakil Pemprov dan


wakil Pemkab/Kota yang membahas program
mutu, teknis dan jadwal pelaksanaan, metode
kerja dan lain-lain.
4. Pengendalian Pelaksanaan meliputi kegiatan :
Pelaporan oleh manajemen konstruksi
(harian, mingguan dan bulanan);
Rapat Koordinasi (rutin dan berkala, mingguan
dan bulanan) melibatkan tim pelaksana/
direksi pekerjaan.
Monitoring dan evaluasi.

Pelaksanaan Fisik
Dalam tahapan pelaksanaan tahapan fisik,
dilakukan beberapa kegiatan yang dimulai sejak
penyerahan lokasi hingga serah terima yang
prosesnya diuraikan sebagai berikut :
1. Penyerahan lokasi kerja dilakukan PPK kepada
kontraktor setelah sebelumnya PPK menerima
lokasi tersebut dari Pemerintah Daerah.
2 Program mutu dibuat oleh kontraktor yang
diserahkan saat rapat persiapan pelaksanaan
kontrak yang berisi pekerjaan yang akan
dilaksanakan,
organisasi
kerja,
jadwal
pelaksanaan, prosedur pelaksanaan, prosedur
instruksi kerja dan pelaksanaan kerja.
3. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak, dihadiri
oleh PPK, kontraktor, manajemen konstruksi,

5. Show Case Meeting (SCM) dilakukan ketika ada


keterlambatan progress fisik sebagai berikut :
Deviasi 5%-7%, SCM antara satker,
konsultan, pengawas lapangan (MK) dan
kontraktor.
Deviasi 7%-10%, SCM antara kadinas
PU Provinsi, satker, konsultan (MK) dan
kontraktor.
>10%-<15%
ditingkat
pusat
dengan
Direktur Pengembangan Permukiman yang
memutuskan kontraktor boleh lanjut atau tidak.
Penyelesaian kontrak PHO; Serah Terima Pekerjaan
(PHO) ke STP II (FHO) jangka waktunya 6 (enam)
bulan)=masa pemeliharaan.

35

peresmian rusun asrama mahasiswa itb jatinangor oleh menteri pekerjaan umum, djoko kirmanto dan rektor itb
Prof. dr. akhmaloka didampingi wakil menteri pekerjaan umum, hermanto dardak dan dirjen cipta karya, budi yuwono

tahap PERSIAPAN PENGHUNIAN HINGGA PROSES HIBAH


Tahap Penyelenggaraan
Persiapan Penghunian
Diawali pembentukan UPT.
Melakukan pendekatan dan
persiapan calon penghuni yang
sudah mendapatkan daftarnya
sejak pangajuan proposal.
Mendalami dan melaksanakan
administrasi penghunian sesuai
panduan yang ada.

Pengelolaan/Penghunian

Perawatan dan pemeliharaan bangunan.


Sewa/iuran penghuni.
Pemberdayaan penghuni.
Pengelolaan uang keluar/masuk.
Tata tertib penghuni.
Tugas dan tanggungjawab pengelola/
penghuni.
Hak dan kewajiban.
Pendaftaran ulang.
Penalti/denda.

36 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Proses Hibah
Proses oleh Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara, Kementerian
Keuangan.
Koordinasi dengan PBMN.
Kelengkapan dokumen.

proses dan tahapan pembangunan

Persiapan Penghunian dan Hibah

Proses dan Persyaratan Hibah

Setelah
selesainya
pembangunan/konstruksi
segera harus disiapkan persiapan penghunian,
pengelolaan penghunian hingga proses hibahnya.
Untuk kelancaran proses yang sangat krusial ini
peran aktif Pemerintah Daerah sangat menentukan.

Syarat-syarat pelaksanaan hibah meliputi :


1. Sertifikat tanah.
2. Izin mendirikan bangunan.
3.
Permohonan
pernyataan
menerima
Rusunawa.
4. KIB.
5. PPS.
6. DIP/DIPA.
7. Laporan hasil audit.
8. Copy dokumen kontrak.

Bercermin dari realitas dilapangan dalam fase ini akan


terjadi saat krusial yakni saat proses pemindahan
aset belum sepenuhnya tuntas karena memerlukan
proses yang cukup panjang di Direktorat Kekayaan
Negara. Pada periode saat belum lengkapnya
dokumen serah terima, sementara pembangunan
sudah selesai dilakukan, pasti akan menimbulkan
kekosongan/ketidakpastian
pemelihaan
atas
aset tersebut. Untuk menghindari kerusakan atau
tidak terpeliharanya aset dengan baik, Pemerintah
Daerah dituntut mampu dan mau melakukan
upaya terobosan sehingga kepentingan berbagai
pihak, terutama masyarakat calon penghuni dapat
berjalan dengan baik.

BMN

Status Penghunian Rusunawa


Sejak digagas dan dirintis programnya pada tahun 2003
hingga tahun 2011 telah dibangun sebanyak 235,5 TB
rusunawa dengan 142,5 TB telah terhuni serta 93 TB
yang belum terhuni.

STATUS PENGHUNIAN RUSUNAWA Ta 2003 -2011


Status : 27 September 2012

RUSUNAWA TERBANGUN
TOTAL TA 2003-2011 : 235,5 TB

RUSUNAWA TERhuni
TOTAL TA 2003-2011 : 142,5 TB
Presentase Terhuni 61%

RUSUNAWA belum tehuni


TOTAL TA2003-2011 : 93 TB
Presentase Belum Terhuni 39%

Tahun Anggaran 2003 - 2009 : 195,5 TB

Tahun Anggaran 2003 - 2009 : 135,5 TB

Tahun Anggaran 2003 - 2009 : 59 TB


19 TB
Rusunawa Lokasi DKI Jakarta (saat ini
dalam proses serah terima pengelolaan)

40 TB
-24 TB: Saat ini dalam proses penghunian
-16 TB: belum dapat dihuni tahun ini

Tahun Anggaran 2010-2011 : 40 TB

Tahun Anggaran 2010 - 2011 : 6 TB

Tahun Anggaran 2010-2011 : 34 TB


34 TB
Saat ini dalam proses penyambungan
PLN dan PDAM

37

peran dan kontribusi


para pemangku kepentingan

peran dan kontribusi


para pemangku kepentingan

Untuk menjamin pencapaian target dan keberlanjutan program


rusunawa, kesadaran dan peran aktif para pemangku kepentingan
mutlak diperlukan. Hal tersebut penting maknanya mengingat
sukses pelaksanaan program sangat tergantung pada terciptanya
kolaborasi kokoh yang didasari pemahaman yang sama, serta
kesadaran masing-masing pihak untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan tepat dan penuh rasa tanggungjawab.
Kesediaan semua pihak untuk saling mendukung dengan menjalankan
sebaik mungkin porsi tugas dan tanggungjawabnya akan sangat membantu
percepatan pencapaian target kinerja sekaligus ketersediaan hunian layak
bagi masyarakat yang membutuhkan.
Berikut uraian tugas dan fungsi para pemangku kepentingan pendukung
suksesnya program rusunawa sebagai salah satu upaya penuntasan
kawasan kumuh :

Pemerintah Pusat
Selaku pelaksana pembangunan rusunawa Pemerintah Pusat, Kementerian
Pekerjaan Umum berperan memfasilitasi dan memberikan bantuan teknis
bagi penyediaan rusun. Hal tersebut dilakukan sejalan dengan tingginya
dinamika kebutuhan hunian diperkotaan serta sebagai langkah penting untuk
menghilangkan kawasan kumuh tanpa harus memarjinalkan komunitas
tidak mampu. Dalam kaitan ini Pemerintah Pusat berperan mendorong
kemandirian Pemda dalam pengelolaan dan pengembangan rusunawa
dengan menetapkan :
1.
Pedoman
Perencanaan,
Pengembangan,
Pengawasan,
dan
Pengendalian Pembangunan.
2. Menetapkan Pedoman tentang standar pelayanan minimal yang dapat
ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan
rusunawa di wilayahnya.
3. Melakukan bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan
rusunawa pra konstruksi sampai konstruksi.

40 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

peran dan kontribusi

rusunawa penjaringan sari, surabaya

41

peresmian rusunawa sukoharjo, jawa tengah oleh menteri pekerjaan umum, djoko kirmanto

Pemerintah Pusat dalam hal ini Ditjen Cipta Karya


bertugas melaksanakan dan menyukseskan
program tersebut dengan menjalankan tugas
sebagai berikut :
1. Mengamankan amanat RPJMN dan Renstra
Kementerian
Pekerjaan
Umum
untuk
membangun 250 TB pada periode tahun 20102014.
2. Menjaga kesesuaian program (penanganan
perumahan dan permukiman kumuh yang
direncanakan oleh Pemerintah Daerah).
3. Pembangunan fisik rusunawa.

42 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

4. Menjaga kualitas, estetika dan keandalan


bangunan.
5. Pembinaan dalam pengelolaan dan penghunian.
6. Fasilitator dalam proses hibah.

Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi berperan sebagai (agen
of
development)
dari
Pemerintah
Pusat
utamanya dalam menunjang pembangunan
rusunawa. Pemerintah Provinsi memfasilitasi dan
mengkoordinasikan antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, pembinaan

pencapaian

penyelenggaraan rusunawa serta membantu dalam


proses pelaksanaan fisik. Kewajibannya meliputi :
1. Memasukan konsepsi pembangunan rusunawa
dalam Jakstra pemukiman tingkat provinsi.
2. Memberi masukan kepada Pemerintah Pusat
tentang peta permasalahan berkaitan dengan
kebutuhan rusunawa diwilayahnya.
3.
Melakukan bantuan teknis pembangunan
rusunawa, penghunian dan pengelolaan sesuai
kebijakan nasional dan provinsi.
Garis besar tugas Pemerintah Provinsi diuraikan
sebagai berikut :
1. Memfasilitasi dan mengkoordinasikan hubungan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Kabupaten dan Kota.
2. Pembinaan penyelenggaraan rusunawa.
3. Membantu dalam proses pelaksanaan fisik.

Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki peran
penting dalam suksesnya pembangunan fisik
hingga pengelolaan dan penghunian Rusunawa.
Keberhasilan pengelolaan Rusunawa pada
akhirnya
ikut
mencerminkan
kesuksesan
peran Pemda didalam menangani wilayahnya.
Peran Pemda sangat penting sejak tahap awal

hingga keberlanjutannya ketika Pemerintah


Pusat dan Provinsi sudah harus menurunkan
tingkat perhatiannya kepada kota/kabupaten
bersangkutan.
Garis besar tugas Pemerintah Kabupaten/Kota
adalah :
1.
Penyusunan
Rencana
Penanggulangan
Perumahan dan Permukiman kumuh melalui
SPPIP, RPKPP dan RPIJM.
2. Menyediakan lahan siap bangun dengan luasan
dan dimensi yang memenuhi Persyaratan lahan.
3. Mengalokasikan dana APBD untuk penunjangan
pembangunan insfrastuktur (PSD) rusunawa
seperti listrik dan penyediaan air bersih dan
subsidi pengelolaan rusunawa jika diperlukan.
4.
Sosialisasi
atau
pengkondisian
warga
masyarakat calon penghuni serta masyarakat
sekitar tentang bagaimana cara hidup di/ dan
sekitar Rusunawa.
5. Melengkapi dokumen pembangunan dan hibah.
6. Membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT).
7. Bertanggungjawab dalam pengelolaan dan
penghunian, perawatan dan pemeliharaan
bangunan.
8.
Mengalokasikan subsidi pengelolaan, jika
iuran/uang sewa tidak dapat menutup biaya
operasional gedung.

rusunawa di entikong, kalimantan barat

43

44 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

pencapaian

best practices rusunawa


kota probolinggo

45

Rusunawa Bayuangga, Probolinggo

Keluarga Baru Itu Lahir Dari Rasa Kebersamaan


Melewati pagi di Kota Probolinggo begitu mengesankan. Selain
bisa menghirup udara segar, kita juga dapat menikmati suasana
kota yang bersih dan tertata apik hingga di setiap sudutnya. Tak
heran bila Piala Adipura (4 kali) dan Piala Citra Adi Bhakti Abdi
Negara berhasil diraihnya. Hal ini tentu saja berkaitan dengan
komitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam menanggulangi
kemiskinan dan permukiman kumuh perkotaan. Diraihnya
beberapa penghargaan tingkat nasional tersebut sejalan dengan
Visi Kota Probolinggo 2010-2014, Terwujudnya Kesejahteraan
Masyarakat Kota Probolinggo melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan dan Pengangguran Berbasis Investasi Produktif dan
Berkesinambungan.

suasana
di rusunawa
banyuangga,
Probolinggo
Jawa timur

46 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

best practices

Kota Probolinggo merupakan salah satu kota di


Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 56.667
km2. Kota yang memiliki pelabuhan perikanan
yang cukup besar ini berbatasan langsung dengan
Selat Madura di sebelah utara, serta Kabupaten
Probolinggo di sebelah timur, selatan dan
tengah. Secara administrasi pemerintahan Kota
Probolinggo terbagi dalam 5 (lima) Kecamatan dan
29 Kelurahan.
Kawasan permukiman di Kota Probolinggo
rnerupakan kawasan yang paling dominan diantara
kawasan yang ada, yaitu mencapai luas 2.090
Ha (36,88% dari luasan Kota). Pola persebaran
kawasan permukiman cenderung mengikuti
arah dan pola perkembangan kota yaitu disekitar
pusat kegiatan jasa atau sekitar pusat distribusi
potensi sumber daya alam. Sedangkan untuk pola

perkembangan permukiman dibagi menjadi 2 yakni


kampung tradisional yang sejak awal terbentuknya
dipengaruhi oleh keberadaan potensi sumber daya
alamnya. Kampung tradisional tersebut adalah :
kampung petani di wilayah selatan yang merupakan
wilayah pertanian dan kampung nelayan yang
menempati wilayah pesisir serta real estate yang
merupakan lahan kosong, dulunya merupakan
sawah atau lahan tidak produktif yang kemudian
berkembang menjadi kawasan permukiman.
Komitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam
pengentasan kekumuhan memang sangat tinggi.
Program pengentasannya tidak hanya dilakukan
terbatas pada anggaran yang kami miliki (APBD)
tetapi juga melalui kerjasama dengan provinsi,
lembaga lain seperti ICETT, USAID, Kementerian
Perumahan Rakyat serta Kementerian Pekerjaan

47

48 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukinan kumuh

best practices

Mengatasi kekumuhan di kawasan


industri dengan hunian vertikal.

Umum yang telah membangun 2 twin block


rusunawa di kota kami, jelas H. M. Buchori SH.,
M.Si., Walikota Probolinggo. Menurut Buchori,
pembangunan rusunawa di Kota Probolinggo
merupakan program yang cukup strategis,
karena merupakan salah satu program untuk
mengatasi kekurangan (backlog) rumah dan dapat
meningkatkan aksesibilitas penduduk miskin
terhadap hunian yang sehat, nyaman dan layak,
sehingga dapat mengurangi kantong-kantong
kekumuhan di Kota Probolinggo.
Dari data jumlah backlog yang mencapai 10.887,
maka dapat diketahui bahwa masyarakat Kota
Probolinggo memang sangat membutuhkan
lahan untuk hunian dan salah satu pemecahannya
adalah dengan pembangunan rusunawa, tambah
Buchori.

Pengentasan kawasan kumuh bukan hanya


menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota, tetapi
juga menjadi tanggung jawab semua pihak. Dalam
proses pembangunan, Kota Probolinggo menjadi
kota yang produktif berbasis investasi. Pemerintah
Kota telah merealisasikan beberapa pembangunan
yang tercantum dalam Rencana Pembangunan
Investasi Jangka Menengah (RPIJM), termasuk
pembangunan 4 twin block rusunawa yang dimulai
sejak tahun 2009 2012, yaitu 1 twin block
rusunawa di Kelurahan Mangunharjo (Rusunawa
Bestari), 2 twin block rusunawa di Kelurahan
Pilang (Rusunawa Bayuangga), dan 1 twin block
rusunawa di Kelurahan Triwung Kidul (dalam
proses pembangunan). Daerah ini memang
kawasan prioritas titik kumuh yang perlu ditangani
karena termasuk kawasan industri yang terus
berkembang cepat, ujar Ir. Sanusi Sapuwan, MT.,
Kepala Bappeda Kota Probolinggo. Menurutnya,
permasalahan jumlah penduduk perkotaan yang
terus meningkat serta keterbatasan lahan yang
dimiliki Kota Probolinggo membuat kehadiran
rusunawa menjadi solusi yang tepat.
Rusunawa Bayuangga, misalnya. Selain digunakan
oleh MBR yang berada di Kota Probolinggo juga
digunakan oleh buruh-buruh di kawasan industri
tersebut yang membutuhkan tempat tinggal
layak. Pembangunan rusunawa sendiri dalam
penggunaaan lahan untuk permukiman masih
memenuhi persyaratan 10% dari kawasan industri.
Sebanyak 196 unit kamar di rusunawa yang terletak
di Jalan Brantas itu sudah dihuni oleh warga yang
sudah terdata di bidang aset Dinas Pendapatan
Pengelola Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota
Probolinggo. Melalui DPPKA inilah masyarakat
mendaftar untuk memperoleh giliran menempati
salah satu unit di rusunawa Kota Probolinggo.
Kepala Bidang Aset DPPKA, Pujo A Sastro

49

Paguyuban, kerja bakti hingga


aerobik, semua ada!

mengatakan bahwa fasilitas dan harga sewanya


sangat terjangkau. Lantai I dan II Rp 100 ribu per
bulan, lantai III dan IV Rp 90 ribu sedangkan lantai
V lebih murah yaitu Rp 80 ribu sehingga membuat
masyarakat yang masuk dalam daftar tunggu
waiting list rusunawa Bayuangga maupun Bestari
terus bertambah.
Saat ini DPPKA memang dipercaya untuk
mengelola rusunawa Kota Probolinggo agar
tetap terpelihara dengan baik. Untuk tahun 2011,
DPPKA menganggarkan Rp 285.000.000,- dan
Rp 303.100.000 pada tahun 2012 untuk keperluan
pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada di
rusunawa dalam skala kecil diantaranya pengadaan
genset, pemeliharaan hydrant, pengecatan dinding
rusunawa dan lain lain. Kelak, rusunawa akan dikelola
secara mandiri jika telah terbentuk UPTD. Pujo juga
menegaskan kepada penghuni untuk menjaga hal
yang akan menimbulkan ketidaknyamanan sesama
penghuni lainnya. Pihaknya menghimbau kepada
penghuni agar rusunawa dipergunakan sesuai
peruntukannya, tidak disewakan ke orang lain
apalagi bukan warga dari Kota Probolinggo.

50 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Namun demikian, kehadiran rusunawa tidak serta


merta membuat masyarakat Kota Probolinggo
khususnya Kecamatan Mayangan tertarik untuk
menghuninya. Sangat sulit mencari calon penghuni
yang menempati rusunawa kala itu. Kerjasama
seluruh tim komunitas rusunawa dengan memberi
sosialisasi kepada calon penghuni di kelurahan
sekitar rusunawa termasuk memberi ganti santun
kepada masyarakat yang dulunya menempati
tanah pemerintah untuk pindah ke rusunawa serta
memberi pengertian akan pentingnya hunian sehat
dan layak sangat membantu kelancaran prosesnya.
Dengan berbagai upaya tersebut, tak jarang
masih ada pro dan kontra dari masyarakat, ujar
Ir. Imanto, MT., Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota
Probolinggo. Tetapi setelah rusunawa terbangun,
lanjut Imanto, antusiasme masyarakat untuk
menghuni sangat besar terutama bagi masyarakat
berpenghasilan rendah yang tidak memiliki rumah
atau tinggal di kawasan kumuh dengan rumah
yang tidak layak menjadi sangat terbantu dengan
adanya rusunawa. Masyarakat diberi pengetahuan
untuk hidup lebih teratur, belajar bersosialisasi yang
dibantu dengan dibentuknya RT/RW, paguyuban,
pengajian dan karang taruna serta penerapan
tata tertib penghuni oleh pengelola, sehingga
masyarakat yang beraneka ragam karakteristiknya
dapat hidup rukun dan saling bertoleransi,
imbuhnya.
Untuk dapat meningkatkan intensitas hubungan
antar warga, Pemerintah Kota melalui Dinas
Pekerjaan Umum juga telah membangun beberapa
fasilitas di lingkungan rusunawa seperti taman,
pagar dan pos keamanan, canopi, musholla juga
lapangan olahraga yang akan segera direalisasikan.
Bagi Avianto, Ketua RT 02 Blok B Rusunawa
Bayuangga, tinggal di rusunawa sudah seperti
tinggal di lingkungan keluarga sendiri. Kami sering

best practices

guyub (kumpul) di teras, menjaga kebersihan


lingkungan dengan kerja bakti, imbuhnya. Seperti
keluarga lainnya, Avianto menempati ruangan
berukuran 21m2 bersama isteri dan satu orang
anak. Alhamdulilah, terasa cukup bagi kami,
ungkapnya sambil tersenyum. Begitu pula yang
dirasakan Sujiwo (54 tahun) pedagang makanan
matang yang tinggal di Blok B Lantai 2, Saya dan
isteri merasa nyaman tinggal disini walaupun harus
angkat barang naik turun tangga sehabis berjualan.
Ongkos sewanya pun murah, hanya Rp 100.000,-/
bulan. Keamanan juga terjamin. Daripada rumah
kontrakan saya yang dulu, bayarnya lebih mahal
tapi rumahnya sudah rusak.
Solehudin (34 tahun) Ketua RT 01 Blok A yang
sangat bersyukur bisa menempati rusunawa

ini. Kami ini rata-rata dulunya tetangga waktu


tinggal di Kecamatan Mayangan. Jadi kami sudah
saling kenal. Sudah seperti saudara. Ibu-ibu juga
banyak kegiatannya, ada senam aerobik setiap
minggu, posyandu, dan pengajian. Banyak orang
beranggapan kalau tinggal di rusun kegiatannya jadi
terbatas atau anggapan lain yang tidak baik. Oleh
karena itu kami ingin menunjukkan pada masyarakat
lain bahwa tinggal di rusunawa lebih sehat dan
layak daripada tinggal di permukiman yang padat
penduduknya,tukasnya penuh semangat.
Ya, tanpa disadari, kebersamaan yang mereka
ciptakan menimbulkan rasa memiliki satu sama lain
sehingga mampu memupuk rasa persaudaraan
yang kuat menjadi sebuah keluarga besar, Keluarga
Rusunawa Kota Probolinggo.

51

H.M. Buchori SH. M.SI


walikota probolinggo
Pemerintah Probolinggo memiliki komitmen yang sangat serius untuk
mengentasan kawasan kumuh. Keberadaan rusunawa nampaknya bisa
menjadi alternatif yang tepat untuk meningkatkan akses masyarakat
berpenghasilan rendah terhadap hunian yang sehat dan layak. Untuk
menjamin keberlanjutan program dalam jangka panjang, kami siap mengambil
peran dan mendukung program dengan menjalankan berbagai tugas
dan fungsi sesuai koridor undang-undang. Percepatan program ini, serta
keberhasilan implementasinya sangat ditunggu oleh masyarakat.

Ir. Sanusi Sapuwan, MT.


Ketua Bappeda Kota Probolinggo
Pelaksanaan pembangunan rusunawa sejalan dengan arahan dan rencana
pembangunan kota, serta sangat membantu Pemerintah Kota untuk
mengatasi kekurangan (backlog) perumahan sekaligus meningkatkan
aksesibilitas penduduk miskin terhadap hunian yang sehat, nyaman dan
layak. Melalui upaya yang serius dan komitmen yang kuat dari Pemerintah
Kota dan masyarakatnya, program pembangunan rusunawa ini diharapkan
dapat membantu mengurangi keberadaan kantong-kantong kekumuhan di
Kota Probolinggo.

Ir. Imanto, MT.


Kepala Dinas Pekerjaan Umum
KOTA PROBOLINGGO
Pembangunan rusunawa di Probolinggo berdampak positif bagi masyarakat.
Saat ini ada sekitar 196 KK yang telah mendapatkan kesempatan untuk
merasakan kenyamanan tinggal di rusunawa dengan biaya sewa yang
sangat terjangkau. Program ini telah ikut membantu tertatanya lingkungan
permukiman menjadi jauh lebih sehat, bersih dan aman.

Sujiwo (54 tahun),


pedagang (penghuni)
Saya dan isteri bersyukur sekali bisa menempati rumah
yang bagus dengan harga sewa yang terjangkau. Yang
pasti lingkungan lebih sehat dan tidak kumuh lagi.

52 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

pencapaian

53

54 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

penutup

penutup

pemanfaatan dan pengelolaan perkelanjutan


landasan penguatan sinergi antara Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota dan masyarakat didasari oleh adanya pemahaman
yang sama sebagai landasan aksi
Rusunawa merupakan salah satu alternatif penanganan kawasan kumuh
yang terus bertambah luasannya sejalan dengan masifnya pengembangan
perkotaan diberbagai wilayah Indonesia. Disamping bertujuan mengurangi
kawasan kumuh terutama diperkotaan, rusunawa juga diharapkan mampu
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui peremajaan,
pemugaran dan relokasi.
Pembangunan rusunawa juga diarahkan pada pembangunan perkotaan
yang lebih manusiawi sekaligus solusi peningkatan kualitas permukiman
karena ketersediaan sarana dan prasarana dasar bagi perumahan dan
permukiman.
Upaya rintisan pembangunan rusunawa telah dilakukan Ditjen Cipta Karya
sejak tahun 2003. Hingga saat ini telah sukses membangun 235,5 twin block
dan akan terus ditingkatkan akselerasinya sehingga target untuk menjadikan
Indonesia bebas daerah kumuh ditahun 2020 dapat terpenuhi. Pemenuhan
komitmen ini penting artinya, tidak hanya karena komitmen Indonesia untuk
memenuhi capaian ke-11 dari program MDGs, namun lebih dari itu karena
program pemenuhan hunian yang layak bagi masyarakat merupakan salah
satu tugas negara yang layak diprioritaskan.
Negara melalui Undang-Undang Dasarnya pada Pasal 28 H ayat 1
menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Rumah sebagai tempat tinggal bermakna sangat strategis karena
dirumahlah pembentukan watak, karakter, jadi diri dan kepribadian bangsa
sebagai tahapan penting pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dimulai. Menilik esensi pesan tersebut, keberpihakan, kepedulian dan
tanggungjawab negara dalam menjamin pemenuhan hak akan tempat
tinggal/rumah yang layak dan terjangkau makin penting maknanya.
Lahirnya Undang-Undang nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Rusun
(Rusun) menggantikan Undang-Undang nomor 16 tahun 1985 yang sudah

56 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

penutup

kepentingannya sejak perencanaan hingga


pengelolaan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan
rusunawa sejak usulan hingga serah terima/
hibah telah diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan para pemangku kepentingan dalam
menjalankan proses ini.
Kriteria kota, lokasi,lahan dan aspek teknis lainnya
juga telah ditetapkan ketentuannya sehingga
Pemerintah Daerah selaku penyelenggara memiliki
panduan dalam merencanakan dan menyusun
proposal awal yang ditujukan kepada Pemerintah
Pusat melalui tim Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Setelah itu masing-masing pihak akan menjalankan
tugas dan fungsinya yang secara jelas telah diatur
dalam undang-undang rusun yang baru.

tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan


dinamika masyarakat memberikan optimisme baru
akan penyelenggaraan rusun yang lebih baik dan
lebih cepat dimasa yang datang. Undang-Undang
yang mengatur secara komprehensif berbagai
aspek penting penyelenggaraan rusun ini, telah
memperkuat legitimasi dan menegaskan peran para
pemangku kepentingan sehingga yang diharapkan
dapat bekerja sama, membangun sinergi lintas
sektoral yang kokoh dan berkelanjutan.
Landasan penguatan sinergi antara Pemerintah
Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan masyarakat
didasari oleh adanya pemahaman yang sama
sebagai landasan aksi. Kesepahaman ini selanjutnya
akan mendorong lahirnya kesadaran bersama
untuk bergerak, mendukung dan mensukseskan
program rusunawa sesuai koridor tugas dan fungsi
masing-masing.
Sukses pembangunan rusunawa membutuhkan
keterlibatan yang intens antara seluruh pemangku

Masyarakat sebagai calon penghuni juga sejak


awal telah dilibatkan melalui kegiatan sosialisasi
pemberdayaan yang pelaksanaannya dilakukan
secara pararel dengan penyusunan Detail
Engeneering Design (DED). Proses ini diarahkan
pada tujuan agar masyarakat siap menerima
keberadaan rusunawa, siap dipindahkan serta
meniadakan hambatan sejak proses konstruksi
hingga pemanfaatannya.
Fase yang juga sangat menentukan dalam
penyelenggaraan rusunawa adalah fase persiapan
penghunian, pengelolaan hingga hibah. Dalam
proses ini Ditjen Cipta Karya melakukan berbagai
tahapan dari masing-masing proses untuk menjamin
pemanfaatan dan pengelolaan yang optimal atas
aset negara yang diharapkan dapat dimanfaatkan
secara optimal. Pola pengelolaan yang tepat
serta mampu menjamin tetap terpeliharanya
bangunan dan fungsi-fungsi rusunawa dalam
jangka panjang akan berdampak pada peningkatan
kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat
sesuai tujuan penyelenggaraan rusunawa yakni :
memenuhi kebutuhan MBR atas hunian yang sehat
dan layak.

57

peta & tabel

pembangunan rusunawa ta 2003-2011

Peta Hasil Pembangunan Rusunawa TA 2003-2011

Sumatera

sumatera Utara
nanggro aceh darussalam
2 Banda Aceh (2)

medan belawan (1)

Tanjung Balai, Sei Raja (1). Medan, USU (1)

Medan, Belawan (1). Medan, USU (1). Tanjung Balai (1)

Medan, Belawan (1)

Kota Tebing Tinggi (2). Kota Medan (2)

Kota Tanjung Balai (1)

riau
2

Batam, muka kuning (2)

kepulauan riau
4

batam 1, sekupang (2). Batam 2, Sekupang (2)

kota Batam, muka kuning (2)

kota Batam 1 (2), kota Batam 2 (2)

bangka-belitung
2

kota pangkal pinang (2)

kota pangkal pinang (2)

sumatera barat
Padang, UNAND (1) 1
Kota Padang (2) 2

bengkulu
bengkulu (1)

sumatera selatan

lampung
bandar lampung (1)

bandar lampung (1), keteguhan

kota bandar lampung (2)

60 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Palembang, Kasnaryansyah (1)

Palembang, unsri (2)

kota palembang (2)

Peta Hasil Pembangunan Rusunawa TA 2003-2011

Jawa

Jawa tengah

banten
1,5 Tangerang, Manis Jaya (1,5)

Surakarta, Begalon (1)

Kota Tangerang (2). Kab. Serang (1)

Semarang, Kali Gawe (1).


Semarang, UNDIP (1)

Kota Tangerang (2). Kab. Serang (1)

Semarang, Kaligawe (2), Surakarta, Begalon (1),


Sukoharjo (1)Cilacap (1), Semarang, UNDIP (2),
Karanganyar (1)

Pekalongan, Krapyak (1), Wonosobo, UNSIQ (1),


Surakarta, UNS (1)

11

Sukoharjo (2). Surakarta, UMY (1), Pekalongan,


Krapyak (2), Karanganyar, Sroyo (1), Cilacap,
Tg. Kemulyaan (1), Semarang 1, Kaligawe (2),
Semarang 2, Kaligawe (2)

Kab. Semarang (1). Surakarta, Kel. Semanggi (2).


Kab. Kudus (2). Kab. Jepara (1)

Kab. Jepara 1 (2). Kab. Jepara 1 (1). Kota Surakarta 1 (1).


Kota Surakarta 2 (1). Kota Salatiga (2)

dki jakarta
3

Jakarta Utara, Marunda (3)

Jakarta Utara, Marunda (1)

Komarudin 1 (2). Cipinang Besar


10 Selatan (2). Pinus Elok 1 (2). Pinus
Elok 2 (2). Cakung Barat (2)

PTIQ, Jl. Pasar Jumat (1).


DKI, Jl. Komarudin 1 & 2 (4)

Jawa barat

yogyakarta

2 Cimahi, Cigugur Tengah (2)

Yogyakarta, Cokrodirjan (1)

Depok, Cimanggis (1).


4
Bekasi, Jaya (1).
Bogor, Menteng (1).
Karawang, Jl. Truno Asri (1)

Sleman (1)

Yogyakarta, UGM (1)

Yogyakarta, Kalicode (1).


Yogyakarta, UGM (1).
Yogyakarta, UMY (3).

Sleman (1)

Yogyakarta, Tg. Panggung (1).


Yogyakarta, Gowongan (1)

Kab. Bantul (2). Kab. Sleman (1)

Kab. Sleman (1). Kab. Bantul (1)

Bogor, Menteng Asri. (1)

5 Bandung, Cingised (1).

Parung Panjang, Bogor (3)


Sumedang, UNPAD (2).

6 Bandung, Cingised (1).

Bandung, ITB (1). Depok (2)

1 Bogor (1)
2

Bogor, Menteng (1).


Bandung, Cingised (1)

Kota Bandung Sadang-Serang (1).


5 Bandung Cingised (1).
Kab. Cimahi 1 & 2 (3)

jawa timur
5

Surabaya Penjaringan Sari (2). Surabaya


Wonorejo (1). Surabaya Penjaringan Sari (1).
Gresik (1)

Sidoarjo, Tambak Sawah (1). Surabaya,


Wonorejo (2)

11

Surabaya, ITS (4), Sidoarjo (2).


Surabaya, Sidotopo (3), Gresik (2)

Surabaya, Tanah Merah (2)


Sidoarjo, Tambakwaru (1)

Kota Surabaya, Kalikedinding (2).


Kota Surabaya, Penjaringan Asri (1).
Kota Sidoarjo, Agro (2). Kab. Sidoarjo,
Ngelom (2). Kota Probolinggo (1).
Jember (1)

Kota Cimahi 1 (2). Kota Cimahi 2 (1).

6 Kab. Bandung 1 (2).

Kab. Bandung 2 (1)

KETERANGAN
2003-2004

2005-2006

2007

2008-2009

2004-2005

2006-2007

2007-2008

2010-2011

Kab. Sidoarjo 1 (1). Kab. Sidoarjo 2 (2).


Kota Probolinggo 1 (1). Kota Probolinggo
2 (1). Kota Madiun (1). Kota Kediri (2).
Kota Surabaya (1).

Peta Hasil Pembangunan Rusunawa TA 2003-2011

Kalimantan

Kalimantan barat
1

Entikong (1)

Kota Pontianak, Kel. Sungai Beliung (1)

Kalimantan timur
1

Nunukan, Kws Sedadap (1)

samarinda (1),
Tarakan, Boom Panjang (1)

Kota balikpapan (1)

Kalimantan tengah
1 palangkaraya (1)

Kalimantan selatan

KETERANGAN
2003-2004

2005-2006

2007

2008-2009

2004-2005

2006-2007

2007-2008

2010-2011

62 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

banjarmasin, kalayan selatan (1)

banjarmasin (1)

Kota banjarmasin (1)

Peta Hasil Pembangunan Rusunawa TA 2003-2011

Sulawesi, NTT & NTB

sulawesi utara

sulawesi tengah
kota palu (1)

bitung (1)

Kota manado 91),


Kota bitung (1),
Kota bitung (1)

sulawesi selatan
Makassar, Daya (1)

Makassar, Marisso (3)

Makassar, UNHAS (2).


Makassar Kota (1)

Makassar, UNISMU (2).


Luwu Timur, Malili (3)

Kota Makassar, Mariso (2).


Kota Makassar, Daya (1)

Kota Bantaeng (1)

nusa tenggara barat


1

mataram (1)

sulawesi tenggara
3

Kendari (1), Bau-bau, barataguru (2)

kab kolaka (2)

nusa tenggara timur


1 kota kupang (1)

Peta Hasil Pembangunan Rusunawa TA 2003-2011

Papua

papua

KETERANGAN
2003-2004

2005-2006

2007

2008-2009

2004-2005

2006-2007

2007-2008

2010-2011

64 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Jayapura, UNCEN (1),


Jayapura, Dok 9 (1)

Jayapura, UNCEN (1)

Lokasi Pembangunan Rusunawa TA 2003-2011


TA 2003-2004
No

Propinsi

Kota/Kabupaten/Lokasi

Type

Twin
Blok

Jml
Unit

Riau

Batam, Muka Kuning

27

160

Jawa Barat

Cimahi, Cigugur Tengah

21

192

Banten

Tangerang, Manis Jaya

21

1.5

144

Jawa Tangah

Surakarta, Begalon

21

96

DI Yogyakarta

Yogyakarta, Cokrodirjan (Kali Code)

21

72

Jawa Timur

Surabaya Penjaringan Sari

21

192

Surabaya Wonorejo

21

96

Surabaya Penjaringan Sari

21

96

Gresik

21

96

Makassar, Daya

21

96

13.5

1240

Type

Twin
Blok

Jml
Unit

Sulawesi Selatan

TA 2004-2005
No

Propinsi

Kota/Kabupaten/Lokasi

Sumatera Utara

Medan, Belawan

21

96

DKI Jakarta

Jakarta Utara, Marunda

30

300

Jawa Barat

Depok, Cimanggis

21

96

Bekasi, Jaya

21

96

Bogor, Menteng Asri

27

80

Karawang, Jl. Truno

30

80

Sleman

21

96

844

DI Yogyakarta

65

TA 2005-2006
No

Propinsi

Type

Twin
Blok

Jml
Unit

Tanjung Balai, Sei Raja

21

96

Kota/Kabupaten/Lokasi

Sumatera Utara

Medan, USU

21

96

Sumatera Selatan

Palembang, Kasnaryansyah

21

96

DKI Jakarta

Jakarta Utara, Marunda

30

200

Jawa Barat

Bogor, Menteng Asri

27

80

Bandung, Cingised

21

96

Parung Panjang, Bogor

21

288

Semarang, Kali Gawe

21

96

Semarang, UNDIP

21

96
96

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Yogyakarta, UGM

21

Jawa Timur

Sidoarjo, Tambak Sawah

21

96

Surabaya, Wonorejo

21

192

Kalimatan Barat

Entikong

21

96

Kalimatan Timur

Nunukan, Kws. Sedadap

21

96

10

Sulawesi Selatan

Makassar, Marisso

21

288

11

Papua

Jayapura, Dok 9

21

96

Jayapura, UNCEN

21

96

23

2200

66 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

peta dan tabel

TA 2006-2007
Type

Twin
Blok

Jml
Unit

Medan, Belawan

21

96

Medan, USU

21

96

Tanjung Balai

21

96

Sumatera Selatan

Palembang, UNSRI

21

192

Sumatera Barat

Padang, UNAND

21

96

Jawa Barat

Sumedang, UNPAD

21

192

Bandung, Cingised

21

96

Bandung, ITB

21

96

Depok

21

192

Semarang, Kaligawe

21

192

Surakarta, Begalon

21

96

Sukoharjo

21

96

Cilacap

21

96

Semarang, UNDIP

21

192

Karanganyar

21

96

Yogyakarta, Kalicode

21

96

Yogyakarta, UGM

21

96

Yogyakarta, UMY

21

288

Surabaya, ITS

21

384

Sidoarjo

21

192

Surabaya, Sidotopo

21

288

No
1

Propinsi
Sumatera Utara

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Kota/Kabupaten/Lokasi

Gresik

21

192

Kalimantan Selatan

Banjarmasin, Kelayan Selatan

21

96

Sulawesi Selatan

Makassar, UNHAS

21

192

Makassar Kota

21

96

10

Sulawesi Utara

Bitung

21

96

11

Papua

Jayapura, UNCEN

21

96

42

4032

67

TA 2007
No

Propinsi

Kota/Kabupaten/Lokasi

Type

Twin
Blok

Jml
Unit

Lampung

Bandar lampung

21

96

Jawa Barat

Bogor

27

80

Jawa Tengah

Pekalongan, Krapyak

21

96

Wonosobo, UNSIQ

21

96

Surakarta, UNS

21

96

Sleman

21

96

560

DI Yogyakarta

68 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

peta dan tabel

TA 2007-2008
No

Propinsi

Type

Twin
Blok

Jml
Unit

Batam 1, Sekupang

24

198

Kota/Kabupaten/Lokasi

Kepulauan Riau

Batam 2, Sekupang

24

198

Sumatera Utara

Medan, Belawan

21

96

Bengkulu

Bengkulu

21

96

Lampung

Bandar Lampung, Keteguhan

21

96

DKI Jakarta

Komarudin 1

30

200

Cipinang Besar Selatan

30

200

Pinus Elok 1

30

200

Pinus Elok 2

30

200

Cakung Barat

36

160

Bogor, Menteng

27

80

Bandung, Cingides

21

96

Sukoharjo

21

192

Surakarta, UMY

21

96

Pekalongan, Krapyak

21

192

Karanganyar, Sroyo

21

96

Cilacap, Tg. Kemulyaan

21

96

Semarang 1, Kaligawe

24

198

Semarang 2, Kaligawe

24

198

Yogyakarta, Tg. Panggung

21

96

Yogyakarta, Gowongan

21

96

Surabaya, Tanah Merah

21

192

Sidoarjo, Tambakwaru

21

96

Samarinda

21

96

Tarakan, Boom Panjang

24

99

6
7

8
9
10

Jawa Barat
Jawa Tengah

DI Yogyakarta
Jawa Timur
Kalimanta Timur

11

Kalimantan Tengah

Palangkaraya

21

96

12

Sulawesi Tenggara

Kendari

21

96

Bau-Bau, Barataguru

24

198

13

Sulawesi Selatan

Makassar, UNISMU

21

192

Luwu Timur, Malili

21

288

46

4433

69

TA 2008-2009
No

Propinsi

Kota/Kabupaten/Lokasi

Type

Twin
Blok

Jml
Unit

Nangroe Aceh Darussalam

Banda Aceh

24

198

Sumatera Utara

Kota Tebing Tinggi

24

198

Kota Medan

24

198

Kepulauan Riau

Kota Batam, Muka Kuning

24

198

Bangka Belitung

Kota Pangkal Pinang

24

198

Banten

Kota Tangerang

24

198

Kab. Serang

21

96

PTIQ, Jl. Pasar Jum'at

24

99

DKI, Jl. Komarudin 1 & 2

30

400

Kota Bandung Sadang-Serang

24

99

Bandung Cingised

24

99

Kab. Cimahi 1 & 2

24

297

Kab. Semarang

24

99

Surakarta, Kel. Semanggi

24

198

Kab. Kudus

24

198

Kab. Jepara

24

99

Kab. Bantul

24

198

Kab. Sleman

24

99

Kota Surabaya, Kalikedinding

24

198

Kota Surabaya, Penjaringan Asri

24

99

Kota Sidoarjo, Agro

24

198

Kab. Sidoarjo, Ngelom

24

198

Kota Probolinggo

24

99

6
7

9
10

DKI Jakarta
Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta
Jawa Timur

Jember

24

99

11

Nusa Tenggara Barat

Mataram

24

99

12

Kalimantan Barat

Kota Pontianak, Kel. Sungai Beliung

24

99

13

Kalimantan Selatan

Banjarmasin

21

96

14

Kalimanta Timur

Kota Balikpapan

24

99

15

Sulawesi Selatan

Kota Makassar, Mariso

24

198

Kota Makassar, Daya

24

99

16

Sulawesi Tenggara

Kab. Kolaka

24

198

17

Sulawesi Tengah

Kota Palu

24

99

18

Sulawesi Utara

Kota Manado

24

99

Kota Bitung

24

99

Kota Bitung

24

99

54

5344

70 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

peta dan tabel

TA 2010-2011
No

Propinsi

Kota/Kabupaten/Lokasi

Type

Twin
Blok

Jml
Unit
198

Sumatera Barat

Kota Padang

24

Sumatera Utara

Kota Tanjung Balai

24

99

Kepulauan Riau

Kota Batam 1

24

198

Kota Batam 2

24

198

Sumatera Selatan

Kota Palembang

24

198

Bangka Belitung

Kota Pangkal Pinang

24

198

Lampung

Kota Bandar Lampung

24

198

Banten

Kota Tangerang

24

198

Jawa Barat

Kota Cimahi 1

24

198

Kota Cimahi 2

24

99

Kab. Bandung 1

24

198

Kab. Bandung 2

24

99

Kab. Jepara 1

24

198

Kab. Jepara 1

24

99

Kota Surakarta 1

24

99

Kota Surakarta 2

24

99

Jawa Tengah

Kota Salatiga

24

198

10

DI Yogyakarta

Kab. Sleman

24

99

Kab. Bantul

24

99

11

Jawa Timur

Kab. Sidoarjo 1

24

99

Kab. Sidoarjo 2

24

198

Kota Probolinggo 1

24

99

Kota Probolinggo 2

24

99

Kota Madiun

24

99

Kota Kediri

24

198

Kota Surabaya

24

99

12

Kalimantan Selatan

Kota Banjarmasin

24

99

13

Sulawesi Selatan

Kota Bantaeng

24

99

40

4059

71

TA 2011-2012
No

Propinsi

Kota/Kabupaten/Lokasi

Type

Twin
Blok

Unit
198

Nangroe Aceh Darussalam

Kota Banda Aceh

24

Sumatera Utara

Kota Tanjung Balai

24

99

Kota Sibolga

24

198

Kota Medan

24

198

Kota Binjai

24

99

Kota Sawah Lunto

24

198

297

Sumatera Barat

Sumatera Selatan

Kota Palembang

24

Kepulauan Riau

Kota Batam

24

396

297

Riau

Kota Pekanbaru

24

Jawa Barat

Kab.Bandung 1

24

297

Kota Bandung

24

99

Kota Sukabumi

24

99

Bandung (ITB)

24

198

Kab. Bandung 2

24

99

Kota Tegal

24

198

Kab. Cilacap

24

198

Kota Semarang 1

24

198

Kota Kudus

24

198

Kab. Pemalang

24

99

Kota Semarang 2

24

198

Kab. Klaten

24

198

Kab. Bantul

24

99

Kab. Sleman 1

24

297

Kab. Sleman 2

24

99

24

0,5

49,5

24

0,5

49,5

24

99

24

198

Kota Probolinggo

24

99

Kota Kediri

24

297

Kota Blitar

24

198

Kab. Lumajang

24

198

Kota Pasuruan

24

198

Kab. Sidoarjo 2

24

198

10

Jawa Tengah

D I Yogyakarta

Jawa Timur

Kota Surabaya
Kab. Sidoarjo 1

72 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

peta dan tabel

TA 2011-2012
No

Propinsi

Type

Twin
Blok

Unit

Kota Tarakan

24

99

Kota/Kabupaten/Lokasi

11

Kalimantan Timur

Kota Balikpapan

24

99

12

Kalimantan Barat

Kota Pontianak (STAIN)

24

99

13

Sulawesi Selatan

Kab. Jeneponto

24

99

Kab. Bantaeng

24

99

Kota Palu

24

99

Kota Bau Bau

24

198

70

6930

14
15

Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara

Dalam upaya menangani permasalahan


kawasan permukiman kumuh perkotaan,
Kementerian Pekerjaan Umum melalui
Direktorat Jenderal Cipta Karya, pada tahun
2003-2009 telah membangun 193,5 TB.
Dilanjutkan dengan 110 TB yang telah
terbangun di tahun 2010-2012. Sedangkan
tahun 2012-2013 masih ada 48 TB dalam
proses pembangunan. Sesuai dengan
Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
Umum, pada tahun 2013-2014 akan dibangun
67 TB dan 25 TB di tahun 2014, sehingga
tahun 2010-2014 total rusunawa yang
terbangun sebanyak 250 TB.

73

74 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Pembangunan Rusunawa 2003-2004

cigugur tengah, cimahi, jawa barat

cigugur tengah, cimahi, jawa barat

75

Pembangunan Rusunawa 2004-2005

muka kuning, batam, Riau

belawan, medan, Sumatera utara

76 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

makasar daya, makasar, sulawesi selatan

Rusunawa menteng asri,


bogor, jawa barat

Rusunawa menteng asri, bogor, jawa barat

77

Pembangunan Rusunawa 2004-2005

cigugur, cimahi, jawa barat

cigugur, cimahi, jawa barat

78 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

bekasi jaya, bekasi jawa barat

bekasi jaya, bekasi jawa barat

79

Pembangunan Rusunawa 2004-2005

parung panjang, bogor, jawa barat

parung panjang, bogor, jawa barat

80 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

cimanggis, depok, jawa barat

cimanggis, depok, jawa barat

81

Pembangunan Rusunawa 2004-2005

marunda, jakarta

marunda, jakarta

82 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

sidoarjo, jawa timur

sidoarjo, jawa timur

83

Pembangunan Rusunawa 2004-2005

kalicode, yogyakarta, diy

bagelon, surakarta, jawatengah

84 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

rusunawa UGM,Yogyakarta, diy

85

Pembangunan Rusunawa 2005-2006

kasnariansyah, palembang, sumatera selatan

cingsed, bandung jawa barat

86 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

MARISO,MAKASAR, SULAWESI SELATAN

MARISO,MAKASAR, SULAWESI SELATAN

cingsed, bandung jawa barat

87

Pembangunan Rusunawa 2005-2006

jayapura, papua

jayapura, papua

88 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

jayapura, papua

uncen, jayapura, papua

uncen, jayapura, papua

89

Pembangunan Rusunawa 2005-2006

undip, semarang, jawa tengah

undip, semarang, jawa tengah

90 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

nunukan, sedadap, kalimantan timur

entikong, kalimantan barat

dok 9, papua

91

Pembangunan Rusunawa 2006-2007

kaligawe, semarang, jawa tengah

kaligawe, semarang, jawa tengah

92 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

krapyak, pekalongan, jawa tengah

krapyak, pekalongan, jawa tengah

93

Pembangunan Rusunawa 2006-2007

94 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

rusunawa cilacap, jawa tengah

95

Pembangunan Rusunawa 2006-2007

rusunawa, itb, bandung, jawa barat

rusunawa, itb, bandung, jawa barat

96 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

its, surabaya, jawa timur

its, surabaya, jawa timur

97

Pembangunan Rusunawa 2006-2007

kalayan, banjarmasin, kalimantan selatan

ugm, yogyakarta

98 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

its, surabaya, jawa timur


ugm, yogyakarta

ugm, yogyakarta

99

Pembangunan Rusunawa 2006-2007

begalon, surakarta, jawa tengah

begalon, surakarta, jawa tengah


begalon, surakarta, jawa tengah

100 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

gresik, jawa timur

gresik, jawa timur

gresik, jawa timur

101

Pembangunan Rusunawa 2006-2007

sidoarjo, jawa timur

sidoarjo, jawa timur

102 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

kalikedinding, surabaya, jawa timur

jalan randu, surabaya, jawa timur

jalan randu, surabaya, jawa timur

103

Pembangunan Rusunawa 2007-2008

jalan pinus elok, cakung jakarta

sekupang, batam, riau

104 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

jalan pinus elok,


cakung jakarta

rusunawa, bengkulu

rusunawa,
bengkulu
rusunawa,
bengkulu

105

Pembangunan Rusunawa 2007-2008

sroyo, karanganyar,
jawa tengah

sroyo, karanganyar, jawa tengah

sroyo, karanganyar,
jawa tengah

106 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

cipinang, jakarta timur, dki

cipinang, jakarta timur, dki

cipinang, jakarta timur, dki

107

Pembangunan Rusunawa 2007-2008

sukoharjo, jawa tengah

sukoharjo, jawa tengah

108 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

sukoharjo,
jawa tengah

uns, surakarta,
jawa tengah

rusunawa, bengkulu

uns, surakarta, jawa tengah

uns, surakarta, jawa tengah

109

Pembangunan Rusunawa 2008-2009


rusunawa, jember, jawa timur

rusunawa, jember, jawa timur

110 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

muka kuning, batam, riau

penjaringan, jakarta

111

Pembangunan Rusunawa 2010-2011

rusunawa, jepara jawa tengah

112 rusunawa,
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

rusunawa, kediri, jawa timur

rusunawa, kediri, jawa timur

113

Daftar Istilah
APBD
: Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBN
: Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
BLU
: Badan Layanan Umum
DED
: Detail Engineering Design
DIPA
: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DPR
: Dewan Perwakilan Rakyat
DPPKA
: Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset
ICETT
: International Center for Environmental Technology Transfer
MBR
: Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MDGs
: Millenium Development Goals
PDAM
: Perusahaan Daerah Air Minum
Pokja
: Kelompok Kerja
PKN
: Pusat Kegiatan Nasional
PKW
: Pusat Kegiatan Wilayah
PNPB
: Penerimaan Negara Bukan Pajak
PP
: Peraturan Pemerintah
PPK
: Pejabat Pembuat Komitmen
PSD
: Pembangunan Sarana Dasar
RPIJM
: Rencana Program Investasi Jangka Menengah
RPJM
: Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJMN
: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPKPP
: Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas
RTH
: Ruang Terbuka Hijau
RTRW
: Rencana Tata Ruang Wilayah
RT/RW
: Rukun Tetangga/Rukun Warga
RTRWN
: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rusun
: Rumah Susun
SCM
: Show Case Meeting
SPPIP
: Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
TB
: Twinblok
Tupoksi
: Tugas Pokok dan Fungsi
UU
: Undang-undang
UPT
: Unit Pengelola Teknis
USAID :
United States Agency for International Development

rusunawa komitmen bersama


penanganan permukiman kumuh
Pembina

Budi Yuwono
Pengarah

Amwazi Idrus
Penanggung Jawab

Nieke Nindyaputri
Christ Robert Marbun
Hendarko Rudy Susanto
Th. Sri Mulyantini Respati
Fitri Peranginangin

Pelaksana

Deva Kurniawan
Kusumawardhani
Muhammad Danial
Arifandi Pohan
Astri Paramitha
Irawanto
Dessiana Sinukaban

Penerbit

Direktorat Pengembangan Permukiman


Direktorat Jenderal Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum


Direktorat jenderal cipta karya
direktorat pengembangan permukiman

Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru - Jakarta Selatan


Telp/Fax. (021) 72797427
rusunawa,
116
komitmen bersama penanganan permukiman kumuh

Anda mungkin juga menyukai