Anda di halaman 1dari 4

Patogenesa FIP

Feline Infectious Peritonitis (FIP) disebabkan oleh Feline Coronavirus (FCoV).


Terdapat berbagai kemungkinan akibat infeksi dari FCoV antara lain : resiten terhadap FCoV
(5-10%), mengalami infeksi transient (70%), mengalami infeksi persistent/carrier (13%),
berkembang menjadi infeksi FIP (1-3%). Infeksi FIP terjadi akibat adanya mutasi gen FCoV
dengan proses yang belum diketahui (Greene CE 2012).
Feline Coronavirus akan masuk ke dalam tubuh melalui ingesti dari feses, saliva, air
mata dan urin hewan terinfeksi. Infeksi transplasental juga dilaporkan dapat terjadi. Oleh
sebab itu, hewan-hewan yang dikandangkan dan dipelihara dalam populasi besar akan
memiliki resiko lebih tinggi untuk terpapar agen infeksi. Kucing ras dilaporkan memiliki
ketahanan tubuh yang lebih lemah terkait dengan keragaman genetik. Faktor-faktor pemicu
stress juga menjadi predisposisi munculnya infeksi. Virus bisa ditemukan pada feses dua hari
post infeksi karena umumnya replikasi virus terjadi pada sel epitel usus halus. Pada infeksi
yang telah berjalan lama, virus akan menetap di ileocecocolic junction. Sheding virus akan
terjadi 2-3 bulan post infeksi namun pada sebagian kucing sheding bisa terjadi seumur hidup
(infeksi persistent/carrier) (Greene CE 2012).
Viremia akan terjadi diawali ingesti virus kemudian virus akan menempel dan
bereplikasi di epitel sel usus halus. Kemudian, virus akan di fagosit oleh makrofag . Virus
dalam makrofag akan menempel pada pembuluh darah dan melakukan extravasasi. Makrofag
yang diinfeksi virus akan mengeluarkan interleukin-6 (IL-6), IL-1 metalloproteinase
(MMP)-9 dan tumor necrosis factor (TNF)-. Pada infeksi tahap awal, IL-6 akan
menstimulasi hepatosit untuk mengeluarkan protein fase akut seperti alpha 1 glycoprotein
(AGP) dan Limfosit B yang akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma.
Kucing yang terinfeksi biasanya akan mempunyai kadar IL-6 yang tinggi sehingga
menyebabkan hipergammaglobulinemia ( Birchad dan Sherding 2000; Grene CE 2012).
Tumor necrosis factor merupakan penyebab terjadinya limpophenia pada kasus FIP.
Apoptosis dari limfosit diinduksi oleh cairan ascites, plasma dan kultur supernatan dari
eksudat kucing penderita FIP disebabkan oleh TNF. TNF- akan meningkatkan regulasi
fAPN (reseptor FCoV tipe II). Bersama dengan granulocyte-macrophages colony stimulating
factor dan granulocyte-monocyte colony stimulating factor yang diproduksi oleh sel
monosit/makrofag yang terinfeksi virus akan memproduksi neutrophil survival factors.
Produksi TNF secara kronis akan menyebabkan kaheksia. Interleukin-1 akan mengaktivasi
sel B dan sel T yang akan merangsang timbulnya pertahanan spesifik terhadap FCoV.
Metalloproterinase (MMP) merupakan zinc-dependent endopeptidase yang dapat memecah
protein matrix extraseluler. Oleh karena itu, dimungkinkan MMP-9 adalah penyebab
bocornya pembuluh darah pada kasus effusive FIP ( Birchad dan Sherding 2000; Grene CE
2012).
Penurunan imunitas kucing akibat infeksi FCoV akan menyebabkan timbulnya infeksi
sistemik. Tipe dan kekuatan respon sistem imun akan menentukan jenis FIP yang terjadi. Cell
mediated immune (CMI) yang kuat akan mencegah terjadinya FIP, CMI yang lemah atau
tidak ada dan humoral responnya kuat akan menyebabkan terjadinya FIP tipe basah/ effusive
FIP. Sedangkan CMI sedanga akan menyebabkan timbulnya FIP tipe kering / noneffusive
FIP. Penamaan FIP sebenarnya kurang tepat karena tidak semua kucing yang didiagnosa FIP
mengalami peritonitis. Gejala klinis yang timbul dari FIP merupakan manifestasi dari

pyogranulomatous vasculitis. Jadi lebih tepat jika FIP dikatakan penyakit yang berkelanjutan
karena pada dasarnya baik effusive maupun noneffusive FIP terbentuk dengan mekanisme
yang sama (Greene CE 2012).
Dapus
Greene CE. 2012. Feline Coronavirus in Infectious Disease of the Dog and Cat. Ed ke-4.
London (UK): WB Saunders Company.

Patogenesa FLUTD
Penyebab FLUTD paling sering adalah feline idiophatic cystitis (FIC). Diagnosa ini
diambil jika semua penunjang diagnosa tidak dapat mendeteksi adanya kelainan lain seperti
adanya batu. Oleh karena itu, FIC sebenarnya adalah penyakit dengan penyebab yang tidak
diketahui. Beberapa kemungkinan penyebab timbulnya FIC antara lain adalah cacat pada
permukaan vesica urinaria. Permukaan VU terbentuk dari glycosaminoglycan (GAGs) yang
berfungsi melapisi sel-sel VU dari bahan-bahan iritan yang terkandung dalam urin. Pada
kondisi cacat, GAGs tidak melapisi seluruh bagian VU sehingga sel-sel dibawahnya akan
rusak karena iritasi. Selain itu, stimulasi sistem saraf oleh iritasi lokal atau respon stress akan
menyebabkan dikeluarkannya neurotransmitter yang menginduksi rasa sakit dan respon
inflamasi. Mekanisme stress dapat menjadi penyebab dari FIC karena pada saat stress, terjadi
peningkatan glucocorticoid yang akan menyebabkan konstriksi spincter (Vet Cornell 2014).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mengarahkan diagnosa pada terbentuknya
kristal struvit pada vesivca urinaria. Pada pemeriksaan fisik sebelumnya, dilakukan squeezing
VU namun urin tidak dapat keluar. Hal ini dimungkinkan karena kristal struvit yang terbentuk
menyumbat urethra sehingga urin tidak dapat keluar. Struvit merupakan kristal yang
terbentuk pada saluran urinasi dan biasanya disertai dengan infeksi bakteri Staphylococcus
proteus spp yang memproduksi urease. Kristal struvit terbentuk ketika terkandung spesifik
mineral pembentuk urolith pada urin telah jenuh. Pertumbuhan kristal tergantung pada
kemampuan endapan bertahan di saluran urinari, lama waktu urin dalam keadaan jenuh,
struktur fisik kristal yang tebentuk, komposisi mineral, dan faktor resiko infeksi (Osborne et
al. 2000). Struvite yang terbentuk selain karena faktor predisposisi yaitu kucing persia, usia
menengah, jantan, dan merupakan kucing rumahan, juga disebabkan karena diet tinggi
magnesium, fosfor, kalsium, serat dan chloride, protein sedang, dan rendah lemak. Selain itu,
urin yang jenuh menjadi penyebab terbentuknya struvit (Cannon et al. 2007).
Manajemen kesehatan yang perlu dilakukan untuk mengeliminasi batu dan mencegah
terbentuknya kembali kristal struvit adalah dengan menurunkan konsentrasi magnesium,
fosfat dan amonia dalam urin. Saturasi urin harus dijaga agar tidak jenuh dan penambahan
urin accidification untuk menjaga pH urine dibawah 6. Biasanya, pada diet khusus pasien
penderita kristal struvit, telah dimodifikasi dengan protein, fosfat, dan magnesium yang
rendah dan sodium yang tinggi. Hal ini akan menghasilkan osmotic diuresis untuk
mnegurangi pengeluaran urea dan meningkatkan volume urin. Selain itu, bakteri penghasil
urease harus dieliminasi dengan pemberian antibiotik (Scott AB 2013)

Dapus
Scott AB. 2013. Urolithiasis in small animals. The Mercks Veterinary Manual. [internet]
[diunduh
pada
2016
Oktober
5].
Tersedia
pada
:
http://www.merckvetmanual.com/mvm/urinary_system/noninfectious_diseases_of_the_urinar
y_system_in_small_animals/urolithiasis_in_small_animals.html

VetCornell. 2014. Feline lower urinary tract disease. New York (US): Cornell University
College of Veterinary Medicine. [internet] [diunduh pada 2016 oktober 5]. Tersedia pada :
http://www.vet.cornell.edu/FHC/health_information/UrinaryConcerns.cfm

Anda mungkin juga menyukai