Anda di halaman 1dari 61

BAB III

TEORI LAPISAN BATAS

A. Konsep lapis batas


Suatu fluida ideal adalah tidak kompresibel, tidak
menguap, tidak mempunyai tegangan permukaan dan tidak
mempunyai viskositas. Beberapa fluida, terutama air, bertingkah
laku seperti ideal di mana saja mereka jauh dari pengaruh batas
yang padat dan kemudian aliran dapat dianalisa memakai
konsep dari hidrodinamik teoritis dan mengabaikan gesekan
fluida. Tetapi begitu aliran mendapat pengaruh dari batas padat
maka hukum yang menguasainya, terutama dekat batasnya,
adalah sangat berbeda. Prandtl pertamakali menyelidiki
persoalan ini dan setelah itu menjelaskan perubahannya dengan
mengungkapkan Teori Lapisan Batas (Boundary Layer Theory)
pada awal abad ini.
Seringkali kita menganggap aliran yang melewati sebuah
benda sebagai sebuah kombinasi dari aliran viskos di dalam
lapisan batas dan aliran inviscid di tempat lainnya.
Jika
bilangan Reynolds cukup besar, efek viskos penting hanya di
bagian lapisan batas di dekat benda (dan di daerah olakan di
belakang
benda).
Lapisan
batas
diperlukan
untuk
memungkinkan kondisi batas tanpa slip yang mensyaratkan
fluida untuk menempel pada suatu permukaan padat yang
dilewati alirannya. Di luar lapisan batas, gradien kecepatan
tegak lurus terhadap aliran relatif kecil, dan fluida
berperilaku seakan-akan inviscid meskipun viskositasnya tidak
nol. Kondisi yang diperlukan untuk struktur aliran ini adalah
bilangan Reynolds yang besar.
Paling baik teorinya dijelaskan dengan menganggap aliran
melalui plat yang diletakkan dalam suatu arus seragam. Plat
dan lapisan batas tersebut digambarkan dalam Gambar 3.1a,

81

tetapi harus di pahami bahwa untuk membuat gambar berarti,


maka skala vertikal sangat diperbesar.
Kalau sebuah plat datar dipasang dalam arus samarata
seperti ditunjukkan dalam Gamb. 3.1(a) dan kalau dimungkinkan
untuk mengambil pengukuran

Gambar 3.1 (a) Detil utama dari lapisan batas. (b)


Pemilihan dari sumbu koordinat
Definisi dan penamaan :
OP : Plat datar
0
: tepi depan dan nol dari sistem x y
OQ : perpanjangan dari lapisan batas.
Vx
: kecepatan arus bebas = kecepatan
samarata dari fluida di
mana saja kecuali dalam lapisan batas.

: ketebalan lapisan batas pada jarak x dari O.


dengan ketepatan cukup, lapisan bebas akan memperlihatkan
ciri seperti daftar di bawah.
1. Suatu lapisan batas akan terbentuk pada kedua sisi plat.
Dalam Gamb. 3.1(a) hanya ditunjukkan pada satu sisi plat
untuk menyederhanakan penggambaran.
2. Kecepatan fluida dalam lapisan batas adalah nol pada
plat dan meningkat sampai harga maksimum V. pada OQ.
Hukum yang mdngUasai distribusi kecepatan melintasi
lapisan batas adalah berbeda untuk dua daerah A dan
C. Untuk semua keperluan praktis kecepatan dalam
lapisan batas dapat dianggap sejajar dengan plat.
3. Ketebalan
lapisan
batas
adalah
sangat
kecil
dibandingkan dengan panjangnya oleh sebab itu Skala y
harus sangat diperbesar untuk memperoleh gambaran
yang berproporsi baik.

82

4. Tiga daerah yang berbeda, A, B dan C akan terbentuk.


Dalam A aliran adalah laminer, dalam B merupakan transisi
antara A dan C dan dalam C akan turbulen.
5. Dalam semua persoalan aliran normal perluasan dari
daerah A, yang aliran di dalamnya laminer, adalah sangat
pendek dan daerah B biasanya lebih pendek. Untuk beberapa persoalan praktis kemudian aliran dapat
dipikirkan sebagai aliran turbulen di sepanjang lapisan
batas
keseluruhan
dengan
sedikit
ketidaktepatan;meskipun ini sangat benar hanya kalau
ketebalan dari lapisan batas adalah sangat kecil
dibandingkan dengan panjangnya L, dan plat.
6. Bilangan Reynolds dapat didefinisikan yang mempunyai
harga kritis antara sekitar 4 x 105 dan 2 x 106 yang di
dalamnya aliran berubah dari laminer ke turbulen.
Plat datar memberikan tahanan pada aliran sehingga
menimbulkan kerugian momentum pada arus. Jelasnya,
platnya juga menderita gaga yang sesuai dan biasanya
ini disebut gesekan kulit. Dalam daerah A gesekan kulit
disebabkan oleh tegangan geser disebabkan viskositas
fluida sedangkan dalam daerah C disebabkan oleh
tegangan
Reynolds
yang
dihubungkan
dengan
turbulensi. Persamaan matematis yang menjelaskan
aliran dalam kedua daerah adalah sangat berbeda satu
sama lain. Untuk aliran laminer tegangan gesernya
dv
T =
dimana adalah koefisien viskositas dinamik dan
dy
dv
dy

adalah gradien kecepatan lapisan batas. Dalam daerah

lapisan batas.

Dalam daerah turbulen rumus yang sama dapat dipakai


asalkan didefinisikan
kembali sebagai viskositas
ulakan(eddy viscosity).
7. Ketebalan lapisan batas meningkat dengan bertambahnya
jarak ke hilir dari 0 yaitu meningkat dengan
bertambahnya x.
8. Kalau platnya halus dapat ditemukan bahwa sub-lapisan
laminer terbentuk di antara plat dan aliran turbulen
dalam daerah C ; terlalu tipis untuk digambarkan pada
sketsa. Kalau plat tidak terlalu halus sub-lapisan laminer
tetap dapat terbentuk tergantung pada derajat
kekasarannya. Sebagai contoh, dalam percobaan
biasanya kekasaran ditirukan dengan menempelkan
butiran pasir pada permukaan plat; kemudian kalau
83

diameter dari butirannya, kurang dari ketebalan sublapisan laminer akan tetap terbentuk dan plat akan
berkelakuan sebagaimana kalau dia halus. Tetapi kalau
kekasaran (atau diameter butiran) lebih besar dari
ketebalan sub-lapisan, sehingga tersimbul ke luar, maka
titik yang tinggi akan menimbulkan ulakan dan plat dapat
dianggap kasar. Sublapisan laminer menipis kalau Re
meningkat. Konsekwensinya, setiap plat dapat berperilaku
sebagai halus maupun kasar tergantung pada bilangan
Reynolds.
9. Meskipun pekerjaan dalam buku berikut didasarkan pada
kejadian dari plat datar dalam arus seragam. Tetapi
penjelasan utama di sini dibuat untuk aliran pipa, karena
dalam pengaruhnya, pipa dapat dibayangkan sebagai plat
datar yang dibungkuskan melingkar sampai bersambungan
sendiri, dan banyak dari data empiris yang menonjol dalam
teori plat datar didapatkan dari percobaan pada aliran pipa.
10.
Dalam teori lapisan batas adalah normal untuk
membuat anggapan bahwa
tekanan adalah seragam di sepanjang lapisan batas
-dan
fluida
dianggap
berperilaku
sebagai
tidak
kompresibel.

B. Ketebalan lapisan batas


Harus diingat bahwa meningkat kalau y meningkat sehingga
kalau ketebalan lapisan batas dibicarakan, secara tidak langsung
menunjukkan bahwa harga khusus dari sesuai dengan satu
harga dari y (yang tidak dapat dispesifikasikan).
Distribusi kecepatan melintasi lapisan batas tidak dapat
diukur sampai ketepatan tinggi karena lapisan batas sangat tipis
dan karena kecepatan dalam lapisan batas yang mendekati
harga maksimum V asimtotis, maka harga sebenarnya
dari pada setiap harga y yang diberikan adalah tidak
didefinisikan dengan baik. Sehingga seringkali didefinisikan
secara tidak tetap sebagai jarak dari batas ke titik dengan
kecepatan dalam lapisan batas mendekati 99 persen dari harga
puncaknya,V, dan harga ini ditunjukkan dan dinamakan sebagai
99 dalam Gambar. 3.2.
Tiga pengukuran lain yang berhubungan dengan ketebalan
lapisan batas adalah ketebalan perpindahan, ketebalan energi
dan ketebalan momentum. Kecepatan aliran,

84

Gambar 3.2. (a) Distribusi kecepatan untuk aliran turbulen


dalam suatu batas. d dan 99 adalah parmeter untuk
ketebalan lapisan batas; (b) Distribusi kecepatan dalam lapisan
batas laminer dengan distribusi kecepatan turbulen yang
ditunjukan dengan titik-titik perbandingan.

v, dalam lapisan batas adalah di mana saja kurang dari


kecepatan arus beban, V , dan diikuti bahwa dengan adanya
plat datar, maka (a) arus utama dipindahkan sedikit oleh
lapisan batas, (b) timbul kerugian murni dari energi kinetik
dalam sistem dan (c) terdapat kerugian murni dari momentum.

C. Persamaan momentum untuk lapisan batas


Sifat dasar dan karakteristik dari lapisan batas telah diuraikan
dalam halaman sebelumnya dan pembaca akan memahami
bahwa pertumbuhan dari lapisan batas di sebelah hilir harus
disertai dengan perlambatan dari aliran di dalamnya. Satusatunya gaya yang bekerja pada lapisan batas adalah gesekan
kulit dan gaya yang disebabkan variasi tekanan dalam aliran
di atas plat. Dalam bagian ini dianggap bahwa tekanan pada
plat adalah seragam dan dengan demikian satu-satunya gaya
yang ditinjau adalah gesekan kulit. Ini dipersamakan dengan
kecepatan perubahan momentum fluida yang melalui daerah
NOPQ, lihat Gambar 3.3. (a). OP terletak di sepanjang plat
datar, PQ adalah ketebalan lapisan batas, , pada jarak x dari
O, ON adalah jarak sepanjang sumbu y sedemikian sehingga
aliran memotongnya (misalnya diukur dalam m 2 /det. tiap
meter lebar) adalah sama dengan aliran melalui PQ clan garis
lengkung NQ adalah garis arus yang menghubungkan N dan

85

Q ; yaitu tidak ada komponen aliran yang memotongnya.


Selanjutnya, aliran yang ditinjau adalah tiap satuan lebar dari
saluran.

Gambar. 3.3. (a) Volume kendali untuk pemakaian prinsip


momentum;
(b) Profil kecepatan pada PQ.

Kecepatan aliran memotong PQ adalah :

vdy
0

1)

Kecepatan perubahan momentum pada PQ=

v 2 dy
0

2)
Karena kecepatan aliran yang sama terjadi pada ON dan
kecepatan di sana adalah V , kecepatan perubahan momentum

V vdy

pada ON =

Lapisan batas adalah sangat tipis dan akibatnya anggapan dapat


dibuat kembali bahwa v, yang bervariasi di sepanjang lapisan
batas, adalah di mana saja sejajar dengan OP. Karena satu-satunya
gaya yang bekerja pada plat adalah gesekan kulit, F (tiap satuan
lebar), harus sama dengan kehilangan momentum, yaitu

F= V vdy v 2 dy = ( v V v 2 ) dy= v ( V v ) dy
0

86

v
v2
2
V V
() dy

Atau

3)

F= V

Persamaan yang penting ini adalah persamaan momentum untuk


lapisan batas. Untuk menyelesaikannya, v/V harus dinyatakan dalam
y. Ini dilakukan di bawah untuk lapisan batas laminer dan turbulen
berturut-turut,
dan pernyataan untuk F diperoleh. Harus juga
dicatat bahwa F = p V 2 m . dengan m = ketebalan momentum.

1. Lapisan batas laminer


Dalam hal pemakaiannya adalah terbuat dari persamaan
profil kecepatan yaitu:

( V v ) =

( y )

4)

daripadanya, dengan sedikit manipulasi aljabar,


v
y
=1 1
V

( )

5)

penyederhanaan lebih lanjut didapatkan dengan membuat lagi


substitusi,r=/y , sehingga bahwa dy= dr. Juga, kalau y= , r =
1 dan ini menjadi limit atas dalam inte gral. Maka :
v
=1( 1r )2=r ( 2r )
6a)
V

F= V
0

v
v
1
V
V

dy

V 2 {r ( 2r )r 2 ( 2r )2 } dy
0

87

5
r5
V 2 r 2 r 3+ r 4
3
5

F=

2
V 2
15
6b)

2. Lapisan batas turbulen


Banyak penyelidikan yang menunjukan bahwa, untuk
bilangan Reynolds antara sekitar 5 x 10 6 dan 2 x 10 7 ,
distribusi kecepatan dapat digambarkan dengan ketepat an
yang cukup oleh hukum pangkat sepertujuh, yaitu :
v
y
=
V

1 /7

()

=r 1/ 7

dengan

F= V 2

Maka,

r=

7)

v
v
1
dy
V
V

V 2 ( r 1/ 7r 2 /7 ) dr
0

V 2

7 8 /7 7 9 /7
r r
8
9

1
0

F=

7
2
V
72
8)

D.Persamaan untuk permukaan lapisan batas


Pernyataan lain dapat diperoleh untuk gaya gesekan, F,
88

dengan menambahkan harga dari T0, dari keseluruhan plat


datar, jadi
x

F= 0 dx

9)

T 0, adalah tegangan geser yang timbul dalam fluida pada y =


0, yaitu pada batasnya, dan dapat digambarkan dengan
persamaan
0 =

Dengan

{dvdy }

y=0

{ dvdy }

10)

y=0

adalah gradien kecepatan pada batasnya (ketika y

= 0) dan, untuk lapisan batas laminer, adalah viskositasnya.


Persamaan yang sama untuk T0, dapat dipakai untuk lapisan batas
turbulen asalkan diingat bahwa, dalam hal ini, harus diarti kan
sebagai viskositas ulakan. Dalam semua hal ketebalan dari lapisan
batas tumbuh dengan bertambahnya jarak dari tepi depan (x) dan,
karena menebal, maka kecepatannya dan juga

dv
dy

, berkurang.

Diikuti bahwa T0, adalah fungsi dari x meskipun bukan fungsi yang
sama untuk semua kejadian laminer maupun turbulen.
x

Harus dicatat juga bahwa karena

F= 0 dx , 0=
0

dF
dx

1. Lapisan batas laminer


Dari persamaan (6a)

0=

2
2
F= V x
5

11)

dF 2
d
= V 2
dx 5
dx

12)

Persamaan kedua untuk T 0 dapat diperoleh dari


89

T 0 =

{dvdy }

y=0

Dari persamaan (6b)


v
=r (2r )
dimana
V

r=

dv
=2V ( 1r )
dr
dv dv dr
1
= x =2V ( 1r ) x
dr dr dy

dan

Karena F= 0 kalau y= 0,

0=

{dvdy }

y=0

2V

2 V 2
d
= V 2

15
dx

13)

Dengan mempersamakan kedua pernyataan untuk To:


2 V 2
d
= V 2

15
dx
Dengan memisahkan variabel,

30

dx= 2 d

30 x
= 2+C
V
Karena = 0kalau x= 0, maka konstanta integrasi C = 0

90

Jadi,

2 30 v
=
x
xV

()

v=

dimana
5,48
=
x Re

Yaitu

dengan

Re =

xV
v

14)
yang merupakan persamaan teoritis untuk permukaan dari
lapisan batas laminer.

2. Lapisan batas turbulen


Persamaan

0 =

{ dvdy }

yang

y=0

dipakai

dalam

kejadian

laminer tidak dapat menolong disini, karena kalau distribusi


kecepatan

1 /7

v
y
=
V

()

adalah

maka

{dvdy }

y=0

=0

dan

matematikanya gagal. Jalan lain harus dibuat untuk hasil


dari percobaan pada aliran pipa dan ini membawa pada :
v 41
0 =0,023 V 2
V

( )

F=

Dari persamaan (8)


0=

7
V 2
72

7
d
V 2
72
dx

1
4

v
d = 0,023
7
V

( )x

4 4
v
=0,237
5
V
=0,237 x

4
5

v 15
v
=0,377
V
V x

( )

1
4

dengan

v=

1
4

( )x

1
5

( )x
91

=0,377 R e5
x

Yaitu

yang merupakan persamaan untuk permukaan dari lapisan batas


turbulen. Sedangkan pernyataan ini adalah bernilai praktis, ini
harus diingat, nilai teoritis yang didapatkan untuk ketebalan
dari lapisan batas laminer yang ditunjukkan dengan percobaan
ternyata terlalu tinggi, maka nilai yang dipakai dalam praktek
adalah
1

=5,00 Re2
x

15)

E. Gaya seret dan gaya angkat


a. Pendahuluan
Pada bab ini kita akan meninjau berbagai aspek dari aliran yang
melalui benda-benda yang terendam di dalam fluida. Contohcontohnya mencakup aliran udara di sekitar pesawat terbang,
mobil, clan gumpalan salju yang turun, atau aliran air di
sekitar kapal selam dan ikan. Dalam situasi seperti ini bendabenda tersebut dikelilingi seluruhnya oleh fluida dan alirannya
disebut sebagai aliran luar.
Aliran luar yang melibatkan udara sering disebut sebagai
aerodinamika untuk menunjukkan arti penting dari aliran luar
yang dihasilkan ketika sebuah obyek seperti sebuah pesawat
terbang menjelajah atmosfer. Meskipun bidang kajian aliran luar
aerodinamika ini sangat penting, masih banyak contohcontoh
lain yang juga sama pentingnya. Gaya fluida (gaya angkat (lift)
dan gaya seret (drag)) pada permukaan kendaraan (mobil,
truk, sepeda) telah menjadi topik yang sangat penting.
Merancang mobil dan truk secara benar memungkinkan kita
untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan meningkatkan
karakteristik pengendalian kendaraan. Upaya-upaya yang serupa

92

telah berhasil meningkatkan kualitas kapal-kapal, baik kapal


yang bergerak di permukaan air (dikelilingi oleh dua fluida,
udara dan air), maupun kapal selam (yang seluruhnya dikelilingi
oleh air).
Aplikasi lain dari aliran luar melibatkan benda-benda yang
tidak seluruhnya dikelilingi oleh fluida, meskipun benda-benda
tersebut diletakkan dalam suatu bentuk aliran luar. sebagai
contoh, perancangan yang tepat sebuah gedung (baik itu
rumah Anda atau gedung pencakar langit) harus menyertakan
pertimbangan berbagai pengaruh angin.
seperti halnya bidang-bidang lain dari mekanika fluida, dua
pendekatan (teoretis dan eksperimental) digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai gaya-gaya fluida yang
terbentuk oleh aliran luar. Teknik teoretis (meliputi kajian
analitis dan numerik) dapat memberikan banyak informasi
yang diperlukan mengenai aliran-aliran serupa itu. Namun
demikian, karena kompleksitas persamaan pengaturnya dan
kompleksitas dari bentuk geometrik benda yang terlibat,
banyaknya informasi yang diperoleh secara teoretis murni sangat
terbatas. Dengan kemajuan saat ini dan yang akan datang di
bidang komputasi mekanika fluida, tampaknya prediksi komputer
mengenai gaya-gaya dan pola aliran yang rumit akan dapat lebih
cepat diperoleh.
Kebanyakan informasi mengenai aliran luar berasal dari
eksperimen- eksperimen yang dilakukan, sebagian besarnya,
pada model-model yang, diskala dari benda sebenarnya.
Pengujian tersebut menggunakan pengujian terowongan angin
dari model-model pesawat terbang, bangunan-bangunan dan
bahkan seluruh kota. Dalam beberapa hal, justru benda
sebenarnya bukannya model, yang diuji di terowongan angin.
Gambar 3.4 menunjukkan pengujian kendaraan di dalam
terowongan angin. Mobil, sepeda, dan berbagai objek lain yang
performanya lebih baik telah dihasilkan dari pengujian di
terowongan angin ini. Penggunaan terowongan air dan tangki
towing juga memberikan informasi yang berguna mengenai
aliran di sekitar kapal dan benda-benda lainnya.

93

G A M B A R 3.4 (a) Aliran melewati sebuah mobil ukuran penuh


di dalam terowongan angin laboratorium aerodinamika GM,
dengan penampang uji berukuran 18 x 34 ft yang digerakkan
oleh fan berdiameter 43 ft dan daya 4000 hp) (b) Aliran
permukaan pada sebuah model kendaraan seperti yang
diindikasikan oleh tuft yang dipasangkan pada permukaan.

Dalam bab ini kita akan meninjau karakteristik dari aliran luar
yang melewati berbagai benda. Kita akan mengkaji aspek-aspek
kualitatif dari aliran-aliran serupa itu dan mempelajari cara
menentukan berbagai gaya pada benda yang dikelilingi oleh
cairan Sebuah benda yang terendam di dalam fluida yang
bergerak mengalami gaya-gaya resultan akibat interaksi antara
benda dengan fluida di sekelilingnya. Dalam beberapa situasi
(seperti pesawat yang terbang melewati udara yang diam), fluida
yang berada jauh dari benda berada dalam keadaan diam dan
benda tersebut bergerak melalui fluida dengan kecepatan U.
Dalam situasi lainnya (seperti angin yang bertiup melewati
sebuah bangunan), benda dalam keadaan diam dan fluida
mengalir melewati benda tersebut dengan kecepatan U. Pada
kasus manapun, kita dapat menetapkan sistem koordinat pada
benda

Gambar 3.5 Klasifikasi aliran: (a) dua dimensi (b) simetri


sumbu,
(c) tiga dimensi

dan memperlakukan situasi tersebut seperti fluida mengalir


melewati benda yang diam dengan kecepatan U, yang disebut
94

kecepatan hulu. Untuk keperluan buku ini, kita akan


mengasumsikan bahwa kecepatan hulu konstan baik menurut
waktu maupun tempatnya. Artinya, terdapat fluida dengan
kecepatan seragam dan tetap yang mengalir melewati benda
tersebut. Dalam situasi sesungguhnya, hal ini seringkali tidak
benar. Sebagai comoh, angin yang mengalir melewati sebuah
cerobong asap hampir selalu turbulen dan bergejolak (tidak
tunak) dan mungkin kecepatannya tidak seragam dari atas
sampai dasar cerobong. Biasanya ketidak-tunakan dan
ketidakseragaman tidak begitu penting.
Bahkan dengan aliran hulu yang seragam dan tunak,
aliran di sekitar benda dapat menjadi tak-tunak. Contoh perilaku
seperti ini mencakup gerak periodik secara cepat (flutter)
dalam aliran yang melewati airfoil (sayap), osilasi beraturan
dari kabel telepon yang "bernyanyi" akibat tiupan angin, dan
fluktuasi turbulen yang tidak beraturan di daerah olakan
(wake) di belakang benda.
Struktur dari aliran luar dan tingkat kemudahan di mana
aliran dapat digambar dan dianalisa sering tergantung pada sifat
alamiah dari benda di dalam aliran. Tiga kategori umum dari
benda ditunjukkan pada Gambar 3.5. Termasuk di dalamnya
adalah (a) benda dua-dimensi (panjang tak terhingga dengan
bentuk dan ukuran penampangnya yang konstan), (b) benda
simetris
sumbu
(terbentuk
dengan
merotasi
bentuk
penampangnya terhadap sumbu simetrinya), dan (c) benda tigadimensi yang mungkin memiliki atau tidak memiliki sebuah garis
atau bidang simetri. Dalam prakteknya tidak terdapat bendabenda yang benar-benar dua-dimensi tidak ada yang memiliki
panjang tak terhingga. Namun demikian, banyak benda yang
cukup panjang sehingga efek-efek ujungnya sedemikian kecil dan
dapat diabaikan.
Klasifikasi lain dari bentuk benda dapat tergantung pada
apakah benda tersebut dibuat mulus mengikuti garis arus
(streamlined) atau tumpul. Karakteristik aliran sangat
tergantung pada seberapa banyak bagian yang dibuat mulus
tersebut. Secara umum, benda-benda streamlined (seperti airfoil,
mobil balap, dan lain-lain.) memiliki pengaruh kecil pada fluida
yang mengelilinginya, dibandingkan dengan pengaruh yang
dimiliki benda tumpul (misalnya, parasut, gedung-gedung, dan
lain-lain.) pada fluida. Biasanya, tapi tidak selalu, akan lebih
mudah untuk mendorong sebuah benda streamlined melewati
suatu fluida daripada mendorong sebuah benda tumpul yang
ukurannya sama agar bergerak dengan kecepatan yang
sama. Terdapat beberapa pengecualian penting untuk aturan
dasar ini.
95

Struktur dan Ketebalan Lapisan Batas pada


Sebuah Pelat
Datar
Terdapat banyak ragam ukuran sebuah lapisan batas dan
struktur dari aliran di dalamnya. Sebagian dari variasi ini
disebabkan oleh bentuk benda dimana lapisan batas tersebut
terbentuk. Dalam subbab ini kita akan meninjau situasi yang
paling sederhana, yaitu situasi di mana lapisan batas terbentuk
pada sebuah pelat datar dengan panjang tak terhingga yang di
sepanjangnya mengalir suatu fluida viskos, tak mampu-mampat
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1. Jika permukaannya
melengkung (misalnya sebuah silinder bundar atau airfoil),
struktur lapisan batas akan lebih rumit.
Jika bilangan Reynolds cukup besar, hanya fluida di dalam lapisan
batas relatif tipis pada pelat yang akan merasakan efek dari pelat.
Artinya, kecuali di daerah dekat pelat, kecepatan aliran pada dasarnya
akan sebesar V= U i, yaitu kecepatan hulu. Untuk pelat datar

dengan panjang tak terhingga yang membentang dari x = 0


sampai x=, tidaklah jelas bagaimana mendefinisikan bilangan
Reynolds karena tidak ada panjang karakteristik. Pelat tidak
memiliki ketebalan dan panjangnya tidak terbatas!
Untuk pelat dengan panjang tertentu, jelas bahwa panjang pelat
, dapat digunakan sebagai panjang karakteristik. Untuk pelat dengan
panjang tak terhingga.

Gambar 3.1. Distorsi dari partikel fluida ketika mengalir


didalam lapisan batas

kita menggunakan x, jarak koordinat sepanjang pelat dari ujung


depan, sebagai panjang karakteristik dan mendefinisikan
bilangan Reynolds sebagai Re x = Ux/v. Jadi, untuk fluida atau

96

kecepatan hulu apapun, bilangan Reynolds akan cukup besar


untuk aliran tipe lapisan batas (yaitu Gambar 3.2c) jika pelat
cukup panjang. Secara fisik, hal ini berarti bahwa situasi aliran
yang diilustrasikan dalam Gambar 3.2c dapat dianggap terjadi
pada pelat yang sama, tetapi harus dipandang dengan melihat
pada bagian yang lebih panjang dari pelat dengan menjauhi
pelat untuk melihat aliran dalam Gambar 3.2a, 3.2b dan 3.2c.

Gambar 3.2. Karakter aliran viskos, tunak melewati


sebuah plat datar sejajar terhadap kecepatan hulu: (a)
aliran dengan bilangan reynolds rendah (b) aliran dengan
bilangan reynolds sedang (c) aliran dengan bilangan
Reynolds besar
Jika pelat cukup panjang, bilangan Reynolds Re = U/v juga
cukup
besar
sehingga
aliran
tersebut
menyerupai
karakteristik lapisan batasnya (kecuali sangat dekat dengan
ujung depan). Perincian dari medan aliran di dekat ujung depan
hilang dari pengamatan kita, karena kita berdiri sangat jauh
dari pelat sehingga kita tidak dapat membuat perincian ini.
Untuk skala ini (Gambar 3.2c) pelat mempunyai efek yang
dapat diabaikan pada fluida di depan pelat. Keberadaan pelat
dirasakan hanya di dalam lapisan batas yang relatif tipis dan di
daerah olakan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Prandtl pada
tahun
1940
adalah
orang
yang
pertama
kalinya
menghipotesiskan konsep seperti itu. Hal ini menjadi salah satu
titik balik yang besar dalam analisis mekanika fluida.

97

Suatu pemahaman yang lebih baik dari struktur aliran


lapisan batas dapat diperoleh dengan meninjau apa yang terjadi
pada sebuah partikel fluida yang mengalir ke dalam lapisan
batas. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.1, sebuah partikel
segiempat kecil mempertahankan bentuk aslinya ketika mengalir
di dalam aliran seragam di luar lapisan batas. Ketika partikel itu
memasuki lapisan batas, partikel tersebut mulai terdistorsi
karena gradien kecepatan di dalam lapisan batas bagian atas
partikel mempunyai kecepatan yang lebih besar daripada
bagian bawahnya. Partikel fluida tidak berotasi ketika mengalir
sepanjang bagian luar lapisan batas, namun akan mulai
berotasi ketika melewati batas semu permukaan lapisan batas
dan mulai memasuki kawasan aliran viskos. Aliran tersebut
dikatakan tak berotasi (irotasional) di luar lapisan batas dan
berotasi (rotasional) di dalam lapisan batas.
Pada suatu jarak di hilir dari ujung depan, aliran lapisan batas
menjadi turbulen dan partikel fluida menjadi sangat terdistorsi
karena sifat acak dan tak beraturannya turbulensi. Salah satu
sifat yang mencirikan aliran turbulen adalah terjadinya
percampuran tak beraturan dari partikel-partikel fluida yang
ukurannya berkisar mulai dari partikel-partikel fluida paling
kecil sampai yang seukuran dengan benda yang dibahas. Untuk
aliran laminar, percampuran terjadi hanya pada skala molekuler.
Skala molekuler ini besarnya lebih kecil daripada ukuran yang
khas untuk percampuran aliran turbulen. Transisi dari aliran
laminar ke turbulen terjadi pada nilai kritis bilangan Reynolds,
Rexcr, sekitar 2 x 10 5 sampai 3 x 10 6, tergantung pada
kekasaran permukaan dan besarnya turbulensi pada aliran
hulu.
Tujuan dari lapisan batas pada pelat adalah untuk
memungkinkan fluida berubah kecepatannya dari nilai U di hulu
menjadi nol pada pelat. Jadi V= 0 pada y = 0 dan V U i pada
y=
dengan profit kecepatan, u = u(x,y)

Gambar 3.3 Ketebalan lapis batas (a) ketebalan lapis batas


standar; (b) Ketebalan perpindahan lapisan batas.

sepanjang ketebalan lapisan batas. Dalam kenyataannya


(baik secara matematik dan fisika, tidak terdapat "tepian" yang
98

tajam dari lapisan batas. Artinya u -> U ketika kita semakin jauh
dari pelat; tidaklah tepat benar u= U pada y = . Kita
mendefinisikan ketebalan lapisan batas, , sebagai, jarak dari
pelat di mana kecepatan fluida telah mencapai suatu nilai
sembarang, yang tertentu dibandingkan kecepatan hulunya.
Biasanya, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3.3a
ditetapkan
* = y di mana u = 0,99 U
Untuk menghilangkan ketidakpastian dalam penentuan
tersebut (apa istimewanya 99%, mengapa tidak 98%?), definisidefinisi berikut diperkenalkan. Ditunjukkan dalam Gambar 3.3b
dua profil kecepatan untuk aliran yang melewati sebuah pelat
datar yang satu adalah jika tidak terdapat viskositas (sebuah
profil seragam) dan yang lainnya adalah jika terdapat viskositas
dan tidak ada slip pada dinding (profil lapisan batas). Karena
berkurangnya kecepatan sebesar Uu di dalam lapisan batas,
laju aliran melintasi b-b kurang dari yang melintasi bagian a-a.
Namun demikian, jika kita memindahkan pelat pada bagian a-a
dengan besar yang tepat *, yang disebut sebagai ketebalan
perpindahan lapisan batas, laju aliran di setiap bagian akan
sama.
Hal ini akan berlaku jika

bU= ( U u ) b dy
0

di mana b adalah lebar pelat. Jadi,

= 1

u
dy
U

1)

Ketebalan perpindahan ini menyatakan besarnya ketebalan


dari benda yang harus ditingkatkan sehingga aliran inviscid
seragam semu memilik sifat laju aliran massa yang sama
seperti aliran viskos aktual. Ketebalan ini juga menyatakan
perpindahan ke arah luar dari garis-garis arus yang di sebabkan oleh efek viskos pada pelat. Gagasan ini
memungkinkan kita mensimulasikan kehadiran dari lapisan
batas pada aliran di luar lapisan batas dengan menambahkan
ketebalan perpindahan pada dinding aktual dan memperlakukan
aliran di atas benda yang bertambah tebal tersebut sebagai
sebuah aliran inviscid.
Sebuah definisi lain dari ketebalan lapisan batas yaitu
ketebalan momentum lapisan batas, , sering digunakan
99

ketika menentukan drag dari sebuah benda. Lagi-lagi karena


berkurangnya kecepatan Uu di dalam lapis batas, fluks
momentum melintasi bagian bb di dalam Gambar 3.3 kurang
dari yang melintasi bagian aa. Kekurangan fluks momentum
dari aliran lapisan batas aktual diberikan oleh

u ( Uu ) dA= b u ( U u ) dy
0

yang menurut definisi adalah fluks momentum di sebuah lapisan


yang berkecepatan seragam dan tebalnya . Artinya,

b U =b u ( U u ) dy
2

Atau

=
0

u
u
1
dy
U
U

Ketiga definisi ketebalan lapisan batas,

2)
,

dan

digunakan dalam analisis lapisan batas.


Konsep lapisan batas didasarkan pada kenyataan bahwa
lapisan batas ini tipis. Pada aliran pelat datar hal ini berarti
bahwa pada suatu lokasi sepanjang pelat, << x. Sama halnya,
<< x dan << x . Sekali lagi, halini benar jika kita tidak
berada terlalu dekat dengan ujung depan pelat (yaitu tidak lebih
dekat dari Rex = Ux/v = 1000).
Struktur dan sifat dari aliran lapisan batas tergantung
pada apakah alirannya laminar atau turbulen. Seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 3.4 dan dibahas pada subbab C,
ketebalan lapisan batas dan tegangan geser dinding keduaduanya berbeda-beda dalam dua rezim aliran ini.

Konsep lift (gaya angkat) dan drag (gaya


seret)
Ketika sebuah benda apapun bergerak melalui sebuah fluida,
suatu interaksi antara benda dengan fluida terjadi; efek ini dapat
digambarkan dalam bentuk gaya-gaya pada pertemuan antarmuka fluida-benda. Hal ini dapat digambarkan dalam tegangantegangan, tegangan geser dinding, w, akibat efek viskositas dan
tegangan normal akibat tekanan, p. Distribusi tegangan geser

100

dan tekanan yang biasa ditunjukkan pada Gambar 3.6a dan 3.6b.
Baik w dan p bervariasi besar dan arahnya di sepanjang
permukaan.
Seringkali berguna jika kita mengetahui distribusi terperinci
dari tegangan geser dan tekanan di seluruh permukaan benda,
meskipun informasi serupa itu sulit didapatkan. Namun
demikian, seringkali yang diperlukan hanya efek resultan secara
keseluruhan. Gaya resultan dalam arah yang sama dengan
kecepatan hulu disebut sebagai drag (gaya seret), D , dan gaya
resultan yang tegak lurus terhadap arah kecepatan hulu disebut
sebagai lift (gaya angkat), L, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.6c. Untuk beberapa benda tiga dimensi, mungkin
juga terdapat sebuah gaya samping yang tegak lurus
terhadap bidang yang memuat D dan L.
Resultan dari tegangan geser dan distribusi tekanan dapat
diperoleh dengan mengintegrasikan pengaruh-pengaruh dari
kedua besaran ini pada permukaan benda seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 3.7. Komponen x dan y dari gaya
fluida pada elemen luas kecil sebesar dA adalah
dF x = (p dA) cos + ( w dA) sin
dan
dF y = (p dA) sin + ( w dA) cos
Jadi, komponen x dan y netto dari gaya pada benda adalah:

Gambar 3.6. Gaya-gaya dari fluida di sekeliling pada


sebuah benda dua dimensi: (a) gaya tekanan, (b) gaya
viskos, (c) gaya resultan (lift dan drag)
101

Gambar 3.7. Gaya tekanan dan gaya geser pada sebuah


elemen kecil dari permukaan sebuah benda
D= d F x = p cos dA + w sin dA
L= d F y = p sin dA+ w cos dA

3.1)

3.2)

Tentu saja untuk melakukan pengintegralan dan menentukan


lift dan drag, kita harus mengetahui bentuk benda (yaitu,
sebagai suatu fungsi dari lokasi di sepanjang benda) dan
distribusi dari w dan di sepanjang permukaan. Distribusidistribusi ini seringkali sangat sulit didapatkan, baik secara
eksperimental maupun secara teoretis. Distribusi tekanan dapat
diperoleh secara eksperimental tanpa banyak kesulitan dengan
menggunakan serangkaian tap tekanan statik sepanjang
permukaan benda. Di sisi lain, biasanya sangat sulit untuk
mengukur distribusi tegangan geser dinding.
Kelihatannya baik tegangan geser maupun tekanan samasama memberikan kontribusi terhadap lift dan drag, karena untuk
sembarang benda tidak nol ataupun 90 pada benda.
Pengecualian adalah untuk pelat datar yang diatur baik sejajar
terhadap aliran hulu ( = 90) atau tegak lurus terhadap aliran
hulu ( = 0).
Meskipun Persamaan 3.1 dan 3.2 berlaku untuk benda
apapun, kesulitan dalam pemakaiannya terletak pada
bagaimana mendapatkan distribusi tegangan geser dan
tekanan yang sesuai pada permukaan benda. Banyak sekali
upaya telah dilakukan dalam menentukan besaran-besaran ini,
tetapi karena berbagai kerumitan yang terlibat, informasi
mengenai hal tersebut hanya tersedia untuk beberapa situasi
102

sederhana.
Tanpa informasi terperinci yang berkaitan dengan distribusi
tegangan geser dan tekanan pada sebuah benda, Persamaan 3.1
dan 3.2 tidak dapat digunakan. Alternatif yang banyak digunakan
adalah dengan mendefinisikan koefisien lift dan drag yang tak
berdimensi dan menentukan nilai-nilai perkiraannya dengan
cara-cara baik menggunakan analisis yang disederhanakan,
atau dengan beberapa teknik numerik, atau eksperimen yang
sesuai. Koefisien lift, CL, dan koefisien drag, CD, didefinisikan
sebagai:
C L=

L
1
2
U A
2

Dan
CD=

D
1
2
U A
2

di mana A adalah luas karakteristik dari benda. Biasanya, A ditetapkan


sebagai luas frontal luas proyeksi yang dilihat oleh orang yang

memandang benda dari suatu arah yang sejajar dengan


kecepatan hulu, U. Luas itu adalah luas bayangan dari benda
yang diproyeksikan pada sebuah layar yang tegak lurus dengan
kecepatan hulu yang dibentuk dengan sebuah cahaya yang
bersinar sepanjang aliran hulu. Dalam situasi lainnya A ditetapkan
sebagai luas planform luas proyeksi yang dilihat oleh seorang
pengamat yang memandang benda dari sebuah arah tegak
lurus terhadap kecepatan hulu (yaitu "dari atas" benda
tersebut). Jelas, luas karakteristik yang digunakan dalam definisi
dari koefisien-koefisien lift dan drag harus dinyatakan dengan
jelas.

b. Gaya seret (drag)


Seperti yang telah dibahas diatas, setiap benda yang
bergerak melalui suatu fluida akan mengalami drag, D suatu
gaya netto dalam arah aliran karena tekanan dan gaya geser
103

pada permukaan benda. Gaya netto ini yang merupakan


kombinasi komponen gaya pada arah aliran dari gaya-gaya,
normal dan tangensial pada benda, dapat ditentukan dengan
menggunakan Persamaan 3.1 dan 3.2, jika distribusi tekanan, p,
dan tegangan geser dinding w diketahui. Hanya pada kasuskasus tertentu (sangat jarang) distribusi-distribusi ini dapat
ditentukan secara analitis. Aliran lapisan batas yang lewati
sebuah pelat datar sejajar dengan aliran hulu seperti yang dib
dalam Subbab b adalah salah satu contoh kasusnya. Kemajuan
saat dalam bidang komputasi dinamika fluida (yaitu dengan
menggunakan komputer untuk memecahkan persamaanpersamaan pengatur pada medan aliran) telah memberikan
hasil-hasil yang menjanjikan untuk bentuk-bentuk yang lebih
kompleks. Namun demikian, masih banyak usaha yang harus
dilakukan di bidang ini.
Sebagian besar informasi yang tersedia mengenai drag pada
sebuah, benda adalah hasil dari eksperimen yang banyak sekali
dilakukan dengan terowongan angin, terowongan air, tangki
towing, dan peralatan-peralatan lainnya yang digunakan untuk
mengukur drag model-model yang diskala. Biasanya, hasil untuk
benda berbentuk tertentu adalah sebuah koefisien drag, CD, di
mana
CD=

D
1
2
U A
2
3.3)

dan CD adalah fungsi dari parameter tak berdimensi lainnya


seperti bilangan Reynolds, Re, bilangan Mach, Ma, bilangan
Froude, Fr, dan kekasaran relatif, /. Artinya,
CD=

(bentuk, Re, Ma, Fr, /)

Karakter dari CD sebagai fungsi dari parameter-parameter ini


dibahas dalam Subbab ini.

Drag Gesekan
Drag gesekan, Df, adalah bagian dari drag yang langsung
disebabkan oleh tegangan geser, w, pada benda. Drag ini bukan
hanya merupakan fungsi dari besar tegangan geser dinding,
tetapi juga arah orientasi permukaan di mana gaya tersebut
bekerja. Hal ini ditunjukkan dengan faktor w sin dalam
104

Persamaan 3.1. Jika permukaan sejajar dengan kecepatan hulu,


seluruh gaya geser berkontribusi langsung terhadap drag. Hal
ini berlaku untuk pelat datar sejajar dengan aliran seperti yang
dibahas dalam Subbab b. Jika permukaan tegak lurus terhadap,
kecepatan hulu, tegangan geser tidak memberikan kontribusi
apapun terhadap drag. Hal ini terjadi pada pelat datar yang
tegak lurus terhadap kecepatan hulu seperti yang dibahas dalam
Subbab b.
Secara umum, permukaan sebuah benda akan terdiri dari
bagian yang sejajar dan tegak lurus terhadap aliran hulu, dan
juga pada arah di antaranya.
Silinder bundar adalah salah satunya. Karena fluida-fluida yang
umum viskositasnya kecil, kontribusi dari gaya geser terhadap
drag keseluruhan pada benda seringkali sangat kecil. Pernyataan
seperti ini seharusnya disajikan dalam suku-suku tak berdimensi.
Hal ini karena bilangan Reynolds untuk aliran-aliran yang lazim
sangat besar, persentase drag yang disebabkan langsung oleh
tegangan geser seringkali sangat kecil. Namun demikian, untuk
benda-benda yang sangat streamlined atau untuk aliran dengan
bilangan Reynolds rendah, sebagian besar drag mungkin
disebabkan oleh drag gesekan.
Drag gesekan pada pelat datar dengan lebar b dan
panjang yang sejajar dengan aliran hulu dapat dihitung
dengan
1
2
D f = U b l C Df
2
di mana CDf adalah koefisien drag gesekan. Nilai dari CDf diberikan
sebagai fungsi dari bilangan Reynolds, Re = U /, dan
kekasaran relatif, / , di dalam gambar 3.8 dan tabel 3.1 adalah
hasil dari analisis lapisan batas dan eksperimen-eksperimen.

105

Gambar 3.8 Koefisien drag gesek untuk sebuah pelat datar


yang sejajar dengan aliran hulu
Tabel 3.1 Persamaan Empiris untuk Koefisien Drag Pelat datar
Persamaan

Kondisi aliran

CDf = 1,328/(Re)0,5

CDf = 0,455/(Log Re )2,58


1700/Re

Aliran laminar
Transisional dengan Rexcr = 5 x 105

CDf = 0,455/(Log Re )2,58

Turbulen, pelat licin

CDf = [1,89 1,62 Log l ]-2,5

Turbulen penuh

Drag Tekanan
Drag tekanan, Dp, adalah bagian dari drag yang langsung
disebabkan oleh tekanan, p, pada sebuah benda. Drag ini sering
disebut sebagai drag bentuk, karena ketergantungan yang sangat
kuat pada bentuk dari benda. Drag tekan adalah fungsi dari
besarnya tekanan dan orientasi arah elemen permukaan dima na
gaya tekanan tersebut bekerja. Sebagai contoh, gaya tekanan
pada kedua sisi pelat datar sejajar aliran mungkin saja sangat
besar, tetapi gaya tersebut tidak berkontribusi pada drag
karena gaya tersebut bekerja pada arah tegak lurus terhadap
106

kecepatan hulu. Sebaliknya, gaya tekanan pada pelat datar


yang tegak lurus aliran menyebabkan keseluruhan drag.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pada sebagian besar
benda, terdapat bagian pada permukaan yang sejajar dengan
aliran hulu, dan yang lainnya tegak lurus terhadap, kecepatan
hulu, dan sebagian besar lainnya pada orientasi arah dengan
sudut di antaranya. Drag tekanan dapat juga diperoleh dari
Persamaan 3.1 jika terdapat gambaran terperinci dari distribusi
tekanan dan bentuk benda yang diberikan. Artinya,
D p= pcosdA

Yang dapat dituliskan kembali dalam koefisien drag tekanan, C Dp,


sebagai
C Dp=

Dp
1
U 2 A
2

pcosdA = C p cosdA
1
U 2 A
2

Di sini C P = (p - p o)/(U2/2) adalah koefisien tekanan, di mana


po adalah tekanan acuan. Besarnya tekanan acuan tidak
mempengaruhi drag secara langsung karena gaya tekanan netto
pada benda adalah nol jika tekanan konstan (yaitu po) pada
seluruh permukaan.
Untuk aliran-aliran yang efek inersianya relatif besar terhadap
efek viskositas (yaitu aliran dengan bilangan Reynolds besar),
perbedaan tekanan, p p0 berbanding langsung dengan tekanan
dinamik, U2/2, dan koefisien tekanan tidak tergantung pada
bilangan Reynolds. Dalam situasi tersebut, kita perkirakan
bahwa koefisien drag relatif tidak tergantung pada bilangan
Reynolds.
Untuk aliran-aliran yang efek viskosnya relatif lebih
besar terhadap efek inersia (yaitu aliran dengan bilangan
Reynolds kecil), didapati bahwa baik perbedaan tekanan dan
tegangan geser dinding berbanding langsung dengan tegangan
viskos karakteristik, U/, di mana adalah panjang
karakteristik. Dalam situasi seperti itu kite perkirakan
koefisien drag, sebanding dengan 1/Re. Artinya CD ~ D/( U2/2)
~ ( U/)/( U2/2) ~ / U = 1/Re. Karakteristik ini serupa
dengan ketergantungan faktor gesekkan f ~ 1/Re untuk aliran
pipa laminar dan f ~ konstan untuk aliran dengan bilangan
107

Reynolds.
Jika viskositas nol, drag tekanan pada setiap, benda
berbentuk apapun (simetris atau tidak) dalam aliran tunak akan
bernilai nol. Mungkin akan terdapat gaya tekanan yang besar
pada bagian depan benda, tetapi mungkin akan terdapat gaya
tekanan yang sama besar (dan arahnya berlawanan) pada
bagian belakang.

Data dan Contoh-contoh Koefisien Drag


Seperti yang telah dibahas dalam subbab sebelumnya,
drag netto dihasilkar oleh efek tekanan dan tegangan geser.
Dalam banyak hal, kedua efek ini ditinjau bersamaan, dan
sebuah koefisien drag keseluruhan, CD seperti yang didefinisikan
dalam Persamaan 3.3 digunakan. Terdapat banyak sekali data
koefisien drag seperti itu di berbagai literatur. Informasi ini
meliputi aliran viskos tak mampu-mampat dan mampu-mampat
yang melewati hampir berbagai bentuk benda baik bentuk-bentuk
yang dibuat manusia atau bentuk-bentuk alamiah. Dalam Subbab
ini, kita akan meninjau sebagian kecil dan informasi ini untuk
situasi-situasi yang mewakili.
Ketergantungan Bentuk. Jelas bahwa koefisien drag
untuk berbagai benda tergantung pada bentuk dari benda
tersebut, dengan bentuk yang berkisar mulai dari benda yang
streamlined sampai benda yang tumpul. Drag pada elips dengan
aspek rasio /D, di mana D dan adalah ketebalan dan panjang
yang sejajar dengan aliran, mengilustrasikan ketergantungan ini.
Koefisien drag C D = D / ( U 2 bd/2), berdasarkan luas frontal,
A = bd, di mana b adalah panjang normal terhadap aliran
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.9. Semakin tumpul
benda, semakin besar koefisien drag. Dengan /D = 0 (yaitu
sebuah pelat datar tegak lurus terhadap aliran) kita memperoleh
nilai CD untuk pelat datar = 1,9. Dengan /D = 1, nilai yang
berkaitan untuk sebuah silinder bundar diperoleh. Dengan
semakin membesarnya /D, nilai dari CD semakin berkurang.
Untuk aspek rasio yang sangat besar (/D ---> ) elips
berperilaku seperti sebuah pelat datar yang sejajar terhadap
aliran. Untuk kasus seperti itu, drag gesekan lebih besar
daripada drag tekanan, dan nilai CD berdasarkan luas frontal A =
bd akan meningkat dengan meningkatnya /D. (Hal ini terjadi
untuk nilai /D yang lebih besar dibandingkan dengan yang
ditunjukkan dalam gambar.) Untuk benda yang sangat tipis itu
(yaitu elips dengan /D ---> , sebuah pelat datar atau airfoil

108

yang sangat tipis) biasanya menggunakan luas planform, A = b


dalam mendefinisikan koefisien drag. Tambahan pula, luasan di
mana tegangan geser bekerja adalah luas planform, dan
bukannya luas frontal yang jauh lebih kecil (untuk benda tipis).
Koefisien drag elips berdasarkan luas planform, CD = D/(U2 bl/2),
juga ditunjukkan dalam Gambar 3.9. Jelaslah drag yang diperoleh
dengan menggunakan koefisien-koefisien drag yang manapun,
hasilnya akan sama. Hal tersebut semata-mata hanya mewakili
dua cara berbeda untuk menyatakan informasi yang sama.
Banyaknya bagian yang dibuat streamline dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap drag. Sulit dipercaya
bahwa drag pada kedua benda dua-dimensi yang digambar
dalam Gambar 3.10 sama. Lebar dari olakan untuk strut
streamlined sangat tipis, dalam orde yang sama seperti yang
dihasilkan oleh silinder bundar yang berdiameter jauh lebih kecil.

Gambar 3.9. Koefisien drag untuk elips dengan luas


karakteristik berupa luas frontal, A= bd atau luas planform, A=
b

Gambar 3.10. Dua benda yang ukurannya sangat jauh


berbeda namun memiliki gaya drag yang sama; (a)

109

silinder bundar C D = 1,2; 9b) strut streamlined, C D =


0,12
Ketergantungan Bilangan Reynolds. Parameter lain yang
dapat membuat koefisien drag sangat tergantung padanya adalah
bilangan Reynolds. Kategori utama dari ketergantungan
bilangan Reynolds adalah (1) aliran dengan bilangan Reynolds
sangat kecil, (2) aliran dengan bilangan Reynolds sedang
(lapisan batas laminar), dan (3) aliran dengan bilangan
Reynolds sangat besar (lapisan batas turbulen). Contoh-Contoh
mengenai ketiga situasi ini dibahas di bawah ini.
Aliran dengan bilangan Reynolds rendah (Re < 1) diatur
oleh suatu kesetimbangan antara gaya-gaya viskos dan gaya
tekanan. Efek-efek inersia sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Dalam hal demikian, drag diperkirakan adalah sebuah fungsi dari
kecepatan hulu, U, ukuran benda, , dan viskositas, . Artinya,
D = f (U, , )
Dari pertimbangan dimensional diperoleh
D= C U

3.4)

di mana nilai dari konstanta C tergantung pada bentuk dari


benda. Jika kita menempatkan Persamaan 3.4 ke dalam bentuk
tak berdimensi menggunakan definisi standar dari koefisien drag,
kita mendapatkan
CD=

D
1
U 2 l2
2

2C lU 2 C
=

U 2 l 2

di mana Re = U/. Penggunaan tekanan dinamik, U2/2, dalam


definisi koefisien drag agak menyesatkan dalam kasus aliran
menjalar (creeping flow) (Re < 1) karena menggunakan
kerapatan fluida, yang bukan merupakan suatu parameter
penting untuk aliran seperti itu (inersia tidak penting). Pengunaan definisi koefisien drag standar ini memberikan
ketergantungan I/Re untuk koefisien drag Re kecil.
Nilai yang umum untuk CD pada aliran-aliran dengan
bilangan Reynolds kecil yang melewati berbagai benda diberikan
dalam Tabel 3.2. Yang menarik adalah drag pada piringan (disk)
tegak lurus terhadap aliran hanya 1,5 kali lebih besar daripada
drag pada piringan yang sejajar dengan aliran. Untik aliran
dengan bilangan Reynolds yang besar, rasio ini sangat besar.

110

Streamlining (yaitu usaha membuat benda lebih ramping) dapat


memberikan pengurangan drag yang cukup banyak pada
aliran dengan bilangan Reynolds besar; pada aliran dengan
bilangan Reynolds sangat kecil hal ini dapat meningkatkan drag
karena suatu peningkatan dalam luasan dimana gaya geser
bekerja. Untuk kebanyakan benda, hasil-hasil untuk aliran
dengan bilangan Reynolds kecil berlaku sampai dengan bilangan
Reynolds sekitar 1.
Tabel 3.2 Koefisien drag untuk bilangan reynolds kecil
(Re= UD/, A= D2/4)

Aliran dengan bilangan Reynolds sedang cenderung untuk


memiliki struktur aliran lapisan batas. Untuk aliran seperti itu
yang melewati benda-benda streamlined, koefisien drag
cenderung untuk sedikit berkurang dengan meningkatnya
bilangan Reynolds. Ketergantungan CD ~ Re-1/2 untuk lapisan
batas laminar pada pelat datar (lihat Tabel 3.1) adalah salah satu
contohnya. Aliran dengan bilangan Reynolds sedang dan
melewati benda-benda tumpul pada umumnya menghasilkan
koefisien drag yang relatif konstan. Nilai CD untuk bola dan
silinder bundar yang ditunjukkan dalam Gambar 3.11a
menunjukkan karakter ini dalam kisaran 103 < Re < 105.
Struktur dari medan aliran pada beberapa bilangan
Reynolds ditunjukkan dalam Gambar 3.11a ditunjukkan dalam
Gambar 3.11b. Untuk benda yang ditentukan terdapat berbagai
variasi dari situasi aliran, tergantung pada bilangan Reynolds
yang terlibat. Untuk banyak bentuk, terdapat perubahan
mendadak dari karakter koefisien drag apabila lapisan batasnya
menjadi turbulen. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 3.8 untuk
pelat datar dan dalam Gambar 3.11 untuk bola dan silinder
bundar. Bilangan Reynolds di mana transisi ini berlangsung
111

adalah fungsi dari bentuk benda.


Untuk
benda-benda
streamlined,
koefisien
drag
meningkat apabila lapisan batas menjadi turbulen karena
sebagian besar drag disebabkan oleh gaya geser, yang lebih
besar untuk aliran turbulen daripada aliran laminar. Sebaliknya,
koefisien drag pada benda yang relatif tumpul, seperti bola atau
silinder bundar, pada kenyataannya berkurang apabila lapisan
batas menjadi turbulen.

Gambar 3.11. (a) koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan


reynolds untuk silinder bundar licin dan bola licin

112

Gambar 3.11. (b) (lanjutan) Pola aliran yang khas dari


aliran yang melewati sebuah silinder bundar pada
berbagai bilangan Reynolds seperti yang ditunjukan pada
(a)

Gambar 3.12. Karakter dari koefisien drag sebagai fungsi


dari bilangan reynolds untuk benda-benda dengan
berbagai tingkat streamlining, dari sebuah plat datar
tegak lurus terhadap aliran hulu sampai pelat datar
sejajar dengan aliran (aliran dua dimensi)
Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 3.11 dengan penurunan
mendadak dari CD untuk 105 < Re < 106. Dalam kisaran ini, drag
aktual (bukan hanya koefisien drag) berkurang seiring dengan
meningkatnya kecepatan. Akan sangat sulit sekali untuk
mengendalikan aliran yang tunak dari benda seperti itu dalam
kisaran ini peningkatan kecepatan memerlukan penurunan
thrust (drag). Dalam kisaran bilangan Reynolds lainnya, drag
meningkat dengan meningkatnya kecepatan hulu (meskipun
C D mungkin berkurang dengan Re)
Untuk benda yang sangat tumpul, seperti sebuah pelat
datar yang tegak lurus aliran, separasi aliran terjadi pada tepian
dari pelat bagaimanapun sifat aliran lapisan batasnya. Jadi,
koefisien drag menunjukkan ketergantungan yang lemah pada
bilangan Reynolds.
Koefisien

drag

untuk

serangkaian

benda

dua-dimensi

113

dengan ketumpulan yang bervariasi diberikan sebagai fungsi


bilangan Reynolds dalam Gambar 3.12. Karakteristik yang
digambarkan di atas adalah buktinya.
Efek Kemampu-mampatan. Diskusi di atas terbatas untuk
aliran-aliran tak mampu-mampat. Jika kecepatan dari benda
cukup besar, efek kemampu mampatan menjadi penting dan
koefisien drag menjadi fungsi dari bilangan Mach, Ma = U/c, di
mana c adalah kecepatan suara di dalam fluida.

Gambar 3.13 koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan


mach untuk benda dua dimensi dalam aliran subsonik
Adanya efek bilangan Mach memperumit masalah karena
koefisien drag untuk benda tertentu kemudian menjadi fungsi
dari bilangan Reynolds dan bilangan Mach C D = (Re, Ma).
Efek bilangan Mach dan bilangan Reynolds seringkali
berhubungan dekat karena keduanya secara langsung sebanding
dengan kecepatan hulu. Sebagai contoh, Re dan Ma meningkat
dengan meningkatnya kecepatan terbang sebuah pesawat
terbang. Perubahan dari C D karena perubahan U disebabkan
oleh perubahan dari Re dan Ma.
Ketergantungan yang lebih tepat dari koefisien drag
terhadap Re dan Ma secara umum agak rumit. Namun demikian,
penyederhanaan berikut sering dibenarkan. Untuk aliran
dengan bilangan Mach rendah, koefisien drag pada dasarnya
tidak tergantung pada Ma seperti ditunjukkan dalam Gambar
3.13. Untuk situasi ini, jika Ma < 0,5, efek kemampu mampatan tidak penting. Sebaliknya, untuk aliran dengan
bilangan Mach yang lebih besar, koefisien drag dapat sangat
tergantung pada Ma, dengan efek bilangan Reynolds hanya

114

menjadi sekunder.
Untuk kebanyakan benda, nilai dari C D meningkat secara
dramatis di sekitar Ma = 1 (aliran sonik). Perubahan karakter ini,
ditunjukkan oleh Gambar 3.14, disebabkan oleh adanya
gelombang-gelombang kejut (suatu daerah yang sangat sempit
di dalam medan aliran di mana parameter aliran yang
melintasinya berubah hampir secara diskontinu).
Karakter koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan Mach
berbeda pada benda-benda tumpul dibandingkan bendabenda lancip. seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.14,
benda-benda yang lancip menghasilkan koefisien drag
maksimumnya di sekitar daerah Ma = 1 (aliran sonik),
sementara koefisien drag untuk benda tumpul meningkat dengan
Ma jauh di atas Ma = 1. Perilaku ini disebabkan oleh sifat dari
struktur
gelombang
kejut
dan
separasi
aliran
yang
menyertainya. Ujung depan dari sayap pesawat udara
subsonik seringkali dibulatkan dan tumpul, sementara pesawat
super sonik cenderung dibuat lancip.

Gambar 3.14 koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan


Mach untuk aliran supersonik
Informasi lebih lanjut lagi mengenai topik penting ini dapat
dijumpai pada buku teks standar mengenai aliran mampumampat dan aerodinamika.
Kekasaran Permukaan. Seperti ditunjukkan dalam Gambar
3.8, drag pada sebuah pelat datar sejajar dengan aliran sangat

115

tergantung pada kekasaran permukaan, jika aliran lapisan


batasnya turbulen. Dalam kasus seperti itu, kekasaran
permukaan menembus ke dalam sublapisan laminar yang ber
sebelahan dengan permukaan dan mengubah tegangan geser
dinding. Di samping peningkatan tegangan geser turbulen,
kekasaran permukaan dapat mengubah bilangan Reynolds ketika
aliran lapisan batas menjadi turbulen. Jadi, pelat datar yang
kasar mungkin mempunyai bagian yang lebih besar dari
panjangnya yang diliputi oleh lapisan batas turbulen daripada
yang terdapat pada pelat yang licin. Hal ini juga menyebabkan,
meningkatnya drag netto pada pelat.
Secara umum untuk benda-benda streamlined, drag
meningkat dengan meningkatnya kekasaran permukaan. Kita
harus sangat cermat dalammerancang permukaan sayap
pesawat terbang supaya selicin mungkin, karena paku-paku keling
atau kepala mur yang menonjol dapat menyebabkan
peningkatan drag cukup besar. Sebaliknya, untuk benda yang
sangat turnpul. seperti pelat datar tegak lurus aliran, drag tidak
tergantung pada kekasaran permukaan, karena tegangan geser
tidak pada arah aliran hulu dan tidak berkontribusi apapun pada
drag.

Gambar 3.15 Efek dari kekasaran permukaan pada


koefisien drag pada sebuah bola dalam kisaran bilangan
Reynolds di mana lapisan batas laminer menjadi turbulen.
Untuk benda-benda tumpul seperti silinder bundar atau
bola, peningkatan kekasaran permukaan secara aktual dapat
menyebabkan pengurangan drag. Hal ini diilustrasikan pada
sebuah bola dalam Gambar 3.15. Apabila bilangan Reynolds
116

mencapai nilai kritis (Re = 3 x 105 untuk bola licin), lapisan


batas menjadi turbulen dan daerah olakan di belakang bola
menjadi cukup menyempit daripada jika alirannya laminar.
Hasilnya adalah suatu penurunan yang cukup besar dari drag
tekanan dengan sedikit kenaikan dari drag gesekan, yang
bila digabungkan memberikan drag (dan CD) keseluruhan yang
lebih kecil.
Lapisan batas dapat dibuat turbulen pada bilangan
Reynolds yang lebih kecil dengan menggunakan bola yang
permukaannya dikasarkan. Sebagai contoh bilangan Reynolds
kritis untuk sebuah bola golf kira-kira Re = 4 x 10 4 . Dalam
kisaran 4 x 10 4 < Re < 4 x 10 5, drag pada bola golf dengan
kekasaran standar jauh lebih sedikit (CD kasar/CDhalus = 0,25/0,5
= 0,5) dibandingkan pada bola mulus.
Efek Bilangan Froude. Parameter lain yang dapat sangat
mempengaruhi koefisien drag adalah bilangan Froude,
U
Fr=
gl . Bilangan Froude adalah perbandingan dari
kecepatan aliran bebas terhadap kecepatan gelombang pada
pertemuan antar muka dari dua fluida, seperti permukaan lautan.
Sebuah benda yang bergerak pada permukaan tersebut, seperti
sebuah
kapal,
sering
menghasilkan
gelombang
yang
membutuhkan sumber energi untuk bisa ditimbulkan. Energi ini
berasal dari kapal dan dimanifestasikan sebagai sebuah drag.
[Ingat kembali bahwa laju dari produksi energi (daya) sama
dengan kecepatan dikalikan gaya.]
Sifat gelombang yang
dihasilkan seringkali tergantung pada bilangan Froude dari aliran
dan bentuk dari benda, gelombang yang dihasilkan oleh
seorang pemain ski air yang "memotong" air pada kecepatan
rendah (Fr rendah) berbeda dengan gelombang yang dihasilkan
oleh pemain ski air "meluncur" sepanjang permukaan pada
kecepatan tinggi (Fr besar).
Jadi, koefisien drag untuk kapal adalah fungsi dari bilangan
Reynolds (efek viskos) dan bilangan Froude (efek pembentukan
gelombang); CD = (Re, Fr). Seringkali sangat sulit untuk
melakukan pengujian model dengan kondisi yang serupa pada
prototipe (yaitu Re dan Fr yang sama untuk kapal).
Untungnya, efek-efek viskos dan gelombang seringkali dapat
dipisahkan, dengan drag total adalah jumlah drag dari masingmasing efek ini.
Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.16, drag yang
membuat gelombang ini, Dw, dapat merupakan fungsi yang
117

kompleks
dari
bilangan
Froude
dan
bentuk
benda.
Ketergantungan yang agak "unik" dari koefisien drag
gelombang, C Dw = D w /(U 2 2/2), pada bilangan Froude yang
ditunjukkan adalah khas. Hal tersebut disebabkan oleh kenyataan
bahwa struktur gelombang yang dihasilkan oleh lambung kapal
merupakan fungsi yang sangat kuat dari kecepatan kapal atau,
dalam bentuk tak berdimensi, bilangan Froude. Struktur dari
gelombang ini juga merupakan fungsi dari bentuk benda. Sebagai
contoh gelombang bow, yang sering merupakan kontributor
utama dari drag gelombang, dapat dikurangi dengan
menggunakan bentuk desain yang tepat dari bulb pada bow,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.16. Dalam hal ini benda
streamlined (lambung tanpa bulb) memiliki drag yang lebih besar
daripada yang tidak streamlined.
Drag Benda Komposit. Perkiraan perhitungan drag
untuk benda kompleks seringkali dapat diperoleh dengan
memperlakukan benda sebagai, kumpulan dari berbagai
bagiannya. Sebagai contoh, drag pada pesawat terbang dapat
diperkirakan dengan menjumlahkan drag yang dihasilkan oleh
berbagai komponennyasayap, fuselage, bagian ekor, dan
seterusnya.
Perhatian
penuh
harus
diberikan
dalam
menggunakan pendekatan seperti itu karena adanya interaksi
antara berbagai bagian. Sebagai contoh, aliran yang melewati
akar sayap (di dekat pertemuan antara sayap - fuselage)
sangat berubah oleh adanya fuselage.

Gambar 3.16 Data koefisien drag yang khas sebagai


fungsi dari bilangan Froude dan karakteristik lambung

118

kapal untuk bagian drag yang disebabkan oleh timbulnya


gelombang.
Karena itu, bisa jadi tidak terlalu tepat dengan semata-mata
menjumlahkan
drag
dari
komponen-komponen
untuk
mendapatkan drag dari seluruh benda, meskipun pendekatan
serupa itu seringkali cukup memadai.
Drag aerodinamika pada mobil sering menjadi contoh
suatu benda komposit. Daya yang dibutuhkan untuk
menggerakkan sebuah mobil sepanjang jalan digunakan untuk
mengatasi hambatan gelinding dan drag aerodinamika. Untuk
kecepatan di atas kira-kira 30 mph, drag aerodinamika
memberikan kontribusi yang penting terhadap gaya propulsif
netto yang dibutuhkan. Kontribusi drag karena berbagai bagian
dari mobil (bagian depan. kaca depan, atap, bagian belakang,
dan lain-lain) telah ditentukan dengan berbagai model dan
pengujian ukuran penuh dan juga perhitungan numerik. Kini kita
dapat memperkirakan drag aerodinamika pada mobil dengan
berbagai jenis bentuk.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.17, koefisien
drag untuk mobil telah semakin berkurang secara terus
menerus dari tahun ke tahun. Pengurangan ini merupakan
hasil dari perancangan yang sungguh-sungguh pada bentuk dan
perincian (seperti cetakan jendela, kaca spion, dan lain-lain).
Pengurangan drag tambahan telah dilakukan dengan suatu
pengurangan
luas
proyeksi.
Hasil
nettonya
adalah
peningkatan yang besar dari efisiensi bahan bakar, terutama
sewaktu kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi.
Efek dari beberapa parameter yang penting (bentuk, Re,
Ma, Fr dan kekasaran) terhadap koefisien drag untuk berbagai
benda telah dibahas dalam Subbab ini. Seperti telah
dinyatakan sebelumnya, informasi mengenai koefisien drag
untuk berbagai jenis benda telah tersedia dalam literatur.
Beberapa informasi ini diberikan dalam Gambar 3.18, 3.19 dan
3.20 untuk berbagai benda-benda dua dan tiga dimensi yang
alamiah maupun buatan manusia.

119

Gambar 3.17 Kecenderungan dari streamlining kendaraan


untuk
mengurangi
drag
aerodinamiknya
dan
meningkatkan efisiensi pemakaian bahan bakar mil per
galonnya.
Ingat kembali bahwa koefisien drag
dihasilkan oleh tekanan dinamik yang
dengan luas A. Artinya, D= 1/2U2ACD=
Benda-benda yang tidak streamlined pada
koefisien drag pada tingkatan ini.

sama dengan yang


bekerja pada daerah
U2 A jika CD= 1.
umumnya mempunyai

120

Gambar 3.18 Beberapa koefisien drag untuk benda-benda


tiga dimensi beraturan

c. Gaya angkat (lift)


Setiap benda yang bergerak melalui sebuah fluida akan
mengalami gaya netto dari fluida pada benda. Untuk benda
yang simetris, gaya ini akan terjadi dalam arah aliran bebas
yaitu sebuah drag, D. Jika benda tersebut tidak simetris (atau jika
benda tersebut bukan suatu medan aliran yang simetris, seperti
aliran di sekitar bola yang berputar), akan terdapat pula sebuah
gaya yang normal terhadap aliran bebas yaitu sebuah lift, L.
Banyak upaya telah dilakukan untuk memahami berbagai sifat
121

dari pembentukan lift. Beberapa benda, seperti airfoil, dirancang


untuk menghasilkan lift. Sedangkan sebagian benda lainnya
dirancang untuk mengurangi timbulnya lift. Sebagai contoh, lift
pada sebuah mobil cenderung, mengurangi gaya kontak antara
roda dengan tanah, yang menyebabkan pengurangan dari traksi
dan kemampuan berbelok. Perancang mobil selalu berusaha
mengurangi lift seperti ini.

Distribusi Tekanan Permukaan


Lift dapat ditentukan dari Persamaan 3.2 jika distribusi tekanan
dan tegangan geser dinding di sekitar benda diketahui. Data
seperti itu biasanya tidak diketahui. Biasanya, lift diberikan dalam
bentuk koefisien lift.
C L=

L
1
2
U A
2

yang diperoleh dari percobaan, analisis tingkat lanjut atau


pertimbangan numerik. Koefisien lift adalah sebuah fungsi dari
parameter tak berdimensi yang tepat dan, seperti pada koefisien
drag, dapat ditulis sebagai
CL = (bentuk, Re, Ma, Fr, / )
Bilangan Froude, Fr, menjadi penting hanya jika terdapat
permukaan bebas, seperti sebuah "sayap" di bawah air yang
digunakan untuk menopang sebuah kapal hidrofoil berkecepatan
tinggi. Seringkali kekasaran permukaan, , relatif tidak penting
dalam kaitan dengan liftkekasaran tersebut lebih mempunyai
efek pada drag. Bilangan Mach, Ma, penting dalam aliran-aliran
subsonik yang relatif sangat cepat dan dalam aliran supersonik
(yaitu jika Ma > 0,8), dan efek bilangan Reynolds sering kali
tidak besar. Parameter yang paling penting yang mempengaruhi
koefisien lift adalah bentuk benda. Banyak upaya telah dilakukan

122

dalam merancang secara optimal bentuk-bentuk peralatan


yang menghasilkan lift.

Gambar 3.19. Beberapa koefisien drag untuk bendabenda tiga dimensi beraturan
Peralatan penghasil lift yang paling umum (airfoil, fan,
spoiler pada mobil, dan lain-lain) bekerja dalam kisaran bilangan
Reynolds yang besar di mana aliran mempunyai sebuah sifat
lapisan batas, dengan efek viskos yang terbatas pada lapisan
batas dan daerah olakan. Dalam kasus seperti itu, tegangan
geser dinding, w hanya sedikit memberikan kontribusi terhadap
lift. Kebanyakan lift berasal dari distribusi tekanan permukaan.
Suatu distribusi tekanan yang khas pada mobil yang bergerak

123

ditunjukkan dalam Gambar 3.21. Distribusi tersebut, pada


sebagian
besar
bagiannya,
konsisten
dengan
analisis
persamaan Bernoulli yang sederhana. Lokasi dengan aliran
berkecepatan tinggi (di atas atap dan kap) mempunyai tekanan
kecil, sementara

124

Gambar 3.20 Beberapa koefisien drag untuk benda-benda


tiga dimensi beraturan

Gambar 3.21. Distribusi tekanan pada permukaan mobil


lokasi dengan kecepatan rendah (pada grill atau windshield)
mempunyai tekanan besar. Mudah untuk diyakini bahwa
pengintegralan dari distribusi tekanan ini akan memberikan gaya
ke atas netto.
Efek viskos penting untuk benda yang beroperasi pada rezim
bilangan Reynolds sangat rendah (misalnya Re < 1), dan
kontribusi dari tegangan geser terhadap lift mungkin sama
pentingnya dengan tekanan. Situasi seperti itu mencakup pula
terbangnya serangga-serangga kecil dan berenangnya organisme
mikroskopik.
Suatu alat yang didesain untuk menghasilkan lift bisa bekerja
dengan menghasilkan suatu distribusi tekanan yang berbeda
antara permukaan bagian bawah dengan bagian atas. Untuk
aliran dengan bilangan Reynolds yang besar, distribusi tekanan
ini biasanya berbanding langsung dengan tekanan dinamik,
U2/2, dengan pentingnya efek viskos menjadi sekunder. Dua
airfoil yang digunakan untuk menghasilkan lift ditunjukkan
dalam Gambar 3.22. Jelas bahwa airfoil yang simetris tidak
dapat menghasilkan lift kecuali jika sudut serangnya, a , tidak
nol. Akibat ketidaksimetrisan airfoil nonsimetris tersebut,
distribusi tekanan pada permukaan atas dan bawah berbeda
dan sebuah lift dihasilkan meskipun jika = 0. Tentu saja,
terdapat nilai tertentu (kurang dari nol untuk kasus ini), di
mana lift adalah nol. Untuk situasi ini, distribusi tekanan pada
permukaan atas dan bawah berbeda, namun resultan gaya
tekanan (dari pengintegralan) akan sama dan berlawanan.
Karena kebanyakan airfoil tipis, biasanya digunakan luas
planform dalam pendefinisian koefisien lift. Di sini b adalah
panjang dari airfoil dan c adalah panjang chordpanjang dari
ujung depan ke ujung belakang seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 3.22. Koefisien lift yang didefinisikan seperti itu berada
125

dalam orde satu. Artinya, gaya lift adalah tingkatan tekanan


dinamik dikalikan dengan luas dari planform sayap, L (pU2/2)A.
Beban sayap didefinisikan sebagai lift rata-rata per satuan
luas dari sayap, L/A, oleh karenanya meningkat dengan
kecepatan. Sebagai contoh, beban sayap dari pesawat Flyer milik
Wright 1903 adalah 1,5 lb/ft2, sementara pesawat Boeing 747
sekarang ini adalah 150 lb/ft2. Beban sayap dari lebah kira-kira 1
lb/ft2.

Gambar 3.22. Airfoil simetris dan nonsimetris


Data koefisien lift dan drag biasa sebagai fungsi dari sudut
serang, , dan rasio aspek, A, ditunjukkan dalam Gambar
3.23a dan 3.23b. Rasio aspek didefinisikan sebagai rasio dari
kuadrat panjang sayap terhadap luas planform, A= b2/A. Jika
panjang chord, c, adalah konstan sepanjang panjang sayap
(sayap dengan planform segiempat), maka rasio aspek berubah
menjadi A= b/c.
Secara umum koefisien lift meningkat dan koefisien drag
berkurang seiring dengan peningkatan rasio aspek. sayap
yang panjang lebih efisien karena kerugian ujung sayap relatif
lebih kecil daripada sayap pendek. Peningkatan drag karena
panjang yang tertentu (A < ) dari sayap seringkali disebut
sebagai drag induksi. Drag tersebut disebabkan oleh interaksi
dari struktur aliran berpusar yang kompleks di dekat ujung sayap
(wing tip) (lihat Gambar 3.27). Pesawat yang terbang dengan
kinerja tinggi dan burung yang terbang dengan efisiensi tinggi
(misalnya burung albatros dan camar laut) mempunyai sayap
yang panjang dan sempit. Namun demikian, sayap-sayap
seperti itu mempunyai inersia yang besar yang menyulitkan
manuver secara cepat. Jadi pesawat tempur atau pesawat
akrobatik dan burung-burung yang dapat bermanuver sangat
tinggi (misalnya elang) mempunyai sayap-sayap dengan rasio
aspek kecil.
Meskipun efek-efek viskos dan tegangan geser dinding
hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap dihasilkannya lift
126

secara langsung, efekefek tersebut memainkan peranan yang


sangat penting dalam perancangan dan penggunaan peralatan
penghasil lift. Hal ini disebabkan karena separasi lapisan batas
yang disebabkan viskositas dapat terjadi pada benda-benda
yang tidak streamlined seperti pada airfoil yang mempunyai
sudut serang yang terlalu besar. Seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.23, sampai suatu titik tertentu, koefisien lift meningkat
secara tetap terhadap sudut serang. Jika terlalu besar, lapisan
batas pada permukaan atas berpisah, aliran pada sayap
berkembang menjadi daerah olakan turbulen yang luas, lift

Gambar 3.23 Data koefisien lift dan drag yang khas


sebagai fungsi dari sudut serang dan rasio aspek airfoil
(a) koefisien lift (b) koefisien drag
berkurang, dan drag meningkat. Airfoil mengalami stall. Kondisi
tersebut sangat berbahaya jika terjadi pada saat pesawat sedang

127

terbang pada ketinggian yang rendah di mana tidak terdapat


waktu dan ketinggian yang cukup untuk kembali pulih dari stall.
Dalam banyak peralatan penghasil lift, besaran yang
penting adalah rasio dari lift terhadap drag yang terbentuk,
L/D= C L /C D . Informasi seperti itu sering dinyatakan dalam CL/CD
versus , sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3.24a atau
di dalam lift-drag polar dari C L versus C D dengan sebagai
sebuah parameter, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
3.24b. Sudut serang yang paling efisien (yang menyebabkan
CL/CD paling besar) dapat diperoleh dengan menggambarkan
sebuah garis tangen terhadap kurva CL CD terhadap titik asal,
seperti yang ditunjukkan dalam. Gambar 3.24b Airfoil berkinerja
tinggi menghasilkan lift yang mungkin 100 kali (atau lebih) lebih
besar daripada dragnya. Hal ini ditunjukkan dengan fakta
bahwa di udara yang diam airfoil ini mampu melayang pada
jarak horizontal sejauh 100 m untuk penurunan ketinggian 1 m.

Gambar 3.24. Dua cara penyajian dari data lift dan drag
yang sama untuk suatu jenis airfoil: (a) rasio lift terhadap
drag sebagai fungsi dari sudut serang, dengan mulai
terjadinya separasi lapisan batas pada permukaan atas
yang ditunjukan oleh terjadinya stall (b) diagram polar lift
dan drag dengan berbagai sudut serang
Seperti ditunjukkan di atas, lift dan drag pada sebuah
airfoil dapat diubah dengan mengubah sudut serang. Hal ini
secara aktual mewakili perubahan dalam bentuk benda.

128

Perubahan bentuk lainnya dapat digunakan untuk mengubah lift


dan drag apabila diperlukan. Pada pesawat terbang modern,
biasanya digunakan flap pada ujung depan dan ujung
belakang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar3.25. Untuk
menghasilkan lift yang diperlukan selama pendaratan yang
kecepatannya relatif rendah dan lepas landas, bentuk airfoil
diubah dengan mengembangkan flap-flap khusus pada bagian
depan dan/atau belakang dari sayap. Penggunaan dari flap
sangat meningkatkan lift, meskipun juga meningkatkan drag
(airfoil dalam konfigurasi yang "kotor"). Peningkatan drag tidak
banyak menjadi pertimbangan selama pendaratan dan lepas
landaspengurangan dalam kecepatan pendaratan atau lepas
landas lebih penting ketimbang suatu peningkatan drag
sementara. Selama penerbangan normal, flap-flap ditarik kembali
(konfigurasi "bersih"), dan drag relatif kecil, serta gaya lift
yang diperlukan dicapai dengan koefisien lift yang lebih kecil
dan tekanan dinamik yang lebih besar (kecepatan lebih tinggi).
Penggunaan sistem flap yang kompleks untuk pesawat modern
telah terbukti merupakan terobosan yang penting dalam bidang
aeronamika.
Kenyataannya,
beberapa
jenis
burung
menggunakan konsep flap pada ujung depan. Beberapa species
burung memiliki bulu khusus pada ujung depan dari sayapsayapnya yang akan mengembang sebagai flap ujung depan
saat penerbangan kecepatan rendah diperlukan (seperti ketika
sayap-sayap burung tersebut mengembang penuh saat
mendarat). Berbagai macam informasi mengenai lift dan drag
dari airfoil dapat dijumpai pada buku-buku aerodinamika standar.

129

Gambar 3.25 Perubahan lift dan drag yang mungkin


dengan menggunakan berbagai jenis desain flap

F. Pengukur laju aliran pipa


Tiga jenis peralatan yang paling umum dipakai untuk mengukur
laju aliran. pipa sesaat adalah orifice meter, nozzle meter, dan
venturi meter. Masing-masing dari alat pengukur ini bekerja
berdasarkan prinsip bahwa pengurangan luas aliran dalam
sebuah pipa menyebabkan peningkatan kecepatan yang disertai
dengan penurunan tekanan. Korelasi dari perbedaan tekanan
dengan kecepatan memberikan cara untuk mengukur laju aliran

130

tersebut. Tanpa adanya pengaruh viskos dan dengan asumsi pipa


horizontal, penerapan persamaan Bernoulli antara titik (1) dan
(2) yang ditunjukkan pada Gambar 3.26 memberikan :
Qideal =A 2 V 2 =A 2

2 ( p 1p 2 )

3.5)

( 1 4 )

di mana = D 2 /D l . Kita mengantisipasi terdapatnya kerugian


head antara (1) dan (2) sehingga persamaan-persamaan
pengaturnya menjadi
Q= A1 V 1= A2 V 2
Dan
2

p1 V 1 p 2 V 2
+ = + +h
2 g 2g L

Pada situasi yang ideal hL = 0 dan menghasilkan Persamaan


3.5. Kesulitan dalam menyertakan kerugian head adalah tidak
terdapatnya pernyataan yang akurat mengenai hal tersebut.
Hasil akhirnya adalah koefisien-koefisien empiris yang
kemudian digunakan dalam persamaan laju aliran untuk menangani efek-efek yang sebenarnya sangat rumit akibat
viskositas yang tidak nol. Koefisien-koefisien tersebut dibahas di
bawah ini. Sebuah orifis meter yang biasa di buat dengan
menyisipkan sebuah pelat datar berlubang diantara dua flens
sebuah pipa, seperti ditunjukan pada

131

Gambar 3.26 Geometri yang umum dari alat ukur aliran


pipa

Gambar 3.27 Konstruksi orifis meter yang khas


Gambar 3.27. Tekanan pada titik (2) di dalam vena contracta
lebih kecil daripada tekanan di titik (1). Efek ketidakidealan
terjadi karena dua sebab. Pertama, luas vena contracta, A 2,
kurang dari luas lubang, A0,, dengan selisih yang tidak diketahui.
Jadi, A2 = Cc Ao, di mana Cc adalah koefisien kontraksi (Cc < 1).
Kedua, aliran berpusar dan gerakan turbulen di dekat pelat orifis,
menyebabkan suatu kerugian head yang tidak dapat dihitung
secara teoretis. Jadi, sebuah koefisien discharge orifis, Co
digunakan untuk memperhitungkan efek-efek ini. Artinya,
Q=C 0 Qideal =C 0 A 0

2 ( p1 p 2 )
( 1 4 )

36)

di mana Ao = d2/4 adalah luas lubang pada pelat orifis. Nilai dari
Co adalah sebuah fungsi dari 0 = d/D dan bilangan Reynolds Re
= VD/, di mana V = Q/A1 Nilai Co yang khas diberikan pada
Gambar. 3.28. Perhatikan bahwa nilai Co tergantung pada
konstruksi spesifik orifis meter (yaitu penempatan tap tekanan,
apakah tepi pelat orifis bujur sangkar atau dikontur bevel, dan
lain-lain). Kondisi-kondisi sangat presisi yang mengatur
konstruksi orifis meter standar telah dibuat untuk memberikan
akurasi yang sebaik mungkin.

132

Gambar 3.28 Koefisien discharge orifis meter

G
ambar 3.29 Kontruksi nossel meter yang khas

133

Gambar 3.30 Koefisien discharge nossel meter


Alat pengukur aliran pipa jenis lainnya dengan prinsip yang
sama seperti yang digunakan pada orifis meter adalah nossel
meter, yang tiga variasi bentuknya ditunjukkan pada Gambar
3.29. Alat ini menggunakan sebuah nossel yang dikontur
(biasanya diletakkan antara flensa dari bagian pipa) sebagai
pengganti sebuah pelat sederhana (yang lebih murah) dengan
lubang di tengahnya seperti pada sebuah orifis meter. Pola
aliran yang dihasilkan untuk nossel meter lebih mendekati ideal
dibandingkan aliran orifis meter. Hanya terdapat sedikit vena
contracta dan separasi aliran sekunder yang kurang kuat,
tetapi masih terdapat efek viskos. Hal ini diperhitungkan dengan
menggunakan koefisien discharge nossel, Cn, di mana

Q=C n Qideal =C n A n

2 ( p1 p 2 )
( 1 4 )

37)

dengan An = d2/4. Seperti pada orifis meter, nilai dari Cn adalah


fungsi dari rasio diameter, = d/D, dan bilangan Reynolds, Re
= VD/ . Nilai-nilai khas yang diperoleh dari eksperimen
ditunjukkan dalam Gambar 3.30. Sekali lagi, nilai yang tepat
dari C n , tergantung pada detil spesifik dari desain nosselnya.
Perhatikan bahwa Cn > Co; nossel meter lebih efisien (lebih
sedikit energi yang terbuang) dibandingkan dengan orifis meter.

Gambar 3.31 Konstruksi Venturi meter


Alat ukur yang paling teliti dan paling mahal di antara
ketiga jenis alat ukur aliran jenis penghalang (obstruction-type
flow meter) adalah Venturi meter yang ditunjukkan pada
Gambar 3.31 (G.B Venturi (1746 - 1822)). Meskipun prinsipprinsip pengoperasian dari peralatan ini sama seperti pada orifis
atau nossel meter, geometri dari venturi meter dirancang untuk
mengurangi kerugian-kerugian head sekecil-kecilnya. Hal ini
dilakukan dengan membuat suatu pengecilan yang relatif mulus

134

mengikuti garis arus (yang menghilangkan separasi di depan


leher) dan pembesaran secara perlahan di keluaran leher (yang
menghilangkan separasi pada bagian yang mengalami
perlambatan). Kebanyakan kerugian head yang terjadi dalam
Venturi meter yang dirancang dengan baik lebih disebabkan oleh
kerugian gesek sepanjang dinding dibandingkan dengan kerugian
akibat dari separasi aliran dan gerakan percampuran yang tidak
efisien yang menyertai aliran seperti itu.
Jadi, laju aliran yang melalui sebuah Venturi meter dapat
dinyatakan sebagai
Q=C v Q ideal=C v A T

2 ( p1 p2 )
( 1 4 )

di mana AT = d2/4 adalah luas leher Venturi. Kisaran dari harga


Cv, koefisien discharge Venturi diberikan pada Gambar 3.32. Rasio
diameter leher terhadap pipa ( = d/D), bilangan Reynolds, dan
bentuk bagian yang mengecil dan membesar dari alat ukur
adalah parameter-parameter yang mempengaruhi nilai Cv.
Sekali lagi, nilai yang tepat dari Cn, Co, dan Cv, tergantung
pada bentuk spesifik dari peralatan yang digunakan. Informasi
yang cukup banyak mengenai perancangan, penggunaan dan
instalasi dari alat-alat ukur laju aliran standar dapat ditemukan di
buku teks.

Gambar 3.32 koefisien discharge Venturi meter

135

Banyak sekali peralatan lainnya yang digunakan untuk


mengukur laju aliran di dalam pipa. Kebanyakan dari peralatan
ini menggunakan prinsip selain dari konsep kecepatantinggi/tekanan-rendah seperti pada orifis, nossel dan Venturi
meter.
Alat pengukur laju aliran yang cukup umum, akurat dan
relatif tidak mahal adalah sebuah rotameter, atau pengukur luas
variabel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.33. Dalam
peralatan ini, sebuah benda apung terdapat di dalam tabung
pengukur transparan berbentuk tirus yang dipasangkan secara
vertikal pada jalur pipa. Ketika fluida mengalir melalui alas ukur
ini (masuk dari permukaan bawah), benda apung akan
terangkat di dalam tabung tirus dan mencapai tinggi
kesetimbangan yang merupakan fungsi dari laju aliran.
Ketinggian ini bersesuaian dengan suatu kondisi kesetimbangan
di mana gaya-gaya netto pada benda apung (gaya apung, berat
benda apung, dan hambatan fluida) sama dengan nol. Suatu
Skala kalibrasi pada tabung memberikan hubungan antara posisi
benda apung dengan laju aliran.

Gambar 3.33 Alat ukur aliran jenis Rotameter


136

Gambar 3.34 Alat ukur aliran jenis turbin


Alat pengukur laju aliran jenis lain yang sangat berguna
adalah turbin meter seperti yang ditunjukkan pada Gambar
3.34. Sebuah propeler atau turbin kecil yang dapat berputar
secara bebas di dalam turbin meter akan berputar dengan
kecepatan angular yang merupakan fungsi dari (atau hampir
sebanding dengan) kecepatan rata-rata fluida di dalam pipa.
Kecepatan angular ini dibaca secara magnetik dan dikalibrasi
untuk memberikan hasil pengukuran yang akurat dari laju aliran
yang melalui alas ukur tersebut.

Pengukur volume aliran


Dalam banyak hal, perlu diketahui banyaknya (volume atau
massa) dari fluida yang telah mengalir melalui Sebuah pipa
selama periode waktu tertentu, bukannya sekedar laju aliran
sesaat. Sebagai contoh, kita ingin mengetahui berapa gallon
bensin yang dipompakan ke dalam tangki mobil kita, bukannya
berapa laju bensin yang mengalir ke dalam tangki. Terdapat
berbagai peralatan untuk mengukur banyaknya (kuantitas) fluida
yang memberikan informasi mengenai itu.
Nutating disk meter seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.35 digunakan secara luas untuk mengukur jumlah air
yang digunakan pada sistem air bersih domestik dan komersial
seperti halnya jumlah bensin yang dialirkan ke dalam tangki
137

bensin mobil. Alat ukur ini hanya terdiri atas satu bagian
utama yang bergerak dan relatif tidak mahal serta akurat. Prinsip
kerjanya sangat sederhana, namun mungkin akan sulit
memahami pengoperasiannya tanpa pertama-tama benar-benar
memeriksa dan mengamatinya. Alat ukur ini terdiri dari ruang
pengukur dengan sisi-sisi bulat dan bagian atas dan bawah
berbentuk kerucut. Sebuah piringan terpasang pada bola tengah
dan membagi ruang menjadi dua bagian. Piringan dibatasi
berada pada sudut yang tidak tegak lurus terhadap sumbu
simetri ruang. Sebuah pelat radial (diafragma) membagi ruang
sedemikian rupa sehingga fluida yang masuk menyebabkan
piringan bergoyang mengangguk-angguk dengan fluida mengalir
bergantian melalui bagian atas atau bawah piringan. Fluida
keluar dari ruang setelah piringan melengkapi satu anggukan,
yang bersesuaian dengan

Gambar 3.35 Nutating disk flow meter


suatu volume fluida tertentu yang melewati ruang. Selama tiap
anggukan piringan tersebut, pin yang terpasang pada ujung
dari bola tengah, tegak lurus terhadap piringan menyelesaikan
satu lingkaran. Volume dari fluida yang melewati alat ukur
tersebut dapat ditentukan dengan menghitung jumlah putaran
yang dipenuhi.
Alat pengukur jumlah (kuantitas) fluida lainnya yang digunakan
untuk pengukuran aliran gas adalah bellow meter yang
ditunjukkan pada Gambar 3.36. Alat ini terdiri dari sekumpulan
penghembus yang terisi dan kosong

138

Gambar 3.36 Alat ukur jenis bellow (a) pengosongan


kantong belakang, pengisian diafragma belakang. (b)
Pengisian diafragma depan, pemgosongan kantong
depan. (c) Pengsian kantong belakang, pengosongan
diafragma belakang. (d) Pengosongan diafragma depan,
pengisian kantong depan.
katup masuk dan keluar. Pengukur gas alam yang biasa
digunakan untuk keperluan rumah tangga adalah jenis ini. Untuk
setiap siklus [(a) sampai (d)] diketahui sejumlah volume gas yang
melewati alat ukur tersebut.
Nutating disk meter (meteran air) adalah sebuah contoh
yang sangat sederhanabagian bergeraknya dirancang dengan
sangat cerdas. Sebaliknya Bellow meter (meteran gas), relatif
lebih rumitalat ini terdiri dari banyak komponen bergerak yang
saling terhubung. Perbedaan ini disebabkan oleh penerapannya.
Alat ukur yang satu digunakan untuk menangani cairan yang
biasa, aman, dan bertekanan relatif tinggi, sementara yang
lainnya digunakan untuk mengukur gas bertekanan rendah
yang relatif berbahaya. Setiap peralatan melakukan fungsinya
masing-masing dengan baik.
Terdapat banyak peralatan yang digunakan umuk mengukur
aliran fluida, namun hanya beberapa saja yang telah dibahas di
sini. Pembaca disarankan umuk melihat literatur-literatur

139

lainnya umuk membiasakan diri dengan peralatan lain yang


canggih dan sangat berguna.

Latihan
1. Tebal perpindahan lapisan batas adalah (a) jarak dari batas
yang terpengaruh oleh tegangan geser batas; (b) setengah tebal
lapisan batas yang sebenamya; (c) jarak ke titik di mana u/U =
0,99; (d) jarak tergesemya aliran utama; (e) tiada di antara
jawaban ini.
2. Koefisien hambat untuk pelat datar (D = hambatan) adalah (a)
2D/U2l; (b) Ul/D; (c) UI/2D; (d) U2l/2D; e) tiada di antara
jawaban-jawaban ini.
3. Tebal lapisan batas laminar sebanding dengan (a ) 1/ x 1 / 2 ; (b)
x 1 / 7 ; (c) x 1 / 2 ; (d) x 6 / 7 ; (e) tiada di antara jawaban-jawaban ini.
4. Udara pada kondisi standar mengalir melewati sebuah pelat
datar seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1. Pada kasus (a)
pelat sejajar dengan aliran hulu, dan (b) pelat tegak lurus
aliran hulu. Jika distribusi tekanan dan tegangan geser pada
permukaan benda seperti yang ditunjukkan (diperoleh baik
dengan eksperimen atau secara teori), tentukan lift dan drag
pada pelat.

Gambar 1.
5. Udara yang mengalir ke dalam sebuah saluran duct bujur
sangkar bersisi 2- ft dengan kecepatan seragam sebesar 10
ft/s membentuk sebuah lapisan batas pada dinding seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 2. Fluida di dalam daerah inti (di
luar lapisan batas) mengalir seakan-akan fluida tersebut inviscid.

140

Dari perhitungan tingkat lanjut, ditentukan bahwa untuk aliran ini


ketebalan perpindahan lapisan batas diberikan oleh
* = 0,0070(x)1/2

(1)

di mana * dan x dalam satuan feet. Tentukan kecepatan U =


U(x) dari udara di dalam saluran tetapi di luar lapisan batas.

Gambar 2.

141

Anda mungkin juga menyukai