(Osteochillus hasselti)
Oleh :
Nama
:
NIM
:
Rombongan
Kelompok :
Asisten
:
Nurul Isnaeni
B1J013047
: IV
6
Mithun Sinaga
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Regenerasi organ merupakan suatu proses pembentukan kembali organ yang
hilang dari tubuhnya dan mengalami regenerasi organ hanya pada bagian organ
tertentu. Proses regenerasi dimulai dengan pembentukan tulang ektodermal apikal.
Proses penyembuhan luka juga termasuk dalam regenerasi. Regenerasi berbeda-beda
dalam berbagai jenis hewan, ada yang mampu meregenerasi sebagian tubuhnya saja,
tetapi ada pula yang mampu meregenerasi seluruh bagian tubuhnya, tetapi mereka
dapat meregenerasi dengan kokoh. Ikan tidak dapat meregenerasi seluruh bagian
tubuhnya, tetapi dapat meregenerasi dengan kokoh (Yatim, 1990).
Jenis-jenis regenerasi menurut Lijoy (2009) antara lain :
1.
Morphallaksis
Merupakan tipe regenerasi dimana bagian tubuh yang hilang akan digantikan
kembali dengan jaringan yang baru yang sama persis dengan aslinya. Tipe regenerasi
ini sangat sedikit sekali dan bahkan tidak melibatkan poliferasi selama proses
regenerasinya. Contoh : Regenerasi pada Hydra sp. dipotong menjadi dua bagian,
kedua potongan tersebut akan beregenerasi dan ukurannya lebih kecil dari induknya.
Dalam sekali regenerasi yang lengkap kedua Hydra tersebut akan tumbuh dan
berkembang sesuai ukuran induk.
2.
Epimorphosis
Berbeda dengan Morphallaksis, Epimorphosis adalah tipe regenerasi yang
menghendaki keaktifan proliferasi sel untuk menggantikan bagian tubuh yang hilang.
Epimorphosis dapat dibagi menjadi 3 :
a.
Dediferensiasi
b.
c.
Independen
Contoh : Regenrasi pada Planaria sp, yang menggunakan mekanisme setelah Planaria
dipotong diketahui bahwa blastema Planaria berasal dari sel yang belum
berdiferensiasi. Contoh lain dari epimorphosis adalah automi yaitu kemampuan
untuk membentuk organ sendiri dengan melepaskan bagian tubuh secara spontan
seperti pada cicak dan kepiting.
3.
Regenerasi konsenpatori
Regenerasi ini sel-sel membelah, tetapi mempertahankan fungsi sel yang telah
terdiferensiasi. Tipe regenerasi khas pada hati manusia.
Praktikum regenerasi menggunakan ikan nilem (Osteochillus hasselti) sebagai
hewan uji karena ikan nilem harganya murah, dan mudah didapat. Selain itu, proses
regenerasinya cepat dan mudah diamati. Ikan nilem digunakan hewan uji untuk
mewakili kelas pisces (Soeminto, 2000).
Praktikum regenerasi memotong bagian yang berbeda-beda pada hewan uji
pada kelompok yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagian mana yang
lebih cepat mengalami regenerasi. Daya regenerasi tidak sama pada organisme.
Hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasinya
belum terungkap secara jelas (Yatim, 1990).
B. Tujuan
Tujuan praktikum regenerasi adalah dapat membedakan proses regenerasi pada
sirip ikan nilem (Osteochilus hasselti).
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Regenerasi Rombongan I
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6
Keterangan :
X
Sirip Yang
Dipotong
Caudal atas
Caudal bawah
Pectoral kanan
Pectoral kiri
Abdominal kanan
Abdominal kiri
Panjang Panjang
Awal
Hari ke(mm)
0 (mm)
17
17
9
11
9
7
10
11
3
4
4
2
Panjang
Hari ke7 (mm)
Panjang
Hari ke14 (mm)
12
13
4
6
6
5
15
12
6
X
8
8
Panjang
Hari ke7
(mm)
9
11
5
7
4
5
Panjang
Hari ke14
(mm)
14
8
9
7
6
19
Panjang
Hari ke7
(mm)
15
10
8
7
5
6
Panjang
Hari ke14
(mm)
19
11
10
10
9
9
: ikan mati
Sirip Yang
Dipotong
1
Caudal atas
2
Caudal bawah
3
Pectoral kanan
4
Pectoral kiri
5
Abdominal kanan
5
Abdominal kiri
Keterangan :
X
: ikan mati
Panjang
Awal
(mm)
Panjang
Hari ke0 (mm)
17
19
X
10
10
10
9
X
X
7
4
4
Sirip Yang
Dipotong
Panjang
Awal
(mm)
Panjang
Hari ke0 (mm)
1
2
3
4
5
5
Caudal atas
Caudal bawah
Pectoral kanan
Pectoral kiri
Abdominal kanan
Abdominal kiri
20
19
10
11
10
8
13
8
5
6
4
2
Kelompo
k
Sirip Yang
Dipotong
1
2
3
4
5
5
6
Caudal atas
Caudal bawah
Pectoral kanan
Pectoral kiri
Abdominal kanan
Abdominal kiri
Ikan mati dimakan
kucing
Panjang
Awal
(mm)
Panjang
Hari ke0 (mm)
19
19
13
12
10
10
11
12
11
5
5
1
3
3
Panjang
Hari ke7
(mm)
14
12
7
7
5
4
4
Panjang
Hari ke14
(mm)
15
X
X
9
6
7
7
Keterangan :
X
: ikan mati
Foto Pengamatan Regenerasi Sirip Abdominal kiri
Gambar 2. Ikan
sesudah di potong
Gambar 4.
B. Pembahasan
Perlakuan yang dilakukan ikan dalam praktikum ini yaitu dengan memotong
sirip ikan pada sirip yang di tentukan. Tiap Rombongan kelompok 1 melakukan
pemotongan sirip caudal atas ikan dan kelompok 2 melakukan pemotongan sirip
caudal bawah ikan. Kelompok 3 memotong sirip pectoral kanan. Kelompok 4
memotong sirip pectoral kiri. Kelompok 5 memotong sirip abdominal kanan.
Sedangkan pada kelompok 6 melekukan pemotongan sirip abdominal kiri. Ikan
tersebut dipelihara selama 2 minggu dan setiap mingguya diamati perkembangannya.
Sirip ikan yang dipotong mengalami perkembangan, karena setelah diamati
selama dua minggu pasca pemotongan menunjukkan adanya pertambahan panjang
pada sirip ikan yang dipotong dengan terlihatnya bagian tunas yang muncul setelah
daerah pemotongan yang terlihat transparan. Rombongan I, kelompok 1 sirip caudal
atas ikan mengalami pertambahan panjang 2 mm pada minggu ke-1 dan 3 mm pada
minggu ke-2. Kelompok 2 sirip caudal bawah ikan mengalami pertambahan panjang
2 mm pada minggu ke-1 dan penurunan 1 mm pada minggu ke-2. Kelompok 3 sirip
pectoral kanan ikan mengalami pertambahan panjang 1 mm pada minggu ke-1 dan 2
mm pada minggu ke-2. Kelompok 4 sirip pectoral kiri ikan mengalami pertambahan
panjang 2 mm pada minggu ke-1 dan ikan mati pada minggu ke-2. Kelompok 5 sirip
abdominal kanan ikan mengalami pertambahan panjang 2 mm pada minggu ke-1
dan 2 mm pada minggu ke-2. Kelompok 6 sirip abdominal kiri ikan mengalami
pertambahan panjang 3 mm pada minggu ke-1 dan 3 mm pada minggu ke-2.
Rombongan II, kelompok 1 sirip caudal atas ikan tidak mengalami pertambahan
panjang pada minggu ke-1 dan 5 mm pada minggu ke-2. Kelompok 2 sirip caudal
bawah ikan mati sehingga tidak mengalami pertambahan panjang, pada minggu ke-1
setelah penggantian memiliki panjang 3 mm. Kelompok 3 sirip pectoral kanan ikan
mengalami kematian sehingga tidak terjadi pertambahan panjang, setelah
penggantian ikan mengalami pertumbuhan panjang 4 mm pada minggu ke-1.
Kelompok 4 sirip pectoral kiri ikan mengalami pertambahan panjang yang konstan
pada minggu ke-1 dan minggu ke-2. Kelompok 5 sirip abdominal
kanan ikan
mengalami pertambahan panjang konstan pada minggu ke-1 dan 2 mm pada minggu
ke-2. Kelompok 6 sirip abdominal kiri ikan mengalami pertambahan panjang 1 mm
pada minggu ke-1 dan 14 mm pada minggu ke-2. Rombongan III, kelompok 1 sirip
caudal atas ikan mengalami pertambahan panjang 2 mm pada minggu ke-1 dan 4
mm pada minggu ke-2. Kelompok 2 sirip caudal bawah ikan mengalami
pertambahan panjang 2 mm pada minggu ke-1 dan 1 mm pada minggu ke-2.
Kelompok 3 sirip pectoral kanan ikan mengalami pertambahan panjang 3 mm pada
minggu ke-1 dan 2 mm pada minggu ke-2. Kelompok 4 sirip pectoral kiri ikan
mengalami pertambahan panjang 2 mm pada minggu ke-1 dan 2 mm pada minggu
ke-2. Kelompok 5 sirip abdominal kanan ikan mengalami pertambahan panjang 1
mm pada minggu ke-1 dan 4 mm pada minggu ke-2. Kelompok 6 sirip abdominal
kiri ikan mengalami pertambahan panjang 4 mm pada minggu ke-1 dan 3 mm pada
minggu ke-2. Rombongan IV, kelompok 1 sirip caudal atas ikan mengalami
pertambahan panjang 6 mm sampai pada minggu ke-2. Kelompok 2 sirip caudal
bawah ikan mengalami pertambahan panjang 1 mm pada minggu ke-1 dan ikan mati
pada minggu ke-2. Kelompok 3 sirip pectoral kanan ikan mengalami pertambahan
panjang 2 mm pada minggu ke-1 dan pada minggu ke-2 ikan mati. Kelompok 4 sirip
pectoral kiri ikan mengalami pertambahan panjang 1 mm pada minggu ke-1 dan 3
mm pada minggu ke-2. Kelompok 5 sirip abdominal
dipelihara
selama
minggu
dan
setiap
minggunya
diamati
perkembangannya.
Sirip ikan yang dipotong mengalami perkembangan, karena setelah diamati
selama dua minggu pasca pemotongan menunjukkan adanya pertambahan panjang
pada sirip ikan yang dipotong dengan terlihatnya bagian tunas yang muncul setelah
daerah pemotongan yang terlihat transparan. Rombongan IV, kelompok 6 sirip
Abdominal kiri ikan mati sehingga harus ada penggantian ikan dan di dapatkan
pNJng sirip ikan haari ke-0 memiliki panjang 4 mm, sedangkan pada minggu ke-1
mengalami pertumbuhan panjang 7 mm. Pertumbuhan sirip ikan dengan pemotongan
yang berbeda-beda mengalami peningkatan setiap minggunya hal ini sesuai dengan
pernyataan Kalthoff (1996) bahwa sirip-sirip ikan dapat mengalami regenerasi
apabila rusak atau dipotong. Secara umum kemampuan regenerasi dari hewan
dibatasi oleh keadaan tubuhnya, tingkat diferensiasi jaringan atau perkembangan
ontogenik serta dipengaruhi juga oleh perawatan khusus pada hewan yang
bersangkutan. Peningkatan temperatur sampai pada tingkat tertentu dapat
mempercepat proses regenerasi meskipun masih mempunyai dampak terhadap proses
regenerasi (Balinsky, 1981).
Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing sirip yang di potong berbeda.
Berdasarkan hasil praktikum, sirip yang memiliki regenerasi paling cepat yaitu pada
sirip caudal tepatnya sirip caudal atas, sedangkan sirip yang memiliki regenerasi
paling lambat yaitu pada sirip abdominal. Menurt Soeminto (2003), menyatakan
bahwa semakin lama pertumbuhan regenerasi pada sirip ikan semakin bertambah
pertumbuhannya. Pertumbuhan yang cepat disebabkan karena organ tersebut sering
digunakan.
Sirip caudal ikan dapat sepenuhnya diregenerasi setelah sirip dipotong.
Beberapa sirip caudal dapat regenerasi dalam 2 minggu setelah pemotongan caudal
fin. Regenerasi sirip caudal tergantung pada kehadiran otot dan endoskeleton di
tempat yang telah dipotong (Shao et al., 2009). Beberapa regenerasi spesies terjadi
yang
telah
berdiferensiasi
misalnya
epidermis,
mensintesis
dan
menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis sel-sel muda dari jaringan
yang sama. Zat ini disebut kolona. Stadium permulaan dari regenerasi tidak ada selsel dewasa, sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Jaringan dari struktur
yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah produksi kolona dan agaknya
secara berangsur-angsur menghentikan pertumbuhan struktur tersebut. Regenerasi
melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Darah mengalir menutupi permukaan luka, lalu beku, membentuk scab (lapisan)
yang sifatnya melindungi.
b. Epitel kulit menyebar di permukaan luka, di bawah scab. Sel epitel itu bergerak
secara amoeboid. Proses ini membutuhkan waktu dua hari agar kulit itu lengkap
menutupi luka.
c. Differensiasi sel-sel jaringan luka, sehingga jadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan
tulang rawan akan melarut. Sel-selnya lepas tersebar dibawah epitel. Serat
jaringan ikat juga berdiferensiasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi.
Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat.
Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar
dan sitoplasma menyempit.
d. Pembentukan blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka.
Scab mungkin sudah lepas pada waktu ini. Blastema berasal dari penimbunan
sel-sel dediferensiasi.
Hormon
Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan dan
Gen
Gen merupakan faktor keturunan yang diwariskan dari orang tua (induk)
kepada
keturunannya.
Gen
akan
mengendalIkan
pola
pertumbuhan
dan
perkembangan hewan.
3.
Makanan
Makanan sangat diperlukan oleh hewan
Air
Air merupakan pelarut dan media untuk terjadinya reaksi metabolisme tubuh.
Cahaya Matahari
III.
akuarium
untuk
ikan
tiap
kelompok
dibedakan
supaya
pemeliharaannya bisa lebih maksimal dan tidak ada ikan yang mati. Jika
akuariumnya tidak dipisahkan tiap kelompok, penjadwalan untuk penggantian air
dan pemberian makan ikan di tempel di lab supaya bisa teratur.
DAFTAR REFERENSI
Agata, Kiyokazu, Yumi Saito and Elizabeth Nakajima., 2007. Unifying principles of
regeneration: epimorphosis versus morphallaxisa. Develop Growth Differ 49,
pp. 7378.
Balinsky, B., 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company,
London.
Clause, A. R., and Elizabeth, A. C. 2006. Caudal autotomy and regeneration in
lizards. Journal Of Experimental Zoology 305A, pp. 965973.
Lijoy K Mathew., 2009. Comparative Expression Profiling Reveals an EssentialRole
for Raldh2 in Epimorphic Regeneration. Department of Environmental
andMolecular Toxicology, Environmental Health Sciences Center, Oregon
StateUniversity, Corvallis, OR, 97331. The Journal of Biological.
Kallthoff, K., 1996. Analisis of Biologycal Development. Mc. Graw Hill, Inc, New
York.
Shao, Jinhui, Xiaojing Qian, Chengxia Zhang, And Zenglu Xu., 2009. Fin
regeneration from tail segment with musculature, endoskeleton, and scales.
Journal Of Experimental Zoology (Mol Dev Evol) 312b, pp. 1-8.
Soeminto., 2000.
Purwokerto.
Perkembangan
Organ.
Universitas
Jenderal
Soedirman,