Anda di halaman 1dari 36

UJI

STABILITAS
SEDIAAN
SEMI
PADAT
KELOMPOK 9

– Sinta Novianisa (2016210220)


– Sola Fide Vicy (2016210223)
– Sri Mulyani (2016210224)
– Tifany Shania (2016210233)
– Tracy Franzeska (2016210235)
– Viola Tanu (2016210245)
STABILITAS
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik
untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan
kemurnian produk tersebut.
Sediaan obat/kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada
dalam batas yang dapat diterima selama priode penyimpanan dan penggunaan,
dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat.
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat
dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas,
kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan (shelf-life).
JENIS STABILITAS

– Stabilitas kimia adalah kemampuan suatu sediaan untuk


mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi zat aktif yang
tertera pada etiket dalam batasan spesifikasi.
– Stabilitas fisika adalah kemampuan suatu sediaan untuk
mempertahankan pemerian, rasa, keseragaman, kelarutan, dan
sifat fisika lainnya.
– Stabilitas mikrobiologi adalah sterilitas atau resistensi terhadap
pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang dinyatakan.
– Stabilitas terapi adalah kemampuan suatu sediaan untuk
menghasilkan efek terapi yang tidak berubah selama waktu
simpan (shelf life) sediaan.
– Stabilitas toksikologi adalah mengacu pada tidak terjadinya
peningkatan toksisitas yang bermakna selama waktu simpan.
PENGUJIAN
STABILITAS
UJI STABILITAS JANGKA
PANJANG
Pada uji stabilitas jangka panjang untuk produk baru
biasanya pengujian dilakukan pada suhu kamar yang dikendalikan
(30 ± 2℃) dengan kelembaban nisbi ruangan 75 ± 5%, kecuali
untuk obat yang peka terhadap suhu dilakukan pada suhu rendah
(5 ± 2℃) dengan rentang waktu pengujian pada bulan 0, 3, 9, 12,
18, 24, 36, 48, dan 60. Biasanya pengujian dilakukan sampai bulan
ke-36, tetapi apabila masih memenuhi syarat pengujian harus
diteruskan sampai bulan ke-60.
UJI STABILITAS
DIPERCEPAT
Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan pada kondisi
ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber, obat
dalam kemasan aslinya dipaparkan pada suhu 40 ± 2℃ dan
kelembapan 75 ± 5% sedangkan uji stabilitas jangka panjang, obat
dipaparkan pada suhu 25 ± 20℃ dan kelembaban 60 ± 5%. Pada
bulan-bulan tertentu, obat yang disimpan dalam lemari climatic
chamber (pada uji stabilitas dipercepat) maupun pada uji stabilitas
jangka panjang, akan diuji kualitas fisika, kimia maupun
mikrobiologinya.
Data hasil pengujian tersebut akan diolah secara
statistika, sampai akhirnya kita menemukan tanggal
kadaluarsa (masa edar) secara kuantitatif, dan tanggal
tersebutlah yang akan dijadikan patokan kadaluarsa obat
yang nantinya harus dicantumkan dalam kemasan obat.
PENGUJIAN
STABILITAS
1. Elevated Temperature (Indikator Kestabilan Pada Suhu)
– Uji penyimpanan pada suhu 4℃ (kelembapan kamar) selama satu
minggu.
– Uji penyimpanan pada suhu suhu kamar 20 ℃ atau 25 ℃ atau
kelembapan kamar selama 0, 1, 2, 3, 4 bulan, 1 tahun.
– Uji penyimpanan pada suhu -20℃ selama 24 jam (pengukuran dilakukan
setelah dilelehkan).
– Uji penyimpanan pada suhu -5℃ selama satu minggu (pengukuran
dilakukan setelah dilelehkan).
– Uji penyimpanan pada suhu 40℃ atau kelembapan kamar (ICH guideline)
selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3, 6 bulan.
– Uji penyimpanan pada suhu 45 ℃ atau kelembapan kamar (FDA
guideline) selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3 bulan.
– Uji penyimpanan pada suhu 50°C/80% RH:1, 3 hari; 1 minggu.
2. Elevated Humidities (Pengujian Kelembaban Pada Kemasan Produk)

3. Cycling Test termasuk freeze thaw test (Menguji Terbentuknya


Kristal/Awan)
– Pada uji cycling test dilakukan dengan siklus antara suhu kamar atau
suhu 45℃ masing-masing selama 24 jam sebanyak 6 siklus.
– Freeze/thaw antara 4℃ dan 40℃ atau 45℃.
– Freeze/thaw antara -30℃ atau suhu kamar selama 24 jam sebanyak
minimum 6 siklus untuk sediaan larutan, emulsi, krim, cairan, dan semi
padat lain.
4. Pemaparan Terhadap Cahaya (Untuk Menguji Keadaan di Pasaran)
– Dipaparkan pada cahaya siang hari selama 1 tahun (bukan pada matahari
langsung).
– Pemaparan terus menerus selama 1-2 minggu dalam lemari uji cahaya
yang berisi baterai tabung fluoroscens dimana sampel ditempatkan
sejauh 1 kaki dari sumber cahaya, sumber cahaya biasanya tipe Polarite
Daylight 40 W (Thorn-EMI) dengan panjang tabung 132 cm dan baterai
dengan 12 tabung cukup untuk mendapatkan pencahayaan seperti
cahaya siang hari.
– Dengan lampu xenon selama 1-2 minggu.
– Dengan sinar UV selama 1-2 minggu.

5. Shaking Test dan Centrifugal Test (Untuk Menguji Pecahnya Emulsi)


PARAMETER UJI
STABILITAS
GEL

Organoleptik
Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan–
perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan dan sediaan
standar selama waktu penyimpanan, pengamatan perubahan–
perubahan bentuk, warna dan bau tersebut dilakukan pada hari ke
1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari ke-56
penyimpanan.
pH
Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter ke dalam
sediaan gel dengan kitosan dan sediaan gel standar yang diencerkan terlebih
dahulu, pH sediaan akan tertera pada monitor pengukuran dilakukan pada
hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari ke 56 penyimpanan.

Viskositas
Sediaan dengan kitosan dan sediaan gel standar diukur viskositasnya dengan
menggunakan viscometer dengan spindle yang cocok (spindle nomor 2 ).
Pengukuran dilakukan 3 kali untuk masing – masing sediaan gel pada hari ke
1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari ke 56 penyimpanan.

Kandungan Antioksidan
KRIM

EVALUASI SECARA FISIKA

Organoleptik
Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan–
perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan.
Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada
saat proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan
dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur
secara homogen. Persyaratanya harus homogen, sehingga krim
yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata pada
kulit. Alat yang digunakan untuk pengujian homogenitas adalah
roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang
seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan
ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau
mill pada temperatur 30 – 40℃. Krim harus tahan terhadap gaya
gesek yang timbul akibat pemindahan produk maupun akibat aksi
dari alat pengisi.
Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gram krim diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik
yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan luas
daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi
dengan plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 1, 2, dan 5 g
dan dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh
sediaan dapat dihitung.

Uji Daya Lekat


Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut: krim dengan
berat 0,25 g diletakkan di atas dua gelas objek yang telah ditentukan
kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu gelas
objek dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 80 g dan kemudian
dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek.
Uji Pengukuran Viskositas Sediaan
Viskositas formula krim diukur dengan menggunakan viskometer
Brookfield menggunakan spindel CP-52 pada kecepatan dan shear
rates yang bervariasi. Pengukuran dilakukan pada kecepatan 0,10,
0,20, 0,30, 0,40, dan 0,50 rpm dalam 60 detik diantara dua
kecepatan yang berurutan sebagai equilibration dengan rentang
shear rate dari 0,2 s-1 hingga 1.0 s-1 Penentuan viskositas dilakukan
pada suhu ruangan. Data viskositas diplot pada rheogram.
EVALUASI SECARA KIMIA

Pengukuran PH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH
4. Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air
suling hingga 10 mL. Elektroda pHmeter dicelupkan ke dalam
larutan yang diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai
menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pHmeter
dicatat.
SALEP

Organoleptik
Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, warna, bau, dan suhu lebur.

pH
Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pHmeter yang telah dibakukan
dan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda
indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan
elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel dan elektroda
perak-perak klorida. Pengukuran dilakukan pada suhu ± 25 ℃ , kecuali
dinyatakan lain dalam masing- masing monografi. pH salep mendekati pH kulit
yaitu sekitar 6-7.
Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang,
seperti sifat lunak dari setiap sejenis salap atau mentega, melalui
sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat
digunakan metode sebagai berikut:
– Metode penetrometer.
– Penentuan batas mengalir praktis

Termoresistensi
Dihasilkan melalui tes berayun, dipergunakan untuk
mempertimbangkan daya simpan salep di daerah dengan
perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan terus-menerus.
Distribusi Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer
yang banyak dipakai dalam industri bahan pewarna. Metode
tersebut hanya menghasilkan harga pendekatan, yang tidak sesuai
dengan harga yang diperoleh dari cara mikroskopik, akan tetapi
setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat
menjadi metode rutin yang baik dan cepat pelaksanaannya.
PASTA

Pemeriksaan organoleptik
Keadaan pasta harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat
adanya gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah
dan benda asing yang ada tidak tampak.

Homogenitas
Pasta yang dihasilkan harus homogen (serba sama), tidak ada fase-
fase yang terpisah.
Viskositas
Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan alat Viskometer Brookfield
tipe RV dengan spindel no. 7, dengan kecepatan 2 rpm.

pH
Uji pH dilakukan menggunakan pH-meter dimana pH untuk sediaan
pasta gigi yang dipersyaratkan adalah 4,5-10,5, pH sediaan diamati
selama penyimpanan pada suhu kamar selama 6 minggu.

Pengukuran Tinggi Busa


Parameter pada pengukuran tinggi busa sangat bergantung pada
konsentrasi surfaktan, selain itu juga dipengaruhi oleh kesadahan air,
suhu ruang saat pengukuran, dan waktu pendiaman.
Stabilitas Penyimpanan Siklus Freeze Thaw
Uji stabilitas fisik dengan metode penyimpanan pada siklus freeze
thaw dilakukan untuk melihat pengaruh suhu terhadap pemisahan
fase pasta yang terjadi selama penyimpanan pada dua suhu yang
berbeda yaitu siklus frezee pada suhu 4℃ dan thaw pada suhu
45℃.

Sentrifugasi
Ditandai dengan adanya lapisan cair berwarna coklat di atas
permukaan sediaan.
PEMBAHASAN,
KESIMPULAN, &
SARAN
PEMBAHASAN

Sediaan farmasi yang diproduksi perlu diperhatikan


kestabilannya mulai dari bahan baku dan dan sediaan obat
tersebut. Kestabilan suatu zat merupakan fator yang harus
diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal
ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam
jumlah besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke
tangan konsumen atau pasien.
Perhatian diperlukan dari sediaan obat untuk menghindari
kerusakan selama penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.
Adapun beberapa factor yang dapat mempengaruhi kestabilan
suatu sediaan farmasi tergantung pada profil fisika dan kimia.
Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya
suhu, cahaya, oksigen, kelembapan dan mikroorganisme.
Beberapa factor-faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas
suatu sediaan farmasi adalah ukuran partikel, ph dan bahan
tambahan kimia. Oleh sebab itu, seorang farmasi dituntut untuk
dapat memproduksi obat yang bermanfaat dan bermutu selama
penggunaan oleh konsumen atau pasien.
Kestabilan bentuk sediaan semi solid memiliki parameter
kestabilan yang berbeda-beda. Bentuk sediaan semi solid meliputi
krim, gel, salep dan pasta. Ketidakstabilan pada sediaan semisolid
dapat dilihat dari fisik (perubahan warna, terjadinya pengendapan,
dan lain-lain) maupun secara kimia (perubahan pH, penurunan kadar
zat aktif, dan lain-lain). Degradasi obat dalam bentuk sediaan semi
padat sering menyerupai degradasi obat dalam larutan, terutama
dalam bentuk sediaan yang terdiri dari satu fase cair, seperti gel. Gel
adalah bentuk sediaan obat setengah padat yang bisa selembut jelly
atau sekeras zat padat. Mereka terutama terdiri dari cairan, tetapi
berperilaku seperti padatan karena jaringan tiga dimensi dalam
cairan. Dengan demikian, dari sudut pandang stabilitas obat, gel
adalah keadaan cair fase tunggal.
Misalnya, hidrogel dapat terdiri dari 99,9% air dan hanya 0,1%
polimer yang larut dalam air yang membentuk jaringan. Degradasi
obat dalam hidrogel mengikuti mekanisme kinetika dan degradasi
yang sama seperti dalam larutan air. Organogel (kadang-kadang
disebut sebagai oleogel atau lipogel) adalah gel di mana fase cair
homogen terdiri dari pelarut nonaqueous, seperti pelarut organik,
minyak mineral, atau minyak nabati. Salep terdiri dari basa fase
tunggal di mana obat tersebar. Basa salep dapat terdiri dari parafin
cair atau minyak nabati dengan zat pengemulsi (salep pengemulsi air)
atau tanpa zat pengemulsi (salep hidrofobik), atau dengan basa yang
larut dalam air, seperti makrogol (salep hidrofilik). Salep dapat
mengandung suspensi obat dalam hal obat sebagian dalam fase
padat. Kinetika degradasi obat kemudian akan serupa dengan
suspensi obat dalam air.
Dalam krim, obat didispersikan antara fase minyak dan fase
berair, dan seringkali obat terdegradasi jauh lebih cepat dalam fase
air daripada dalam fase minyak. Konstanta laju yang diamati untuk
degradasi adalah rata-rata tertimbang dari konstanta laju minyak dan
fase berair.
KESIMPULAN

Stabilitas sediaan farmasi, terutama sediaan semi-solid sangat


bergantung pada profil sifat fisika-kima. Faktor utama lingkungan yang
dapat mneurunkan stabilitas diantaranya temperature yang tidak sesuai
dengan keadaan stabil dari sediaan, cahaya, kelembapan, oksigen (udara),
dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi
stabilitas mutu sediaan obat semi-solid adalah ukuran partikel, pH,
kelarutan, dan bahan tambahan kimia yang digunakan.
Ketidakstabilan yang muncul pada sediaan semisolid dapat terlihat
dari fisik (seperti perubahan warna, terjadinya pengendapan, dan lain-lain)
maupun secara kimia (seperti perubahan pH, penurunan kadar zat aktif,
dan lain-lain).
SARAN

Sebaiknya dilakukan pengujiann stabilitas hingga suatu


sediaan semisolid yang beredar dapat memiliki waktu kadaluarsa
yang telah sesuai dengan kekuatannya, serta sediaan semisolid
yang telah diproduksi sebaiknya disimpan dalam keadaan yang
sesuai, terlindung dari hal-hal yang membuat suatu sediaan
tersebut menjadi tidak stabil (terutama dari kelembapan dan
temperature).

Anda mungkin juga menyukai