Anda di halaman 1dari 8

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik

untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode


penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan
kemurnian produk tersebut. Sediaan obat/kosmetika yang stabil adalah suatu
sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama priode
penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat. Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-life) (Joshita,
2008). Stabilitas suatu produk ditunjang oleh dua hal yaitu kestabilan isi kandungan
dan interaksi antara isi kandungan dengan wadah. Stabilitas produk yaitu stabilitas
dari produk yang disimpan dalam wadah inert dan tidak permeable yang tidak
berinteraksi dan sepenuhnya melindungi produk dari atmosfir. Stabilitas produkwadah termasuk semua interaksi yang mungkin terjadi antara produk dari wadah
misalnya absorpsi konstituen wadah oleh produk, korosi atau efek produk, korosi
atau efek buruk lain dari produk dari wadah dan sifat barner wadah (Djajadisastra,
2004).
Jenis stabilitas yang umum dikenal adalah stabilitas kimia, fisika,
mikrobiologi, terapi, dan toksikologi.
1. Stabilitas kimia adalah kemampuan suatu sediaan untuk mempertahnkan
keutuhan kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam
batasan spesifikasi.
2. Stabilitas fisika adalah kemampuan suatu sediaan untuk mempertahankan
pemerian, rasa, keseragaman, kelarutan, dan sifat fisika lainnya.
3. Stabilitas mikrobiologi adalah sterilitas atau resistensi

terhadap

pertumbuhan mikroba dipertahankansesuai dengan persyaratan yang


dinyatakan.
4. Stabilitas terapi adalah kemampuan suatu sediaan untuk menghasilkan efek
terapi yang tidak berubah selama waktu simpan (shelf life) sediaan.
5. Stabilitas toksikologi adalah mengacu pada tidak terjadinya peningkatan
toksisitas yang bermakna selama waktu simpan.
(Djajadisastra, 2008)

Ketidakstabilan kimia sediaan ditandai dengan berkurangnya konsentrasi zat aktif


karena terjadi reaksi atau interaksi kimia, terjadi reaksi atau interaksi kimia,
rusaknya eksipien karena hidrolisis dan reaksi sejenis serta oembentukan senyawa
lain. Ketidakstabilan fisik sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna atau
munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi,
pengendapan suspensi (caking), perubahan konsistensi, pertumbuhan kristal atau
perubahan bentuk kristal, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya. Kestabilan
fisik emulsi atau suspensi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
kestabilan kimia dari emulgator, suspending agent, antioksidan, pengawet dan bahan
aktif. Ketidakstabilan mikrobiologi sediaan ditandai dengan pertumbuhan
mikroorganisme yang tampak maupun tidak tampak seperti Aspergillus niger,
Candida albicans, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Escheria coli,
yang mencemari produk pada waktu pembuatan (Djajadisastra, 2004).
Uji stabilitas sendiri ada 2 jenis, yaitu uji stabilitas dipercepat dan uji
stabilitas jangka panjang. Pada uji stabilitas jangka panjang untuk produk baru
biasanya pengujian dilakukan pada suhu kamar yang dikendalikan (30 oC + 2oC )
dengan kelembaban nisbi ruangan 75% + 5%, kecuali untuk obat yang peka
terhadap suhu dilakukan pada suhu rendah (5oC + 2oC) dengan rentang waktu
pengujian pada bulan 0, 3, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 60. Biasanya pengujian
dilakukan sampai bulan ke-36, tetapi apabila masih memenuhi syarat pengujian
harus diteruskan sampai bulan ke-60. Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan
pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber, obat dalam
kemasan aslinya dipaparkan pada suhu 40 2 oC dan kelembapan 75 5%
sedangkan uji stabilitas jangka panjang, obat dipaparkan pada suhu 2520 oC dan
kelembaban 605%. Pada bulan-bulan tertentu, obat yang disimpan dalam lemari
climatic chamber (pada uji stabilitas dipercepat) maupun pada uji stabilitas jangka
panjang, akan diuji kualitas fisika, kimia maupun mikrobiologinya. Data hasil
pengujian tersebut akan diolah secara statistika, sampai akhirnya kita menemukan
tanggal kadaluarsa (masa edar) secara kuantitatif, dan tanggal tersebutlah yang akan
dijadikan patokan kadaluarsa obat yang nantinya harus dicantumkan dalam kemasan
obat. Sediaan semisolid umumnya berupa suspensi dan emulsi. Untuk uji stabilitas
sistem emulsi secara umum yang termasuk uji dipercepat yang dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara

menyimpan sample pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya


perubahanyang biasanya terjadi pada kondisi normal. Pengujian tersebut antara lain:
1. Elevated temperature (indikator kestabilan)
Uji penyimpanan pada suhu 4oC (kelembapan kamar) selama 1

minggu.
Uji penyimpanan pada suhu suhu kamar 20oC atau 25oC/kelembapan

kamar selama 0, 1, 2, 3, 4 bulan, 1 tahun.


Uji penyimpanan pada suhu -20oC selama 24 jam (pengukuran

dilakukan setelah dilelehkan).


Uji penyimpanan pada suhu -5oC selama 1 minggu

dilakukan setelah dilelehkan).


Uji penyimpanan pada suhu 40oC/kelembapan kamar (ICH guideline)

selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3, 6 bulan.


Uji penyimpanan pada suhu 45oC/kelembapan kamar (FDA guideline)

(pengukuran

selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3 bulan.


Uji penyimpanan pada suhu 50oC/80% RH:1, 3 hari; 1 minggu.
2. Elevated humidities (menguji kemasan produk)
3. Cycling test termasuk freeze thaw test (menguji terbentuknya kristal /awan)
Pada uji cycling test dilakukan dengan siklus antara suhu kamar/suhu

45oC masing-masing selama 24 jam sebanyak 6 siklus.


Freeze/thaw antara 4oC dan 40oC atau 45oC.
Freeze/thaw antara -30oC/suhu kamar selama 24 jam sebanyak
minimum 6 siklus untuk sediaan larutan, emulsi, krim, cairan, dan
semisolid lain.

Uji cycling test pada emulsi dilakukan untuk menguji produk terhadap
kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan sebagai indikator
kestabilan emulsi, sedangkan pada gel untuk menguji apakah terjadi
sineresis pada gel. Sineresis adalah gejala pada saat gel mengerut secara
alamiah dan sebagian dari cairannya terperas ke luar. Hal ini terjadi karena
struktur matriks serat gel yang terus mengeras dan akhirnya mengakibatkan
terperasnya air ke luar.
4. Pemaparan terhadap cahaya (untuk menguji keadaan di pasaran)
Dipaparkan pada cahaya siang hari selama 1 tahun (bukan pada

matahari langsung).
Pemaparan terus menerus selama 1-2 minggu dalam lemari uji cahaya
yang berisi baterai tabung fluorescens dimana sample ditempatkan
sejauh 1 kaki dari sumber cahaya, sumber cahaya biasanya tipe
3

Polarite daylight 40W (Thorn-EMI) dengan panjang tabung 132cm


dan baterai dengan 12 tabung cukup untuk mendapatkan pencahayaan
seperti cahaya siang hari.
Dengan lampu xenon selama 1-2 minggu.
Dengan sinar UV selama 1-2 minggu.
5. Shaking test dan centrifugal test (untuk menguji pecahnya emulsi)
(Djajadisastra, 2004)
Parameter uji kestabilan meliputi organoleptik (penampilan fisik) seperti:
warna, bau, pemisahan; viskosita; ukuran partikel; pH; dan kekuatan zat aktif.
Berikut adalah beberapa uji stabilitas untuk sediaan semisolid seperti gel, krim,
salep, dan pasta.
I.1 Uji Stabilitas Sediaan Gel
a. Organoleptik
Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahanperubahan
bentuk, warna, dan bau dari sediaan dan sediaan standar selama waktu
penyimpanan, pengamatan perubahanperubahan bentuk, warna dan bau
tersebut dilakukan pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu
sampai hari ke 56 penyimpanan.
b. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter ke dalam
sediaan gel dengan kitosan dan sediaan gel standar yang diencerkan
terlebih dahulu, pH sediaan akan tertera pada monitor pengukuran
dilakukan pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari
ke 56 penyimpanan.
c. Viskositas
Sediaan dengan kitosan dan sediaan gel standar diukur viskositasnya
dengan menggunakan viscometer dengan spindle yang cocok ( spindel
nomor 2 ). Pengukuran dilakukan 3 kali untuk masing masing sediaan
gel pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari ke 56
penyimpanan.
d. Kandungan antioksian
I.2 Uji Stabilitas Sediaan Krim
I.2.1 Evaluasi Secara Fisika
a. Uji Organoleptis

Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahanperubahan


bentuk, warna, dan bau dari sediaan
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat
proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan
bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen.
Persyaratanya harus homogen, sehingga krim yang dihasilkan mudah
digunakan dan terdistribusi merata pada kulit. Alat yang digunakan untuk
pengujian homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe
katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis
maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui
homogenizer atau mill pada temperatur 30 40oC. Krim harus tahan
terhadap gaya gesek yang timbul akibat pemindahan produk maupun
akibat aksi dari alat pengisi (Anief, 1997).
c. Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gram krim diletakkan dengan hati-hati di atas kertas
grafik yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan
luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi
dengan plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 1, 2, dan 5 g
dan dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh
sediaan dapat dihitung (Voigt, 1994).
d. Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut: krim dengan
berat 0,25 g diletakkan di atas dua gelas objek yang telah ditentukan
kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu gelas
objek dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 80 g dan kemudian
dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek (Syarifah, 2007).
e. Uji Pengukuran Viskositas Sediaan
Viskositas formula krim diukur dengan menggunakan viscometer
Brookfield menggunakan spindel CP-52 pada kecepatan dan shear rates
yang bervariasi. Pengukuran dilakukan pada kecepatan 0,10, 0,20, 0,30,
0,40, dan 0,50 rpm dalam 60 detik diantara dua kecepatan yang berurutan
sebagai equilibration dengan rentang shear rate dari 0,2 s-1 hingga 1.0 s-1.

Penentuan viskositas dilakukan pada suhu ruangan. Data viskositas diplot


pada rheogram (Purushothamrao et al., 2010).
I.2.2

Evaluasi Secara Kimia


Pengukuran pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4.
Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling
hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang
diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan
posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Depkes RI,
1995).

I.3 Uji Stabilitas Sediaan Salep


a. Organoleptis
Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, warna, bau, dan suhu lebur
(Depkes RI, 1995).
b. pH
Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pH meter yang telah
dibakukan dan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH
menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion
hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti
elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida. Pengukuran
dilakukan pada suhu 250 C, kecuali dinyatakan lain dalam masingmasing monografi (Dirjen POM, 1995). pH salep mendekati pH kulit yaitu
sekitar 6-7.
c. Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat
lunak dari setiap sejenis salap atau mentega, melalui sebuah angka ukur.
Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode sebagai berikut:

Metode penetrometer.

Penentuan batas mengalir praktis

d. Termoresistensi
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan
daya simpan salep di daerah dengan perubahan iklim (tropen) terjadi
secara nyata dan terus-menerus.
e. Distribusi ukuran partikel

Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang


banyak dipakai dalam industri bahan pewarna. Metode tersebut hanya
menghasilkan harga pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang
diperoleh dari cara mikroskopik, akan tetapi setelah dilakukan peneraan
yang tepat, metode tersebut daat menjadi metode rutin yang baik dan cepat
pelaksanaannya.
I.4 Uji Stabilitas Sediaan Pasta
a. Pemeriksaan organoleptis
Keadaan pasta harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya
gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah dan benda asing
yang ada tidak tampak.
b. Homogenitas
Pasta yang dihasilkan harus homogen (serba sama) , tidak ada fase-fase
yang terpisah.
c. Viskositas
Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan alat Viskometer Brookfield tipe
RV dengan spindel no. 7, kecepatan 2 rpm.
d. pH
Uji pH dilakukan menggunakan pH-meter dimana pH untuk sediaan pasta
gigi yang dipersyaratkan adalah 4,5-10,5, pH sediaan diamati selama
penyimpanan pada suhu kamar selama 6 minggu.
e. Pengukuran tinggi busa
Parameter pada pengukuran tinggi busa sangat bergantung pada
konsentrasi surfaktan, selain itu juga dipengaruhi oleh kesadahan air,
suhu ruang saat pengukuran, dan waktu pendiaman.
f. Stabilitas penyimpanan siklus freeze thaw
Uji stabilitas fisik dengan metode penyimpanan pada siklus frezee thaw
dilakukan untuk melihat pengaruh suhu terhadap pemisahan fase pasta
yang terjadi selama penyimpanan pada dua suhu yang berbeda yaitu
siklus frezee pada suhu 4C dan thaw pada suhu 45C.
g. Sentrifugasi
Ditandai dengan adanya lapisan cair berwarna coklat di atas permukaan
sediaan.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic Stability. Seminar Setengah Hari Hiki. Jakarta.
Purushothamrao K, Khaliq K., Sagare P., Patil S. K., Kharat S. S., Alpana.K. 2010.
Formulation and evaluation of vanishing cream for scalp psoriasis. Int J
Pharm Sci Tech Vol-4,Issue-1, 2010. ISSN: 0975-0525

Anda mungkin juga menyukai