Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)

Oleh :
Nama
: Ayu Fuzi Safitri
NIM
: 221216 2016
Program Studi
: Teknik Kendali dan Instrumentasi

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sistem kendali dalam pelaksanaannya sudah pasti memerlukan berbagai

perangkat baik hardware maupun software. Programmable Logic Controller


(PLC) merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat melakukan fungsi
kendali dan pemonitoran yang banyak digunakan dalam berbagai bidang.
Dalam hal mempelajari mengenai pemrograman PLC ini, maka dilaksanakan
praktikum menggunakan PLC Omron untuk simulasi dan sekaligus untuk
memahami perancangan serta prinsip kerja program pada PLC.
Pada aplikasinya suatu sistem sudah pasti memerlukan kondisi-kondisi
tertentu agar tujuan yang diinginkan tercapai. Dalam rangka mengontrol kondisikondisi ini maka perlu perancangan terhadap kombinasi input-input yang
mempengaruhi output tersebut. Salah satu operasi kontrol ini yaitu pengontrolan
agar output sistem bekerja secara berurutan atau output bekerja secara bergantian.
Melalui praktikum menggunakan PLC Omron ini dilakukan simulasi untuk
memahami prinsip kerja dari beberapa aplikasi operasi kendali.
1.2.

Tujuan
Praktikum dilaksanakan dengan tujuan agar peserta praktikum dapat

membuat program PLC menggunakan PLC Omron.

BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1.

Teori Dasar

Mengoperasikan output seperti lampu, motor listrik dll dapat dioperasikan


secara berurutan dengan menggunakan pengunci baik NO maupun NC, operasi
output berurutan seperti ini contoh digunakan dalam pengoperasian mesin gergaji
kayu, dimana antara mata gergaji dan konveyor dioperasikan secara berurutan.
Mengoperasikan output seperti lampu, motor listrik dll dapat dioperasikan
secara bergantian dengan menggunakan pengunci baik NO maupun NC, operasi
output bergantian seperti ini contoh digunakan dalam pengoperasian mesin bor,
dimana antara mata bor dan konveyor dioperasikan secara bergantian artinya saat
mesin bor bekerja maka konveyor tidak boleh bekerja, begitu pula sebaliknya.
2.2.

Teori Tambahan

Dalam pemrograman PLC, dapat dirancang sebuah sistem yang aplikasinya


sebagai operasi kontrol pada output, terutama untuk sistem dengan multi output.
Sistem kontrol ON-OFF hanya terbatas untuk menghasilkan kontrol yang tetap
(discrete). Biasanya sistem kontrol ini diaplikasikan pada alat-alat yang
membutuhkan kontrol 'menyalakan' dan 'mematikan', seperti pompa, stop valve,
dan motor listrik.
a. Protective Interlocks
Sistem kotrol ini merupakan sistem kontrol paling sederhana yang digunakan
pada pembangkit listrik. Kontrol logic-nya digunakan untuk mengendalikan
sebuah alat pada pembangkit secara individual. Salah satu contoh alat yang
menggunakan sistem kontrol ini adalah boiler feed pump, yaitu sebuah pompa
yang berfungsi untuk memompa air dari feedwater tank menuju ke boiler.
b. Sequential Control Logic
Adalah sebuah sistem kontrol yang bekerja dengan membentuk sebuah
sekuen yang terkontrol pada beberapa alat tertentu. Sistem kontrol ini didesain
untuk mengatur beroperasinya beberapa alat yang bekerja di dalam sebuah sistem

pembangkit. Sebagai salah satu contoh pada boiler terdapat sebuah sistem
pembakaran yang menggunakan solar. Sebelum masuk ke boiler melalui solar,
udara (atomizing air), dan ignitor masuk melalui burner dengan sekuen yang
teratur. Yang pertama masuk adalah ignitor, diikuti oleh udara yang diatur oleh
sebuah stop valve, dan terakhir masuk adalah solar yang juga diatur melalui stop
valve. Masuknya ignitor, udara, dan solar tersebut dikontrol oleh sebuah sistem
kontrol logic sekuensial.
Contoh sistem lain yang menggunakan sistem kontrol ini adalah sootblow
system, demineralizer system, sistem penanganan batubara, dan banyak sistem
lainnya.
c. Unit Protection Logic
Sistem kontrol ON-OFF ini digunakan untuk melindungi boiler, generator,
dan turbin agar terhindar dari bahaya yang lebih besar sebagai efek dari sebuah
permasalahan yang mungkin muncul. Proteksi boiler dikenal dengan istilah
Master Fuel Trip (MFT), yang berarti menghentikan pengoperasian boiler dengan
jalan menghentikan semua supply bahan bakar yang masuk ke boiler. Sebagai satu
contoh kasus saat tekanan di dalam furnace yang tiba-tiba menurun drastis sampai
dibawah nilai proteksinya, menyebabkan sistem kontrol memerintahkan kepada
semua sistem supply bahan bakar untuk berhenti beroperasi (pulverizer, pompa
fuel oil).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1.

Alat dan Bahan


1. Modul Praktikum
2. Komputer
3. Software CX-Programmer

3.2.
1.
2.
3.
4.
5.

Langkah Kerja
Nyalakan Komputer
Pilih salah satu software PLC Omron (CX-Programmer)
Buat gambar sesuai perintah/tugas
Ujicoba rangkaian dan isi tabel pengamatan
Buat laporan praktik sesuai format

BAB IV

ANALISA DATA
3.1.

Hasil Praktikum

3.1.1. PRAKTIKUM

(OPERASI

KENDALI

UNTUK

BERURUTAN)

Rangkaian 3 dalam diagram ladder menggunakan PLC Omron:

Gambar 4.1. Diagram Ladder Rangkaian 3

Tabel hasil simulasi rangkaian 3:


Tabel 4.1. Tabel Hasil Simulasi Rangkaian 3
Input

0.00
off (0)
on (1)

0.01
off (0)
off (0)

0.02
off (0)
off (0)

0.03
off (0)
off (0)

Output
100.00
100.01
off (0)
off (0)
on (1)
off (0)

on (1)

on (1)

off (0)

off (0)

off (0)

off (0)

on (1)

on (1)

on (1)

off (0)

off (0)

on (1)

on (1)

on (1)

on (1)

on (1)

off (0)

off (0)

off (0)

on (1)

off (0)

off (0)

off (0)

off (0)

off (0)

off (0)

on (1)

on (1)

off (0)

off (0)

off (0)

off (0)

off (0)

on (1)

off (0)

off (0)

on (1)

off (0)

on (1)

off (0)

on (1)

off (0)

off (0)

on (1)

off (0)

on (1)

off (0)

off (0)

off (0)

on (1)

on (1)

on (1)

off (0)

off (0)

off (0)

on (1)

on (1)

off (0)

off (0)

on (1)

Diagram ladder hasil simulasi rangkaian 3:

OUTPUT

Gambar 4.2. Simulasi 1 pada Rangkaian 3

Gambar 4.3. Simulasi 2 pada Rangkaian 3

Gambar 4.4. Simulasi 3 pada Rangkaian 3

Gambar 4.5. Simulasi 4 pada Rangkaian 3

Gambar 4.6. Simulasi 5 pada Rangkaian 3

Gambar 4.7. Simulasi 6 pada Rangkaian 3

Gambar 4.8. Simulasi 7 pada Rangkaian 3

Gambar 4.9. Simulasi 8 pada Rangkaian 3

Gambar 4.10. Simulasi 9 pada Rangkaian 3

Gambar 4.11. Simulasi 10 pada Rangkaian 3

Gambar 4.12. Simulasi 11 pada Rangkaian 3

Gambar 4.13. Simulasi 12 pada Rangkaian 3

Mnemonik pada rangkaian 3:

Gambar 4.14. Mnemonik Rangkaian 3


3.1.2.

PRAKTIKUM 4 (OPERASI

KENDALI

UNTUK OUTPUT

BERGANTIAN)

Rangkaian 4 dalam diagram ladder menggunakan PLC Omron:

Gambar 4.15. Diagram Ladder Rangkaian 4

Tabel hasil simulasi rangkaian 4:


Tabel 4.2. Tabel Hasil Simulasi Rangkaian 4

S0
off (0)

Input
S1
off (0)

Output
S2
on (1)

K1
off (0)

K2
on (1)

off (0)

on (1)

on (1)

off (0)

on (1)

off (0)

on (1)

off (0)

off (0)

on (1)

on (1)

off (0)

on (1)

off (0)

off (0)

on (1)

on (1)

off (0)

off (0)

off (0)

Diagram ladder hasil simulasi rangkaian 4:

Gambar 4.16. Simulasi 1 pada Rangkaian 4

Gambar 4.17. Simulasi 2 pada Rangkaian 4

Gambar 4.18. Simulasi 3 pada Rangkaian 4

Gambar 4.19. Simulasi 4 pada Rangkaian 4

Gambar 4.20. Simulasi 5 pada Rangkaian 4

Mnemonik pada rangkaian 4:

Gambar 4.21. Menemonik pada Rangkaian 4

3.2.

Pembahasan

3.2.1. Analisa Data


Rangkaian 3 yang ditampilkan dalam diagram ladder menggunakan PLC
Omron ditunjukkan oleh Gambar 4.1 terdiri atas rangkaian 2 rung kombinasi
gerbang OR dan AND. Pada rung 1, Gerbang OR dihubungkan antara tombol 0.01
dan lampu 100.00, lalu dihubungkan dengan gerbang AND terhadap tombol 0.01
dan lampu 100.01. Pada rung 2, Gerbang OR dihubungkan antara tombol 0.02 dan
lampu 100.01, lalu dihubungkan dengan gerbang AND terhadap tombol 0.03 dan
lampu 100.00. Sehingga diketahui bahwa diagram ladder yang dirancang
memiliki empat buah input tombol yaitu tombol 0.00 diset pada input Normally
Open (NO), tombol 0.01 pada input Normally Closed (NC), tombol 0.02 pada
input Normally Open (NO), dan tombol 0.03 pada input Normally Closed (NC).
Sedangkan outputnya terdiri dari dua buah lampu yaitu pada lampu 100.00 dan
100.01.
Berdasarkan hasil simulasi ditunjukkan pada Tabel 4.1 didapatkan bahwa:

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.01, 0.02, dan 0.03 dengan nilai 0 (OFF),
output lampu 1 dan 2 dalam keadaan mati (OFF atau low level 0). Hal ini
terjadi karena arus saat pertama kali mengalir tidak bisa melewati tombol 0.00
dan 0.02 yang merupakan kontak terbuka (NO).

Pada kombinasi input tombol 0.00 dengan nilai 1 (ON) dan tombol 0.0, 0.02,
0.03 dengan nilai 0 (OFF), output lampu 1 dalam keadaan menyala (ON atau
high level 1) dan lampu 2 dalam keadaan mati (OFF atau low level 0). Hal ini
terjadi karena arus pada rung 1 dapat mengalir melalui tombol 0.00 hingga
menyalakan lampu 100.00, sedangkan arus yang dialirkan pada rung 2 terputus
saat melewati tombol 0.02 dimana tombol merupakan kontak terbuka (NO).

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.01 dengan nilai 1 (ON) dan tombol 0.02,
0.03 dengan nilai 0 (OFF), output lampu 1 dan 2 dalam keadaan mati (OFF
atau low level 0). Hal ini terjadi karena arus pada rung 1 setelah melewati
tombol 0.00 terputus oleh adanya tombol 0.01 dalam kondisi terbuka setelah
diberi trigger atau dihidupkan, sedangkan arus yang dialirkan pada rung 2

terputus saat melewati tombol 0.02 dimana tombol merupakan kontak terbuka
(NO).

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.01, 0.02 dengan nilai 1 (ON) dan tombol
0.03 dengan nilai 0 (OFF), output lampu 1 dalam keadaan mati (OFF atau low
level 0) dan lampu 2 dalam keadaan menyala (ON atau high level 1). Hal ini
terjadi karena arus pada rung 2 dapat mengalir melalui tombol 0.02 hingga
menyalakan lampu 100.01, sedangkan arus yang dialirkan pada rung 1 terputus
saat melewati tombol 0.01 dimana tombol menjadi terbuka saat diberi input 1
(trigger) atau dihidupkan.

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.01, 0.02, dan 0.03 dengan nilai 1 (ON),
output lampu 1 dan 2 dalam keadaan mati (OFF atau low level 0). Hal ini
terjadi karena arus pada rung 1 terputus saat melewati tombol 0.01 dimana
tombol menjadi terbuka saat diberi input 1 (trigger) atau dihidupkan, dan arus
pada rung 2 terputus saat melewati tombol 0.03 dimana tombol menjadi
terbuka saat diberi input 1 (trigger) atau dihidupkan.

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.02, 0.03 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol
0.01 dengan nilai 1 (ON), output lampu 1 dan 2 dalam keadaan mati (OFF atau
low level 0). Hal ini terjadi karena arus pada rung 1 tidak dapat mengalir
melewati tombol 0.00 yang merupakan kontak terbuka, dan arus pada rung 2
tidak dapat mengalir melewati tombol 0.02 yang juga merupakan kontak
terbuka.

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.01 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol 0.02,
0.03 dengan nilai 1 (ON), output lampu 1 dan 2 dalam keadaan mati (OFF atau
low level 0). Hal ini terjadi karena arus pada rung 1 tidak dapat mengalir
melewati tombol 0.00 yang merupakan kontak terbuka, dan arus pada rung 2
tidak dapat mengalir melewati tombol 0.03 dimana tombol menjadi terbuka
saat diberi input 1 (trigger) atau dihidupkan.

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.01, 0.02 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol
0.03 dengan nilai 1 (ON), output lampu 1 dan 2 dalam keadaan mati (OFF atau
low level 0). Sama halnya dengan kombinasi sebelumnya, arus pada rung 1

tidak dapat mengalir melewati tombol 0.00 yang merupakan kontak terbuka,
dan arus pada rung 2 tidak dapat mengalir melewati tombol 0.02 yang juga
merupakan kontak terbuka.

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.02 dengan nilai 1 (ON) dan tombol 0.01,
0.03 dengan nilai 0 (OFF), output lampu 1 dalam keadaan menyala (ON atau
high level 1) dan lampu 2 dalam keadaan mati (OFF atau low level 0). Hal ini
terjadi karena arus pada rung 1 dapat mengalir melalui tombol 0.00 hingga
menyalakan lampu 100.00, dan arus pada rung 2 juga dapat mengalir melalui
tombol 0.02 hingga menyalakan lampu 100.01.

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.02 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol 0.01,
0.03 dengan nilai 1 (ON), output lampu 1 dan 2 dalam keadaan mati (OFF atau
low level 0). Hal ini terjadi karena arus saat pertama kali mengalir tidak bisa
melewati tombol 0.00 dan 0.02 yang merupakan kontak terbuka (NO).

Pada kombinasi input tombol 0.00dengan nilai 0 (OFF) dan tombol 0.01, 0.02,
0.03 dengan nilai 1 (ON), output lampu 1 dan 2 dalam keadaan mati (OFF atau
low level 0). Hal ini terjadi karena arus saat pertama kali mengalir pada rung 1
tidak bisa melewati tombol 0.00, dan arus pada rung 2 terputus ketika melewati
tombol 0.03 yang menjadi terbuka saat diberi trigger atau dihidupkan.

Pada kombinasi input tombol 0.00, 0.03 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol 0.01,
0.02 dengan nilai 1 (ON), output lampu 1 dalam keadaan mati (OFF atau low
level 0) dan lampu 2 dalam keadaan menyala (ON atau high level 1). Hal ini
terjadi karena arus pada rung 2 dapat mengalir melewati tombol 0.02 hingga
menyalakan lampu 100.01, sedangkan arus pada rung 1 saat pertama kali
mengalir tidak bisa melewati tombol 0.00 yang merupakan kontak terbuka
(NO).
Dari hasil simulasi sebanyak 12 kali dengan kombinasi nilai input yang

berbeda-beda diketahui bahwa output pada diagram ladder berupa lampu 1 dan
lampu 2 akan memberikan nilai high yang berarti aktif atau menyala secara
berurutan, dimana lampu 2 akan menyala jika pada kondisi sebelumnya lampu 1
pernah menyala, begitu pun sebaliknya.

Rangkaian 4 yang ditampilkan dalam diagram ladder menggunakan PLC


Omron ditunjukkan oleh Gambar 4.15 terdiri atas kombinasi gerbang OR dan
AND yang memiliki tiga buah input tombol yaitu S0 dengan alamat 0.00, S1
dengan alamat 0.01, dan S2 dengan alamat 0.03. Output yang terdapat pada
rangkaian yaitu terdiri dari dua buah output yaitu lampu K1 dengan alamat 100.00
dan K2 dengan alamat 100.01.
Berdasarkan hasil simulasi ditunjukkan pada Tabel 4.2 didapatkan bahwa:

Pada kombinasi input tombol S0, S1 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol S2
dengan nilai 1 (ON), output lampu K1 dalam keadaan mati (OFF atau low level
0) karena arus tidak dapat masuk ketika melewati tombol S1 yang merupakan
kontak terbuka. Sedangkan lampu K2 dalam keadaan menyala (ON atau high
level 1) karena arus yang dialirkan dapat melewati tombol S2 dimana tombol
menjadi tertutup saat diberi trigger atau dihidupkan.

Pada kombinasi input tombol S0 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol S1, S2
dengan nilai 1 (ON), output lampu K1 dalam keadaan mati (OFF atau low level
0) karena arus yang masuk melewati tombol S1 dan S2 kemudian terputus oleh
kontak K2 yang menjadi terbuka karena pada kondisi sebelumnya lampu K2
menyala sehingga kontak K2 Normally Closed menjadi terbuka. Sedangkan
lampu K2 dalam keadaan menyala (ON atau high level 1) karena arus yang
dialirkan dapat melewati tombol S2 dimana tombol menjadi tertutup saat diberi
trigger atau dihidupkan.

Pada kombinasi input tombol S0, S2 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol S1
dengan nilai 1 (ON), output lampu K1 dalam keadaan mati (OFF atau low level
0) karena sama dengan kondisi sebelumnya arus yang masuk melewati tombol
S1 dan S2 kemudian terputus oleh kontak K2 yang menjadi terbuka.
Sedangkan lampu K2 dalam keadaan menyala (ON atau high level 1) karena
kontak K2 yang merupakan rangkaian latching dalam kondisi aktif atau
tertutup, sehingga arus dapat mengalir menghidupkan lampu K2 walaupun
tombol S2 dalam keadaan terbuka (OFF).

Pada kombinasi input tombol S1 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol S0, S2
dengan nilai 1 (ON), output lampu K1 dan K2 dalam keadaan mati (OFF atau

low level 0). Hal ini terjadi karena arus pertama kali masuk tidak dapat
melewati tombol S0 yang menjadi terbuka saat diberi trigger atau dihidupkan,
sehingga tidak ada arus yang masuk untuk menghidupkan lampu.

Sama dengan kondisi pada kombinasi sebelumnya, pada kombinasi input


tombol S2 dengan nilai 0 (OFF) dan tombol S0, S1 dengan nilai 1 (ON), output
lampu K1 dan K2 dalam keadaan mati (OFF atau low level 0).
Dari hasil simulasi sebanyak 5 kali dengan kombinasi nilai input yang

berbeda-beda diketahui bahwa output pada diagram ladder berupa lampu K1 dan
lampu K2 akan memberikan nilai high yang berarti aktif atau menyala secara
bergantian, hal ini dikarenakan rangkaian yang menyusunnya terdiri atas
kontaktor K1 dan K2 yang merupakan kontak Normally Closed (NC), sehingga
ketika salah satu lampunya menyala akan memutuskan arus pada sambungan
terhadap lampu yang lain karena kontak menjadi terbuka.

BAB V
PENUTUP
5.1.

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini yaitu:


1. Dalam pemrograman PLC dapat digunakan rangkaian program yang berupa
diagram ladder dan atau kode mnemonik.
2. Diagram ladder pada PLC dapat dirancang sehingga dapat mengontrol output
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Salah satu perancangan PLC ini dapat digunakan untuk operasi kendali,
diantaranya kendali untuk output sehingga bekerja secara berurutan, atau
kendali untuk menghasilkan output yang bekerja secara bergantian.
4. Pada perancangannya, program yang dibuat terdiri atas gabungan gerbang
logika seperti OR dan AND, serta adanya rangkaian latching atau dikenal
dengan rangkaian memori.
5. Untuk mendapatkan sistem multi output yang bekerja secara berurutan,
digunakan kontaktor NC pada masing-masing sambungan output, dan input
yang berbeda untuk tiap outputnya. Sehingga sebuah output hanya dapat
menyala setelah menunggu beberapa saat hingga output (yang kontaknya
tersambung) berubah dari keadaan aktif menjadi tidak aktif atau kontaknya
dalam keadaan tertutup.
6. Untuk mendapatkan sistem multi output yang bekerja secara bergantian,
digunakan kontaktor NC pada masing-masing sambungan output, dengan input
yang sama untuk tiap outputnya. Sehingga apabila sebuah output aktif maka
akan memutus arus pada sambungan output yang lain atau kontaknya dalam
keadaan terbuka, oleh karena itu output lainnya menjadi tidak bekerja.
7. Operasi kendali output ini dapat diaplikasikan pada sistem yang ada di industri,
seperti pengoperasian gergaji kayu, dan pengoperasian mesin bor.

5.2.

Saran
Dalam modul praktikum 4 hanya dilakukan simulasi untuk 5 kombinasi

input, sehingga belum didapatkan hasil output yang terlihat jelas hasilnya bahwa
kedua output bekerja secara bergantian. Sebaiknya simulasi dilakukan lebih
banyak sehingga operasi kendali untuk output bergantian ini dapat lebih mudah
dipahami.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Bolton W., 2006, Programmable Logic Controllers 4th, Elsevier Newnes,
Burlington.
[2]. Onny. Techno-Art. Retrieved 11 2016, from http://artikelteknologi.com/.

Pertanyaan Modul 3
1. Apa yang menyebabkan 100.01 dapat dihidupkan setelah 100.00 hidup
(bekerja)?
Jawab: Lampu 100.01 dapat menyala apabila kontak NC 100.00 yang
dihubungkan dengan gerbang AND terhadap lampu 100.01 tidak diberi trigger,
artinya kontak 100.00 dalam keadaan tertutup. Keadaan ini dapat dipenuhi
apabila lampu 100.00 telah menyala (hidup), lalu berubah keadaan menjadi
tidak aktif pada kondisi setelahnya.
2. Apa kunci (bit/kontak) pokok yang menyebabkan rangkaian diatas hanya dapat
dioperasikan secara berurutan?
Jawab: Kuncinya terdapat pada tombol 0.01 dan 0.02 dimana tombol tersebut
harus aktif sehingga kontak menjadi tertutup. Serta pada kontak 100.00 dan
100.01 yang berupa kontak NC, dimana dengan adanya kontak ini lampu kedua
hanya dapat menyala jika lampu pertama telah OFF, dan begitu sebaliknya.
3. Cobalah kalian buat diagram ladder di samping gambar di atas di balik
berurutannya dari 100.01 baru 100.00 dapat dioperasikan!
Jawab: Rangkaian pada modul dapat dioperasikan berurutan dari 100.01 ke
100.00 dengan catatan bahwa pada awal simulasinya juga harus dikondisikan
untuk tujuan tersebut atau dengan mengubah pengalamatan 100.00 menjadi
100.01 dan 100.01 menjadi 100.00 seperti pada gambar simulasi keadaan off,
off, on, off di bawah ini

Pertanyaan Modul 4
1. Apa perbedaan cara kerja antara jobsheet 3 dengan jobsheet 4 dan dimana letak
perbedaan cara kerjanya?
Jawab: Perbedaan antara rangkaian yang dibuat pada praktikum 3 dan
praktikum 4 adalah pada input tombol yang mengalirkan arus pertama kali.
Pada praktikum 3 terdapat tombol yang berbeda untuk mengalirkan arus pada
lampu 1 dan lampu 2, sedangkan pada praktikum 4 ditentukan oleh satu tombol
saja. Sehingga pada cara kerjanya, untuk praktikum 3 lampu akan menyala
berurutan karena lampu kedua hanya bisa menyala setelah lampu satu berubah
dari hidup menjadi mati (kontak NC tidak aktif), dan pada prakatikum 4 lampu
menyala bergantian karena apabila lampu satu menyala maka akan memutus
arus pada sambungan lampu lainnya (kontak NC aktif).
2. Menurut kalian dimana atau alat apa cara kerja mesin dioperasikan secara
bergantian selain contoh di atas?
Jawab: Pada sebuah pembangkit listrik tenaga uap, menggunakan dua atau tiga
boiler feed pump yang beroperasi bergantian ada yang bekerja dan ada yang
sedang dalam mode standby. Pompa yang dalam mode standby tersebut akan
otomatis bekerja pada saat pompa yang sebelumnya beroperasi mengalami
masalah dan terproteksi berhenti beroperasi.
Untuk mematikan pompa ini juga dengan dua cara, dimatikan oleh
operator di ruang kontrol atau mati karena proteksi. Proteksi tersebut muncul
karena adanya sinyal masuk ke sistem kontrol, dan menjadi isyarat bahwa
pompa tersebut harus segera mati. Seperti pada saat level air di feed water tank
kurang dari normal, sistem kontrol akan memproses sinyal ini dan
mengeluarkan

output

sinyal

untuk

mematikan

pompa.

Jika

pompa

menggunakan motor listrik, maka motor tersebut akan dimatikan oleh sistem
logic, sedangkan pada pompa yang menggunakan turbin kecil sistem kontrol
akan memerintahkan stop valve yang mensuplai uap ke dalam turbin untuk
menutup.

TUGAS PRAKTIKUM
Berikut ini gambar diagram ladder dari mnemonik yang telah ditentukan:

Mnemonik yang ditampilkan pada program PLC:

Instruksi yang ada pada mnemonic dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. LD merupakan kode untuk memulai sebuah anak tangga dengan sebuah
kontak terbuka (saklar normally open). Sesuai perintah, maka rangkaian
dimulai dengan memasangkan saklar normally open 0.01 pada rangkaian.
2. OR merupakan kode untuk memulai sebuah elemen paralel dengan sebuah
kontak terbuka (saklar normally open). Rangkaian dilanjutkan dengan
memparalelkan output 100.00 dengan saklar 0.00.
3. AND merupakan kode untuk untuk sebuah elemen seri dengan sebuah
kontak terbuka (saklar normally open). Rangkaian pada tahap 2
dilanjutkan dengan merangkaikan secara seri saklar 0.02 .
4. LD merupakan kode untuk memulai sebuah anak tangga dengan sebuah
kontak terbuka (saklar normally open). Rangkaian dilanjutkan dengan
memulai 2 cabang baru dengan saklar 0.03 dan saklar 0.04 pada masingmasing cabangnya.

5. Sesuai dengan arti instruksi AND pada nomor 3 maka rangkaian


dilnjutnkan dengan merangkaikan secara seri saklar 0.05 dengan cabang
saklar 0.04.
6. ORLD merupakan kode untuk merangkaikan secara parallel kedua cabang
yang ada yaitu cabang saklar 0.03 dengan cabang saklar 0.04 (diseri
dengan saklar 0.05)
7. ANDLD merupakan kode untuk merangkaikan secara seri semua elemen
yang ada sampai tahap 6.
8. OUT merupakan kode sebuah output. Rangkaian yang sudah terbentuk

diatas kemudian disambungkan dengan sebuah output 100.00.

Anda mungkin juga menyukai