Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POSYANDU DENGAN KETERATURAN IBU

MENGUNJUNGI POSYANDU DI DESA CIBEBER RW 14 PUSKESMAS CIBEBER CIMAHI


TAHUN 2010
Oleh : Indria Astuti dan Rivqoh
Stikes A. Yani Cimahi

ABSTRAK
Kunjungan ibu ke posyandu RW 14 wilayah kerja Puskesmas Cibeber tahun 2009 sebesar 66%
sedangkan target yang harus dicapai 80%, masih terdapat kesenjangan antara angka pencapaian dan
angka target. Hasil studi pendahuluan ibu tidak mengetahui apa dan bagaimana pelayanan yang diberikan
di Posyandu, dan sebagian besar ibu tidak teratur mengikuti kegiatan posyandu sehingga angka
pencapaian kunjungan kurang dari target yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang posyandu dengan
keteraturan ibu mengunjungi posyandu di desa Cibeber RW 14 wilayah kerja Puskesmas Cibeber Cimahi
2010.
Jenis atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskritif dengan
studi korelasi. Populasi seluruh ibu yang memiliki balita yang berjumlah 107 ibu. Teknik pengambilan
sampel menggunakan proportioned random sampling dan didapatkan sampel berjumlah 52 ibu. Data
pengetahuan ibu tentang Posyandu diperoleh dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data
keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu diperoleh dengan cek dokumen kunjungan penimbangan
bulanan.
Hasil penelitian: Dari hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan
keteraturan ibu mengunjungi Posyandu, hal ini ditunjukkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa
nillai p-value sebesar 0,004 yang lebih kecil dari nillai (0,05). Hal ini memberi informasi untuk menolak
H0. Artinya terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang Posyandu dengan keteraturan ibu yang
memiliki balita.
. Saran: Untuk bidan dapat lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan posyandu salah
satunya dengan melibatkan kader, tokoh masyarakat dalam meja posyandu dan dapat mengupayakan
kegiatan posyandu yang bervariatif sehingga ibu tertarik dan aktif dalam kegiatan di posyandu .
Kata kunci: Studi korelasi, Pengetahuan ibu balita, Keteraturan kunjungan

A. PENDAHULUAN
Sistem Kesehatan Nasional merupakan cermin upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal (UU No.23 Th 1992). Peningkatan derajat kesehatan masyarakat memerlukan banyak
faktor yang perlu dipertimbangkan, salah satu diantaranya yang dipandang cukup penting adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang optimal, merupakan salah satu
syarat agar tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes).

Jurnal Kesehatan Kartika

50

Setiap upaya pelayanan kesehatan yang dijalankan harus mampu membangkitkan dan
mendorong peran serta masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan, dimana dalam memenuhi
kesehatan masyarakat itu di selenggarakan suatu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
(Trihono).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Idealnya Puskesmas dapat
melaksanakan berbagai upaya penggalian partisipasi seluruh masyarakat, dengan LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) dan BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun
Puskesmas). Indikator fungsi pemberdayaan masyarakat adalah tumbuh dan berkembangnya
berbagai bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat), termasuk Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) (Trihono, 2005).
Posyandu merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat yang memberikan pelayanan dan
pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan
untuk masyarakat, Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat, yang menyelenggarakan
kegiatan meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, penanggulangan diare dan
pendidikan gizi masyarakat.
Keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu dan menimbangkan balitanya ke Posyandu akan
sangat bermanfaat sebagai monitoring tumbuh kembang dan status gizi balita serta deteksi dini
terhadap kelainan tumbuh kembang dan status kesehatan balita sehingga dapat segera ditentukan
intervensi lebih lanjut.
Suatu keadaan dimana ibu tidak secara teratur mengunjungi Posyandu akan menyebabkan
kesulitan dalam monitoring tumbuh kembang dan status gizi balita. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka perlu bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk mengkaji dan memberikan intervensi yang
sesuai dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu dalam meningkatkan kunjungan
ibu ke Posyandu.
Kesenjangan antara angka pencapaian partisipasi masyarakat atau ketidakteraturan ibu dalam
melakukan kunjungan bulanan ke Posyandu dengan target pada Posyandu dimungkinkan oleh
beberapa faktor. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) mencoba menganalisa faktor perilaku
manusia dari segi kesehatan, dimana perilaku itu ditentukan atau dibentuk oleh tiga faktor; faktor
predisposisi atau predisposing factor (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nillai-nillai), faktor
pemungkinan atau enabling factor (lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
dan sarana kesehatan seperti Puskesmas, Obat-obatan, Posyandu, dll), dan terakhir adalah faktor
penguat atau reinforcing factor (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat dan kesibukan orang tua bayi dan balita).
Menurut Roger (1974, dikutip oleh Notoatmodjo, 2003) sebelum seseorang mengadopsi perilaku
baru maka di dalam diri orang tersebut terjadi proses kesadaran pengetahuan terhadap suatu obyek,
minat, penillaian, uji coba, hingga akhirnya penerimaan perubahan. Salah satu faktor yang bisa
merangsang partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu secara berkesinambungan maka di
dalam diri orang tua bayi dan balita harus terjadi proses kesadaran atas dasar pengetahuan yang
dimiliki tentang kegiatan Posyandu. Hal ini sangat diperlukan karena pengetahuan atau kognitif

Jurnal Kesehatan Kartika

51

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Karena berdasarkan penelitian bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Cibeber kota Cimahi bertujuan
mendukung terwujudnya Cimahi Sehat 2012, dan yang lebih luas lagi keberhasilan suatu Puskesmas
adalah penting dalam rangka mewujudkan visi pembangunan kesehatan Indonesia yakni Indonesia
Sehat 2010.
Menurut data yang diperoleh dari laporan kunjungan ibu ke Posyandu di Puskesmas Cibeber
pada tahun 2009 di dapatkan jumlah balita yang ditimbang di setiap RW yaitu RW 1 (95%), RW 2
(89%), RW 3 (81%), RW 4 (82%), RW 5 (100%), RW 6 (94%), RW 7 (85%), RW 8 (80%), RW 9 (78%),
RW 10 (100%), RW 11 (84%), RW 12 (98%), RW 13 (83%) dan RW 14 (66%). Dimana RW 14
merupakan RW yang presentase angka penimbangannya paling kecil, sedangkan target yang harus
dicapai minimal 80%, masih terdapat kesenjangan antara angka pencapaian kunjungan balita ke
Posyandu di RW 14 pada wilayah kerja Puskesmas Cibeber Cimahi dibandingkan dengan target.
Masih rendahnya pemanfaatan kegiatan Posyandu oleh ibu yang mempunyai balita yang digambarkan
dengan angka cakupan D/S ( jumlah balita yang ditimbang berbanding dengan seluruh jumlah balita
yang ada ) yang masih dibawah target. Selain itu juga, menurut laporan dari bagian gizi puskesmas
Cibeber bahwa dari 107 balita di wilayah RW 14 terdapat kasus gizi buruk sebanyak 6 orang balita
(2,9%) dimana hal tersebut seharusnya dapat dicegah apabila balita ditimbangkan secara teratur ke
Posyandu, kesibukan orang tua juga menjadi salah satu alasan orang tua terutama ibu di RW 14
sehingga tidak teratur mengunjungi Posyandu.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara yang dilakukan pada 20 orang ibu yang
memiliki balita, didapatkan gambaran bahwa beberapa ibu merasa bahwa sikap kader selama ini
sudah mendukung terhadap partisipasi ibu dalam menimbangkan balitanya yang ditunjukkan dengan
perhatian dan kepedulian kader sehingga menimbulkan kepercayaan ibu terhadap kader dan kegiatan
posyandu, kehadiran ibu yang memiliki bayi dan balita dalam penimbangan bulanan di Posyandu tidak
dikenakan biaya. Selain itu juga ibu menganggap bahwa penimbangan bulanan Posyandu berguna
untuk mengetahui perkembangan kesehatan anaknya, dan ibu merasa posyandu lebih praktis dan
terjangkau dibandingkan dengan sarana kesehatan, tetapi sebagian besar ibu menyatakan tidak
mengetahui apa dan bagaimana pelayanan yang diberikan di posyandu sehingga pada kenyataannya
angka kesinambungan partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan bulanan masih belum
dapat mencapai target yang ditetapkan.
B. METODE PENELITIAN
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan pendekatan studi
korelasional, sedangkan variabel dalam penelitian ini mencangkup pengetahuan ibu mengenai
Posyandu dan keteraturan ibu balita mengunjungi Posyandu.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua ibu yang mempunyai balita yang
tinggal di RW 14 dengan tehnik pengambilan sampling menggunakan proportioned random sampling
didapatkan sample sebanyak 52 ibu.

Jurnal Kesehatan Kartika

52

Tehnik Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner untuk pengetahuan ibu mengenai
posyandu, sedangkan untuk keteraturan ibu balita mengunjungi posyandu dengan melihat dokumen
kunjungan balita.
Analisis data yang dilkukan analisis univariat untuk melihat kecenderungan suatu variabel
penelitian ( Pengetahuan ibu dan keteraturan kunjungan ke posyandu) dan analisis univariat untuk
melihat hubungan pengetahuan ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu dengan uji statistic
menggunakan chi square ( uji Chi Kuadrat) , dan instrument penelitian kusesioner dilakukan Uji
validitas dan realibilitas.
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Cibeber RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber . Waktu
Pengambilan data dilaksanakan selama 2 minggu yaitu tanggal 10 Mei sampai dengan 22 juni 2010
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu dan Keteraturan Kunjungan Ibu RW 14
Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Cimahi
Tabel 1. Gambaran pengetahuan Ibu Tentang Posyandu dan Keteraturan Kunjungan Ibu di
Posyandu RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Cimahi
Variabel
1. Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
2. Ketaturan Kunjungan Ibu
Tidak Teratur
Teratur
Total

Frekuensi (F)
4
7
41
17
35
61

Prosentase (%)
7,7
13,5
27.8
32,7
67,3
100

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden memiliki pengetahuan baik
(78,8%), dan sebagian besar responden (67,3%) berada pada kategori teratur mengikuti kegiatan
Posyandu.
Pengetahuan responden yang baik, hal tersebut ditunjang oleh frekuensi penyuluhan
kesehatan yang dilakukan di Posyandu di RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber sangat baik,
petugas kesehatan seperti bidan desa selain melakukan kegiatan pelayanan kesehatan di
Posyandu juga memberikan penyuluhan maupun pendidikan kesehatan kepada masyarakat
terutama kepada ibu.
Hal ini didukung beberapa faktor, yaitu: tingkat pendidikan yang tinggi dimana ibu-ibu di
Posyandu RW 14 Desa Cibeber sebagian besar mempunyai pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA), begitupun dengan sarana dan prasarana transportasi serta komunikasi
(kondisi jalan di RW 14 Desa Cibeber yang baik, sehingga dapat dilalui oleh kendaraan beroda dua
dan empat dimana memungkinkan ibu dapat dengan mudah mendatangi kegiatan Posyandu di RW
14 Desa Cibeber, serta dilengkapi dengan sarana komunikasi telepon, radio atau televisi). Hal

Jurnal Kesehatan Kartika

53

tersebut memungkinkan penyampaian informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik
dapat diakses masyarakat dengan mudah, yang dapat menambah informasi yang berdampak
meningkatkan pengetahuan ibu tentang Posyandu dan masalah kesehatan lain. Kegiatan
penyuluhan oleh tenaga kesehatan pun sering dilaksanakan di Posyandu RW 14 Desa Cibeber,
sehingga tingkat pengetahuan ibu tentang Posyandu termasuk kedalam kategori baik.
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik dapat menimbulkan kepercayaan dan
bahkan menjadi suatu dasar kepercayaan untuk mengikuti suatu kegiatan atau terjadi perubahan
perilaku kearah lebih positif. Menurut Hasanbasri (2007), pengembangan pengetahuan seseorang
dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan dan pelatihan secara berkala. Dimana
pengetahuan seseorang dapat bertambah didukung dengan keaktifan seseorang dalam mengikuti
suatu kegiatan baik penyuluhan maupun latihan, selain hal itu fasilitas yang mendukung seperti
adanya sarana kesehatan sebagai salah satu wadah dalam penyampaian suatu informasi dan
keterampilan petugas kesehatan dalam penyampaian informasi sesuai dengan standar dan
ketentuan merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan pengetahuan seseorang.
Tingkat pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendidikan formal, semakin
tinggi pendidikan formal seseorang maka semakin mudah orang tersebut mengerti tentang hal-hal
yang berhubungan dengan Posyandu. Literatur lain menekankan bahwa pengetahuan tentang
Posyandu seorang ibu dapat diperoleh melalui pengalaman, media-media massa, pengaruh
kebudayaan atau pendidikan formal maupun informal. Betapa pentingnya pengetahuan ibu tentang
Posyandu terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita, sehingga terbentuk manusia yang
berkualitas dimasa yang akan datang.
Studi literatur menegaskan bahwa tingginya pengetahuan ibu tentang Posyandu ini juga
dapat diperoleh melalui pengalaman, media massa, pengaruh kebudayaan atau pendidikan baik
formal melaui jenjang pendidikan umum, maupun kejuruan atau informal yaitu lewat berbagai jalan
atau program yang dikenal dengan istilah penyuluhan (Hadi S, 2001).
Dari segi Keteraturan ibu yang membawa balitanya setiap bulan juga berhubungan dengan
pengetahuan ibu, dimana ibu yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan, tanda, dan gejala
sehubungan dengan pertumbuhan balitanya, maka ibu tersebut akan segera melakukan tindakan
untuk meminimalkan dampak yang lebih buruk lagi terhadap kondisi balitanya. Hal ini, sesuai
dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan tentang hubungan pengetahuan ibu dengan
keteraturan menimbangkan balitanya ke posyandu yang menunjukkan hasil signifikan dengan
hubungan bersifat positif (Sri)
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pengetahuan ibu tentang
kesehatan. Hal ini yang turut berpengaruh dalam teratur atau tidaknya ibu untuk datang
menimbangkan balitanya selain itu faktor geografi, dimana letak dan kondisi geografis wilayah
tersebut. Hasil penelitian sebelumnya bahwa kondisi geografis diantaranya jarak dan kondisi jalan
ke tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap keaktifan membawa balitanya ke
posyandu (Abdurachman ).
Pengetahuan pada umumnya dapat membentuk sikap tertentu dalam diri seseorang dan
mempengaruhi tindakan sehari-hari. Demikian pula tingkat pengetahuan Posyandu yang tinggi

Jurnal Kesehatan Kartika

54

dapat membentuk sikap yang positif terhadap keteraturan ibu dalam menimbangkan balitanya ke
Posyandu. Sehingga hal ini akan dapat mendorong ibu untuk mengikuti secara teratur kegiatan
Posyandu setiap bulannya. Tanpa adanya pengetahuan tentang Posyandu akan lebih sulit
menanamkan kebiasaan teratur mengunjungi Posyandu yang penting bagi Pertumbuhan dan
Perkembangan balita ataupun kesehatan ibu itu sendiri. Maka disinilah perilaku ibu sebagai orang
terdekat anak sangat penting untuk menimbangkan balitanya, karena balita masih tergantung pada
apa yang diberikan oleh orang lain (Notoatmojo).
Banyaknya ibu yang teratur dalam melakukan kunjungan ke posyandu, disebabkan karena
ibu memiliki waktu luang untuk mengunjungi dan mengikuti kegiatan di Posyandu. Sedangkan
sebagian besar ibu lainnya mempunyai pekerjaan lain selain merupakan Ibu Rumah Tangga,
seperti karyawati sehingga menyebabkan ibu tidak teratur mengunjungi Posyandu.
Menurut teori Green, salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah
diantaranya enabling faktor yang termasuk di dalamnya jarak ke Posyandu, dimana di RW 14 jarak
dari rumah penduduk ke Posyandu dapat ditempuh dengan jalan kaki dan didukung dengan
kondisi jalan yang baik sehingga memungkinkan ibu untuk mengikuti kegiatan bulanan di
Posyandu secara teratur.
Keteraturan adalah kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih. Keteraturan
ibu dalam mengikuti kegiatan di Posyandu dilihat berdasarkan frekuensi kehadiran ibu dalam
kegiatan posyandu, dimana dikatakan teratur jika frekuensi kehadiran mengikuti kegiatan posyandu
minimal 8 (delapan) kali dalam waktu satu tahun dan dikatakan tidak teratur jika frekuensi
mengikuti kegiatan posyandu kurang dari 8 (delapan) kali dalam satu tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sri Marwatik (1997, UNDIP)
menerangkan bahwa partisipasi seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan dipengaruhi oleh
pengetahuan seseorang tersebut tentang kegiatan yang akan diikutinya, bahkan pengetahuan
menjadi suatu dasar kepercayaan dalam mengikuti suatu kegiatan. Sedangkan Masnuchdin Syah
(1992, UNDIP) menerangkan bahwa tingkat partisipasi seseorang dalam mengikuti kegiatan
berkaitan secara bermakna dengan factor pengetahuan, sikap dan pendidikan seseorang.
2. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu dan Keteraturan Kunjungan Ibu RW 14
Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Cimahi
Tabel 2. Hubungan pengetahuan Ibu Tentang Posyandu dan Keteraturan Kunjungan Ibu di
Posyandu RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Cimahi
Kategori
Keteraturan
p-value
Pengetahuan
Total (%)
Teratur
(%)
Tidak Teratur
(%)
Kurang
Cukup
Baik

0
3
32

0
42,9
78,0

4
4
9

100
57,1
22,0

4
7
41

100
100
100

Total

35

67,3

17

32,7

52

100

Jurnal Kesehatan Kartika

0,004

55

Berdasarkan tabel 2, hampi seluruh responden memiliki pengetahuan baik tentang


Posyandu lebih banyak berada pada kategori teratur mengunjungi Posyandu sebanyak jumlah 32
responden (78%). Sedangkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang
Posyandu lebih banyak berada pada kategori tidak teratur mengunjungi Posyandu sebanyak 4
responden (57,1%), dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang
Posyandu, jika dilihat secara persentase responden yang tidak teratur sebanyak 4 orang (100%).
Hasil uji chi-square pada lampiran memperlihatkan bahwa nillai p-value sebesar 0,004
yang lebih kecil dari nillai (0,05). Hal ini memberi informasi untuk menolak H0 artinya terdapat
hubungan antara pengetahuan ibu tentang Posyandu dengan keteraturan ibu dalam mengunjungi
Posyandu.
Menurut teori Green yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku seseorang dan diperkuat dengan pernyataan Rogers (dalam Notoatmodjo) yang
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya
perilaku, dan perilaku yang didasari pengetahuan akan bersifat langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari pengetahuan.
Peningkatan pengetahuan memang tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku akan
tetapi ada hubungan yang positif berkaitan dengan perubahan perilaku. Perilaku di tentukan oleh
tiga factor ; factor pemungkin (enabling factor), factor penguat (reinforcing factor) dan factor
predisposisi (predisposing factor). Pengetahuan adalah salah satu faktor yang terdapat di dalam
factor predisposisi. Perilaku mungkin tidak dapat berubah secara langsung sebagai respon
terhadap kesadaran ataupun pengetahuan tetapi efek kumulatif dari peningkatan kesadaran, dan
pengetahuan berkaitan dengan nillai, keyakinan, kepercayaan, minat dan perilaku. Pengetahuan
akan menimbulkan kepercayaan bagaimana seseorang akan mengenal apa yang berlaku, apa
yang benar dan kepercayaan ini akan membentuk suatu gagasan terhadap stimulus. Pengetahuan
sangat diperlukan karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Dimana perilaku yang disadari oleh
pengetahuan akan bersifat lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Masnuchaddin Syah (1992,
UNDIP) dan Sri Marwatik (1997, UNDIP) mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang posyandu
dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu, maka seseorang yang memiliki pengetahuan
yang baik tentang posyandu akan dapat menimbulkan kepercayaan terhadap posyandu dan
dengan dasar kepercayaan itu maka ibu akan secara teratur mengikuti kegiatan posyandu. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Masnuchaddin Syah (1992, UNDIP) yang menyatakan bahwa
ketidakhadiran ibu di posyandu Desa Tambaharjo Kecamatan Pati berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu dan pekerjaan. Selain itu juga dalam penelitian Sri
Marwatik (1997, UNDIP) diungkapkan bahwa tingkat partisipasi ibu anggota posyandu di Desa
Bajo, Kabupaten Blora berkaitan secara bermakna dengan factor pengetahuan, sikap dan
pendidikan ibu. Disamping itu factor-faktor lain yang juga mendukung adalah bimbingan dari tokoh

Jurnal Kesehatan Kartika

56

masyarakat, bantuan dan pembinaan dari petugas, keaktifan dan kemampuan petugas serta jarak
posyandu dengan tempat tinggal mereka (Marwatik, 1997).

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan:
a. Pengetahuan ibu tentang Posyandu termasuk sebagian besar dengan kategori pengetahuan
baik, sebesar (78,8%).
b. Keteraturan ditunjukkan dengan sebagian besar responden berada pada kategori teratur
mengunjungi Posyandu (67,3%).
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang Posyandu dengan
keteraturan ibu mengunjungi Posyandu di Posyandu RW 14 dwilayah kerja Puskesmas
Cibeber, hubungan bersifat positif yaitu peningkatan terhadap pengetahuan akan
menyebabkan perubahan perilaku yang cukup berarti dimana semakin baik pengetahuan ibu
tentang Posyandu maka keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu juga akan semakin
baik.
2. Saran
a. Mengupayakan pada kader Posyandu agar tetap aktif dalam memberikan motivasi dan
dukungan kepada masyarakat khususnya ibu untuk teratur mengunjungi dan mengikuti
kegiatan di Posyandu terutama kepada ibu yang belum teratur mengikuti kegiatan posyandu
setiap bulan.
b. Bidan bersama-sama dengan Pembina Posyandu dan kader kesehatan merencanakan dan
mengupayakan tindakan promotif dengan mengupayakan peningkatan pengetahuan tentang
Posyandu atau penyuluhan pada ibu dan preventif seperti memberikan pelayanan
kesehatan. Dan meningkatkan peran aktif masyarakat (kader, tokoh masyarakat) Melalui
kegiatan yang bervariasi agar dapat menarik minat warga sebagai bentuk upaya promosi
kesehatan, dan melakukan kerjasama dengan berbagai tenaga penolong persalinan (seperti
paraji yang sudah terdidik dan perawat komunitas) di dalam upaya meningkatkan partisipasi
ibu dalam kegiatan Posyandu sebagai bentuk upaya preventif (pencegahan sekunder)

Jurnal Kesehatan Kartika

57

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S. (2007), Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
All About Posyandu direkomendasi oleh Iin, 2008, tersedia http://iinaza.wordpress.com, 19 oktober, 2009
Depkes, RI. (2006). Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Depkes.
Depkes, RI. (2004). Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (1994). Buku Pedoman Sistem Pembinaan Program posyandu
Untuk Petugas Puskesmas. Bandung: Bakti Husada.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2002). Pedoman Penggunaan Kartu
Bandung: Dinkes Propinsi Jawa Barat.

Menuju Sehat (KMS).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Balita Berkunjung ke Posyandu direkomendasi oleh Sri Poerdji
Hastoety Djaiman, 2002, tersedia http://gdl-lib@litbang.depkes.go.id, 14 oktober, 2009.
Manajemen Puskesmas dan Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Posyandu direkomendasi oleh KMPK
UGM, 2007, tersedia http://Irc-kmpk.ugm.ac.id, 20 oktober, 2009.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pemantauan Pertumbuhan Balita direkomendasi oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Jawa
Tengah, 2005, tersedia http://www.dinkesjateng.html, 20 oktober, 2009.
Peranan Kader Dalam Kegiatan Posyandu direkomendasi oleh Gatot Abdurrachman, 2008, tersedia
http://dinkesbonebolango.org, 21 oktober, 2009.
Proses Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Posyandu terhadap Intensitas posyandu direkomendasi oleh
KMPK UGM, 2007, tersedia http://Irc-kmpk.ugm.ac.id, 20 oktober, 2009.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Trihono. (2005). Arrimes: Manajemen Puskesmas. Jakarta: Sagung Seto.

Jurnal Kesehatan Kartika

58

Anda mungkin juga menyukai