Anda di halaman 1dari 20

Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 31

BAB II

ALIRAN TAK MAMPU MAMPAT DAN


BERGESEKAN

Pembahasan aliran tak mampu mampat bergesekan dibagi menjadi 2 jenis


aliran yaitu aliran eksternal dan aliran internal. Aliran Eksternal adalah aliran fluida
yang melintas di luar suatu permukaan solid atau benda seperti misalkan aliran fluida
di atas plat datar, aliran melintas bola, silinder, aliran melintas suatu konstruksi
bangunan dan sebagainya. Sedangkan aliran internal adalah aliran fluida yang
melingkupi suatu penampang, misalkan aliran dalam pipa.

Untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik aliran bergesekan,


ditampilkan aliran udara melintas sebuah aerofoil seperti gambar 2.1. Lokasi dinding
aliran yang kecepatan fluidanya nol adalah titik stagnasi. Begitu melewati lokasi
stagnasi ini terbentuklah lapisan batas pada bagian atas dan bagian bawah. Konsep
lapisan batas akan dibahas lebih rinci di sub bab berikutnya.

Gambar 2.1. Aliran fluida melintas aerofoil


32 Mekanika Fluida

Aliran fluida awalnya laminer kemudian pada jarak tertentu dari titik stagnasi
tercapailah kondisi transisi yaitu perubahan aliran dari laminer dan turbulen. Lapisan
batas pada aliran turbulen akan lebih tebal jika dibandingkan dengan lapisan batas
pada aliran laminer. Saat turbulensi aliran makin tinggi maka tekanan makin tinggi (
adverse pressure gradient) sehingga pada lokasi tertentu aliran akan terpisah dari
permukaan solid. Peristiwa ini disebut separasi dan lokasinya ditandai huruf S, titik
separasi. Daerah dibelakang separasi disebut daerah wake, daerah yang mengalami
kekosongan aliran.

II.1. KONSEP LAPISAN BATAS (BOUNDARY LAYER)

Konsep lapisan batas pertama kali dikemukakan pada tahun 1904 oleh
Ludwig Prandtl, seorang ahli aerodinamika Jerman. Sebelumnya, analisa aliran fluida
terbagi menjadi 2 konsep dasar yaitu aliran tanpa pengaruh gesekan yang
dikemukakan oleh Leonhard Euler seorang ahli hidrodinamika pada tahun 1755.
Analisa aliran tanpa gesekan di nyatakan dalam persamaan Euler. Dengan banyaknya
kontradiksi pada hasil eksperimen aliran fluida, persamaan Euler dijabarkan lebih
rinci untuk kondisi aliran bergesekan oleh Navier pada tahun 1827 dan oleh Stokes
pada tahun 1845, yaitu persamaan Navier-Stokes.

Persamaan Navier-Stokes ini adalah persamaan matematis yang amat sulit


dicari penyelesaiannya. Dengan konsep yang diungkapkan Prandlt ini analisa gerak
aliran fluida umumnya dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian yang pengaruh
gesekannya besar yaitu di daerah lapisan batas dan di luarnya adalah aliran yang
tanpa pengaruh gesekan.

Pada aliran fluida bergesekan, pengaruh gesekan akan menimbulkan Lapisan


batas. Lapisan Batas adalah daerah yang melingkupi permukaan aliran, dimana tepat
dibawah lapisan batas terdapat hambatan akibat pengaruh gesekan fluida dan tepat di
atas lapisan batas aliran fluida adalah tanpa hambatan. Sehingga untuk menganalisa
pengaruh gesekan fluida, penting untuk diketahui konsep tentang lapisan batas
tersebut.

Lapisan batas pada aliran internal akan berkembang terbatas sampai dapat
meliputi seluruh penampang aliran fluida dan hanya terjadi pada daerah di sekitar
lubang masuk aliran sehingga pada umumnya dapat diabaikan dan aliran dianggap
seragam. Namun pada aliran eksternal pertumbuhan lapisan batas tidak terbatas
sehingga umumnya pembahasan perkembangan lapisan batas menjadi sangat penting.
Pada Gmb 2.2 ditampilkan perkembangan lapisan batas pada aliran internal dan aliran
eksternal. Pada gambar tersebut skala sumbu y jauh lebih besar dari sumbu x untuk
memperoleh gambar yang lebih jelas, karena lapisan batas tersebut sangat tipis.
Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 33

Gmb. 2.2. Pertumbuhan lapisan batas pada aliran diatas plat dan aliran
di dalam pipa

Dari gambar terlihat bahwa untuk aliran internal, fluida pada saat bergesekan
dengan permukaan solid, akan mulai membentuk lapisan batas. Lapisan batas ini
akan berkembang terus sampai suatu panjang tertentu yang disebut sebagai panjang
masukan (entrance length) kemudian lapisan batas tidak dapat berkembang lagi
(Fully developed flow)

Untuk aliran internal dan laminer yaitu dengan Re< 2300 maka panjang
masukan, LE adalah fungsi angka Reynold yaitu :

LE ρVD
≈ 0 ,0 6
D μ (2.1)
L E ≈ 0 ,0 6 x Re xD ≈ 138 D

Sedangkan untuk aliran internal turbulen, dari hasil percobaan, panjang


masukannya adalah antara 25 D atau 40 D

Pada aliran eksternal, angka Reynold dihitung tidak dari diameter penampang
namun dari panjang karakteristik masukan atau dari tebal lapisan batasnya. Kondisi
aliran laminer, transisi dari laminer ke turbulen dan aliran turbulen pada aliran
eksternal tidak sejelas pada aliran internal.

Untuk aliran di atas plat datar seperti pada lambung kapal atau kapal selam,
pada sayap pesawat udara ataupun pada dataran, kondisi transisi aliran tercapai pada
angka Reynold, Re = 5x105. Untuk kondisi udara baku, angka Re ini tercapai pada
kecepatan 30 m/dt berkorelasi dengan jarak x ≈ 0,24 m. Sedangkan perkembangan
tebal lapisan batasnya, pada aliran laminer lebih lambat dibandingkan dengan
perkembangan tebal lapisan batas pada aliran turbulen.
34 Mekanika Fluida

Ketebalan lapisan batas pada aliran laminer :


5x
δ = (2.2.)
Rex
dimana :
δ : tebal lapisan batas
x : jarak dari masukan ke lokasi tebal lapisan batas

Beberapa parameter lapisan batas yang penting adalah :

Tebal lapisan batas, δ yang didefinisikan sebagai jarak dari permukaan solid ke
lapisan di daerah yang mengalami hambatan karena gesekan. Namun kenyataannya
karena pengaruh gesekan terjadi terus menerus, pada perhitungan, dipergunakan
definisi tebal lapisan batas adalah jarak dari permukaan penampang ke titik yang u =
0,99 U

Tebal perpindahan δ* didefinisikan sebagai tebal aliran tanpa gesekan yang laju
massa alirannya sama dengan pengurangan laju massa aliran fluida bergesekan.
Sehingga perhitungan tebal perpindahan ini didasarkan pada laju massa aliran
sebelum bergesekan dengan permukaan solid dikurangi laju aliran setelah
bergesekan.

Tebal perpindahan ini dinyatakan dalam :

∂ ∂
1 ⎛ u⎞
(U − u)dy =
U ∫0 ∫ ⎜⎝ 1− U⎟⎠ dy
∂*= (2.3)
0

Tebal momentum θ, didefinisikan sebagai ketebalan dari lapisan batas dengan


kecepatan U yang laju perubahan momentumnya sama dengan kekurangan laju
momentum aliran bergesekan yang melalui lapisan batas. Tebal momentum
dinyatakan dalam :


ρθUU = ∫ ρ(U − u)udy
0

(2.4)
⎛ u⎞ u
θ == ∫ ⎜ 1− ⎟ dy
0
⎝ U⎠ U

Jika u/U dinyatakan dalam y maka θ dan δ* dapat dinyatakan dalam δ. Gambar untuk
menjelaskan tebal perpindahan dan tebal momentum lapisan batas adalah Gmb.2.3
Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 35

Gmb. 2.3. Tebal perpindahan dan tebal momentum

II.2. GAYA-GAYA FLUIDA PADA BENDA YANG MELINTAS


ALIRAN FLUIDA

Sebuah benda akan mengalami total gaya akibat fluida apabila terjadi gerak
relatif antara permukaan benda dan fluida. Gaya-gaya fluida tersebut merupakan gaya
permukaan yang tegak lurus dan juga searah permukaan benda atau merupakan gaya
normal ataupun gaya gesek.

Total gaya fluida yang arahnya searah aliran fluida disebut DRAG atau gaya
hambat dan total gaya yang tegak lurus aliran fluida disebut LIFT atau gaya angkat.
Perhitungan total gaya tersebut tidak dapat diselesaikan secara analitis. Hampir
semua penyelesaian total gaya tersebut membutuhkan hasil eksperimen yang
dinyatakan dalam bentuk koefisien gaya angkat ataupun koefisien gaya hambat untuk
bentuk geometri tertentu.
36 Mekanika Fluida

II.2.1.GAYA HAMBAT

Gaya hambat adalah komponen gaya fluida pada benda yang searah dengan
arah aliran fluida atau gerakan benda. Gaya hambat dibedakan menjadi gaya hambat
bentuk (form drag) dan gaya hambat gelombang (wave drag). Dengan pendekatan
bahwa pada aliran tidak timbul gelombang maka pembahasan gaya hambat hanyalah
gaya hambat bentuk saja, untuk selanjutnya disebut gaya hambat Dari analisa tanpa
dimensi dapat ditentukan gaya hambat diduga merupakan fungsi sebagai berikut :

Fd = f ( d, V,μ, ρ)
dimana:
Fd : gaya hambat
d : diameter penampang aliran
V : kecepatan aliran
μ : viskositas fluida
ρ : rapat massa fluida

Dengan menerapkan teori Buckingham Pi yang telah dibahas pada buku diktat
Mekanika Fluida Dasar, dua (2) buah parameter tanpa dimensi dapat ditentukan yaitu
:

Fd ⎡ ρVd⎤
= f2 ⎢ ⎥
ρV d
2 2
⎣ μ ⎦ (2.5)
Fd
= f 2 [Re]
ρV 2 A

Parameter tanpa dimensi tersebut dinyatakan sebagai koefisien gaya hambat,


CD sehingga persamaan 2.4 menjadi :

FD
CD = (2.6)
1 2
ρU A
2
angka 1/2 ditambahkan untuk mnyesuaikan dengan tekanan dinamis aliran

Berdasarkan kondisi aliran, maka gaya hambat diklasifikasikan menjadi 3


jenis yaitu :
A. gaya hambat murni karena gesekan (skin friction drag)
B. gaya hambat karena tekanan (pressure drag)
C. gaya hambat terinduksi (Induced drag)

Total gaya hambat adalah jumlah ketiga gaya hambat tersebut.


Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 37

A. Gaya Hambat Murni karena gesekan atau Hambatan Gesekan Kulit

Gaya hambat murni karena gesekan terjadi pada aliran fluida melintas plat
datar, karena plat yang datar gradient tekanan Δp/Δx, = 0 (lihat I.2.3), sehingga gaya
hambat yang timbul hanya karena gesekan saja.

Koefisien hambat CD tergantung pada lapisan batas alirannya. Untuk lapisan


batas laminer maka koefisien hambat CD ditentukan oleh angka Reynold yang
merupakan fungsi kecepatan dan panjang plat. Dari persamaan

1328
,
CD = (2.7)
REL

Untuk aliran turbulen maka koefisien hambat tergantung pada angka Reynold,
kekasaran plat dan tingkat turbulensi aliran. Pada kondisi aliran dengan angka ReL <
107 maka :

0 ,0 74
CD = (2.8)
REL 1/ 5

Untuk aliran yang awalnya laminer kemudian transisi dan akhirnya turbulen
maka koefisien hambat aliran turbulen harus dikurangi faktor laminernya. Dengan
kondisi transisi pada angka Reynold 5x105 maka

0 ,0 74 1740
CD = − (2.9)
REL 1/ 5 REL

Apabila REL < 109 maka berlaku persamaan Schlichting :

0 ,0 45
CD = (2.10)
(log REL )2 ,58
Untuk aliran laminer dan turbulen dengan kondisi transisi pada angka Reynold 5x105

0 ,0 45 16 10
CD = − (2.11)
(log REL ) 2 ,58
REL
38 Mekanika Fluida

Contoh Soal 2.1.

Kapal tangki diumpamakan seperti sebuah balok dengan panjang 360 m dan lebar 70
m, serta bagian yang didalam air adalah 25 m. Perkirakan gaya dan daya untuk
melawan gaya hambat karena gesekan pada kecepatan 7 m/dt.

Penyelesaian :
Diketahui :
U

D = 25 m

L=360 m

B= 70 m

Ditanya : Gaya hambat, FD


Daya hambat, P

Jawab :
Persamaan dasar
FD
CD =
1 2
ρU A
2
0 ,0 45 16 10
CD = −
(log REL ) 2 ,58
REL

Angka Reynold dihitung dengan data kekentalan dinamis air laut, ν = 1,4x10-6 m2 /dt

UL 7m 36 0 m dt
REL = = x x = 172
, x10 9
υ dt 9
, x10 m
14 2

Dengan asumsi bahwa kondisi tebal lapisan batas aliran laminer dan turbulen maka
berlaku persamaan (2.8) sehingga
Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 39

0 ,0 45 16 10
Cd = − = 0 ,0 0 147
(log 172
, x10 )
9 2 ,58 , x10 9
172

Untuk menentukan gaya hambat kulit maka luasan yang dipergunakan adalah luasan
permukaan balok yang kontak dengan air laut

1
FD = CD A ρU 2
2
1 1020kg (7) m N . dt 2
2 2
= 0,00147x360m x (70 + 50)m x x x x
2 m3 dt 2 kg. m
= 1,45 mN

Daya dapat dihitung dari persamaan :

7m W . dt
P = FD U = 145
, x10 6 N x x
dt N. m
= 9 ,7 MW

B. Hambatan karena tekanan

Gaya hambat karena tekanan dapat ditemukan pada aliran fluida melintang
plat datar seperti pada Gmb.2.4.

Gmb. 2.4. Aliran fluida yang tegak lurus plat datar

CD untuk plat datar yang melintang ini tergantung pada perbandingan lebar
dan tinggi terhadap angka Re. Perbandingan b/h disebut aspek rasio dan variasi CD
sebagai fungsi aspek rasio pada angka Re >1000 ditampilkan pada gambar 2.5.
Sedangkan CD untuk berbagai bentuk geometri tertentu juga ditabelkan pada tabel 2.
1.
40 Mekanika Fluida

Gambar 2.5. Koefisien gaya hambat sebagai fungsi aspek rasio

Tabel 2.1. Koefisien gaya hambat berbagai bentuk benda

Contoh Soal 2.2

Tentukan gaya hambat yang dialami papan reklame dengan tinggi 6 m dan lebar 30 m
di permukaan tanah yang dihembus angin berkecepatan 25 m/dt yang normal
terhadap papan reklame. Kondisi udara adalah baku.
Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 41

Penyelesaian:
Diketahui:

30 m
U = 25 m/dt

6m

Ditanya : Gaya hambat, FD

Jawab :

Gaya hambat akan terjadi pada separuh dari hambatan yang dialami oleh persegi
panjang 6 x 30, karena aliran yang melewati separuh atas pada dasarnya sama dengan
aliran di separuh atasnya.

UL 25m x 6 m dt
ReD = = x = 1 x 10 7
υ dt 1,46 x 10 − 5 m 2

Dari gambar 2.5. untuk b/h=30/6= 5 maka CD adalah 1,2 sehingga gaya hambat
adalah:

1 CD ρ V 2 A
FD = x
2 2
1,2 kg (25) m
2 2
1 N .dt 2
= x 1,2 x x x 6m x 30mx = 41 kN
4 m3 dt 2 kg .m

C. Hambatan terinduksi

Gaya hambat terinduksi timbul karena adanya gaya angkat (lebih rinci
dibahas pada sub bab II.2.2. Gaya hambat terinduksi umumnya muncul pada aliran
fluida bergesekan, Namun pada aliran fluida tak bergesekan dapat juga timbul gaya
hambat terinduksi, apabila ada sirkulasi atau vorteks non rotasi. Vorteks aliran yang
menimbulkan gaya hambat terinduksi juga terjadi pada ujung aerofoil yang
rentangnya (span) terbatas karena terjadinya downwash, yaitu gerakan yang arahnya
tegak lurus terhadap arah gerak seperti pada Gmb.2.6.
42 Mekanika Fluida

Makin besar perbandingan rentang terhadap cord (aspek rasio) dari sebuah
aerofoil maka gaya hambat induksi yang terjadi makin kecil menurut persamaan :

CL2
CD = CD , ∞ + CD ,i = CD , ∞ + (2.12)
πar
dimana:
CD,∞ : koefisien gaya hambat pada CL
CD,i : koefisien gaya hambat induksi
ar : aspek rasio = b/c

Gmb. 2.6. Downwash pada aerofoil dengan rentang terbatas

II.2.2 ALIRAN MELINTAS SILINDER ATAU BOLA

Pada aliran melintas silinder atau bola maka total gaya hambat akan
dipengaruhi oleh gaya hambat karena gesekan dan gaya hambat karena tekanan. Dari
pembahasan di atas, gaya hambat karena gesekan sangat dipengaruhi oleh angka
Reynold sedangkan gaya hambat karena tekanan tidak dipengaruhi oleh angka
Reynold.

Pada kasus ini karena kedua gaya hambat ini timbulnya berbarengan maka
untuk angka Re rendah yaitu Re <1 maka gaya hambat didominasi oleh gaya hambat
karena gesekan. Hal ini dikuatkan oleh persamaan Stokes
Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 43

FD = 3 π μ V.d (2.13)

sehingga koefisien gaya hambat adalah :

FD 3 π μVD 24
CD = = = (2.14.)
1 1 π Re
ρV A ρ V D2
2 2 4

Untuk kondisi aliran di atas Re = 1, terjadi kombinasi antara gaya hambat


karena gesekan dan gaya hambat karena tekanan. Pada angka Re ≈ 1000 gaya hambat
karena gesekan sekitar ± 5 % dari total gaya hambat.
Sedangkan untuk aliran turbulen menunda separasi aliran akan mengurangi
gaya hambat karena tekanan. Kondisi transisi aliran turbulen dipengaruhi oleh
kekasaran permukaan. Menurut percobaan yang telah dilakukan, bola permukaan
halus maka kondisi transisi terjadinya pada angka Re 4 x 105. sedangkan untuk yang
kasar kondisi transisi dapat terjadi pada angka Re 1 x 105. Penerapan konsep ini dapat
ditemukan pada design bola golf. Permukaannya dibuat ada lubang-lubang kecilnya
untuk menimbulkan efek kekasaran permukaan, sehingga kondisi transisi terjadi pada
angka Reynold yang kecil karena gaya hambatnya makin kecil. Dibandingkan dengan
bola yang permukaannya halus maka jarak pukulan dapat lebih jauh pada besar gaya
yang sama.

Menambah kekasaran permukaan juga akan menurunkan osilasi pada benda.


Karena osilasi akan menaikkan gaya hambat dan juga membuat lintasan cenderung
lebih lurus. Penerapan konsep ini pada olahraga baseball dimana pelempar bolanya
akan berusaha melemparkan bola tanpa spin sehingga dengan demikian bola bisa
melaju lebih cepat dan akan membentuk lintasan yang tidak dapat diduga oleh
pemukul bola.

Bila dibandingkan CD untuk silinder dengan bola, CD silinder dua kalinya CD bola.

Contoh soal 2.3.

Cerobong asap bentuk silinder dengan diameter 1 m dan tinggi 25 m diterpa angin
ber kecepatan 50 km/jam. Tentukan momen bending di dasar cerobong akibat gaya
angin yang bertiup horisontal uniform.
44 Mekanika Fluida

Penyelesaian :
Diketahui : ∅=1m

angin V = 50 km/jam

25 m

0
Ditanya : Momen bending, MO

Jawab :
Persamaan dasar :

FD 1
CD = FD = CD A ρ V2
1 2
ρ V 2A
2
L 1 L
M0 = FD = CD A ρ V 2
2 2 2

50 km 10 3 m 1jam m
V = x x = 13 ,9
jam km 36 0 0 dt

Untuk kondisi baku, ρudara = 1,23 kg/m3 dan μudara= 1,78x 10-5 kg/m.dt
ρVD kg 13 ,9 m m. dt
Re = = 123
, x x1mx = 9 ,6 9 x10 5
μ m 3
dt , x10 kg
178 −5

CD ≈ 0 ,35 A p = D. L
L
M0 = CD xDLx xρxV 2
4
2
1 kg 2 m N. dt 2
x0 ,35 x1mx( 25 ) m2 x123 ( ) 2
2
= , x 1
3 ,9 x
4 m3 dt kg. m
Mo = 13 ,0 kN. m

Semua hasil percobaan yang telah ditampilkan adalah analisa gaya hambat
untuk benda tunggal. Gaya hambat berkurang sangat besar apabila 2 (dua) atau lebih
benda bergerak tandem. Penerapan konsep ini pada arena balap sepeda atau balap
Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 45

mobil. Gaya hambat dapat berkurang sampai 80 % apabila jaraknya optimum. Namun
sebaliknya gaya hambat dapat pula meningkat apabila jarak benda tidak optimum.
Gaya hambat juga dipengaruhi benda yang ada disekelilingnya. Misalkan
pada partikel yang jatuh bebas, pada kondisi partikel yang banyak maka kecepatan
jatuhnya lebih lambat dibandingkan dengan partikel yang diisolasi. Hal ini juga dapat
ditemukan pada proses percampuran ( mixing) dan proses pengendapan (sedimentasi
).

Bentuk benda mempengaruhi gaya hambat. Benda-benda dengan sudut-sudut


tajam yang menjorok ke aliran cenderung mempunyai titik separasi tetap, yaitu pada
sudut-sudutnya. Titik separasi tidak dapat ditunda dengan pergeseran kondisi lapisan
batas aliran dari laminer ke turbulen. Salah satu contoh perubahan bentuk untuk
mengurangi gaya hambat adalah streamlining.

II.2.3. Streamlining

Untuk mengurangi gaya hambat, dilakukan koreksi bentuk bola menjadi


bentuk yang mengikuti bentuk garis arus atau bentuk badan ikan, dimana daerah di
belakang tebal maksimum diperpanjang sehingga separasi akan tertunda.
Tertundanya separasi akan mengurangi gaya hambat karena tekanan namun akan
menaikkan gaya hambat karena gesekan. Untuk itu dipilih bentuk yang total gaya
hambat optimum.

Gmb.2.7 menampilkan bentuk streamline beserta bagiannya dan kurva koefisien gaya
hambat sebagai fungsi rasio ketebalan:
.
Pada bentuk ini gaya hambat didominasi oleh gaya hambat kulit pada lapisan
batas turbulen. Sehingga aplikasi bentuk ini kebanyakan ditujukan pada aliran yang
46 Mekanika Fluida

lapisan batasnya laminer. Perbaikan bentuk streamline terus berkembang untuk


memperoleh distribusi tekanan yang menunda separasi sekaligus menjaga lapisan
batas turbulen yang menghasilkan gaya hambat kulit hampir mendekati nol.

Penerapan dari konsep penundaan separasi adalah pada design kontur muka
mobil angkutan, bus, truk. Dengan pemakaian metode numerik telah dapat diperoleh
CD sekitar 0,2.

II.2.4. GAYA ANGKAT

Gaya angkat adalah komponen resultan gaya fluida tegak lurus terhadap aliran
fluida. Besarnya gaya angkat untuk mengangkat benda dengan bidang angkat Ap
umumnya didefinisikan sebagai:

CL ρ V2 Ap
FL = (2.15)
2

Bidang angkat adalah bentuk-bentuk yang mampu manghasilkan daya angkat seperti :
layang-layang, aerofoil, hidrofoil, baling-baling atau kipas. Dari persamaan 2.15
maka persamaan koefisien gaya angkat adalah :

FL
CL = (2.16)
1
ρ V2 Ap
2
dimana:
Ap : Proyeksi luasan maksimum dari benda atau bidang angkat

Gejala tentang gaya angkat diawali dari mekanika fluida klasik, yang
kemukakan oleh Newton tahun 1672 dan di teliti oleh Magnus tahun 1853 dan
menghasilkan efek Magnus yaitu : munculnya gaya angkat pada aliran fluida tidak
bergesekan sekitar sebuah silinder akibat diberikan vortek bebas atau sirkulasi.
Besarnya gaya angkat tersebut adalah :

FL = ρ U Γ (2.17)
di mana :
Γ : kuat sirkulasi

Efek Magnus juga terjadi pada aliran fluida bergesekan, seperti pada bola
pingpong yang berpusing (spin). Pukulan hook/slice pada cabang olah raga golf juga
merupakan contoh efek Magnus, namun gaya yang timbul adalah gaya ke samping
karena spin yang terjadi bersumbu vertikal.
Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 47

Untuk sebuah aerofoil dengan tebal mendekati nol (mendekati plat datar),
menurut Joukowski koefisien gaya angkatnya untuk aliran fluida tanpa gesekan
adalah merupakan fungsi dari sudut serang, αo yaitu sudut serang sesungguhnya, α di
kurangi dengan sudut serang pada gaya angkat sama dengan nol. Persamaan 2.18
diperoleh setelah ditemukannya persamaan matematika transformasi pola garis arus
pada bentuk lingkaran ke aerofoil

CL = 2π sin αo (2.18)

Kenyataannya, pada aliran fluida bergesekan, tidak dapat dirumuskan suatu


hubungan antara CL dengan sudut serang. Seperti misalkan pada kasus stall atau
merosot jatuhnya pesawat akibat berkurangnya gaya angkat dengan bertambahnya
sudut serang yang menimbulkan kondisi separasi aliran dari aerofoil bagian atas.

Teori tentang gaya angkat pada aliran fluida bergesekan sebagian besar
merupakan konsep dari Lanchester ( 1907 ) yang disempurnakan oleh Prandtl. Lebih
rinci tentang timbulnya gaya angkat pada sebuah aerofoil dibeikan gambar 2.8.

Gmb.2.8. Starting Vortex dan sirkulasi balik

Di awal aliran timbul vorteks awal (starting vortex) yang lambat menyerupai
vorteks pada aliran fluida tanpa gesekan. Ketika vorteks ini sudah lewat dari aerofoil
akan timbul reaksi yang berlawanan berupa sirkulasi balik Sirkulasi balik terjadi
akibat pengaruh gesekan yang memisahkan partikel aliran dari permukaan Sirkulasi
inilah yang menghasilkan gaya angkat.
48 Mekanika Fluida

Pada bidang angkat yang luasnya tertentu, maka terjadi pola vorteks
berbentuk ladam kuda Gaya angkat pada ujung dari bidang angkat adalah nol
sehingga sirkulasi pun tampaknya sama dengan nol. Karena itu sistem vorteks tidak
dapat memanjang sampai tak terhingga. Loop vorteks harus tertutup dan loop ini
terdiri dari vorteks ujung yang memancar dari ekor bidang angkat sampai ke vorteks
awal. Dalam kondisi tertentu vorteks ujung mungkin tampak seperti uap karena
vorteks ujung ini mempunyai sumbu yang bertekanan rendah.

Di samping itu pada ekor aerofoil terjadi downwash, yaitu gerak yang tegak
lurus terhadap arus yang mendekat. Downwash seperti ini pada pesawat yang besar
dapat menghempaskan pesawat di dekatnya pada jarak tertentu.

Pada kondisi jelajah yang tunak, gaya angkat pesawat harus sama dengan
gaya berat pesawat, W. Sehingga dari persamaan 2.15 maka :

W = FL = CL 1/2 ρ V2 A.

Kecepatan jelajah minimum diperoleh saat CL = Cl maks sehingga

2W
Vmin = (2.19)
ρ CLmaks A

Dengan demikian kecepatan minimum untuk mendarat dapat dikurangi


dengan menaikkan Clmaks dan penampang sayap. Kecepatan landing diinginkan
rendah sehubungan dengan panjang landasan untuk mendarat.

Sedangkan untuk mengendalikan CL maks dan luas sayap pesawat terdapat dua
metode yaitu dengan perubahan geometri bentuk sayap dan lapisan batas aliran.
Perubahan geometri sayap dilakukan oleh flaps, potongan sayap yang dapat
digerakkan untuk memperluas atau mempersempit permukaan sayap. Double-slotted
flaps dapat menaikkan CL maks dari 1,52 menjadi 3,48 sehingga kecepatan mendarat
dapat diturunkan menjadi 34 %.

Pengendalian lapisan batas aliran dilakukan dengan menunda separasi aliran


atau mengurangi gaya hambat dengan menambah momentum pada lapisan batas.
Penambahan momentum aliran dilakukan dengan menghembus atau meniadakan
lapisan batas yang momentumnya rendah. Pada pesawar Boeing 727 hal ini dilakukan
dengan alat yang dipasang pada bagian hulu sayap dan flap di ujung dari aerofoil
sayap (leading edge device and triple slotted trailing edge). Clmaks dapat mencapai
harga 3,6 lebih.
Aliran tak mampu mampat dan bergesekan 49

Contoh Soal 2. 4.

Sebuah pesawat dengan massa 850 kg dan CLmaks 0,4 terbang dengan kecepatan
jelajah pada kondisi udara baku. Tentukan kecepatan minimum pesawat apabila
luasan efektif sayap pesawat adalah 7 m2

Penyelesaian:
Diketahui : massa pesawat, 850 kg, sehingga W = 8500 N
Luas efektif sayap, A adalah 7 m2 dan Clmaks adalah 0,4

Ditanya : Kecepatan minimum, Vmin


Jawab :
Persamaan dasar
2W
Vmin =
ρ CLmaks A

Pada kondisi udara baku ρudara = 1,23 kg/m3 sehingga

kg .m
2 x8500
dt 2 m
Vmin = = 70,2
kg dt
0,4 x1,23 3 x 7m2
m

Soal-soal Latihan

1. Sebuah layang-layang dengan massa 0,2 kg dianggap sebagai bidang datar


dengan luas 1 m2, terbang horisontal pada kondisi udara baku dengan kecepatan
10 m/dt. Layang-layang tersebut membentuk sudut 5o dengan garis horisontal.
Dengan asumsi CL = 2π sin α dimana α adalah sudut serang. Jika benang
membentuk sudut 60 o dengan garis horisontal, tentukan gaya tarik benang.

2. Sebuah tabung pitot untuk mengukur gaya statik dipasang pada terowongan
angin. Diameter tabung 6 mm dan panjang tabung yang masuk ke terowongan
angin, L = 300 mm. Apabila kecepatan angin seragam, 25 m/dt tentukan gaya
hambat dan momen bending yang bekerja pada tabung pitot.

3. Sebuah mobil VW dapat melaju di jalan tol dengan kecepatan 60 mph pada
kondisi udara baku. Luas penampang tegak lurus aliran adalah 36 ft2 dan
koefisien gaya hambat 0,42. Tentukan daya yang dibutuhkan untuk mengatasi
gaya hambat udara.
50 Mekanika Fluida

4. Sebuah bola balon hidrogen diameter 6 in melayang dengan disangga benang


yang gaya vertikalnya 1,3 N pada kondisi udara baku dan tidak ada angin. Pada
saat timbul angin dengan kecepatan 3 m/dt benang membentuk sudut 60o terhadap
garis horisontal. Hitung koefisien gaya hambat dari balon dengan mengabaikan
berat benang.

5. Sebuah antene CB pada mobil berdiameter 8 m dan panjang 2 m. Perkirakan torsi


yang dapat mementalkan antene dari mobil yang bergerak dengan kecepatan 125
km/jam pada kondisi udara baku.

6. Seorang atlit balap sepeda menyatakan mampu melaju dengan kecepatan 30 km


/jam saat angin bertiup berlawanan arah dengan kecepatan 10 km/.jam. Total
massa atlit dan sepeda adalah 80 kg, gaya gesek pada ban adalah 4 N. Koefisien
gaya hambatnya adalah 1,2 dan luas penampangnya 0,25 m2. Tentukan daya
maksimum yang harus ditahan oleh atlit tersebut. Mampukah ia melaju dengan
kecepatan 30 km/jam ?

7. Jika pada soal no.7 diatas, sepeda dilengkapi dengan sirip/fairing untuk
mengurangi gaya angin sehingga koefisien gaya hambat berkurang 90 %, namun
luas penampang bertambah menjadi 0,3 m2 maka hitung kecepatan maksimum
bila dilengkapi fairing tersebut.

Anda mungkin juga menyukai